• (GFD-2025-29004) Keliru, Novel Baswedan Ditunjuk Jadi Komisaris Besar Polisi

    Sumber:
    Tanggal publish: 12/09/2025

    Berita

    tirto.id - Novel Baswedan, yang merupakan mantan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), memang dikenal publik sebagai pegiat antikorupsi. Karenanya, isu terkait Novel tidak pernah sepi dari perbincangan publik.

    ADVERTISEMENT

    Sebagaimana di media sosial Facebook, tersiar narasi yang menyatakan Presiden Prabowo Subianto menunjuk Novel Baswedan sebagai Komisaris Besar (Kombes) Polisi. Unggahan itu menampilkan foto Novel Baswedan dan Prabowo dengan narasi yang mengklaim bahwa ini sebagai bukti presiden bekerja secara pelan tapi pasti.

    let gpt_inline2 = window.googletag || {cmd: []};gpt_inline2.cmd.push(function() {gpt_inline2.defineSlot('/22201407306/tirto-desktop/inline-2', [[336, 280], [300, 250]], 'gpt-inline2-passback').addService(gpt_inline2.pubads());gpt_inline2.pubads().enableSingleRequest();gpt_inline2.pubads().collapseEmptyDivs();gpt_inline2.enableServices();gpt_inline2.display('gpt-inline2-passback');});

    Misal unggahan dari akun bernama "Zilvia Dewi" (arsip), dengan takarir berbunyi, “Selamat bertugas Bapak Komisaris Besar Polisi (PURN). NOVEL BASWEDAN👏”.

    let gpt_inline3 = window.googletag || {cmd: []};gpt_inline3.cmd.push(function() {gpt_inline3.defineSlot('/22201407306/tirto-desktop/inline-3', [[336, 280], [300, 250]], 'gpt-inline3-passback').addService(gpt_inline3.pubads());gpt_inline3.pubads().enableSingleRequest();gpt_inline3.pubads().collapseEmptyDivs();gpt_inline3.enableServices();gpt_inline3.display('gpt-inline3-passback');});

    #gpt-inline3-passback{text-align:center;}

    Dalam postingan video pendek itu, berisi pula keterangan teks di dalam klip yang dibagikan bersama potongan narasi, "KORVPTOR 10 TAHUN TERAKHIR TIDAK AKAN BISA TIDUR NYENYAK DAN HIDVP TENANG DARI SEKARANG!"

    let gpt_inline4 = window.googletag || {cmd: []};gpt_inline4.cmd.push(function() {gpt_inline4.defineSlot('/22201407306/tirto-desktop/inline-4', [[336, 280], [300, 250]], 'gpt-inline4-passback').addService(gpt_inline4.pubads());gpt_inline4.pubads().enableSingleRequest();gpt_inline4.pubads().collapseEmptyDivs();gpt_inline4.enableServices();gpt_inline4.display('gpt-inline4-passback');});

    #gpt-inline4-passback{text-align:center;}

    Header periksa fakta hoaks Novel Baswedan diangkat menjadi Kombes Polisi. tirto.id/Fuad

    Unggahan yang beredar di Facebook sejak 23 Juni 2025 lalu, hingga Jumat (12/9/2025) ini sudah dibagikan ulang sebanyak 865 kali. Postingan itu juga mendapatkan 22 ribu tanda suka (likes) dan 688 komentar.

    ADVERTISEMENT

    Banyak komentar warganet di postingan tersebut mengamini narasi yang dibagikan. Banyak yang memuji Prabowo sekaligus menantikan sepak terjang Novel kembali dalam mengurus korupsi.

    Penelusuran Tirto, sejumlah akun juga mengunggah narasi serupa, seperti akun ini, ini, dan ini.

    Namun, benarkah Prabowo menunjuk Novel Baswedan menjadi Kombes Polisi?

    Hasil Cek Fakta

    Pertama-tama, Tirto menelusuri kebenaran narasi yang dibagikan dengan mencari informasi lewat mesin pencarian Google, memasukan kata kunci ‘Novel Baswedan ditunjuk Prabowo menjadi Kombes Polisi’, hasilnya, tidak ditemukan satupun pemberitaan kredibel dari media massa maupun pernyataan dari Polri maupun laman resmi Presiden RI yang mendukung klaim tersebut.

    Dalam pemberitaan yang beredar sebelumnya, Novel Baswedan justru diangkat oleh Kapolri Listyo Sigit Prabowo sebagai Wakil Satgassus Optimalisasi Penerimaan Negara. Novel yang menjadi wakil, menemani eks pegawai KPK lainnya Herry Muryanto, yang dilantik sebagai Ketua Satgassus.

    Seperti diberitakan Tempo, Novel mengatakan Satgassus Optimalisasi Penerimaan Negara berangkat dari Satgassus Pencegahan Korupsi yang sudah dibentuk sejak 2022. Dalam kerjanya, Satgassus Optimalisasi Penerimaan Negara akan intens berkomunikasi dengan Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea Cukai, dan Inspektorat Jenderal di bawah Kementerian Keuangan.

    Khusus untuk Itjen Kementerian Keuangan, fokusnya ada pada pengawasan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

    “Kapolri mengarahkan untuk fokus pada optimalisasi penerimaan negara,” kata mantan penyidik senior KPK itu pada Selasa, 17 Juni 2025.

    Sebagai informasi, Novel bergabung dengan KPK pada 2007 silam, namun tersingkir dari KPK karena dianggap tidak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK) pada 2021. Sebelum dia berkiprah di KPK, Novel Baswedan merupakan anggota Polri dengan pangkat Komisaris Polisi (Kompol).

    Baca juga:Alasan Novel Baswedan Dkk Batal Daftar Jadi Calon Pimpinan KPK

    Namun, pada 2014, Novel memutuskan untuk pensiun dini dari Polri agar fokus bertugas di KPK. Karenanya, pangkat terakhir Novel sebagai seorang polisi aktif adalah Kompol, bukan Kombes Pol.

    Setelah tersingkir dari KPK pada 2021, Novel memang kembali bekerja di Polri tapi sebagai seorang aparatur sipil negara (ASN) yang ditugaskan di Satuan Tugas Pencegahan Tindak Pidana Korupsi (Satgas Tipidkor) Polri bersama puluhan mantan pegawai KPK lain.

    Saat ini Novel ditunjuk Kapolri Listyo menjabat sebagai Wakil Kepala Satuan Tugas Khusus (Wakasatgassus) Optimalisasi Penerimaan Negara. Karena pensiun dini pada 2014, maka Novel Baswedan kini tidak lagi memiliki pangkat aktif di kepolisian.

    Pun, tidak ada pernyataan dari Polri dan laman resmi Presiden RI terkait pengangkatannya jadi komisaris besar polisi.

    Dengan begitu, narasi yang menyatakan bahwa Presiden Prabowo menunjuk eks pegawai KPK Novel Baswedan sebagai Kombes Polisi merupakan klaim yang keliru.

    Kesimpulan

    Hasil penelusuran fakta menunjukkan bahwa klaim yang menyebut Prabowo menunjuk Novel Baswedan menjadi Komisaris Besar Polisi bersifat salah dan menyesatkan (false and misleading).

    Tidak ada satupun laporan terkait penunjukkan Novel oleh Prabowo menjadi Kombes Polisi. Selain itu, Novel saat ini memang bertugas sebagai Wakil Kepala Satuan Tugas Khusus (Wakasatgassus) Optimalisasi Penerimaan Negara. Namun Novel sudah bukan merupakan anggota polisi aktif karena memutuskan pensiun dini pada 2014.

    ==

    Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Decode, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.

    Rujukan

  • (GFD-2025-29003) [HOAKS] Pemerintah Keluarkan Uang Kertas Pecahan Rp 300.000

    Sumber:
    Tanggal publish: 12/09/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial beredar unggahan dengan narasi yang mengeklaim pemerintah mengeluarkan uang kertas pecahan Rp 300.000 pada September 2025.

    Namun, setelah ditelusuri unggahan tersebut tidak benar atau hoaks.

    Unggahan yang mengeklaim pemerintah mengeluarkan uang kertas pecahan Rp 300.000 dibagikan akun Facebook ini, ini, dan ini.

    Akun tersebut membagikan foto uang kertas berwarna merah dengan gambar seorang pria memakai peci. 

    Salah satu akun menulis keterangan sebagai berikut:

    Keluaran uang baru 300 ribu sudah ada sekarang

    Akun Facebook Tangkapan layar Facebook uang kertas pecahan Rp 300.000 yang diklaim dikeluarkan pemerintah pada September 2025

    Hasil Cek Fakta

    POH Kepala Biro Strategic Corporate Branding & TJSL Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri), Yahdi Lil Ihsan memastikan unggahan itu adalah hoaks.

    Yahdi menyebut, Peruri tidak pernah menerima pesanan untuk mencetak uang kertas Rp 300.000

    "Informasi tersebut hoaks, karena Peruri hingga saat ini tidak pernah menerima pesanan mencetak uang rupiah 300.000 seperti gambar yang dimaksud," kata Yahdi kepada Kompas.com, Kamis (11/9/2025). 

    Ia pun mengimbau masyarakat untuk mengecek informasi terkait uang rupiah melalui saluran resmi Bank Indonesia.

    Masyarakat juga dapat mengecek informasi tentang uang pecahan rupiah yang masih berlaku melalui tautan, https://www.bi.go.id/id/rupiah/gambar-uang/Default.aspx

    "Diimbau kepada masyarakat agar selalu mengecek kebenaran dari sebuah informasi yang beredar. Untuk segala informasi mengenai uang rupiah, dapat mengecek ke Bank Indonesia melalui website atau saluran resmi lainnya," kata Yahdi. 

    Kesimpulan

    Unggahan yang mengeklaim pemerintah mengeluarkan uang kertas pecahan Rp 300.000 merupakan informasi tidak benar atau hoaks.

    Perum Peruri memastikan bahwa pihaknya tidak pernah menerima pesanan untuk mencetak uang kertas Rp 300.000. Nominal tertinggi dari uang pecahan rupiah yang masih berlaku saat ini yakni Rp 100.000.

    Rujukan

  • (GFD-2025-29002) [HOAKS] Kisah Keluarga Yamamoto Terjebak di Everest pada 1998

    Sumber:
    Tanggal publish: 12/09/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Kisah mengenai keluarga Yamamoto yang hilang di Gunung Evereset, beredar di media sosial pada Agustus hingga September 2025.

    Ayah, ibu, dan anak laki-laki dari keluarga Yamamoto dikabarkan terkena badai, lalu hilang pada 1988. Jenazah ketiganya baru ditemukan di Gunung Everest pada 2016.

    Hasil penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com menunjukkan, konten itu tidak benar atau merupakan hoaks.

    Kisah mengenai keluarga Yamamoto yang terjebak di Gunung Everest pada 1988 disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, ini, dan ini.

    Pengunggah menyertakan tiga foto menampilkan sepatu dan boto di lapisan es, tiga anggota keluarga, dan tiga orang terjebak di es.

    Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Sabtu (6/9/2025):

    Sebuah temuan dingin di lereng es Everest telah memecahkan misteri berusia 28 tahun: keluarga Yamamoto, yang hilang dalam badai 1988, ditemukan membeku tepat waktu.

    Hiroshi, Ko, dan putra mereka Takashi berjuang untuk bertahan hidup, saat-saat terakhir mereka ditangkap dalam foto-foto menghantui.

    Ditemukan pada tahun 2016, jenazah mereka mengungkapkan kisah keberanian melawan rintangan yang tidak mungkin. Resolusi yang memilukan ini mendefinisikan kembali warisan bahaya dan jiwa manusia Everest.

    Jelajahi detail mencengkeram cobaan mereka dan efeknya—pergi ke komentar untuk akun lengkap dan temukan mengapa cerita ini beresonansi lintas generasi.

    akun Facebook Tangkapan layar konten hoaks di sebuah akun Facebook, Sabtu (6/9/2025), mengenai keluarga Yamamoto yang terjebak di Gunung Everest pada 1988.

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com mengecek satu per satu foto yang disebarkan pengguna Facebook menggunakan teknik reverse image search.

    Foto pertama menampilkan sepasang sepatu perempuan dan botol kaca serupa dengan foto yang terdapat di pemberitaan BBC.

    Foto tersebut merupakan barang-barang yang sudah usang milik Marcelin dan Francine Dumoulin yang ditemukan di gletser Tsanfleuron bersama dengan jenazah mereka.

    Sepasang suami istri Dumoulin dikabarkan menghilang pada ketinggian 2.600 meter di Pegunungan Alpen, Swiss saat pada Agustus 1942.

    Mereka pergi menggembalakan sapi di gunung, tetapi tidak pernah kembali.

    Sampai 75 tahun kemudian, ditemukan dua mayat beku yang diyakini adalah Marcelin dan Francine Dumoulin setelah gletser menyusut di Swiss.

    Sementara, tidak ditemukan jejak digital yang memuat informasi valid mengenai foto kedua.

    Foto keluarga dengan ras Asia itu tampaknya rekayasa. Dapat dilihat dari bentuk tangan perempuan di sebelah kiri dan anak laki-laki di tengah.

    Tangan keduanya tampak janggal, mirip kesalahan umum pada konten yang dihasilkan artificial intelligence (AI).

    Foto ketiga, menampilkan tiga orang terjebak di gunung salju memiliki probabilitas dihasilkan oleh akal imitasi.

    Platform pendeteksi AI, Hive Moderation menunjukkan, gambar tiga orang terjebak di gunung salju memiliki probabilitas 72,8 persen dihasilkan kecerdasan buatan.

    Adapun, sejauh ini tidak ada laporan atau berita valid mengenai hilangnya keluarga Yamamoto di Everest.

    Situs web Heaven Himalaya mencatat daftar nama korban tewas yang ditemukan di Gunung Everest sejak 1992 hingga 2025.

    Tidak ada nama Yamamoto dalam daftar tersebut.

    Memang ada seorang warga Jepang yang tubuhnya jenazahnya ditemukan tewas di Gunung Everest pada 21 April 1988. Namun ia bernama Hidetaka Mizukoshi.

    Kesimpulan

    Kisah mengenai keluarga Yamamoto yang terjebak di Gunung Everest pada 1988 merupakan hoaks.

    Foto-foto yang disebarkan di media sosial merupakan foto dengan konteks keliru dan rekayasa AI.

    Tidak ada nama Yamamoto dalam daftar nama korban tewas di Gunung Everest.

    Rujukan

  • (GFD-2025-29001) [HOAKS] Video Ilham Aidit Memprovokasi Sejumlah Orang

    Sumber:
    Tanggal publish: 11/09/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Sebuah video yang diunggah di media sosial diklaim menampilkan anak dari pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) Dipa Nusantara Aidit yang bernama Ilham Aidit sedang memprovokasi sejumlah orang.

    Dalam video, ia menyebut beberapa orang yang dituduh sebagai dalang kerusuhan.

    Namun, setelah ditelusuri narasi dalam video tersebut tidak benar. Pria yang ada di dalam video bukan Ilham Aidit dan tidak terkait dengan PKI.

    Video yang diklaim menampilkan Ilham Aidit memprovokasi sejumlah orang salah satunya dibagikan akun Facebook ini.

    Akun tersebut membagikan video yang menampilkan seorang pria sedang menyampaikan soal dalang di balik peristiwa kerusuhan. Salah satu yang disebut yakni kubu Presiden Prabowo Subianto.

    Video diberi keterangan sebagai berikut: 

    SEJAK 98 ILHAM AIDIT SELALU PROVOKASI DI FASILITASI OLEH REJIM BERKUASA..ERA 2014 DIA DUET DGN JOKOWI CS MERUBAH TAP MPRS NOMER XXV/MPRS/1966 TENTANG PEMBUBARAN PKI

    Akun Facebook Tangkapan layar Facebook video yang mengeklaim Ilham Aidit sedang melakukan provokasi

    Hasil Cek Fakta

    Ketika dicermati, wajah pria yang ada di dalam video tersebut tidak mirip dengan Ilham Aidit.

    Tim Cek Fakta Kompas.com mencari sumber video tersebut menggunakan Google Lens. Hasilnya, video identik dengan unggahan kanal YouTube ini pada 29 Mei 2019.

    Keterangan dalam video menyebut bahwa pria yang ada di dalam video yakni Benny Rhamdani yang sebelumnya pernah menjabat Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI).

    Dalam video aslinya, Benny yang saat itu menjadi relawan Joko Widodo di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 berkomentar terkait beberapa pihak yang dianggap sebagai dalang kerusuhan pada 21 dan 22 Mei 2019. 

    Diberitakan Kompas.com sebelumnya, pada 21 dan 22 Mei 2019 terjadi kerusuhan di sekitar Gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) hingga ke Markas Brimob Petamburan dan kawasan Slipi, Jakarta.

    Unjuk rasa penolakan hasil Pemilu 2019 yang awalnya berlangsung damai itu menjadi ricuh setelah sebagian besar pengunjuk rasa pulang dan datang kelompok warga lain. Kericuhan mengakibatkan 9 orang tewas.

    Sebagai informasi, ini bukan kali pertama Benny Rhamdani dinarasikan sebagai anak DN Aidit. Ada sejumlah narasi hoaks yang menyebut Benny sebagai anak Aidit, misalnya ini dan ini.

    Kesimpulan

    Video yang diklaim menampilkan Ilham Aidit sedang memprovokasi sejumlah orang merupakan konten hoaks. Informasi dalam unggahan itu tidak benar.

    Pria yang ada di dalam video bukan Ilham Aidit, melainkan mantan Kepala BP2MI Benny Rhamdani.

    Video aslinya diambil pada 2019. Saat itu, Benny berkomentar terkait beberapa pihak yang dianggap sebagai dalang kerusuhan pada 21 dan 22 Mei 2019.

    Rujukan