• (GFD-2024-23335) Keliru, Video yang Diklaim Memperlihatkan Kapal Tenggelam di Gowa

    Sumber:
    Tanggal publish: 11/10/2024

    Berita



    Sebuah video beredar di WhatsApp, YouTube ini dan ini, juga akun Facebook ini, ini, ini, ini, dan ini, yang diklaim sebuah kapal motor berpenumpang tenggelam di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel). Video itu memperlihatkan kapal dengan dua lantai serta sarat dengan penumpang, tenggelam.

    Peristiwa itu diklaim terjadi di Gowa, 6 Oktober 2024. Salah satu unggahan di YouTube bahkan mengatakan video itu memperlihatkan kejadian di perairan Selat Bali, antara Pulau Bali dan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.



    Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah video itu memperlihatkan kapal berpenumpang yang tenggelam di Goa atau Selat Bali?

    Hasil Cek Fakta



    Tempo menelusuri video tersebut menggunakan layanan reverse image search dan pencarian dengan kata kunci, dari mesin pencari Google. Hasilnya, peristiwa di video itu tidak terjadi di Indonesia melainkan di Kongo, Afrika Selatan.

    Video yang beredar memperlihatkan kapal motor dua lantai yang penuh penumpang tenggelam di perairan. Video tenggelamnya kapal tersebut, dari sudut pandang yang sama, juga dilaporkan oleh Associated Press.  



    Video dalam berita itu dimiliki seseorang bernama Madame Rayane Omari Ramlathy, dan direkam di Danau Kivu, Goma, Kongo, Benua Afrika pada 3 Oktober 2024.  

    Pemeriksa fakta AFP.com juga melaporkan bahwa muncul narasi yang mengatakan video itu berasal dari wilayah Goa, India. Namun, narasi tersebut juga keliru, karena sesungguhnya video direkam di Goma, Kongo.

    Dilansir Reuters.com, kapal tersebut membawa 278 penumpang di Danau Kivu dan berjarak sekitar 700 meter dari pelabuhan, saat tenggelam. Peristiwa tersebut menyebabkan setidaknya 78 orang meninggal dunia. 

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan narasi yang mengatakan video yang beredar memperlihatkan kapal berpenumpang yang tenggelam di perairan Kabupaten Gowa, Sulsel, atau di Selat Bali, adalah klaim yangkeliru.

    Video itu sesungguhnya memperlihatkan peristiwa kecelakaan kapal di Danau Kivu, Kongo, tanggal 3 Oktober 2024, yang menyebabkan setidaknya 78 orang meninggal dunia.

    Rujukan

  • (GFD-2024-23334) Menyesatkan, Video yang Diklaim Memperlihatkan Kue Luppo Mengandung Pil Beracun Yang Melumpuhkan

    Sumber:
    Tanggal publish: 11/10/2024

    Berita



    Sebuah video beredar di WhatsApp dan Facebook akun ini, ini, ini, ini, dan ini, yang diklaim kue berjenama “Luppo” mengandung pil beracun yang bisa memberi efek kelumpuhan pada anak.

    Video itu memperlihatkan seseorang membuka kemasan kue dan mengeluarkan roti berlapis cokelat yang didalamnya berisi dua pil berwarna putih. Pil itulah yang disebut beracun bagi anak yang sengaja dipasarkan untuk membunuh rakyat Indonesia.  



    Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah video itu memperlihatkan kue yang mengandung pil pelumpuh dan disebarkan untuk membunuh rakyat Indonesia?

    Hasil Cek Fakta



    Selain di Indonesia, informasi tersebut telah beredar di sejumlah negara termasuk Turki. Dikutip dari organisasi pemeriksa fakta independen asal Turki, Teyit.org, narasi yang beredar tersebut keliru. 

    Mereka mengidentifikasi bahwa produk kue ‘Luppo Choco Coconut Cream Cake’ tersebut diproduksi perusahaan Turki bernama ?ölen Çikolata. Namun, varian produk tersebut dipasarkan khusus di Irak, tidak ada di negara lain. 

    Produk Turki lain yang juga tampak di video adalah ayam mentah dalam kemasan berjenama Aspilic yang juga banyak dipasarkan di Irak.

    Audio yang terdengar menggunakan bahasa Sorani dengan dialek Kurdi, bahasa resmi Pemerintah Daerah Kurdistan Irak (KRG). Berdasarkan beberapa temuan itu, video diperkirakan direkam di Irak.

    Ada sejumlah kejanggalan mengapa video tersebut tidak akurat. Pertama, terdapat lubang atau bekas tusukan pada kue sebelum dipotong dan dibongkar. 

    Kedua, menurut Petek Ataman dari Asosiasi Keamanan Pangan Turki, pil yang dimasukkan ke dalam adonan seharusnya meleleh saat dimasak. Sehingga cukup janggal jika dua pil yang dikeluarkan dari roti, masih dalam kondisi utuh.

    Selain itu, pada detik ke-8, kue tersebut keluar dari frame video sehingga tidak bisa dipastikan kue itu adalah kue yang sama dengan yang baru dibuka bungkusnya.

    Apalagi, setiap produk yang diekspor ke Irak, harus melalui sejumlah pemeriksaan ketat.

    Pemeriksa fakta asal Amerika Serikat, Snopes.com, menyatakan mendapat permintaan memeriksa video tersebut sejak November 2019. Di Amerika Serikat, video itu beredar dengan narasi yang mengajak masyarakat memboikot produk Turki yang diekspor ke Amerika Serikat tersebut.

    Hal ini menambah bukti bahwa narasi tersebut keliru, karena kue yang dimaksud hanya diekspor ke Irak. Snopes juga mendapatkan keterangan langsung dari juru bicara ?ölen Çikolata yang mengonfirmasi varian kue tersebut hanya dijual ke Irak.

    Keterangan dan dokumen-dokumen resmi yang mereka kirimkan juga menyatakan pembuatan produk kue tersebut mengikuti prosedur keamanan pangan. Perusahaan juga menyatakan video yang beredar sengaja dibuat untuk menyebarkan informasi keliru.

    Narasi serupa juga beredar di Sri Lanka dan Pakistan sebagaimana dilaporkan pemeriksa fakta asal Perancis, AFP. Seorang juru bicara Bea Cukai Sri Lanka telah menanggapi isu itu dengan mengatakan produk itu tidak diimpor ke negara mereka.

    Manajer ekspor regional ?ölen Çikolata, Oktay Dogan, menyatakan pihaknya tidak mengekspor kue itu ke Sri Lanka dan video yang beredar merupakan upaya pencemaran nama baik perusahaannya dan tidak berdasar. 

    Di sisi lain, website British Retail Consortium (BRC) atau asosiasi pedagang ritel di Inggris Raya, menyatakan perusahaan produsen makanan ?ölen Çikolata telah mengantongi sertifikat uji laboratorium SGS United Kingdom dengan nilai tertinggi (grade AA+).

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang menyatakan video yang beredar memperlihatkan pil beracun yang bisa melumpuhkan anak bila dikonsumsi adalah klaim yangmenyesatkan.

    Video memiliki sejumlah kekurangan, salah satunya terdapat lubang atau bekas tusukan di permukaan kue. Selain itu varian kue tersebut hanya diedarkan di Irak, bukan di Amerika Serikat, Israel, Sri Lanka, Pakistan, atau Indonesia, sebagaimana narasi yang beredar.

    Rujukan

  • (GFD-2024-23333) Keliru, Foto Wasit Ahmed Al Kaf Terima Bonus untuk Memenangkan Bahrain vs Indonesia

    Sumber:
    Tanggal publish: 11/10/2024

    Berita



    Sebuah foto yang diklaim bahwa Ahmed Al Kaf menerima bonus dari Komisi Sepakbola Bahrain, beredar di WhatsApp, Jumat, 11 Oktober 2024. Ahmed adalah wasit asal Oman, yang memimpin pertandingan Bahrain dan Timnas Indonesia dalam putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.

    Foto itu diduga menjadi bukti bahwa Ahmed menerima bonus dari Komisi Sepak Bola Bahrain karena telah membantu mengesahkan gol kedua saat melawan Timnas Indonesia. Foto tersebut beredar setelah Ahmed Al Kaf membuat kontroversial dalam laga Timnas Indonesia melawan Bahrain sehingga Bahrain mampu menyamakan skor menjadi 2-2 lewat gol Mohammed Marhoon.



    Lantas benarkan foto tersebut merupakan foto wasit Ahmed Al Kaf, wasit yang menerima bonus dari Komisi sepak bola Bahrain karena telah membantu mengesahkan gol kedua saat melawan Timnas Indonesia?

    Hasil Cek Fakta



    Tempo mula-mula menelusuri sumber foto yang dibagikan tersebut dengan menggunakanreverse image search toolsmilik Google. Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa foto tersebut bukan pemberian bonus Komisi Sepakbola Bahrain kepada Wasit Ahmed Al Kaf.

    Faktanya, foto tersebut saat Ahmed Al Kaf menerima penghargaan sebagai wasit Internasional dari Menteri Olahraga Oman, Syeikh Saad bin Mohammed Al Mardhouf Al Saadi pada Maret 2018. 

    Selain kepada Ahmed Al Kaf, Syeikh Saad bin Mohammed Al-Mardouf Al-Saadi juga memberikan penghargaan kepada Abu Bakr Al-Omari. Keduanya mendapat penghargaan atas kepemimpinan mereka pada final Piala AFC U-23 di Tiongkok. 

    Foto tersebut diunggah Asosiasi Sepak Bola Oman dalam akun twitternya pada 1 Maret 2018, dengan keterangan: Yang Mulia Syeikh Saad bin Mohammed Al-Mardouf Al-Saadi, Menteri Olahraga, memberikan penghargaan kepada wasit internasional kami Ahmed Al Kaf dan Abu Bakr Al-Omari atas kepemimpinan mereka yang luar biasa pada final Piala AFC U-23 di Tiongkok dan partisipasi mereka yang terhormat di turnamen.



    Dikutip dari CNN Indonesia, laga final Piala AFC U-23 di Tiongkok pada 2018 mempertemukan antara Vietnam melawan Uzbekistan. Pada pertandingan yang digelar di stadion Changzhou Olympic Sports Centre, Changzhou ini, Uzbekistan keluar sebagai juara setelah menaklukan Vietnam dengan skor 2-1. 

    Uzbekistan m engalahkan Vietnam dalam final yang berlangsung Sabtu 27 Januari 2018 lewat perpanjangan waktu dengan gol kemenangan Uzbekistan dicetak pada menit 118 atau hanya dua menit sebelum pertandingan berakhir. 

    Pada pertandingan ini Ahmed Al Kaf bertindak sebagai wasit lapangan dan memimpin pertandingan dibantu Al Amri Abubakar Salim Mahad sebagai Asisten Wasit dan Ali Sabah Adday Al Qaysi, Wasit Garis.

    Kontroversi Ahmed Al Kaf

    Ahmed Al Kaf sudah menjadi wasit FIFA sejak 2010, sebagaimana diberitakan Detik.com. Wasit asal Oman tersebut sudah memimpin pertandingan sebanyak 115 laga. Ahmed Al Kaf total membukukan 346 kartu kuning dan 10 kartu merah.

    Salah satu laga yang menjadi sorotan adalah ketika Al Kaf memimpin pertandingan Al Nasr vs Al Ain dalam leg kedua perempat final Liga Champions Asia 2024. Di laga itu, dia mengeluarkan total 10 kartu. Rinciannya, 9 kartu kuning dan 1 kartu merah.

    Ahmed Al Kaf membuat keputusan yang kontroversial saat Bahrain menghadapi Indonesia. Ahmed Al Kaf terlihat lebih sering memberikan pelanggaran kepada Indonesia dengan total 27 kali, satu di antaranya berujungfree kick yang membawa Bahrain unggul di menit ke-15.

    Seperti diberitakan Tempo, Pengamat sepak bola Mohamad Kusnaeni menilai kepemimpinan wasit Ahmed Al Kaf pada pertandingan Bahrain vs Indonesia di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia mengecewakan, tetapi evaluasi internal dalam tim nasional tetap perlu dilakukan.

    Pada pertandingan yang berlangsung di Stadion Nasional Bahrain pada Kamis, 10 Oktober 2024, wasit Ahmed membuat sejumlah keputusan yang mengecewakan. Salah satu keputusannya yang menjadi sorotan adalah tambahan waktu enam menit yang faktanya sampai menit ke-99 sehingga membuat Bahrain dapat mengemas gol penyama kedudukan untuk mengakhiri laga dengan skor 2-2.

    Dengan hasil ini, Timnas Indonesia turun ke urutan kelima klasemen sementara Grup C putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia dengan koleksi tiga poin dari tiga pertandingan. Setelah pertandingan di kandang Bahrain, Skuad Garuda akan bertandang ke Cina untuk pertandingan keempat di pada Selasa, 15 Oktober 2024.

    Kesimpulan



    Hasil pemeriksaan Tempo, foto yang memperlihatkan wasit Ahmed Al Kaf menerima sebuah amplop merah diklaim sebagai pemberian bonus dari Komisi sepak bola Bahrain karena telah membantu mengesahkan gol kedua saat melawan Timnas Indonesia adalahkeliru. 

    Foto tersebut merupakan foto wasit Ahmed Al Kaf saat menerima penghargaan sebagai wasit Internasional dari Menteri Olahraga Oman, Syeikh Saad bin Mohammed Al Mardhouf Al Saadi pada Maret 2018 dan tidak terkait dengan laga kualifikasi piala dunia antara Indonesia melawan Bahrain pada 10 Oktober 2024. 

    Rujukan

  • (GFD-2024-23332) Manipulasi Foto Trump Mengarungi Banjir Pasca Badai Helene

    Sumber:
    Tanggal publish: 11/10/2024

    Berita

    tirto.id - Sekitar 26 September lalu, Badai Helene menghantam Florida. Badai Helene dikategorikan sebagai badai Kategori 4 dan telah memakan 227 korban jiwa per Sabtu (5/10/2024). Helene adalah badai paling mematikan yang menghantam daratan Amerika Serikat (AS) sejak Katrina pada tahun 2005. Sekira setengah dari korban berada di Carolina Utara, sementara puluhan lainnya tewas di Georgia dan Carolina Selatan.

    Kota Asheville, di pegunungan barat Carolina Utara, diketahui sangat terdampak oleh badai Helene ini. Banjir bandang yang disebabkan badai itu pun mengguncang kota-kota pegunungan yang jaraknya ratusan mil ke pedalaman dan jauh dari tempat badai tersebut menghantam Pantai Teluk Florida, termasuk di pegunungan Tennessee, yang menjadi rumah musisi AS, Dolly Parton.

    Menyusul peristiwa ini, beredar foto Calon Presiden AS, Donald Trump, menyusuri jalanan banjir. Sebuah akun Facebook dengan nama “Steve Youell” (arsip) membagikan foto Trump tampak mengenakan pakaian berwarna biru dengan jaket pelampung.

    “I don't think FB wants this picture on FB. They have been deleting it,” begitu bunyi takarir unggahan yang dibubuhkan. Jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia berarti “saya rasa Facebook tidak menginginkan gambar ini di FB. Mereka telah menghapusnya”.

    Unggahan bertanggal 1 Oktober 2024 ini telah dibagikan ke 166 ribu orang, serta memperoleh 11 ribu reaksi emoji serta 257 komentar hingga Jumat (11/10/2024). Seorang warganet dalam postingan ini berkomentar, FB mungkin menghapus foto Trump tersebut karena merupakan hasil manipulasi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

    Salah satu akun Threads bahkan membagikan foto ini disertai ungkapan terima kasih kepada Trump karena telah menyelamatkan warga setempat dari banjir. Sementara akun Threads lain meminta warganet untuk memverifikasi atau membantah foto yang tersebar.

    Lantas, bagaimana faktanya? Apa benar foto yang beredar dibuat oleh AI?

    Hasil Cek Fakta

    Untuk mengecek kebenaran foto Trump melewati jalanan banjir, Tim Riset Tirto mencoba memanfaatkan penelusuran Google. Setelah memasukkan kata kunci “Trump walking through floodwater”, kami menemukan narasi ini telah dinyatakan tidak benar oleh sejumlah lembaga pemeriksa fakta berbasis di AS, termasuk USA Today dan PolitiFact.

    Mengutip USA Today, Trump dilaporkan meninjau kerusakan akibat Badai Helene di negara bagian medan tempur Georgia pada Senin (30/9/2024), dan berbicara kepada penduduk setempat yang terdampak.

    Namun begitu, gambar yang memperlihatkan dokumentasi Trump mengarungi jalanan banjir tak dapat dibuktikan kebenarannya.

    Profesor Teknik di Universitas Notre Dame, Indiana, AS, Walter Scheirer, mengungkap bahwa gambar tersebut kemungkinan "hasil dari algoritma AI Generatif."

    "Salah satu petunjuk utamanya adalah pakaian kedua pria itu tampak kering. Jika mereka berjalan di air, mereka akan basah kuyup – efek yang dapat dilihat dalam banyak foto asli dari badai tersebut. Lebih jauh, ini adalah gambar yang kualitasnya agak rendah, dengan artefak tidak alami yang terlihat di sekitar percikan air dan kap truk di latar belakang," kata Scheirer, seperti dinukil USA Today, Kamis (3/10/2024).

    Senada, James O'Brien, seorang profesor ilmu komputer di University of California, Berkeley, AS, juga mengatakan bahwa gambar tersebut dibuat secara digital. Ia menunjukkan beberapa inkonsistensi penampilan Trump dalam gambar tersebut, seperti tali jaket pelampung yang tampak menutupi sisi kanan wajahnya dan wajahnya yang tampak belepotan.

    "Saya yakin wajah Trump ditambahkan ke gambar lain dan perangkat lunak yang menambahkan gambar tersebut membuat kesalahan saat memadukan tepinya," kata O'Brien, masih dari USA Today.

    Tirto lantas mencoba mengecek foto Trump ini menggunakan situs deteksi AI, Hive Moderation. Sama seperti pernyataan Scheirer dan O’Brien, hasil pengecekan Hive Moderation juga menunjukkan kemungkinan gambar ini diproduksi dengan AI Generatif mencapai 99,3 persen.

    Dokumentasi kunjungan Trump ke Valdosta, Georgia, yang tersedia di Getty Images menunjukkan dirinya mengenakan setelan jas biru tua, dasi merah, dan topi merah Make America Great Again, berbeda dengan baju yang dikenakannya dalam gambar yang kemungkinan besar dibuat AI. Begitu pula tim kampanye Trump juga mengunggah di Truth rekaman Trump berbicara dari Valdosta dengan pakaian yang sama.

    Kesimpulan

    Hasil penelusuran fakta menunjukkan foto Calon Presiden Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang tengah berjalan melewati jalan banjir, kemungkinan besar dibuat oleh kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

    Profesor Teknik di Universitas Notre Dame, Indiana, AS, Walter Scheirer, mengungkap bahwa gambar tersebut kemungkinan "hasil dari algoritma AI Generatif." Hasil pengecekan dengan Hive Moderation pun menunjukkan kemungkinan gambar ini diproduksi dengan AI Generatif mencapai 99,3 persen .

    Dengan demikian, gambar Trump yang beredar bersifat Altered Image (gambar yang dimanipulasi).

    Rujukan