• (GFD-2025-27260) Cek Fakta: Tidak Benar Tiga Titik Bergaris di Grup WhatsApp Tanda Ada Hacker Bisa Kuras M-banking

    Sumber:
    Tanggal publish: 04/06/2025

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim tiga titik bergaris di grup WhatsApp tanda ada hacker yang bisa menguras M-banking, informasi tersebut beredar lewat aplikasi percakapan WhatsApp.
    Klaim tiga titik bergaris di grup WhatsApp tanda ada hacker bisa menguras M-banking, berupa tulisan sebagai berikut.
    "Mohon perhatiannya Group HP yg di kanan atas dekat titik 3 itu ada garis² dari atas ke bawah ber bentuk kotak (dalam lingkaran) berarti di group tsb ada hecker nya Tapi kalau sebelah dekat titik 3 ada gambar gagang tilp group tsb nggak ada hecker nya Coba periksa semua group yg njenengan punya. Jangan pernah ikut bergabung di telepon group krn bisa menguras isi M-Banking"
    Benarkah klaim tiga titik bergaris di grup WhatsApp tanda ada hacker bisa menguras M-banking? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim tiga titik bergaris di grup WhatsApp tanda ada hacker bisa menguras M-banking, penelusuran mengarah pada artikel berjudul "WhatsApp Luncurkan Fitur Voice Chat untuk Grup Besar di Aplikasi" yang dimuat situs Liputan6.com yang mengulas fitur seperti yang disebutkan dalam klaim.
    Fitur tersebut bernama Obrolan Suara atau Voice Chat, yang menjadi cara baru bagi pengguna untuk berinteraksi dengan grup yang besar.
    WhatsApp mengatakan bahwa fitur ini berbeda dengan panggilan grup, yang terdengar ke semua anggota. Nantinya, percakapan suara akan dimulai dengan munculnya gelembung dalam chat (in-chat bubble), yang bisa diketuk oleh pengguna untuk segera bergabung.
    Karena panggilan juga tetap berada di bagian atas chat, memungkinkan pengguna untuk dengan cepat membisukan, menutup, atau hanya mengirim pesan ke grup tanpa harus meninggalkan percakapan yang sudah ada.
    Platform milik Meta itu pun mengatakan bahwa mereka tetap melindungi obrolan suara dengan enkripsi end-to-end secara bawaan, selayaknya panggilan dan pesan pribadi.
    Fitur obrolan suara pun akan diluncurkan secara global, di mana fitur ini akan hadir di grup besar, yang dimulai dengan grup yang memiliki 33 anggota atau lebih.

    Kesimpulan


    Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim tiga titik bergaris di grup WhatsApp tanda ada hacker bisa menguras M-banking tidak benar.
    Fitur tersebut bernama Obrolan Suara atau Voice Chat, yang menjadi cara baru bagi pengguna untuk berinteraksi dengan grup yang besar.
    WhatsApp mengatakan bahwa fitur ini berbeda dengan panggilan grup, yang terdengar ke semua anggota. Nantinya, percakapan suara akan dimulai dengan munculnya gelembung dalam chat (in-chat bubble), yang bisa diketuk oleh pengguna untuk segera bergabung.
  • (GFD-2025-27259) Menyesatkan: Video Presiden Ukraina yang Disebut Lakukan Serangan Teroris

    Sumber:
    Tanggal publish: 04/06/2025

    Berita

    SEBUAH akun di TikTok [arsip] membagikan video Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada 2 Juni 2025. Video itu diikuti dengan narasi, Presiden Zelensky dalam pernyataan rekaman tersebut mengakui berada di balik serangan teroris terhadap Rusia. 

    Konten itu beredar setelah Ukraina melancarkan serangan drone “jaring laba-laba” ke pangkalan udara Rusia sehari sebelumnya, 1 Juni 2025. Narasi yang disebarkan lewat video itu berbunyi: “117 drone digunakan untuk menyerang pangkalan udara Rusia. Zelensky mengonfirmasi bahwa Kiev berada di balik serangan teroris tersebut. Fuhrer Ukraina mengklaim jumlah operator UAV yang terlibat sama.”



    Namun, benarkah Zelensky menyatakan pemerintahannya berada di balik aksi teror di Rusia?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo memverifikasi video tersebut menggunakan layanan pencarian gambar terbalik milik Google, menggunakan aplikasi transkripsi, membandingkan dengan berita-berita kredibel di internet, serta mewawancarai pakar. 

    Ukraina melancarkan salah satu operasi pesawat tak berawak terbesarnya yang disebut “jaring laba-laba” terhadap Rusia pada Minggu, 1 Juni 2025. Serangan tersebut ditujukan ke lima pangkalan udara jauh di dalam wilayah Rusia yakni Murmansk, Irkutsk, Ivanovo, Ryazan, dan Amur. Serangan ini terjadi setelah Rusia menginvasi Ukraina sejak 24 Februari 2022. 

    Hasil verifikasi Tempo menunjukkan, video Presiden Zelensky dalam konten yang beredar sama dengan yang diunggah saluran YouTube Mojo Story pada Minggu, 2 Juni 2025. Dalam rekaman itu, sesungguhnya Zelensky memuji atas keberhasilan operasi pasukan militernya menyerang pangkalan udara Rusia menggunakan 117 drone penyerang tersebut.



    Tempo menerjemahkan pernyataan Zelensky dalam bahasa Ukraina tersebut dengan aplikasi transkrip berbasis kecerdasan buatan, Transcribe, Dalam video, Zelensky mengatakan, serangan pada 1 Juni 2025 itu telah dipersiapkan selama enam bulan. Salah satu persiapannya, mereka menempatkan pasukan dan unit drone di sebuah bangunan dekat pangkalan udara Rusia.

    “Operasi ini sungguh unik. Hal yang paling menarik, dan sekarang sudah bisa diungkapkan kepada umum, (bahwa) kantor kami berada di wilayah Rusia, terletak di sebelah FSB (Dinas Keamanan Federal) Rusia, di salah satu wilayah mereka,” kata Zelensky dalam video tersebut.

    Zelensky tidak menyatakan sebagai kelompok teroris di belakang serangan terhadap Rusia. 

    Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan, Minggu, 1 Juni 2025 yang dilansir dari NDTV, menyebut operasi Ukraina itu sebagai serangan teror. Rusia mengklaim semua serangan di lapangan udara militer di wilayah Ivanovo, Ryazan, dan Amur berhasil digagalkan. Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan baik dari pihak prajurit maupun warga sipil. 

    Kepala Pusat Studi Eropa dan Eurasia di Universitas Airlangga, Surabaya, Radityo Dharmaputra, mengatakan, klaim tindakan Ukraina sebagai aksi terorisme adalah tidak akurat. Sebab operasi ‘jaring laba-laba’ itu hanya menargetkan pangkalan militer. 

    “Berbeda dengan teror karena menargetkan masyarakat sipil untuk menciptakan ketakutan,” kata alumnus Johan Skytte Institute, Political Studies di University of Tartu, Estonia kepada Tempo, Selasa 3 Juni 2025. 

    Radityo menjelaskan, operasi Ukraina ke Rusia pada 1 Juni harus dilihat sebagai konteks perang, setelah Rusia menginvasi Ukraina sejak Februari 2022. Dalam situasi perang militer, seharusnya menargetkan militer dan kawasan militer, bukan pemukiman dan masyarakat sipil sebagaimana hukum perang yang berlaku. 

    Meski operasi Ukraina cukup mengejutkan, Radityo menegaskan, hal itu sebagai strategi dan taktik perang yang normal terjadi. 

    Perang Rusia-Ukraina menyebabkan korban di kedua belah pihak. Berdasarkan data yang dihimpun Russia Matters, proyek yang diluncurkan Belfer Center for Science and International Affairs di Harvard Kennedy School per 12 Maret 2025, korban sipil yang terbunuh di Rusia mencapai 388 orang. Sedangkan korban sipil di Ukraina jauh lebih besar yakni 12.654 orang. 

    Dari korban militer, diperkirakan lebih dari 700 ribu orang militer Rusia tewas dan terluka per Januari 2025. Sedangkan dari Ukraina, terdapat 400 ribu militer yang tewas dan terluka dalam periode yang sama.

    Dikutip dari Statista, jumlah korban sipil di Ukraina selama invasi Rusia yang diverifikasi oleh Komisioner Tinggi untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) dari 24 Februari 2022 hingga 30 April 2025, mencapai 45.001 orang termasuk anak-anak. Dari jumlah tersebut, sebanyak 31.867 orang dilaporkan terluka. Namun, OHCHR menegaskan bahwa angka sebenarnya mungkin lebih tinggi.

    Jumlah korban sipil di Ukraina sejak invasi Rusia pada 24 Februari 2022 hingga 30 April 2025. Sumber: Statista, Mei 2025

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan video itu menampilkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengakui pihaknya berada di balik aksi teror di wilayah Rusia adalah klaim yang menyesatkan.

    Rujukan

  • (GFD-2025-27258) [SALAH] Video “Donald Trump Mengejek Pakistan”

    Sumber: tiktok.com
    Tanggal publish: 04/06/2025

    Berita

    Akun TikTok “rumah.himalaya” pada Rabu (30/4/2025) mengunggah video [arsip] yang memperlihatkan Donald Trump sedang berpidato.

    Unggahan disertai narasi:

    “Donald Trump mengolok-olok Pakistan setelah India menutup 4 sumber air yang mengalir ke Pakistan di Kashmir. Akankah hal ini semakin mempercepat perang India-Pakistan?”.

    “Donald Trump menunjukkan dukungannya ke India dengan mengolok-olok Pakistan.
    #warindiaandpakistan #perangduniake3 #india #pakistan #donaldtrump #trump #standforpakistan”.

    Hingga Rabu (4/6/2025) unggahan telah disukai hampir 8 ribu akun dan dibagikan ulang hampir seribu kali.

    Hasil Cek Fakta

    Tim Pemeriksa Fakta Mafindo (TurnBackHoax) mengambil tangkapan layar dari video tersebut dan menelusurinya lewat perangkat Google Lens. Diketahui, versi lengkap pidato Trump tersebut telah diunggah sejak 2016, salah satunya oleh kanal YouTube resmi CNN pada Sabtu (27/2/2016) berjudul “Trump mocks Rubio’s SOTU water incident”.

    TurnBackHoax kemudian melihat video CNN berdurasi 46 detik tersebut. Terdapat bagian Trump berkata “I need water”, sama seperti video yang diunggah oleh “rumah.himalaya”. Konteks asli dari bagian pidato tersebut adalah Trump mengejek rivalnya, Marco Rubio, perihal Rubio yang membutuhkan air di tengah-tengah pidato kampanye kepresidenannya pada 2016. Tidak ada hubungannya dengan konflik India-Pakistan.

    Kesimpulan

    Unggahan video berisi narasi “Donald Trump mengolok-olok Pakistan” merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).

    Rujukan

  • (GFD-2025-27257) [SALAH] Mahkamah Internasional Tetapkan Israel sebagai Negara Ilegal

    Sumber: instagram.com
    Tanggal publish: 04/06/2025

    Berita

    Akun Instagram “marhall88” pada Jumat (11/4/2025) mengunggah video [arsip] yang memperlihatkan Menteri Luar Negeri Palestina Riyad Al Maliki sedang berbicara dengan sejumlah awak media.

    Unggahan disertai narasi:

    “Mahkamah Internasional tlah memutuskan bahwa: ISRAEL adlh NEGARA ILEGAL yg sdh harus keluar dari Palestine dan wajib segera diHUKUM DUNIA”.

    “#israel Adlh NEGARA ILEGAL yg SIAP DIHUKUM oleh KEPUTUSAN MAHKAMAH INTERNASIONAL”.

    Hingga Rabu (4/6/2025) unggahan tersebut telah disukai lebih dari 5 ribu akun.

    Hasil Cek Fakta

    Tim Pemeriksa Fakta Mafindo (TurnBackHoax) menonton video tersebut dari awal hingga akhir. Tidak ada pernyataan Riyad Al Maliki tentang Mahkamah Internasional menyatakan Israel sebagai negara ilegal. Video hanya berisi pembahasan seputar Mahkamah Internasional yang menyatakan pendudukan Israel di Palestina merupakan tindakan ilegal karena melanggar Piagam HAM PBB.

    Dalam video tersebut terdapat tanda air “TRT World”. TurnBackHoax kemudian menelusuri akun Instagram “trtworld” dan menemukan video asli, isinya sama dengan unggahan “marhall88”, tetapi tidak terdapat narasi “Mahkamah Internasional tlah memutuskan bahwa: ISRAEL adlh NEGARA ILEGAL yg sdh harus keluar dari Palestine dan wajib segera diHUKUM DUNIA”.

    TurnBackHoax lalu memasukkan kata kunci “ICJ declares Israel as illegal state” ke mesin pencari Google. Hasilnya mengarah ke sejumlah artikel yang membantah klaim, yakni:

    euronews.com “No, the ICJ hasn’t declared Israel an ‘illegal state’” yang tayang pada Kamis (24/4/2025), dan
    reuters.com “Fact Check: UN court’s opinion misrepresented as deeming Israel an illegal nation” yang tayang pada Senin (21/4/2025).

    Kesimpulan

    Unggahan berisi narasi “Mahkamah Internasional menetapkan Israel sebagai negara Ilegal” merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).

    Rujukan