Tidak terkait dengan isu Uighur. Anak- anak yang berdoa di atas panggung itu adalah bagian dari sebuah acara keagamaan di Kirgistan.
Akun Bang Wandi (fb.com/BangWandiPalma) mengunggah sebuah video dengan narasi:
“Do’a dari anak tak berdosa Turkistan Timur (Muslim Uighur).”
“Turkistan Timur” adalah nama yang sering digunakan oleh aktivis Uighur untuk merujuk kepada Daerah Otonomi Uighur Xinjiang di Tiongkok.
(GFD-2020-3507) [SALAH] Video “Do’a dari anak tak berdosa Turkistan Timur (Muslim Uighur).”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 04/01/2020
Berita
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
Berdasarkan hasil penelusuran, faktanya video itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan isu Uighur karena sebenarnya menunjukkan anak-anak yang sedang berdoa di acara keagamaan di Kirgistan.
Pencarian gambar terbalik di Google diikuti dengan pencarian kata kunci menemukan video berdurasi dua menit, 21 detik ini diunggah oleh Osh Pirim TV, stasiun TV yang berbasis di Kirgistan, di akun YouTubenya pada tanggal 24 April 2017.
Diterjemahkan dari bahasa Kirgiz ke bahasa Indonesia, judul video yang asli adalah: “Gadis kecil yang membuat semua orang menangis // Harapan yang tulus dari seorang gadis kecil”.
Jurnalis AFP yang mengerti bahasa Kirgiz menerjemahkan kata-kata yang terdengar di video tersebut dan mengatakan anak perempuan itu sedang berdoa di acara keagamaan di Kirgistan.
Diterjemahkan, sebagian doa anak perempuan tersebut berbunyi:
“Oh Allah, Engkau maha baik, pemurah, penyayang dan maha adil.
“Engkau pemberi hidup.
“Aku memohon kepadaMu agar tidak ada lagi anak-anak yatim piatu, orang tua tidak bertengkar atau bercerai dan agar mereka mendapatkan rezeki.
“Sehingga panti jompo dan panti asuhan kosong.
“Sehingga Kirgistan menjadi negara yang makmur dan damai serta stabil dan kami bangga karenanya.”
Berdasarkan deskripsi di akun YouTube, Osh Pirim TV berbasis di kota Osh di Kirgistan. Logo stasiun TV itu bisa dilihat di sisi kanan atas video.
Di sisi kiri atas video menyesatkan terlihat logo “OneQuran”. OneQuran adalah media sosial Islam yang didirikan oleh ustaz Yusuf Mansur.
Akun Facebook OneQuran mengunggah video berdurasi dua menit, tujuh detik ini pada tanggal 6 September 2018 lengkap dengan sulih teksnya.
Sebagian keterangan video itu berbunyi: “Ini kisah anak TK dari Kirgistan, yang berdoa. Dan tiba-tiba menangis berurai air mata.”
Sejumlah penonton pria di video tersebut terlihat mengenakan ak-kalpak, topi tradisional Kirgistan.
Berdasarkan hasil penelusuran, faktanya video itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan isu Uighur karena sebenarnya menunjukkan anak-anak yang sedang berdoa di acara keagamaan di Kirgistan.
Pencarian gambar terbalik di Google diikuti dengan pencarian kata kunci menemukan video berdurasi dua menit, 21 detik ini diunggah oleh Osh Pirim TV, stasiun TV yang berbasis di Kirgistan, di akun YouTubenya pada tanggal 24 April 2017.
Diterjemahkan dari bahasa Kirgiz ke bahasa Indonesia, judul video yang asli adalah: “Gadis kecil yang membuat semua orang menangis // Harapan yang tulus dari seorang gadis kecil”.
Jurnalis AFP yang mengerti bahasa Kirgiz menerjemahkan kata-kata yang terdengar di video tersebut dan mengatakan anak perempuan itu sedang berdoa di acara keagamaan di Kirgistan.
Diterjemahkan, sebagian doa anak perempuan tersebut berbunyi:
“Oh Allah, Engkau maha baik, pemurah, penyayang dan maha adil.
“Engkau pemberi hidup.
“Aku memohon kepadaMu agar tidak ada lagi anak-anak yatim piatu, orang tua tidak bertengkar atau bercerai dan agar mereka mendapatkan rezeki.
“Sehingga panti jompo dan panti asuhan kosong.
“Sehingga Kirgistan menjadi negara yang makmur dan damai serta stabil dan kami bangga karenanya.”
Berdasarkan deskripsi di akun YouTube, Osh Pirim TV berbasis di kota Osh di Kirgistan. Logo stasiun TV itu bisa dilihat di sisi kanan atas video.
Di sisi kiri atas video menyesatkan terlihat logo “OneQuran”. OneQuran adalah media sosial Islam yang didirikan oleh ustaz Yusuf Mansur.
Akun Facebook OneQuran mengunggah video berdurasi dua menit, tujuh detik ini pada tanggal 6 September 2018 lengkap dengan sulih teksnya.
Sebagian keterangan video itu berbunyi: “Ini kisah anak TK dari Kirgistan, yang berdoa. Dan tiba-tiba menangis berurai air mata.”
Sejumlah penonton pria di video tersebut terlihat mengenakan ak-kalpak, topi tradisional Kirgistan.
Rujukan
(GFD-2020-3506) [SALAH] Judul berita Tempo “MUI minta agar jangan bermain terompet dan mercon saat tahun baru, cukup teriak ‘TOOT’ dan ‘DOR’ dengan keras…”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 04/01/2020
Berita
Gambar suntingan. Tempo.co tidak pernah memuat berita dengan judul “MUI minta agar jangan bermain terompet dan mercon saat tahun baru, cukup teriak ‘TOOT’ dan ‘DOR’ dengan keras…”. MUI pusat juga tidak pernah mengeluarkan larangan untuk memainkan terompet dan mercon saat malam pergantian tahun, khususnya pada 2019.
====================
Akun Fathi Anshory (fb.com/UchuuSenkanPalapa) mengunggah sebuah gambar yang seolah tangkapan layar artikel berita yang dimuat disitus tempo.co dengan judul “MUI minta agar jangan bermain terompet dan mercon saat tahun baru, cukup teriak ‘TOOT’ dan ‘DOR’ dengan keras…”
Gambar itu dilengkapi dengan foto Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat, Zainut Tauhid, yang sedang diwawancara oleh wartawan. Sebenarnya akun tersebut mengunggah gambar itu pada 1 Januari 2019. Namun, unggahan itu ramai dikomentari dan dibagikan kembali sejak 1 Januari 2020.
====================
Akun Fathi Anshory (fb.com/UchuuSenkanPalapa) mengunggah sebuah gambar yang seolah tangkapan layar artikel berita yang dimuat disitus tempo.co dengan judul “MUI minta agar jangan bermain terompet dan mercon saat tahun baru, cukup teriak ‘TOOT’ dan ‘DOR’ dengan keras…”
Gambar itu dilengkapi dengan foto Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat, Zainut Tauhid, yang sedang diwawancara oleh wartawan. Sebenarnya akun tersebut mengunggah gambar itu pada 1 Januari 2019. Namun, unggahan itu ramai dikomentari dan dibagikan kembali sejak 1 Januari 2020.
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
Tim CekFakta Tempo menelusuri gambar tangkapan layar unggahan akun Fathi Anshory tersebut dengan reverse image tools dari Yandex dan TinEye. Selain itu, dimasukkan kata kunci “MUI terompet dan mercon” di kolom pencarian Tempo.co.
Hasilnya, Tempo.co tidak pernah memuat berita dengan judul “MUI minta agar jangan bermain terompet dan mercon saat tahun baru, cukup teriak ‘TOOT’ dan ‘DOR’ dengan keras” sebagaimana yang diunggah oleh akun Fathi Anshory.
Berdasarkan penelusuran Tempo, hanya ada dua berita di Tempo.co yang memuat foto Wakil Ketua MUI Zainut Tauhid tersebut sebelum tanggal 1 Januari 2019. Pertama, berita berjudul “MUI Masih Perlu Kaji Usulan Fatwa Larangan Pergi ke Israel” pada 16 Juni 2018. Kedua, berita berjudul “Soal Hukum Muslim Ucapkan Selamat Natal, Begini Kata MUI” pada 25 Desember 2018.
Format judul berita dalam gambar tangkapan layar yang diunggah akun Fathi Anshory juga bukan format yang dipakai oleh Tempo.co. Dalam judul, Tempo.co selalu memakai huruf kapital untuk huruf pertama sebuah kata, kecuali kata preposisi (misalnya di, ke, pada, dan sebagainya) dan kata konjungsi (misalnya dan, atau, ketika, dan sebagainya).
Lalu, apakah MUI pusat pernah melarang terompet dan mercon saat tahun baru 2019? Untuk mengecek klaim ini, Tim CekFakta Tempo menelusuri pemberitaan di media arus utama dengan memasukkan kata kunci “MUI larang terompet dan mercon tahun baru 2019” ke mesin pencarian Google.
Hasilnya, dalam pemberitaan yang dimuat pada akhir Desember 2018, ada imbauan untuk memainkan terompet dan mercon saat malam tahun baru. Tapi larangan itu bukan berasal dari MUI pusat, melainkan MUI daerah dan beberapa kepala daerah.
Dikutip dari situs Inilah.com, MUI Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, mengeluarkan surat edaran yang melarang umat Islam ikut merayakan Natal dan malam pergantian tahun dengan meniup terompet, memakai topi sanbeneto, berpakaian ala Sinterklas, membakar kembang api atau petasan, membunyikan lonceng, dan sebagainya. Surat itu dibuat pada 10 Desember 2018.
Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah juga mengeluarkan Surat Imbauan Nomor 003.2/30781 tertanggal 27 Desember 2018 yang salah satu poinnya berbunyi: “Agar di malam pergantian Tahun Baru 1 Januari 2019 tidak melakukan perayaan seperti pesta kembang api, mercon/petasan, meniup terompet, balap-balapan kendaraan dan permainan/kegiatan hura-hura lainnya yang tidak bermanfaat, bertentangan dengan Syariat Islam, Adat Istiadat dan Budaya Aceh”.
Pemerintah Provinsi Riau mengimbau hal serupa. Dalam surat edaran bernomor 210/SE/2018 tertanggal 28 Desember 2018 itu, Gubernur Riau Wan Thamrin Hasyim meminta aparatur sipil negara (ASN), perguruan tinggi, paguyuban, serta masyarakat untuk tidak merayakan malam tahun baru dalam bentuk hiburan maupun menyalakan kembang api dan petasan serta meniup terompet.
Menanggapi larangan dari Pemprov Aceh itu, Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas menyatakan bahwa larangan tersebut tidak melanggar apapun. “Boleh saja ya pemerintah setempat mengimbau masyarakatnya untuk tidak berhura-hura di akhir tahun dan di awal tahun baru. Ya, kita sambut imbauannya itu. Apalagi di tengah-tengah kondisi ekonomi masyarakat yang juga kurang bagus sebaiknya kita berhemat tidak berfoya-foya,” kata Anwar.
Tim CekFakta Tempo menelusuri gambar tangkapan layar unggahan akun Fathi Anshory tersebut dengan reverse image tools dari Yandex dan TinEye. Selain itu, dimasukkan kata kunci “MUI terompet dan mercon” di kolom pencarian Tempo.co.
Hasilnya, Tempo.co tidak pernah memuat berita dengan judul “MUI minta agar jangan bermain terompet dan mercon saat tahun baru, cukup teriak ‘TOOT’ dan ‘DOR’ dengan keras” sebagaimana yang diunggah oleh akun Fathi Anshory.
Berdasarkan penelusuran Tempo, hanya ada dua berita di Tempo.co yang memuat foto Wakil Ketua MUI Zainut Tauhid tersebut sebelum tanggal 1 Januari 2019. Pertama, berita berjudul “MUI Masih Perlu Kaji Usulan Fatwa Larangan Pergi ke Israel” pada 16 Juni 2018. Kedua, berita berjudul “Soal Hukum Muslim Ucapkan Selamat Natal, Begini Kata MUI” pada 25 Desember 2018.
Format judul berita dalam gambar tangkapan layar yang diunggah akun Fathi Anshory juga bukan format yang dipakai oleh Tempo.co. Dalam judul, Tempo.co selalu memakai huruf kapital untuk huruf pertama sebuah kata, kecuali kata preposisi (misalnya di, ke, pada, dan sebagainya) dan kata konjungsi (misalnya dan, atau, ketika, dan sebagainya).
Lalu, apakah MUI pusat pernah melarang terompet dan mercon saat tahun baru 2019? Untuk mengecek klaim ini, Tim CekFakta Tempo menelusuri pemberitaan di media arus utama dengan memasukkan kata kunci “MUI larang terompet dan mercon tahun baru 2019” ke mesin pencarian Google.
Hasilnya, dalam pemberitaan yang dimuat pada akhir Desember 2018, ada imbauan untuk memainkan terompet dan mercon saat malam tahun baru. Tapi larangan itu bukan berasal dari MUI pusat, melainkan MUI daerah dan beberapa kepala daerah.
Dikutip dari situs Inilah.com, MUI Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, mengeluarkan surat edaran yang melarang umat Islam ikut merayakan Natal dan malam pergantian tahun dengan meniup terompet, memakai topi sanbeneto, berpakaian ala Sinterklas, membakar kembang api atau petasan, membunyikan lonceng, dan sebagainya. Surat itu dibuat pada 10 Desember 2018.
Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah juga mengeluarkan Surat Imbauan Nomor 003.2/30781 tertanggal 27 Desember 2018 yang salah satu poinnya berbunyi: “Agar di malam pergantian Tahun Baru 1 Januari 2019 tidak melakukan perayaan seperti pesta kembang api, mercon/petasan, meniup terompet, balap-balapan kendaraan dan permainan/kegiatan hura-hura lainnya yang tidak bermanfaat, bertentangan dengan Syariat Islam, Adat Istiadat dan Budaya Aceh”.
Pemerintah Provinsi Riau mengimbau hal serupa. Dalam surat edaran bernomor 210/SE/2018 tertanggal 28 Desember 2018 itu, Gubernur Riau Wan Thamrin Hasyim meminta aparatur sipil negara (ASN), perguruan tinggi, paguyuban, serta masyarakat untuk tidak merayakan malam tahun baru dalam bentuk hiburan maupun menyalakan kembang api dan petasan serta meniup terompet.
Menanggapi larangan dari Pemprov Aceh itu, Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas menyatakan bahwa larangan tersebut tidak melanggar apapun. “Boleh saja ya pemerintah setempat mengimbau masyarakatnya untuk tidak berhura-hura di akhir tahun dan di awal tahun baru. Ya, kita sambut imbauannya itu. Apalagi di tengah-tengah kondisi ekonomi masyarakat yang juga kurang bagus sebaiknya kita berhemat tidak berfoya-foya,” kata Anwar.
Rujukan
(GFD-2020-3505) [SALAH] Foto Anies Baswedan Membaca Buku “PEDOMAN MENATA KATA”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 04/01/2020
Berita
Hasil suntingan, judul buku yang sebenarnya adalah “BUKU ANTI BAPER”.
NARASI
* “KATA, BUKAN KOTA
pantesaann… ????????” (di dalam foto).
–
* “Catatan yang dirangkum dari Netizen +62:
Tahun 2019 ditutup dengan KENANGAN Sedangkan tahun 2020 dibuka dengan GENANGAN.
…”
NARASI
* “KATA, BUKAN KOTA
pantesaann… ????????” (di dalam foto).
–
* “Catatan yang dirangkum dari Netizen +62:
Tahun 2019 ditutup dengan KENANGAN Sedangkan tahun 2020 dibuka dengan GENANGAN.
…”
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
(1) http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S, First Draft News: “Konten yang dimanipulasi
Ketika informasi atau gambar yang asli dimanipulasi untuk menipu”.
* SUMBER membagikan foto hasil suntingan menggunakan gambar/foto yang sudah beredar sebelumnya di Internet.
* SUMBER menambahkan narasi pelintiran sehingga membangun premis yang salah.
(2) Sumber foto, http://bit.ly/39towT4 / http://archive.md/zZatD (arsip cadangan) “Project Aksara” (instagram.com/galaksi_aksara_kita) @ 2 Desember 2019:
“Terimakasih bapak @aniesbaswedan sudah menyempatkan membaca.
Buku Anti Baper menjadi #rasadiatasbahagia bagi kita para penulisnya.
Selamat Bu @erni.purwaningsih.9 atas kesempatan yang penuh momentum dan pasti tak terlupakan ya.
Luv it..
Mari #literasik
Bersama #galaksi_aksara_kita
Alhamdulillah”.
(1) http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S, First Draft News: “Konten yang dimanipulasi
Ketika informasi atau gambar yang asli dimanipulasi untuk menipu”.
* SUMBER membagikan foto hasil suntingan menggunakan gambar/foto yang sudah beredar sebelumnya di Internet.
* SUMBER menambahkan narasi pelintiran sehingga membangun premis yang salah.
(2) Sumber foto, http://bit.ly/39towT4 / http://archive.md/zZatD (arsip cadangan) “Project Aksara” (instagram.com/galaksi_aksara_kita) @ 2 Desember 2019:
“Terimakasih bapak @aniesbaswedan sudah menyempatkan membaca.
Buku Anti Baper menjadi #rasadiatasbahagia bagi kita para penulisnya.
Selamat Bu @erni.purwaningsih.9 atas kesempatan yang penuh momentum dan pasti tak terlupakan ya.
Luv it..
Mari #literasik
Bersama #galaksi_aksara_kita
Alhamdulillah”.
Rujukan
(GFD-2020-3504) [KLARIFIKASI] Sempat Diinformasikan Gudangnya Terendam Banjir, Tokopedia Nyatakan Tidak Benar
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 04/01/2020
Berita
Di tengah bencana banjir yang melanda Jakarta, muncul informasi di media sosial Facebook yang menyatakan bahwa gudang milik Tokopedia terendam banjir. Sebelumnya di media sosial beredar sebuah foto banyaknya kardus barang berserakan yang diklaim bahwa barang-barang tersebut berasal dari gudang milik Tokopedia. Namun hal tersebut langsung diklarifikasi oleh pihak terkait yang menyatakan bahwa tidak benar jika gudang mereka terendam banjir.
NARASI:
VP of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak: “Informasi mengenai Gudang partner Tokopedia untuk layanan fulfillment TokoCabang terkena banjir adalah tidak benar,”.
NARASI:
VP of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak: “Informasi mengenai Gudang partner Tokopedia untuk layanan fulfillment TokoCabang terkena banjir adalah tidak benar,”.
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN: Di tengah bencana banjir yang melanda Jakarta, muncul informasi di media sosial Facebook yang menyatakan bahwa gudang milik Tokopedia terendam banjir. Sebelumnya di media sosial beredar sebuah foto banyaknya kardus barang berserakan yang diklaim bahwa barang-barang tersebut berasal dari gudang milik Tokopedia. Namun hal tersebut langsung diklarifikasi oleh pihak terkait yang menyatakan bahwa tidak benar jika gudang mereka terendam banjir.
Melansir dari kompas.com, VP of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak menyatakan bahwa informasi tersebut tidak benar adanya. Nuraini bahkan memastikan jika TokoCabang Tokopedia tetap melayani pengguna seperti biasa.
“Informasi mengenai Gudang partner Tokopedia untuk layanan fulfillment TokoCabang terkena banjir adalah tidak benar,” pungkasnya.
Melansir dari kompas.com, VP of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak menyatakan bahwa informasi tersebut tidak benar adanya. Nuraini bahkan memastikan jika TokoCabang Tokopedia tetap melayani pengguna seperti biasa.
“Informasi mengenai Gudang partner Tokopedia untuk layanan fulfillment TokoCabang terkena banjir adalah tidak benar,” pungkasnya.
Rujukan
Halaman: 5258/5618