SEBUAH tangkapan layar artikel berlogo Tempo memuat klaim bahwa Jokowi dan ibu kandungnya memiliki nama Tionghoa. Konten itu beredar sebagai pesan berantai di WhatsApp dan diterima Tempo pada Sabtu 24 Mei 2025.
Tangkapan layar itu berisi foto Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) dan judul berita, “Histori Mr Oei Hong Liong”. Oei Hong Liong disebut sebagai nama kecil dari Jokowi. Karena memiliki nama Tionghoa, Presiden Tiongkok Xi Jin Ping diklaim pernah membiayai Jokowi untuk menjarah Indonesia.
Sedangkan Kho Mei Hwa tertulis sebagai nama Ibu kandungnya, seorang aktivis Gerwani yang kaya raya dan juga agen Republik Rakyat Tiongkok (RRT) 1965. Selain itu, ayah Jokowi juga diklaim sebagai pentolan PKI Solo.
Lalu benarkah Tempo memberitakan Jokowi punya nama kecil Oeng Hong Liong?
(GFD-2025-27137) Keliru: Tempo Memberitakan Jokowi Punya Nama Kecil Oeng Hong Liong
Sumber:Tanggal publish: 26/05/2025
Berita
Hasil Cek Fakta
Tim Cek Fakta Tempo memverifikasi klaim di atas dengan mengunjungi website Tempo.co dan mewawancarai pemimpin redaksi Tempo. Faktanya, tangkapan layar berita tersebut merupakan hasil rekayasa.
Hasil penelusuran di situs web Tempo, tidak ditemukan berita berjudul “Histori Mr Oei Hong Liong”. Menurut Pemimpin Redaksi Tempo, Setri Yasra, Tempo tidak pernah menerbitkan berita tersebut.
“Tempo tidak pernah menerbitkan berita tersebut sehingga bisa dipastikan ini hoaks. Pembuat hoaks telah mencatut logo Tempo,” kata Pemimpin Redaksi Tempo, Setri Yasra, Senin, 26 Mei 2025.
Mereka yang mencatut nama Tempo adalah perbuatan pidana. Tindakan ini mengganggu kerja jurnalistik Tempo untuk terus menghadirkan karya jurnalistik berkualitas.
??Setri mengingatkan, produk Tempo yang asli dan berkualitas hanya bisa didapatkan di website resmi Tempo yakni www.tempo.co.
Klaim Jokowi Keturunan Cina
Klaim Jokowi keturunan Cina telah berulang kali beredar. Cek Fakta Tempo pernah menulis biografi Jokowi berdasarkan buku berjudul “Jokowi Menuju Cahaya” karya Alberthiene Endah (2018). Dalam buku itu dijelaskan, Jokowi terlahir dengan nama Mulyono pada Juni 1961 di Rumah Sakit Brayat Minulyo, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Namun, nama itu tidak lama digunakan. Karena berulang kali sakit, orang tua Jokowi memberi nama baru baginya. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, seorang anak yang sakit-sakitan perlu diganti namanya. Nama Mulyono pun diganti dengan Joko Widodo.
Dalam buku itu dikisahkan, Jokowi menghabiskan masa kecilnya di sebuah rumah bilik di pinggir kali, tepatnya di daerah Srambatan, pinggiran Solo. Ibu Jokowi bernama Sujiatmi. Sedangkan bapaknya, Wijiatno Notomiarjo adalah pedagang bambu dan kayu. Ia dan keluarganya berkali-kali pindah rumah, namun selalu di pinggir sungai.
Hasil penelusuran di situs web Tempo, tidak ditemukan berita berjudul “Histori Mr Oei Hong Liong”. Menurut Pemimpin Redaksi Tempo, Setri Yasra, Tempo tidak pernah menerbitkan berita tersebut.
“Tempo tidak pernah menerbitkan berita tersebut sehingga bisa dipastikan ini hoaks. Pembuat hoaks telah mencatut logo Tempo,” kata Pemimpin Redaksi Tempo, Setri Yasra, Senin, 26 Mei 2025.
Mereka yang mencatut nama Tempo adalah perbuatan pidana. Tindakan ini mengganggu kerja jurnalistik Tempo untuk terus menghadirkan karya jurnalistik berkualitas.
??Setri mengingatkan, produk Tempo yang asli dan berkualitas hanya bisa didapatkan di website resmi Tempo yakni www.tempo.co.
Klaim Jokowi Keturunan Cina
Klaim Jokowi keturunan Cina telah berulang kali beredar. Cek Fakta Tempo pernah menulis biografi Jokowi berdasarkan buku berjudul “Jokowi Menuju Cahaya” karya Alberthiene Endah (2018). Dalam buku itu dijelaskan, Jokowi terlahir dengan nama Mulyono pada Juni 1961 di Rumah Sakit Brayat Minulyo, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Namun, nama itu tidak lama digunakan. Karena berulang kali sakit, orang tua Jokowi memberi nama baru baginya. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, seorang anak yang sakit-sakitan perlu diganti namanya. Nama Mulyono pun diganti dengan Joko Widodo.
Dalam buku itu dikisahkan, Jokowi menghabiskan masa kecilnya di sebuah rumah bilik di pinggir kali, tepatnya di daerah Srambatan, pinggiran Solo. Ibu Jokowi bernama Sujiatmi. Sedangkan bapaknya, Wijiatno Notomiarjo adalah pedagang bambu dan kayu. Ia dan keluarganya berkali-kali pindah rumah, namun selalu di pinggir sungai.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa klaim Tempo memberitakan Jokowi punya nama kecil Oeng Hong Liong adalah keliru.
Rujukan
(GFD-2025-27136) Keliru: Klaim TBC Tiba-Tiba Ada
Sumber:Tanggal publish: 26/05/2025
Berita
SEBUAH akun di media sosial X [arsip] mengunggah tangkapan layar tentang TBC dari konten milik Manto Gudono, 15 Mei 2025. Konten tersebut berisi tangkapan layar berita online berjudul Ada 274 RW di Jakarta Berstatus Siaga TBC. Artikel dipublikasikan pada 14 Mei 2025 pukul 17.42 WIB. Agus Rahmad dan Fajar Ramadhan tercatat sebagai penulis.
Akun Manto Gudono menulis bahwa semua terjadi serba tiba-tiba. "Tiba-tiba Bill Gates datang, tiba-tiba Kadiskes mengumumkan status siaga TBC dan tiba-tiba disuntik vaksin," tulisnya.
Hingga Kamis 22 Mei 2025, konten itu telah dibagikan ulang 814 kali dan dilihat 2,2 juta kali. Namun, benarkah TBC tiba-tiba ada?
Akun Manto Gudono menulis bahwa semua terjadi serba tiba-tiba. "Tiba-tiba Bill Gates datang, tiba-tiba Kadiskes mengumumkan status siaga TBC dan tiba-tiba disuntik vaksin," tulisnya.
Hingga Kamis 22 Mei 2025, konten itu telah dibagikan ulang 814 kali dan dilihat 2,2 juta kali. Namun, benarkah TBC tiba-tiba ada?
Hasil Cek Fakta
Tim Cek Fakta Tempo memverifikasi klaim tersebut dengan layanan pencarian gambar terbalik dan wawancara ahli. Faktanya, tidak benar bahwa penyakit TBC muncul secara tiba-tiba. Sejarah mencatat penyakit ini sudah terdeteksi sejak lama.
Klaim ini muncul dihubungkan dengan rencana uji coba vaksin tuberkulosis (TB) yang dikembangkan oleh Bill Gates Foundation. Pendiri Microsoft itu datang ke Indonesia pada 7 Mei 2025.
Menurut Epidemiologi Indonesia dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman, penyakit tuberkulosis sudah ditemukan ribuan tahun sebelum masehi. Temuan arkeologi, teks kuno hingga rekaman kedokteran zaman dulu, sudah mendeteksi keberadaan TBC tersebut.
“Tuberkulosis sudah didokumentasikan terjadi ribuan tahun bahkan sebelum masehi,” kata Dicky Budiman kepada Tempo, 22 Mei 2025.
Pada kerangka tubuh mumi di Mesir yang berasal dari 2400-3400 SM, ditemukan gejala penyakit TBC. Di negara Asia, pemilik peradaban tertua adalah India dan Cina, sudah mendeteksi keberadaan penyakit ini. TBC sudah ada di India sejak 3300 tahun lalu sedangkan di Cina 2300 tahun lalu.
Pada masa Yunani, kata Dicky, TBC disebut sebagai consumption atau dalam bahasa Yunani, phthisis. Yunani merupakan salah satu pelopor ilmu pengetahuan. Penyakit ini ditulis dalam buku Hippocrates yang disebut sebagai penyakit mematikan, khususnya pada anak muda.
“Di Eropa, penyakit ini sudah ditemukan sejak era Renaissance. Di era modern setelah penemuan mikroskop, TBC sudah jauh lebih berkembang,” kata dia.
Situs Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melansir bahwa pada tahun 1882, penyakit TB telah membunuh satu dari tujuh orang di Amerika Serikat dan Eropa. Dr. Robert Koch mengumumkan penemuan Mycobacterium tuberculosis (MT), kuman penyebab tuberkulosis pada tanggal 24 Maret 1882. Komunitas kesehatan global menetapkan tanggal 24 Maret sebagai Hari TB Sedunia. Penemuan Dr. Koch ini sangat penting dalam upaya pemberantasan penyakit TBC.
Tahun 1700-an, orang-orang menyebut penyakit TB sebagai "wabah putih" karena kulit penderita TB pucat. Kemudian di tahun 1800-an, orang-orang menyebutnya sebagai "konsumsi”. Hingga akhirnya pada tahun 1834, Johann Schonlein menamai penyakit tersebut tuberkulosis. Clemens von Pirquet menciptakan istilah "infeksi TB laten" untuk merujuk pada TB tidak aktif pada tahun 1909.
Dikutip dari situs National Library of Medicine, genus Mycobacterium berasal lebih dari 150 juta tahun yang lalu. MT memiliki asal usul yang sangat kuno.
Penyakit ini telah bertahan selama lebih dari 70.000 tahun dan saat ini menginfeksi hampir 2 miliar orang di seluruh dunia dengan sekitar 10,4 juta kasus baru TBC setiap tahunnya. Hampir sepertiga dari populasi dunia adalah pembawa basil TBC dan berisiko untuk mengembangkan penyakit aktif.
Dokter spesialis paru dari RS Persahabatan Jakarta, Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FISR, FAPSR mengatakan, berdasarkan Global Tuberculosis Report 2024, Indonesia berada pada peringkat dua penderita TBC terbanyak di dunia setelah India. Angkanya mencapai 1.060.000 kasus dengan angka kematian 134.000 jiwa.
“Setiap kali praktik, kami selalu menemukan pasien dengan TB ini. Angka TB kita tinggi setiap tahunnya,” kata Agus kepada Tempo, Senin, 26 Mei 2025.
Data TB Indonesia dalam rentang waktu 10 tahun terakhir bisa dilihat di sini.
Menurut Agus, penyakit TB sudah ada sejak lama di Indonesia. Bahkan sejak jaman kerajaan dulu. Agus menyebut keliru bila ada klaim yang mengatakan bahwa penyakit ini tiba-tiba saja ada di Indonesia.
Tangkapan Layar Berita Online
Dari hasil penelusuran Tempo, tangkapan layar berita berjudul Ada 274 RW di Jakarta Berstatus Siaga TBC diambil dari artikel yang publikasikan oleh situs media Viva.co.id pada 14 Mei 2025 pukul 17.42 WIB. Baik judul, foto Kepala Dinas Kesehatan Jakarta, tanggal terbit hingga nama penulis, menunjukkan kesamaan.
Dalam berita tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Jakarta mengatakan bahwa angka kasus TBC di Jakarta terbilang tinggi. Sehingga untuk menekan angka penularannya, Dinas Kesehatan melakukan pengendalian kasus TBC dengan basis komunitas.
“Kami sudah memiliki 274 RW yang statusnya sudah siaga TBC,” kata Kepala Dinas Kesehatan Jakarta, Ani Ruspitawati di Rusunawa Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, Rabu 14 Mei 2025.
Ani meminta masyarakat yang merasa dirinya pernah melakukan kontak erat dengan penderita penyakit TBC untuk memeriksakan diri. Pemerintah Provinsi Jakarta membentuk Pasukan Putih yang salah satu tujuannya tracing kasus TBC di tengah-tengah masyarakat. Pasukan Putih akan berkeliling ke masyarakat dengan mendatangi langsung, khususnya warga yang termasuk lanjut usia (lansia), untuk pelayanan kesehatan.
Klaim ini muncul dihubungkan dengan rencana uji coba vaksin tuberkulosis (TB) yang dikembangkan oleh Bill Gates Foundation. Pendiri Microsoft itu datang ke Indonesia pada 7 Mei 2025.
Menurut Epidemiologi Indonesia dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman, penyakit tuberkulosis sudah ditemukan ribuan tahun sebelum masehi. Temuan arkeologi, teks kuno hingga rekaman kedokteran zaman dulu, sudah mendeteksi keberadaan TBC tersebut.
“Tuberkulosis sudah didokumentasikan terjadi ribuan tahun bahkan sebelum masehi,” kata Dicky Budiman kepada Tempo, 22 Mei 2025.
Pada kerangka tubuh mumi di Mesir yang berasal dari 2400-3400 SM, ditemukan gejala penyakit TBC. Di negara Asia, pemilik peradaban tertua adalah India dan Cina, sudah mendeteksi keberadaan penyakit ini. TBC sudah ada di India sejak 3300 tahun lalu sedangkan di Cina 2300 tahun lalu.
Pada masa Yunani, kata Dicky, TBC disebut sebagai consumption atau dalam bahasa Yunani, phthisis. Yunani merupakan salah satu pelopor ilmu pengetahuan. Penyakit ini ditulis dalam buku Hippocrates yang disebut sebagai penyakit mematikan, khususnya pada anak muda.
“Di Eropa, penyakit ini sudah ditemukan sejak era Renaissance. Di era modern setelah penemuan mikroskop, TBC sudah jauh lebih berkembang,” kata dia.
Situs Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melansir bahwa pada tahun 1882, penyakit TB telah membunuh satu dari tujuh orang di Amerika Serikat dan Eropa. Dr. Robert Koch mengumumkan penemuan Mycobacterium tuberculosis (MT), kuman penyebab tuberkulosis pada tanggal 24 Maret 1882. Komunitas kesehatan global menetapkan tanggal 24 Maret sebagai Hari TB Sedunia. Penemuan Dr. Koch ini sangat penting dalam upaya pemberantasan penyakit TBC.
Tahun 1700-an, orang-orang menyebut penyakit TB sebagai "wabah putih" karena kulit penderita TB pucat. Kemudian di tahun 1800-an, orang-orang menyebutnya sebagai "konsumsi”. Hingga akhirnya pada tahun 1834, Johann Schonlein menamai penyakit tersebut tuberkulosis. Clemens von Pirquet menciptakan istilah "infeksi TB laten" untuk merujuk pada TB tidak aktif pada tahun 1909.
Dikutip dari situs National Library of Medicine, genus Mycobacterium berasal lebih dari 150 juta tahun yang lalu. MT memiliki asal usul yang sangat kuno.
Penyakit ini telah bertahan selama lebih dari 70.000 tahun dan saat ini menginfeksi hampir 2 miliar orang di seluruh dunia dengan sekitar 10,4 juta kasus baru TBC setiap tahunnya. Hampir sepertiga dari populasi dunia adalah pembawa basil TBC dan berisiko untuk mengembangkan penyakit aktif.
Dokter spesialis paru dari RS Persahabatan Jakarta, Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FISR, FAPSR mengatakan, berdasarkan Global Tuberculosis Report 2024, Indonesia berada pada peringkat dua penderita TBC terbanyak di dunia setelah India. Angkanya mencapai 1.060.000 kasus dengan angka kematian 134.000 jiwa.
“Setiap kali praktik, kami selalu menemukan pasien dengan TB ini. Angka TB kita tinggi setiap tahunnya,” kata Agus kepada Tempo, Senin, 26 Mei 2025.
Data TB Indonesia dalam rentang waktu 10 tahun terakhir bisa dilihat di sini.
Menurut Agus, penyakit TB sudah ada sejak lama di Indonesia. Bahkan sejak jaman kerajaan dulu. Agus menyebut keliru bila ada klaim yang mengatakan bahwa penyakit ini tiba-tiba saja ada di Indonesia.
Tangkapan Layar Berita Online
Dari hasil penelusuran Tempo, tangkapan layar berita berjudul Ada 274 RW di Jakarta Berstatus Siaga TBC diambil dari artikel yang publikasikan oleh situs media Viva.co.id pada 14 Mei 2025 pukul 17.42 WIB. Baik judul, foto Kepala Dinas Kesehatan Jakarta, tanggal terbit hingga nama penulis, menunjukkan kesamaan.
Dalam berita tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Jakarta mengatakan bahwa angka kasus TBC di Jakarta terbilang tinggi. Sehingga untuk menekan angka penularannya, Dinas Kesehatan melakukan pengendalian kasus TBC dengan basis komunitas.
“Kami sudah memiliki 274 RW yang statusnya sudah siaga TBC,” kata Kepala Dinas Kesehatan Jakarta, Ani Ruspitawati di Rusunawa Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, Rabu 14 Mei 2025.
Ani meminta masyarakat yang merasa dirinya pernah melakukan kontak erat dengan penderita penyakit TBC untuk memeriksakan diri. Pemerintah Provinsi Jakarta membentuk Pasukan Putih yang salah satu tujuannya tracing kasus TBC di tengah-tengah masyarakat. Pasukan Putih akan berkeliling ke masyarakat dengan mendatangi langsung, khususnya warga yang termasuk lanjut usia (lansia), untuk pelayanan kesehatan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa klaim TBC tiba-tiba ada adalah keliru.
Rujukan
- https://x.com/JurnalAkuntansi/status/1922966035436646618?t=6xJz_WHBKQVXcRBZKbmL-g&s=19
- https://mvau.lt/media/221c4ddf-07a5-4a84-a5a5-e8f59a92b0a2
- https://www-cdc-gov.translate.goog/world-tb-day/history/index.html?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=sc
- https://www-cdc-gov.translate.goog/tb/about/active-tuberculosis-disease.html?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=sc
- https://www-cdc-gov.translate.goog/tb/about/inactive-tuberculosis.html?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=sc
- https://pmc-ncbi-nlm-nih-gov.translate.goog/articles/PMC5432783/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
- https://data.goodstats.id/statistic/data-jumlah-kasus-tuberkulosis-di-indonesia-dalam-10-tahun-terakhir-dxRL1
- https://www.viva.co.id/berita/metro/1823391-ada-274-rw-di-jakarta-berstatus-siaga-tbc#google_vignette
(GFD-2025-27135) Cek Fakta: Link Pendaftaran Token Gratis PLN
Sumber:Tanggal publish: 26/05/2025
Berita
Murianews, Kudus – Beredar sebuah unggahan dengan tautan yang dinarasikan sebagai link pendaftaran token gratis PLN. Jangan buru-buru diklik linknya, cek faktanya dulu yuk.
Postingan dengan tautan yang dinarasikan sebagai link pendaftaran token gratis PLN itu diunggah akun Facebook bernama berita terkini pada 21 Mei 2025 lalu.
”Untuk mendapatkan token listrik gratis silahkan daftar di situs web resmi PLN di bawah ini
https://bergabungsekarang.top/joinnow/,” demikian bunyi unggahan tersebut.
Dalam postingan tersebut juga terdapat narasi “PLN BAGI-BAGI TOKEN GRATIS RP 250.000 DAFTARKAN SEGERA TOKEN GRATIS DARI PLN”.
Berikut tangkap layar dari unggahan dengan tautan yang dinarasikan sebagai link pendaftaran token gratis PLN.
Tangkap layar unggahan dengan tautan yang dinarasikan sebagai link pendaftaran token gratis PLN. (Istimewa/Facebook)
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Murianews.com informasi tersebut hoaks. Simak penelusuran selengkapnya di halaman berikut.
Penelusuran…
Hasil Cek Fakta
Tim Cek Fakta Murianews.com mencoba menelusuri dengan mengeklik tautan yang dinarasikan sebagai link pendaftaran token gratis PLN di unggahan tersebut.
Hasilnya, tautan tersebut tidak mengarah ke laman resmi milik PLN maupun pemerintah. Link itu justru meminta pengunjung untuk memasukkan nama lengkap dan nomor akun Telegram aktif untuk mendapatkan token listrik gratis.
Tautan itu patut dicurigai sebagai upaya kejahatan online seperti pencurian data pribadi hingga penipuan online.
Berikut tangkap layar tampilan link yang dinarasikan sebagai link pendaftaran token gratis PLN.
Tangkap layar tampilan link yang dinarasikan sebagai link pendaftaran token gratis PLN. (dok.Murianews)
Melalui Instagram resminya, @pln_id, PLN menyatakan tak pernah memberikan token gratis melalui program apa pun.
”Pastikan kamu selalu mendapatkan informasi resmi dari PLN melalui saluran resmi seperti Instagram @pln_id, Facebook PLN, Twitter @_pln_id, website www.pln.co.id, atau aplikasi PLN Mobile. Jika ada tawaran mencurigakan, segera cek keaslian informasi di sumber resmi. Tetap waspada dan hindari penipuan!” demikian caption unggahan itu.
Pernyataan selengkapnya dapat dilihat di tautan ini.
Kesimpulan…
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan Tim Cek Fakta Murianews.com unggahan dengan tautan yang dinarasikan sebagai link pendaftaran token gratis PLN adalah disinformasi jenis fabricated content alias konten palsu.
Link yang disematkan tidak mengarah ke laman resmi PLN maupun pemerintahan. Tautan tersebut diduga sebagai upaya kejahatan online.
(GFD-2025-27134) [SALAH] Ikan Lele Penyebab Gagal Ginjal
Sumber: twitter.comTanggal publish: 26/05/2025
Berita
Akun Twitter (X) “blue_berets7” pada Senin (19/5/2025) mengunggah video [arsip] yang berisi narasi:
Buat kalian yang suka makan lele, hati-hati nih. Jadi BPJS tuh baru mengumumkan nih kalau mereka tuh membayar tagihan untuk kasus atau pasien gagal ginjal sebanyak Rp11 triliun. Dan dari sekian banyak kasus gagal ginjal, ikan lele ikut berkontribusi nih sebagai penyebab dari munculnya kasus gagal ginjal itu sendiri. Kira-kira kenapa tuh kok bisa ikan lele berkontribusi terhadap penyebab dari gagal ginjal? Jadi, Kementerian Pertanian itu menemukan hampir 100% ikan lele itu sudah diinjeksikan atau disuntikan dengan obat-obatan antibiotik. Untuk antibiotik yang banyak digunakan untuk ikan lele itu adalah yang oksitetrasiklin dan kloramfenikol. Nah, residu dari antibiotik pada ikan lele tadi itu punya potensi menyebabkan masalah serius pada manusia. Jadi, kalau kalian masih mau nggak nih makan?
Per Senin (26/5/2025) video itu sudah dilihat lebih dari seribu kali, disukai 67 kali, dibagikan ulang lebih dari 28 kali dan menuai 10 komentar.
Buat kalian yang suka makan lele, hati-hati nih. Jadi BPJS tuh baru mengumumkan nih kalau mereka tuh membayar tagihan untuk kasus atau pasien gagal ginjal sebanyak Rp11 triliun. Dan dari sekian banyak kasus gagal ginjal, ikan lele ikut berkontribusi nih sebagai penyebab dari munculnya kasus gagal ginjal itu sendiri. Kira-kira kenapa tuh kok bisa ikan lele berkontribusi terhadap penyebab dari gagal ginjal? Jadi, Kementerian Pertanian itu menemukan hampir 100% ikan lele itu sudah diinjeksikan atau disuntikan dengan obat-obatan antibiotik. Untuk antibiotik yang banyak digunakan untuk ikan lele itu adalah yang oksitetrasiklin dan kloramfenikol. Nah, residu dari antibiotik pada ikan lele tadi itu punya potensi menyebabkan masalah serius pada manusia. Jadi, kalau kalian masih mau nggak nih makan?
Per Senin (26/5/2025) video itu sudah dilihat lebih dari seribu kali, disukai 67 kali, dibagikan ulang lebih dari 28 kali dan menuai 10 komentar.
Hasil Cek Fakta
Tim Pemeriksa Fakta Mafindo (TurnBackHoax) menelusuri kebenaran klaim dengan memasukkan kata kunci “ikan lele penyebab gagal ginjal” ke mesin pencari Google. Hasilnya ditemukan informasi dari laman berita Rumah Sakit Pusat Pertamina dengan judul artikel “Benarkah Ikan Lele Suntik Antibiotik Bisa Sebabkan Gagal Ginjal?” yang diunggah pada Kamis (27/3/2025).
Melansir dari Swarajombang.com, Direktur Utama BPJS Kesehatan, Prof. Ali Ghufron Mukti, menyoroti temuan Kementerian Pertanian mengenai penggunaan antibiotik pada ikan lele dan pewarna buatan pada buah-buahan, yang dapat berpotensi merusak ginjal. Ghufron mengingatkan masyarakat AGAR lebih memperhatikan pola makan dan minum mereka, serta mengontrol riwayat penyakit yang dapat meningkatkan risiko gagal ginjal, seperti diabetes dan hipertensi.
Melansir dari Swarajombang.com, Direktur Utama BPJS Kesehatan, Prof. Ali Ghufron Mukti, menyoroti temuan Kementerian Pertanian mengenai penggunaan antibiotik pada ikan lele dan pewarna buatan pada buah-buahan, yang dapat berpotensi merusak ginjal. Ghufron mengingatkan masyarakat AGAR lebih memperhatikan pola makan dan minum mereka, serta mengontrol riwayat penyakit yang dapat meningkatkan risiko gagal ginjal, seperti diabetes dan hipertensi.
Kesimpulan
Unggahan berisi narasi “ikan lele penyebab gagal ginjal” merupakan merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).
(Ditulis oleh Yudho Ardi)
(Ditulis oleh Yudho Ardi)
Rujukan
- http[rspp.co.id] “Benarkah Ikan Lele Suntik Antibiotik Bisa Sebabkan Gagal Ginjal?” [kompas.com] “Benarkah Makan Lele yang Disuntik Antibiotik Bisa Sebabkan Gagal Ginjal? Ini Penjelasan Dokter”
- https://rspp.co.id/artikel-detail-721-Benarkah-Ikan-Lele-Suntik-Antibiotik-Bisa-Sebabkan-Gagal-Ginjal.html
- https://www.kompas.com/tren/read/2025/04/06/073000165/benarkah-makan-lele-yang-disuntik-antibiotik-bisa-sebabkan-gagal-ginjal-ini?page=all
Halaman: 40/6183