• (GFD-2025-28922) Keliru, Demonstrasi Mahasiswa di Samarinda Ditunggangi PKI

    Sumber:
    Tanggal publish: 08/09/2025

    Berita

    tirto.id - Demonstrasi berbagai elemen masyarakat sipil pecah di pekan terakhir Agustus 2025 dan berujung pada sejumlah peristiwa kericuhan. Unjuk rasa yang menuntut evaluasi anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), kebijakan-kebijakan pemerintah, serta reformasi aparat keamanan, terjadi di banyak daerah. Saat kini, aparat kepolisian di berbagai daerah telah menangkap terduga provokator dan pelaku kericuhan dalam sejumlah aksi demonstrasi itu.

    ADVERTISEMENT

    Di tengah hangatnya perbincangan kerusuhan dalam unjuk rasa ini, muncul narasi di media sosial (medsos) yang mengaitkan demonstrasi di wilayah Samarinda, Kalimantan Timur, dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

    let gpt_inline2 = window.googletag || {cmd: []};gpt_inline2.cmd.push(function() {gpt_inline2.defineSlot('/22201407306/tirto-desktop/inline-2', [[336, 280], [300, 250]], 'gpt-inline2-passback').addService(gpt_inline2.pubads());gpt_inline2.pubads().enableSingleRequest();gpt_inline2.pubads().collapseEmptyDivs();gpt_inline2.enableServices();gpt_inline2.display('gpt-inline2-passback');});

    Narasi ini salah satunya disebar di Facebook oleh akun bernama "Berita Papua Terkini" (arsip). Akun tersebut mengunggah video pendek, yang menampilkan jajaran polisi memamerkan sejumlah barang sitaan, yang disebut sebagai barang bukti aksi unjuk rasa di Samarinda. Tampak puluhan botol yang diduga sebagai bom molotov, dan lukisan bergambar palu dan arit dengan tulisan ‘PKI’.

    let gpt_inline3 = window.googletag || {cmd: []};gpt_inline3.cmd.push(function() {gpt_inline3.defineSlot('/22201407306/tirto-desktop/inline-3', [[336, 280], [300, 250]], 'gpt-inline3-passback').addService(gpt_inline3.pubads());gpt_inline3.pubads().enableSingleRequest();gpt_inline3.pubads().collapseEmptyDivs();gpt_inline3.enableServices();gpt_inline3.display('gpt-inline3-passback');});

    #gpt-inline3-passback{text-align:center;}

    Dalam video tersebut, terdapat keterangan berbunyi, "PKI Tunggangi Demo di Samarinda".
    #inline4 {margin:1.5em 0}
    #inline4 img{max-width:300px !important;margin:auto;display:block;}

    let gpt_inline4 = window.googletag || {cmd: []};gpt_inline4.cmd.push(function() {gpt_inline4.defineSlot('/22201407306/tirto-desktop/inline-4', [[336, 280], [300, 250]], 'gpt-inline4-passback').addService(gpt_inline4.pubads());gpt_inline4.pubads().enableSingleRequest();gpt_inline4.pubads().collapseEmptyDivs();gpt_inline4.enableServices();gpt_inline4.display('gpt-inline4-passback');});

    #gpt-inline4-passback{text-align:center;}

    Akun tersebut juga memberikan takarir dengan narasi mengklaim PKI adalah penyebab aksi demonstrasi berujung ricuh di Samarinda.

    “Diduga Partai Komunis Indonesia (PKI) tunggangi demo berujung ricuh di Samarinda, Kalimantan Timur,” tulis akun tersebut.

    ADVERTISEMENT

    Periksa Fakta Demonstrasi Samarinda didalangi PKI. foto/hotline periksa fakta tirto

    Video yang diunggah pada Kamis (4/9/2025) itu sudah ditonton sebanyak 33 kali. Namun, penelusuran Tirto juga menemukan sejumlah postingan dengan narasi serupa, seperti diunggah oleh akun ini, ini, dan ini.

    Sejumlah postingan itu bahkan menarasikan bahwa PKI bangkit kembali dan menyamar di antara peserta aksi unjuk rasa. Demonstrasi yang terjadi juga dikaitkan dengan kebangkitan PKI.

    Namun, benarkah demonstrasi di Samarinda ditunggangi PKI?

    Hasil Cek Fakta

    Pertama-tama, Tirto mencari informasi mengenai adanya agenda pengungkapan barang bukti yang dilakukan polisi di dalam video tersebut. Hasilnya, diketahui agenda itu dilakukan Kepolisian Resor (Polresta) Kota Samarinda, Kalimantan Timur, usai memeriksa lingkungan Kampus 2 Universitas Mulawarman (Unmul), Jalan Banggeris, Samarinda, Minggu (31/8/2025) malam, seperti dilansir dari Antara. Polisi menyita barang bukti 27 bom molotov, satu jerigen berisi bahan bakar, gulungan kain perca yang berfungsi sebagai sumbu, gunting, dan lukisan dengan logo PKI.

    Sementara itu, kegiatan Polresta Samarinda memamerkan barang bukti itu, dilakukan dalam agenda konferensi pers, Senin (1/9/2025), bersama Wali Kota Samarinda, Korem, hingga pemuka adat di Samarinda. Saat itu, Kepala Polresta Samarinda Komisaris Besar Polisi Hendri Umar, mengatakan ada empat mahasiswa yang diduga menjadi perakit puluhan bom molotov tersebut.

    "Dari 22 orang yang kami amankan semalam, empat orang berinisial MZ, FK, MAG, dan AR sedang kami proses lebih lanjut karena diduga kuat mengetahui dan berperan langsung dalam pembuatan bom molotov," ujar Hendri.

    Sementara itu, terkait adanya lukisan bergambar logo PKI, pihak Unmul Samarinda dengan tegas membantah kaitan barang itu dengan rencana demonstrasi. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unmul, Prof Moh Bahzar, Selasa (2/9/2025), menyatakan itu merupakan alat peraga yang digunakan murni untuk kepentingan pembelajaran akademik.

    "Ini tidak terkait dengan gerakan ideologi terlarang, melainkan hanya untuk peraga pembelajaran tentang sejarah demokrasi Indonesia," kata Bahzar.

    Dia menjelaskan, lukisan tersebut adalah materi perkuliahan mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Sejarah. Mahasiswa sedang mempelajari konstelasi politik ketika era Presiden Soekarno, di mana saat itu terdapat beberapa partai besar, termasuk PKI.

    Menurutnya, pihak rektorat sudah mengonfirmasi hal itu dengan memanggil program studi terkait untuk dimintai keterangan. Hasilnya, membenarkan bahwa gambar tersebut dibuat sebagai visualisasi untuk memudahkan pemahaman mahasiswa soal sejarah perpolitikan Indonesia.

    Berbagai lambang partai politik pada masa itu ditampilkan sebagai bagian dari materi studi. Prof Bahzar menjamin temuan tersebut tidak memiliki kaitan apa pun dengan penyebaran paham komunisme atau aktivitas terorisme di dalam lingkungan akademik Unmul.

    “Pihak kampus menjamin ini tidak ada hubungannya dengan gerakan terlarang. Ini murni konteks akademik, karena mahasiswa sejarah harus belajar tentang apa saja yang terjadi di masa lalu, dari era Orde Lama hingga Reformasi,” terangnya.

    Di sisi lain, klaim tersebut turut didukung sejumlah dokumentasi kegiatan mahasiswa Unmul terkait pembelajaran sejarah itu di medsos. Salah satunya, diunggah oleh salah satu akun X yang menyertakan sejumlah foto kegiatan mahasiswa di Unmul.

    Dengan begitu, narasi yang beredar terkait klaim bahwa PKI menjadi dalang demonstrasi ricuh di Unmul tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Pihak Unmul menegaskan bahwa lukisan logo PKI merupakan alat peraga pembelajaran akademik yang justru dijadikan barang bukti oleh kepolisian.

    Sebagai informasi, Presiden Soeharto sudah membubarkan PKI dan semua organisasinya, beserta organisasi yang berasas sama, berlindung, dan bernaung di bawahnya. Langkah itu diambil melalui Keputusan Presiden Nomor 1/3/1966 yang ditetapkan pada 12 Maret 1966. Keputusan itu juga menyatakan PKI sebagai partai terlarang.

    Kesimpulan

    Hasil penelusuran fakta menunjukkan bahwa klaim narasi yang menyatakan demonstrasi di Samarinda didalangi PKI bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

    Lukisan bergambar logo PKI yang ditemukan polisi di kampus Unmul, dan dijadikan barang bukti, merupakan alat peraga pembelajaran akademik. Pihak kampus menegaskan lukisan itu menjadi salah satu alat peraga dalam pembelajaran sejarah partai politik era Soekarno.

    ==

    Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Decode, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.

    Rujukan

  • (GFD-2025-28921) Hoaks! Artikel Jokowi tantang demonstran untuk datang ke rumahnya

    Sumber:
    Tanggal publish: 08/09/2025

    Berita

    Jakarta (ANTARA/JACX) – Sebuah unggahan di Facebook yang diunggah pada 31 Agustus menampilkan tangkapan layar artikel yang diklaim berisi pernyataan Presiden RI ke-7, Joko Widodo, menantang demonstran untuk datang ke rumahnya.

    Narasi tersebut muncul setelah maraknya aksi perusakan rumah sejumlah pejabat, seperti Ahmad Sahroni, Uya Kuya, hingga Sri Mulyani.

    Berikut narasi judul artikel dalam unggahan tersebut:

    “Jokowi Cs Tantang Pendemo Pengecut Coba ke Rumah Saya kalau Berani Saya Akan Lawan”

    Unggahan tersebut juga ditambahkan narasi:

    “Mahasiswa Lanjutkan ke Rumah Mulyono, Mulyono Minta Tolong Bersih-bersikan Rumahnya.”

    (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

    Namun, benarkah artikel Jokowi tantang demonstran untuk datang kerumahnya?



    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan penelusuran, tidak ditemukan artikel dengan judul sebagaimana terlihat pada tangkapan layar tersebut.

    Namun, ANTARA menemukan artikel dengan foto, waktu, dan penulis yang sama, tetapi dengan judul berbeda, yaitu “Jokowi Berdukacita Ojol Affan Kurniawan Tewas Dilindas Rantis”.

    Dalam artikel asli, Presiden Joko Widodo menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya driver ojek online Affan Kurniawan yang tewas setelah dilindas kendaraan taktis Brimob.

    (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

    Dengan demikian, unggahan yang menarasikan Jokowi menantang demonstran untuk datang ke rumahnya merupakan hasil suntingan.

    Klaim: Artikel Jokowi tantang demonstran untuk datang ke rumahnya

    Rating: Hoaks

    Pewarta: Tim JACX

    Editor: M Arief Iskandar

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

    Rujukan

  • (GFD-2025-28920) Hoaks! Video Ahmad Sahroni ditangkap polisi di Bandara Soekarno Hatta

    Sumber:
    Tanggal publish: 08/09/2025

    Berita

    Jakarta (ANTARA/JACX) – Sebuah unggahan video di Facebook berdurasi 12 detik menampilkan mantan Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni, yang terlihat digiring oleh dua polisi.

    Dalam unggahan tersebut dinarasikan bahwa Ahmad Sahroni ditangkap di Bandara Soekarno-Hatta setelah pulang dari Singapura.

    Berikut narasi dalam unggahan tersebut:

    “Ahmad Sahroni di tangkap di bandara Soekarno Hatta ,sesuai pulang dari Singapura”

    Namun, benarkah video Ahmad Sahroni ditangkap polisi tersebut?



    (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan penelusuran, video itu terbukti merupakan hasil manipulasi berbasis kecerdasan buatan (AI). ANTARA memverifikasi menggunakan AI Detector Hive Moderation, yang menunjukkan bahwa video tersebut 96,5 persen adalah hasil rekayasa digital atau deepfake. Hingga kini, tidak ada informasi resmi mengenai penangkapan Ahmad Sahroni.



    Justru, Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri sebelumnya telah menangkap sepasang suami istri yang diduga menjadi provokator dalam penyebaran hoaks dan penghasutan terkait aksi penggerudukan rumah Ahmad Sahroni di media sosial.

    Klaim: Video Ahmad Sahroni ditangkap polisi di Bandara Soekarno Hatta

    Rating: Hoaks

    (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

    Pewarta: Tim JACX

    Editor: M Arief Iskandar

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • (GFD-2025-28919) [KLARIFIKASI] Logo PKI yang Disita Polisi di Samarinda Tidak Terkait Demonstrasi Mahasiswa

    Sumber:
    Tanggal publish: 04/09/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial beredar unggahan dengan narasi yang mengeklaim demonstrasi mahasiswa di Samarinda, Kalimantan Timur pada Senin (1/9/2025) ditunggangi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).

    Dalam video yang beredar, polisi menunjukkan barang bukti berupa gambar dengan logo PKI. Gambar itu disita di kawasan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mulawarman (Unmul), Minggu (31/8/2025) malam

    Setelah ditelusuri, narasi itu keliru dan telah dibantah oleh Wakil Rektor III Universitas Mulawarman, Mohammad Bahzar.

    Narasi yang mengeklaim demonstrasi mahasiswa Unmul pada Senin (1/9/2025) ditunggangi PKI salah satunya dibagikan akun Facebook ini, ini, ini, dan ini.

    Akun tersebut membagikan video yang konferensi pers yang dilakukan oleh polisi. Dalam konferensi pers itu polisi menunjukkan berbagai barang bukti salah satunya gambar logo PKI.

    Narasi dalam video yakni sebagai berikut:

    Diduga Partai Komunis Indonesia (PKI) tunggangi demo berujung ricuh di Samarinda, Kalimantan Timur..

    Hasil Cek Fakta

    Diberitakan Kompas.com, Wakil Rektor III Unmul, Mohammad Bahzar memastikan, gambar logo PKI yang ada di kawasan kampus FKIP Unmul tidak terkait dengan demonstrasi pada Senin (1/9/2025).

    Menurut Bahzar, gambar itu merupakan materi pembelajaran sejarah. Saat itu, mahasiswa sedang melukis simbol partai politik di Indonesia yang ada sejak zaman dulu. 

    "Kami sudah konfirmasi ke prodinya. Itu murni bagian dari proses pembelajaran," kata Bahzar.

    "Di ruangan Himpunan Mahasiswa Sejarah memang ada homebase untuk diskusi. Saat polisi datang, kebetulan mereka sedang melukis simbol partai-partai sejak dulu," ucap dia.

    Bahzar berharap, hal itu tidak menimbulkan kesalahpahaman yang dapat merugikan mahasiswa maupun kampus.

    "Kami tetap mendukung kebebasan akademik, tentu sepanjang aktivitas mahasiswa berjalan sesuai hukum," ujarnya.

    Selain itu, sejumlah akun di media sosial juga memperlihatkan beberapa foto yang menjadi bukti bahwa logo PKI yang disita polisi merupakan bahan peraga saat masa perkenalan kampus.

    Salah satunya diunggah oleh akun berikut ini:

     

    Narasi yang mencatut nama PKI merupakan cara usang yang sudah digunakan sejak pemerintahan Orde Baru dalam mendiskreditkan aksi demonstrasi.

    Secara historis, PKI telah telah lama dibubarkan pada 1966. Pembubaran PKI tertuang dalam Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 yang ditetapkan pada 5 Juli 1966.

    Kesimpulan

    Narasi yang mengeklaim demo mahasiswa di Samarinda ditunggangi oleh PKI merupakan informasi tidak benar.

    Penemuan gambar logo PKI di kampus Unmul tidak terkait dengan demonstrasi mahasiswa pada Senin (1/9/2025). Gambar itu merupakan bagian dari materi pembelajaran Prodi Sejarah Unmul.

    Saat itu mahasiswa sedang melukis simbol partai politik di Indonesia yang ada sejak zaman dulu. Sejumlah foto menjadi bukti bahwa logo yang disita polisi merupakan bahan peraga saat masa perkenalan kampus. 

    Rujukan