• (GFD-2025-26676) [SALAH] Barang Bukti Narkoba Diduga Masuk Melalui PIK 2 Operasi Dalam 21 Hari

    Sumber: X/Twitter
    Tanggal publish: 24/04/2025

    Berita

    Pada Kamis (10/4/2025) beredar unggahan di X (arsip cadangan) yang membagikan video dengan narasi:

    "PIK milik Aguan markas narkoba, jadi keinget Gibran saat play di PIK."

    Hasil Cek Fakta

    Tim Pemeriksa Fakta MAFINDO (TurnBackHoax) menelusuri kebenaran klaim menggunakan perkakas (tools) pencarian gambar Google Images, hasilnya ditemukan kecocokan di unggahan akun Instagram @akbarfaizal68 dengan deskripsi:

    “Begini hasil operasi Badan Narkotika Nasional. Operasi tiga minggu tapi hasilnya sebanyak ini. Dengan anggaran terbatas, @badannarkotikanasional._ bisa seefektif ini. Coba seandainya anggarannya sebesar lembaga lain yang kebiasaan seremonial doang. @infobnn_ri @islah_bahrawi”.

    Pencarian di YouTube menggunakan kata kunci “desk pemberantasan narkoba penggeledahan serentak” seperti yang terlihat di video yang disebarkan menghasilkan berbagai unggahan yang merekam acara “Konferensi Pers Hasil Penindakan Desk Pemberantasan Narkoba dan Live Penggeledahan Serentak Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia”, salah satunya unggahan oleh akun “Kemenko Polkam RI” pada Senin (3/4/2025).

    Pemeriksaan silang (cross check) ke situs-situs berita menggunakan perkakas Google News dengan kata kunci “desk pemberantasan narkoba penggeledahan serentak” menghasilkan berbagai artikel hasil liputan dari sumber-sumber autoritatif, salah satunya oleh detikNews pada Senin (3/3/2025) di artikel berjudul “Desk Pemberantasan Narkoba Sita 1,2 Ton Narkotika hingga 16 Mobil”.

    Mengenai istilah “golden triangle narkoba”, pencarian di Google News menghasilkan berbagai artikel dari sumber-sumber autoritatif, salah satunya oleh merdeka.com di artikel berjudul “Mengenal Golden Crescent dan Golden Triangle, Dua Sindikat Besar Narkoba yang Beroperasi di Indonesia” yang menjelaskan bahwa sebutan untuk jaringan narkoba yang beroperasi di Myanmar, Thailand dan Laos.

    Berkaitan dengan unggahan-unggahan di berbagai platform media sosial mengenai tuduhan Gibran yang dikaitkan dengan penggerebekan di PIK (Pantai Indah Kapuk) pada tahun 2024 lalu, faktanya selain di waktu yang dituduhkan Gibran sedang berada di KPU Jawa Tengah di Semarang, video yang disebarkan sebenarnya adalah video rekaman tahun 2018.

    Kesimpulan

    Unggahan tersebut masuk ke kategori konten yang menyesatkan (misleading content), faktanya video yang dibagikan adalah unggahan oleh Akbar Faizal yang menghadiri acara Konferensi Pers Hasil Penindakan Desk Pemberantasan Narkoba pada 3 Maret 2025 lalu yang berkaitan dengan penanganan narkoba yang berasal dari kawasan Segitiga Emas Narkoba, tidak ada kaitannya dengan PIK.

    Rujukan

  • (GFD-2025-26675) Cek fakta, Prabowo hukum mati pejabat yang korupsi lebih dari Rp10 miliar

    Sumber:
    Tanggal publish: 23/04/2025

    Berita

    Jakarta (ANTARA/JACX) – Sebuah unggahan video di TikTok menarasikan Presiden Prabowo akan memberikan hukuman mati bagi pejabat yang melakukan tindak pidana korupsi dengan nilai lebih dari Rp10 miliar.

    Dalam unggahan tersebut juga dinarasikan Prabowo akan langsung mengeksekusi mati koruptor agar rakyat Indonesia bisa hidup sejahtera dan bebas dari korupsi.

    Berikut narasi dalam unggahan tersebut:

    “presiden Prabowo: muak dengan pejabat negara yang korup, setujukah Rakyat jika ada pejabat negara korupsi diatas 10M di hukum mati jika terbukti melakukan korupsi langsung di eksekusi mat1 agar Rakyat Indonesia Sejahtera bebas dari korupsi”

    Namun, benarkah Prabowo akan beri hukuman mati pejabat yang korupsi lebih dari Rp10 miliar.



    (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

    Hasil Cek Fakta

    Dalam wawancara bersama enam pemimpin redaksi media nasional yang disiarkan melalui kanal YouTube Harian Kompas pada Selasa (8/4/2025), Presiden Prabowo Subianto menyampaikan secara tegas bahwa dirinya tidak sepakat dengan pemberlakuan hukuman mati terhadap pelaku korupsi.

    Prabowo menyatakan bahwa hukuman mati menghilangkan kesempatan untuk melakukan perbaikan jika ternyata ditemukan kesalahan dalam proses peradilan. Ia juga menegaskan bahwa sepanjang sejarah Indonesia, belum pernah ada presiden yang menjalankan eksekusi mati terhadap pelaku korupsi, walaupun secara hukum hal tersebut dimungkinkan.

    Menteri Koordinator (Menko) Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan Yusril Ihza Mahendra menilai ketidaksetujuan Presiden Prabowo Subianto atas penerapan hukuman mati bagi koruptor mencerminkan sikap kenegarawanan yang menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian dan kemanusiaan.

    Pasalnya, sambung Yusril, apabila seseorang sudah dieksekusi mati, maka tidak ada lagi kesempatan untuk menghidupkan kembali orang tersebut jika terdapat sisa 0,1 persen kemungkinan tidak bersalah, walaupun hakim sudah menyatakan 99,9 persen orang itu terbukti bersalah.

    (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

    "Sebagai Presiden, beliau tidak ingin melaksanakan hukuman mati terhadap narapidana mana saja dan kasus apa saja," ujar Yusril, dilansir dari ANTARA.

    Selain itu, Komisi Kejaksaan RI menyatakan memiskinkan koruptor lebih efektif dibandingkan hukuman mati karena dapat menimbulkan efek jera ke depannya.

    "Yang ditakutkan koruptor bukan dipenjara, tetapi dimiskinkan. Kalau lihat negara dengan corruption perceptions index (CPI) yang rendah sudah tidak ada hukuman mati," kata Ketua Komisi Kejaksaan (Komjak) RI Pujiyono Suwadi, dilansir dari ANTARA. Dengan demikian tak benar Presiden Prabowo akan menghukum mati pejabat yang melakukan korupsi dengan nilai lebih dari Rp10 miliar.

    Pewarta: Tim JACX

    Editor: Indriani

    Copyright © ANTARA 2025

    Rujukan

  • (GFD-2025-26674) Keliru: Video Proses Pembuatan Beras Plastik

    Sumber:
    Tanggal publish: 23/04/2025

    Berita

    SEBUAH video yang diklaim sebagai proses pembuatan beras plastik diunggah akun Facebook [arsip]. Dalam video terlihat mesin produksi tengah memproses butir mirip beras dari plastik cair hingga menjadi butiran plastik seperti beras.

    Narator video memperingatkan agar waspada dengan peredaran beras palsu. Diberikan juga tips untuk membedakan beras asli dengan beras plastik.



    Namun benarkah video yang diunggah 17 April 2025 tersebut proses pembuatan beras plastik?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo memverifikasi video itu dengan bantuan Google Lens, dan mesin pencarian Google dan YouTube. Faktanya, video tersebut bukan proses pembuatan beras untuk dikonsumsi tetapi proses daur ulang sampah plastik menjadi butiran plastik atau bijih plastik.

    Potongan video di atas identik dengan video yang diunggah sejumlah akun, seperti akun Instagram @engineeringimprovement pada 25 Januari 2025 dan akun TikTok  Factsbyhamza pada 17 Maret 2025. Namun sebelumnya, di tanggal 18 Desember 2024, akun YouTube Skrinshorts mengunggah video serupa berjudul Proses Pembuatan Bijih Plastik. Meskipun anglenya tidak sama persis, namun berada di lokasi yang sama.



    “Pernahkah kalian melihat bagaimana plastik bekas diubah menjadi biji plastik yang berguna?” tanya narator video.

    Dia menjelaskan bahwa prosesnya dimulai dengan pengumpulan dan penyortiran plastik berdasarkan jenis dan warnanya. Kemudian dilanjutkan dengan pembersihan untuk menghilangkan kotoran dan residu. Setelah itu, plastik digiling menjadi serpihan kecil dan dikeringkan.

    Serpihan tersebut kemudian dilelehkan dengan mesin ekstruder dan dicetak menjadi bulir plastik dan dipotong setelah didinginkan. Bijih plastik yang dihasilkan siap digunakan sebagai bahan baku berbagai produk.

    Dikutip dari situs Cap Eco Recycling bahwa bijih plastik merupakan material yang umum digunakan di berbagai sektor industri, seperti pengemasan, otomotif, elektronik, pertanian, dan masih banyak lagi. Biji plastik ini terbuat dari bahan baku plastik daur ulang atau murni dan diolah menjadi produk jadi seperti botol, tas, onderdil mobil, mainan, dan lain sebagainya.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klim video ini proses pembuatan beras plastik adalah klaim keliru. Video merupakan proses daur ulang sampah plastik menjadi bijih plastik.

    Rujukan

  • (GFD-2025-26673) Keliru: Penggunaan Soda Bisa Mengatasi Gangguan Ereksi dan Impotensi

    Sumber:
    Tanggal publish: 23/04/2025

    Berita

    SEJUMLAH konten memuat klaim penyembuhan gangguan ereksi dan impotensi dengan menggunakan soda kue. Tempo menemukan sekitar 69 konten yang diiklankan oleh pengelola halaman Medical Blog di Meta sepanjang April 2025.

    Konten itu memuat narasi serupa, yakni berupa video pendek berisi testimoni beberapa orang yang menyatakan meski usia mereka sudah di atas 50 tahun, namun tetap prima beraktivitas seksual berkat mengkonsumsi soda kue. Pernyataan mereka sama persis satu sama lain, meski disampaikan oleh orang yang berbeda, seperti video ini dan ini. 

    Video-video tersebut juga disertai penjelasan yang diklaim berasal dari Terawan Agus Putranto. Terawan disebutkan sebagai seorang urolog yang berpengalaman meneliti pengobatan untuk gangguan ereksi dan impotensi hingga berhasil mengatasinya. 



    Namun, benarkah soda dapat menyembuhkan impotensi?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo memverifikasi unggahan di Facebook itu dengan beberapa metode. Diawali dengan mewawancarai dokter urologi, kemudian menganalisis anomali pada konten, termasuk menggunakan alat deteksi kecerdasan buatan, serta mencocokkan klaim dengan rujukan ilmiah. Hasilnya, klaim bahwa soda kue dapat menyembuhkan gangguan ereksi dan impotensi, tidak akurat.  

    Menurut dokter spesialis urologi yang juga berfokus pada sistem reproduksi pria, dr. Andika Afriansyah, Sp.U, soda kue tidak bisa digunakan untuk mengatasi masalah ereksi pada pria. “Mana mungkin soda kue bisa bikin ereksi kembali normal,” kata dia dihubungi Tempo, Rabu 23 April 2025. 

    Andika menjelaskan, mengatasi masalah ereksi harus melalui diagnosa dan pengobatan yang sesuai. Pasalnya, pengobatan bisa berbeda-beda. Tergantung hasil diagnosa awal. 

    Dia mengimbau agar masyarakat mencari informasi dari situs-situs yang kredibel atau secara langsung berkonsultasi dengan dokter. “Kalau dapat informasi dari blog jualan herbal, banyak misinformasi,” kata dokter yang bekerja di RS Mitra Keluarga dan RS Persahabatan ini.

    Sementara itu, belum ada penelitian spesifik yang menyebutkan soda dapat mengatasi masalah ereksi dan impotensi. Menurut situs kesehatan Health Line, manfaat soda yang yang sudah teruji dengan penelitian antara lain digunakan sebagai salah satu bahan obat kumur yang dapat membantu mencegah hilangnya enamel gigi. Selain itu, soda juga dapat membantu meningkatkan performa olahraga selama latihan dengan intensitas tinggi berdurasi pendek. Serta dapat membantu memperlambat perkembangan penyakit ginjal kronis dan pertumbuhan sel kanker.  

    Di sisi lain, penggunaan soda dalam jumlah besar juga menimbulkan risiko yang mengancam jiwa atau yang disebut alkalosis metabolik. Asupan senyawa alkali yang terlalu tinggi seperti soda kue dapat menyebabkan kejang, kelemahan otot, status mental yang berubah, dan, jika tidak ditangani, detak jantung yang tidak teratur dan bahkan kematian.

    Karena kandungan natriumnya yang tinggi, asupan soda kue yang tinggi juga dapat menyebabkan penumpukan cairan dan tekanan darah tinggi, terutama pada orang dengan gangguan fungsi ginjal.

    Terawan bukan dokter spesialis urologi

    Klaim yang menyebut Terawan Agus Putranto sebagai dokter spesialis urologi juga keliru. Menurut laporan Tempo, Letnan Jenderal TNI (Purn) Terawan Agus Putranto adalah seorang dokter militer spesialis radiologi. Dia pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan (Menkes) pada 2019-2020. Dia diangkat menjadi Menkes oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada 23 Oktober 2019.

    Dia adalah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM). Setelah lulus, Terawan meniti karier di kedokteran militer di bawah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD).

    Terawan melanjutkan pendidikan dengan mengambil spesialis Radiologi di Universitas Airlangga Surabaya. Adapun sub spesialisasinya ditempuh Terawan di Pendidikan Subspesialis berbasis Kolegium Radiologi Intervensional dan lulus pada 2009. Dia lalu melanjutkan studi S3 di Universitas Hasanuddin dan lulus pada 2016.

    Testimoni dibuat dengan teknologi kecerdasan buatan

    Tempo kemudian melanjutkan proses verifikasi dengan menganilsa visual dan audio dalam video yang beredar itu. Hasilnya, terlihat sejumlah kejanggalan. Dalam video pertama yang menampilkan sosok seorang nenek, suaranya terdengar lebih muda dari seharusnya.

    Selain itu, gerak bibir dengan audio pada cuplikan video pertama dan kedua tidak sinkron. Ini menunjukkan penggunaan voice atau audio tidak asli yang dilekatkan pada video yang berbeda.



    Pemindaian menggunakan aplikasi Hivemoderation.com juga menunjukkan, video itu memiliki 99,9 persen kemungkinan video diubah atau dihasilkan dari teknologi kecerdasan buatan. Komponen penggunaan suara atau audio dari kecerdasan buatan mendominasi konten tersebut.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa video yang beredar tersebut keliru. Hampir semua elemen dalam video tersebut tidak sesuai fakta. Video testimoni direkayasa menggunakan AI. Sosok dokter yang diklaim tidak sesuai dengan spesialisasinya. Serta klaim pengobatan yang juga keliru.

    Rujukan