• (GFD-2025-27252) Hoaks! Artikel yang sebut Nadiem bagi uang korupsi Rp11 triliun dengan Jokowi

    Sumber:
    Tanggal publish: 03/06/2025

    Berita

    Jakarta (ANTARA/JACX) – Sebuah unggahan Facebook menampilkan tangkapan layar artikel yang menyebutkan bahwa mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim diduga membagikan uang hasil korupsi pengadaan laptop senilai Rp11 triliun kepada Presiden Joko Widodo.

    Diketahui, Kejaksaan Agung tengah mengusut dugaan korupsi pengadaan laptop Chromebook senilai Rp 9,9 di Kemendikbudristek pada periode 2019-2022, era Menteri Nadiem Makarim.

    Berikut narasi dalam unggahan tersebut:

    “*TEMUAN KEJAGUNG ANGGARAN LAPTOP 9,9 TRILIUN.*

    *PERLAPTOP |” 10 JUTA/HARGA PASARAN CUMA, 1,7-2,6 JUTA.*

    (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

    *"Nadim Makarim Tegaskan uang pengadaan laptop sebesar 11 Triliun Bagi Dua sama Pak Jokowi Gibran saksinya di Solo".*

    *28 Mei 2025 | 21.36 WIB.*

    *Dengan ikut men-Viralkan berarti ANDA termasuk ikut Serta dalam perjuangan !!*”

    Berikut judul dalam tangkapan layar unggahan tersebut:

    “Nadiem Makarim tegaskan pengadaan uang laptop sebesar 11 Triliun Bagi Dua sama Pka Jokowi Gibran saksinya di Solo”

    (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

    Namun, benarkah Artikel Nadiem sebut membagi uang korupsi Rp11 triliun dengan Jokowi?



    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan penelusuran, tidak ditemukan artikel berita dengan judul sebagaimana yang ditampilkan dalam tangkapan layar unggahan tersebut. ANTARA menemukan artikel dengan gambar, tanggal, dan waktu yang serupa, namun dengan judul berbeda, yaitu “Ini Peran 2 Stafsus Nadiem Makarim dalam Kasus Korupsi Pengadaan Chromebook” yang diterbitkan oleh Tempo.

    Dalam artikel tersebut, Kejaksaan Agung (Kejagung) mengungkap peran dua Staf Khusus Nadiem Makarim, yakni Jurist Tan dan Fiona Handayani, dalam kasus dugaan korupsi pengadaan laptop Chromebook pada periode 2019–2022. Keduanya disebut ikut menyusun analisis yang meloloskan proyek tersebut, meskipun sudah ada kajian tahun 2018–2019 yang menyatakan bahwa Chromebook tidak efektif untuk program digitalisasi pendidikan di Kemendikbudristek.

    Kejagung juga menegaskan bahwa Nadiem Makarim tidak masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) dan tidak ada bukti yang mengarah bahwa ia terlibat langsung dalam korupsi tersebut

    “Kami tidak ada menyatakan (Nadiem Makarim) DPO,” katanya, dilansir dari ANTARA.

    (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

    Dengan demikian, judul artikel dalam tangkapan layar tersebut merupakan hasil suntingan.

    Klaim: Artikel yang sebut Nadiem bagi uang korupsi Rp11 triliun dengan Jokowi

    Rating: Hoaks



    Pewarta: Tim JACX

    Editor: Indriani

    Copyright © ANTARA 2025

    Rujukan

  • (GFD-2025-27251) [HOAKS] Nadiem Tegaskan Berbagi Uang Pengadaan Laptop Rp 11 Triliun dengan Jokowi

    Sumber:
    Tanggal publish: 02/06/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar unggahan di media sosial berupa tangkapan layar judul artikel yang mengeklaim adanya pernyataan mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim terkait kasus dugaan korupsi pengadaan laptop.

    Menurut tangkap layar itu, Nadiem menegaskan uang pengadaan laptop Rp 11 trilun dibagi dua dengan Presiden ke-7 Indonesia Joko Widodo (Jokowi).

    Namun, setelah ditelusuri artikel tersebut merupakan hasil manipulasi.

    Sebagai konteks, Kejaksaan Agung sedang menyidik dugaan korupsi program pengadaan laptop untuk digitalisasi pendidikan yang dilaksanakan Kemendikbud Ristek pada 2019-2022.

    Proyek pengadaan laptop Chromebook tersebut menelan anggaran sekitar Rp 9,9 triliun.

    Unggahan berupa tangkap layar artikel yang mengeklaim Nadiem membagi dua uang Rp 11 triliun untuk pengadaan laptop dengan Jokowi, dibagikan akun Facebook ini, ini, ini, ini, dan ini.

    Akun tersebut membagikan tangkapan layar artikel yang terbit pada 28 Mei 2025 berjudul, "Nadim Makarim uang pengadaan laptop sebesar 11 Triliun Bagi Dua sama Pak Jokowi Gibran saksinya di Solo".

    Hasil Cek Fakta

    Penelusuran melalui Google Search tidak menemukan adanya pemberitaan bahwa Nadiem Makarim menegaskan uang pengadaan laptop Rp 11 trilun itu dibagi dua dengan Jokowi.

    Penelusuran menggunakan teknik reverse image search menemukan foto dan tanggal terbit dalam artikel yang beredar identik dengan unggahan di laman Tempo.co ini.

    Artikel aslinya berjudul: "Ini Peran 2 Stafsus Nadiem Makarim dalam Kasus Korupsi Pengadaan Chromebook".

    Artikel tersebut memuat pernyataan Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung Harli Siregar soal peran dua staf khusus Nadiem Makrim dalam kasus dugaan korupsi pengadaan laptop Chromebook. Mereka adalah Jurist Tan dan Fiona Handayani.

    Berdasarkan penelusuran penyidik, keduanya berperan membuat analisis yang akhirnya meloloskan pengadaan Chromebook tersebut.

    Diberitakan Kompas.id, Harli menjelaskan, ke depan tidak menampik kemungkinan pihaknya akan memeriksa Nadiem Makarim dalam kasus pengadaan laptop Chromebook periode 2019-2022. 

    Namun, hal itu akan disesuaikan dengan kebutuhan penyidik.

    Jika Nadiem dipanggil, penyidik kemungkinan akan menanyakan perihal jalannya Program Digitalisasi Pendidikan tahun 2019-2022.

    Selain itu, juga akan ditanyakan terkait tugas Nadiem sebagai Mendikbud Ristek, yang terdiri dari tugas sendiri dan tugas atas perintah pihak lain atau perintah jabatan.

    Kesimpulan

    Judul artikel yang mengeklaim Nadiem Makarim menegaskan uang pengadaan latop Rp 11 triliun dibagi dua dengan Jokowi merupakan hasil manipulasi.

    Artikel aslinya berjudul "Ini Peran 2 Stafsus Nadiem Makarim dalam Kasus Korupsi Pengadaan Chromebook".

    Artikel itu membahas soal peran dua staf khusus Nadiem dalam kasus dugaan korupsi pengadaan laptop Chromebook Kemendikbud Ristek periode 2019-2022. 

    Rujukan

  • (GFD-2025-27250) Keliru: Video Terawan Agus Putranto Promosikan Formula Pereda Nyeri Sendi

    Sumber:
    Tanggal publish: 03/06/2025

    Berita

    SEBUAH akun di Facebook [arsip] mengunggah video yang menampilkan seorang yang mirip mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, pada 27 April 2025. Pria itu mempromosikan formula menyembuhkan nyeri sendi dalam waktu tiga hari.  

    Pria dalam video itu mengatakan, “Nyeri bahu, punggung, lutut, dan leher bisa dihilangkan dalam tiga hari. Saya telah mengembangkan formula inovatif yang benar-benar meredakan nyeri dan memulihkan sendi yang rusak dari dalam. Cukup oleskan produk ini. Komponen alaminya akan menembus sendi dan memulai proses pemulihan.”



    Benarkah dalam video tersebut mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, promosikan formula pereda nyeri sendi?

    Hasil Cek Fakta

    Verifikasi Tempo menunjukkan, video Terawan Agus Putranto mempromosikan obat pereda nyeri dalam tiga hari merupakan hasil suntingan. Beberapa fragmen video dan audio dibuat dengan menggunakan kecerdasan buatan.  

    Tempo menelusuri video dengan bantuan pencarian gambar terbalik milik Yandex dan menggunakan alat deteksi kecerdasan buatan.



    Potongan ini serupa dengan video yang diunggah di sini dan sini. Video pertama menggunakan wajah Dokter Boyke, sedangkan video kedua mencatut wajah Ustadz Adi Hidayat. Pemilik akun menggunakan format yang sama dengan mengubah bagian kepala dengan mengambil wajah tokoh publik.

    Tempo juga memverifikasi video dengan alat pemindai kecerdasan buatan (AI),  Hive Moderation. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa 99 persen kemungkinan audio dalam video itu telah diubah dengan generator AI.





    Video ini juga hasil rekayasa dengan menggunakan format yang sama seperti video sebelumnya. Pelaku menggunakan tokoh publik dr. Boyke dan Ustadz Adi Hidayat.



    Potongan video ini identik dengan video Terawan yang diunggah oleh akun YouTube Gavi, the Vaccine Alliance berjudul GVS2020 – GVS | Hon Lt Gen TNI (ret) Dr Terawan Agus Putranto, Minister of Health, Indonesia. Video ini tayang pada 5 Juni 2020.

    Video berbahasa Inggris tersebut direkam saat Global Vaccine Summit yang diselenggarakan di Inggris. Pertemuan secara online itu mengawali era baru kolaborasi kesehatan global saat para pemimpin dunia menunjukkan komitmen luar biasa terhadap cakupan imunisasi yang merata dan keamanan kesehatan global dalam menghadapi pandemi COVID-19.

    Saat itu Terawan tidak mempromosikan obat nyeri sendi seperti video unggahan di atas.

    Waspada Deepfake

    Waspada terhadap deepfake yang mencatut nama tokoh public untuk menipu. Tempo mencatat terjadi  lonjakan signifikan konten deepfake sepanjang 2024, dengan 71 konten teridentifikasi. Angka ini meningkat drastis dibandingkan tahun 2023 yang hanya 5 konten. Konten-konten ini disalahgunakan untuk berbagai kepentingan: dari promosi obat-obatan, judi online, penipuan, hingga manipulasi selama masa pemilu.

    Bentuk penyalahgunaan deepfake pun semakin beragam. Untuk disinformasi kesehatan, pelaku mengubah audio para pemengaruh; mulai dari selebriti, mantan menteri kesehatan, hingga presenter televisi, seolah-olah mereka memberikan testimoni produk. Sedangkan untuk penipuan finansial, deepfake mencatut nama tokoh publik seperti presenter berbagai stasiun televisi, pendakwah Dennis Lim, hingga selebriti seperti Ariel Noah dan Raffi Ahmad untuk menawarkan bantuan sosial atau hadiah palsu.

    Persoalan literasi digital yang kurang di tengah masyarakat, menjadi penyebab penipuan deepfake ini masih terus menelan korban.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa video Terawan promosikan formula pereda nyeri dan pemulihan sendi adalah keliru.

    Rujukan

  • (GFD-2025-27249) Keliru: Rekaman yang Diklaim sebagai Suara SBY Protes ke Kapolri

    Sumber:
    Tanggal publish: 03/06/2025

    Berita

    SEBUAH akun media sosial X [arsip] mengunggah video rekaman menyerupai suara mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Isi rekaman itu berisi protes terhadap Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo atas penggusuran lahan warga di Kalimantan Timur.

    Berikut isi rekaman tersebut: "Kepada Kapolri yang tidak saya hormati dan mungkin masih banyak lagi orang-orang yang sama dengan saya tidak menghormati Anda. Saya kehabisan kata-kata, karena hari ini tanggal 17 Januari 2025 ini, saya saksikan sendiri betapa biadabnya anggota Anda di wilayah Kalimantan Timur, menggusur lahan kebun yang bibitnya itu dari dinas perkebunan dibantu pemerintah, namun diakui oleh PT BDA yang dikawal anggota Brimob.  



    Lalu, benarkah itu rekaman tersebut adalah suara Susilo Bambang Yudhoyono yang ditujukan kepada Kapolri?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo memverifikasi klaim itu melalui pemberitaan media kredibel dan menelusuri pemilik suara lewat kanal YouTube. Hasilnya, rekaman suara tersebut bukan milik Susilo Bambang Yudhoyono.

    Rekaman suara tersebut sebenarnya sudah beredar sejak Februari 2025. ??Jurnalis FNN (Forum News Network), Hersubeno Arief, lewat akun YouTube miliknya Hersubeno Point menyebut, suara yang menyerupai suara SBY itu milik Kolonel (Purn TNI) Rahmat Suhaji. 

    Video tersebut berjudul Akhirnya Terungkap! Teguran Keras Kepada Kapolri Bukan Suara SBY, Tapi Suara Seorang Kolonel yang tayang pada 7 Februari 2025.

    “Suara tersebut asli, tetapi bukan milik Pak SBY. Tapi milik seorang kolonel yang telah pensiun yang saat ini banyak melakukan advokasi bagi warga yang menjadi korban mafia tanah,” kata Hersubeno.

    Rekaman tersebut dilakukan Rahmat di toilet bandara, sehingga suara terdengar menggema. Ia juga mengirimkan rekaman video itu kepada Hersubeno.

    Partai Demokrat saat itu juga telah membantah, suara dalam rekaman tersebut milik Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Saya pastikan, itu bukan suara bapak SBY, saya sudah cek," kata Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat, Benny Kabur Harman, kepada Kompas.com, Sabtu 1 Februari 2025. 

    Anggota Komisi III DPR RI tersebut menilai, suara SBY tidak seperti rekaman yang beredar. Dia bilang, cara Presiden keenam RI untuk mengkritik juga tidak seperti yang disampaikan dalam rekaman tersebut. "Suara Pak SBY tidak seperti itu dan itu bukan cara Pak SBY mengkritik institusi Polri. Itu pasti cloning," kata Benny.

    Hasil verifikasi terhadap gambar keluku konten menunjukkan, foto tersebut berasal dari unggahan akun Instagram @divisihumaspolri pada 29 Februari 2024. Unggahan itu menyampaikan pesan Kapolri tentang pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa untuk mencapai visi Indonesia Emas tahun 2045.

    Saat itu, Kapolri mengatakan seluruh elemen masyarakat harus bersatu padu agar terus bertumbuh di saat negara lain menghadapi resesi. Tidak ada kaitan foto itu dengan rekaman yang diklaim milik SBY.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim suara SBY memarahi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo adalah keliru.

    Rujukan