• (GFD-2020-4241) [SALAH] Status “Gerakan Si Kadrun Harus di Hentikan”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 02/07/2020

    Berita

    Akun Facebook bernama Rachman Lobarhiezky mengunggah status pada tanggal 28/06/2020 yang berisi sebuah gambar berupa tangkapan layar berita mengenai PDIP yang tengah menyiapkan 16.250 personel Satgas Cakra Buana, ditambah dengan takarir dari pemilik akun untuk menunggu instruksi.

    Berikut kutipan narasinya:

    “Gerakan si kadrun harus di hentikan.👊kami siap menunggu komando.🤟merdeka..!”

    Hasil Cek Fakta

    Dari hasil penelusuran, berita tersebut benar adanya, diunggah oleh jpnn.com dengan judul yang sama namun pada waktu yang berbeda. Berita asli diunggah pada tanggal 18/04/2017 bukan pada 28/06/2020 seperti yang tertera pada status. Gambar pada status telah di manipulasi agar terlihat seperti berita baru.

    Berita asli berisi tentang kesiapan Satgas Nasional Cakra Buana DPP PDI Perjuangan dalam mengawal pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 silam. Dilansir dari jpnn.com foto tersebut merupakan kegiatan apel pagi Satgas Nasional Cakra Buana di lapangan parkir DPP PDI Perjuangan yang terletak di Jakarta.

    "Walaupun demikian, semua pasukan ini kalau dibutuhkan siap bergerak. Sebab Satgas Cakra Buana tak hanya jaga simbol partai tapi menjaga semua proses Pilkada DKI agar berjalan damai dan bermartabat. Sebab kami sadar bahwa reformasi yang diperjuangkan dulu sangat mahal dan kami menjalankan demokrasi Indonesia dengan kedamaian dan bermartabat sebagai bangsa Indonesia yang berdaulat," imbuh Komarudin, komandan Satgas Nasional Cakra Buana.

    Kesimpulan

    Gambar pada status adalah berita lama pada tahun 2017 dan tidak ada kaitannya dengan kondisi saat ini. Penulisan tanggal berita disunting sehingga terlihat seperti berita pada tahun 2020.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4240) [SALAH] “Ayo tarik uang rame2 ke ATM dan Bank”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 02/07/2020

    Berita

    Beredar Akun Rhee Nath (fb.com/shan.sheila.52206) yang mengunggah sebuah video dengan narasi sebagai berikut:

    “Ayo rame2 ke ATM dan Bank… Buat 9 Naga menjadi 9 Cacing”

    Di video berdurasi 1 menit tersebut, terdapat narasi “UBAH NAGA JADI CACING”, “AYO SEGERA TARIK SEMUA UANG SIMPANAN DARI BANG ASING & ASENG & PEMERINTAH”, “SAMPAI KEDAULATAN RAKYAT MENANG MELAWAN KECURANGAN & KEZALIMAN”, “JANGAN BERIKAN UANG KITA HANYA UNTUK SEGELINTIR PEMODAL KAPITALIS YANG MERUSAK BANGSA DAN NEGARA …!!!”, “SUDAH SAATNYA BANGSA INDONESIA BANGKIT MELAWAN KOMUNIS & KAPITALIS …!!!”, “AYO RAMAI-RAMAI SEGERA KE ATM & BANK TARIK SEMUA UANG KITA”, “AMBIL UANG & BELIKAN LOGAM EMAS SIMPAN DITEMPAT YG PALING AMAN”, “SEBELUM SITUASI SULIT DAN NANTI UANG TIDAK BISA DIAMBIL”, “AYO SEGERA TARIK SEMUA UANG KITA DARI BANK !!!”, “AYO TARIK UANG”.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim adanya ajakan untuk menarik semua uang dari perbankan sebelum situasi sulit dan uang tidak bisa diambil adalah klaim yang menyesatkan.

    Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta masyarakat mewaspadai beredarnya informasi hoax di sosial media yang mengajak untuk melakukan penarikan dana di perbankan. OJK menyampaikan bahwa informasi yang beredar tersebut adalah informasi hoax dan tidak benar.

    Berdasarkan data OJK Mei 2020, tingkat permodalan dan likuiditas perbankan masih dalam kondisi yang aman. Rasio kecukupan permodalan (CAR) perbankan sebesar 22,16 persen atau di atas ketentuan, sementara hingga 17 Juni, rasio alat likuid atau non-core deposit dan alat likuid atau Dana Pihak Ketiga (DPK) terpantau pada level 123,2 persen dan 26,2 persen jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.

    “OJK telah melaporkan informasi hoax ini kepada pihak Bareskrim Polri dan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk diusut dan ditindak sesuai ketentuan karena telah menimbulkan keresahan di masyarakat,” kata Deputi Komisioner Humas dan Logistik Anto Prabowo, Rabu (1/7).

    Sesuai Pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), para penyebar hoax diancam hukuman penjara paling lama 6 (enam) tahun atau denda paling banyak Rp1 miliar.

    “Masyarakat diimbau untuk senantiasa memastikan informasi tentang keuangan yang diterima adalah informasi yang benar dan valid dengan menghubungi Kontak OJK di nomor 157 atau layanan Whatsapp resmi 081157157157,” tutupnya.

    Kesimpulan

    Berdasarkan data OJK Mei 2020, tingkat permodalan dan likuiditas perbankan masih dalam kondisi yang aman. OJK telah melaporkan informasi hoax ini kepada pihak Bareskrim Polri dan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk diusut dan ditindak sesuai ketentuan karena telah menimbulkan keresahan di masyarakat.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4238) [SALAH] Pemuda/Pemudi Mengatasnamakan Universitas/Perguruan Tinggi Meminta Foto KTP

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 01/07/2020

    Berita

    Beredar postingan Facebook yang menyebutkan adanya pemuda dan pemudi yang mengaku dari universitas datang meminta untuk menunjukkan KTP dengan alasan skripsi. Dalam narasi disebutkan bahwa orang-orang itu akan mengambil foto KTP yang ternyata digunakan untuk peminjaman online.

    Berikut kutipan narasinya:

    “Di mohon waspada untuk seluruh Masyarakat sudah terjadi di wilayah :
    1. Bandung
    2. Bekasi
    3. Purwakarta
    4. Cirebon
    5. Majalengka
    6. Pandeglang
    7. Serang
    8. Lebak
    9. Cilegon
    10.Bogor
    11.karawang
    12.Depok
    13.Citayam
    Jika ada Pemuda/Pemudi yang mengatas namakan dari universitas/perguruan tinggi dan meminta anda untuk menunjukkan KTP dengan alasan sebagai bahan untuk skripsi dan orang tersebut akan memfoto KTP anda, jangan diijinkan. Karena foto KTP tersebut di gunakan untuk Peminjaman Online.
    Jika kita menunjukan KTP, maka mereka menfoto KTP kita.
    #silahkandishare
    * Berita dari Disduk Bandung dan Serang.
    *Waspada*”

    Mahasiswa palu pinjam e-KTP warga dengan alasan untuk membuat skripsi tetapi ternyata digunakan untuk keperluan pinjmann online

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran diketahui bahwa informasi itu merupakan modifikasi dari hoaks lama. Pada November 2019, isu serupa pernah beredar dan sudah diperiksa faktanya dalam artikel berjudul [SALAH] Pesan Berantai Catut Disdukcapil Bandung.

    Perbedaan antara narasi sekarang dengan yang dulu pada jumlah kota yang diklaim telah terjadi kasus penggunaan KTP dengan alasan skripsi. Adapun, kala itu Kapolres Cianjur, AKBP Juang Andi Priyanto mengatakan bahwa pesan tersebut merupakan berita bohong atau hoaks. “Hoaks ini,” tuturnya melalui pesan singkat, Senin (25/11/2019).

    Selain itu, kala itu pihak Disdukcapil Bandung sudah memberikan bantahan melalui akun Twitter resminya @DisdukcapilBdg. “Sehubungan dg informasi yg tertera dalam broadcast di WA di atas, kami sampaikan bhw Disdukcapil Kota Bandung TIDAK PERNAH MENGELUARKAN STATEMENT TERSEBUT. Namun demikian masyarakat dihimbau tetap waspada dlm pemanfaatan KTP-el utk berbagai aktivitas & pelayanan lainnya. Tks,” tulis akun tersebut pada 23 November 2019.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penjelasan tersebut, maka postingan sumber merupakan Hoaks Lama Bersemi Kembali (HLBK) dengan modifikasi pada narasinya, yakni penambahan jumlah kota. Oleh sebab itu, konten tersebut masuk ke dalam kategori Fabricated Content atau Konten Palsu.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4231) [SALAH] Video “Benarkah COVID ada??”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 01/07/2020

    Berita

    “Benarkah COVID ada??”

    Di video yang berasal dari kanal Youtube FE 101 Channel yang berjudul “E21 Part 5: TATO SERTIFIKASI DAJJAL” tersebut, berisi kolase foto, cuplikan video, dan klaim bahwa pandemi Covid-19 adalah hasil konspirasi sejumlah tokoh, salah satunya pendiri Microsoft, Bill Gates. Narasi dalam video itu dibacakan oleh seorang pria.

    Klaim yang disampaikan dalam video itu antara lain soal tes swab polymerase chain reaction (PCR) Covid-19 yang sengaja dibuat tidak akurat, rencana sertifikasi digital pada mereka yang telah divaksin Covid-19, Covid adalah singkatan dari Certificate of Vaccination Id, dan konsep “new normal” yang bermuatan LGBT seperti judul serial televisi pada 2012.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim CekFakta Tempo, klaim bahwa Covid-19 adalah singkatan dari Certificate of Vaccination ID dan konsep “new normal” bermuatan LGBT adalah klaim yang keliru.

    Nama Covid-19 merujuk pada singkatan dari “coronavirus disease 2019″ atau penyakit yang disebabkan oleh virus Corona pada 2019. Adapun serial televisi yang berjudul “The New Normal”, yang di dalamnya menyinggung LGBT, tidak berkaitan dengan pandemi Covid-19 karena ditayangkan pada 2012, jauh sebelum terjadinya pandemi Covid-19.

    Berikut penjelasan selengkapnya yang dilansir dari cekfakta.tempo.co:

    Klaim 1: Tes swab PCR dibuat tidak akurat agar sampai kapan pun Covid-19 seolah-olah tidak pernah hilang. Sampel swab tidak dimurnikan dulu. Tidak jelas urutan genetik apa yang dibandingkan.

    Fakta:
    Hingga saat ini, reverse transcriptase PCR dianggap sebagai metode standar emas (gold standard) yang digunakan untuk mendeteksi Covid-19. Metode ini tidak hanya digunakan di Indonesia, tapi juga di negara-negara lain di Asia, Eropa, dan Amerika. Dilansir dari jurnal PubMed Central, tes PCR merupakan tes berbasis deteksi asam nukleat yang memiliki sensitivitas yang memadai untuk membantu mendiagnosis infeksi dini.
    Meski memiliki akurasi yang lebih tinggi ketimbang tes antibodi (rapid test), tes PCR tetap memiliki potensi negatif palsu. Namun, potensi ini bukan diakibatkan oleh kesengajaan agar Covid-19 tetap selalu ada seperti klaim dalam video di atas. Negatif palsu bisa terjadi karena tiga hal. Pertama, jika infeksi yang terjadi pada seseorang yang dites masih terlalu dini atau malah terlambat sehingga tidak terdapat virus dalam jumlah yang cukup di sel mereka. Kedua, jika layanan kesehatan tidak mengumpulkan jumlah sampel yang cukup, misalnya swab kurang. Ketiga, jika jarak waktu antara pengambilan sampel dan tes terlalu lama, yang membuat RNA virus terurai.
    Dengan adanya risiko negatif palsu tersebut, dokter biasanya tidak hanya mengandalkan tes untuk menentukan apakah seseorang mengidap Covid-19. Jika seseorang menunjukkan gejala klasik Covid-19 dan berada di lokasi wabah, dokter kerap mendiagnosis seseorang terkena Covid-19 meskipun hasil tesnya negatif.

    Klaim 2: Bill Gates mengatakan mereka yang sudah divaksin Covid-19 harus ditato sertifikat digital. Sertifikat digital itu dibuat oleh Tattoo ID dan tertera dalam situs ID2020.org. Tato tersebut berkode 666 atau tato dajal. Vaksin dan sertifikat digital ini kemudian akan dihubungkan dengan chip implan transaksi online (microchip).

    Fakta:
    Rumor ini pernah beredar pada April 2020, dan Tim CekFakta Tempo telah menerbitkan artikel cek fakta yang membantah rumor tersebut. Dilansir dari Reuters, rumor mengenai rencana Bill Gates untuk memakai implan microchip dalam melawan pandemi Covid-19 memang bermula dari wawancara pendiri Microsoft tersebut dengan para pengguna Reddit. Setelah wawancara itu berakhir, muncul sebuah tulisan berjudul “Bill Gates will use microchip implants to fight coronavirus”.
    Ditulis layaknya sebuah berita, tulisan yang menyesatkan itu menyebut bahwa “quantum dot dye” atau “quantum dot tattoo”, teknologi yang ditemukan oleh Bill and Melinda Gates Foundation, bakal digunakan sebagai kapsul yang diimplan ke manusia yang memiliki “sertifikat digital”. Teknologi ini disebut dapat menunjukkan siapa saja yang sudah menjalani tes Covid-19.
    Kepada Reuters, salah satu penulis utama makalah penelitian mengenai quantum dot dye, Kevin McHugh, mengatakan, “Teknologi quantum dot dye bukan berbentuk microchip atau kapsul yang bisa diimplan ke manusia, dan setahu saya tidak ada rencana menggunakan teknologi ini untuk memerangi pandemi Covid-19.”
    Dalam wawancara di Reddit itu, Bill Gates memang sempat menyebut “sertifikat digital”. Namun, penyebutan “sertifikat digital” itu untuk menjawab pertanyaan mengenai dampak pandemi Covid-19 terhadap bisnis dan ekonomi dunia. Dalam wawancara itu, Bill Gates sama sekali tidak menyinggung masalah microchip.
    Organisasi cek fakta Amerika Serikat, FactCheck, juga telah memverifikasi klaim “Bill Gates berencana menggunakan vaksin Covid-19 untuk melacak orang-orang dengan microchip”. Menurut mereka, klaim itu keliru. Gates Foundation mengkonfirmasi bahwa penelitian mengenai quantom dot dye tidak terkait dengan vaksin Covid-19. Begitu pula dengan sertifikat digital.
    Bill Gates merupakan salah satu orang terkaya di dunia, yang menempatkan sebagian kekayaannya itu dalam berbagai organisasi dan inisiatif amal melalui Bill and Melinda Gates Foundation. Fokus utama yayasan ini, dan filantropi Bill Gates secara umum, adalah mengurangi ketidaksetaraan dalam bidang kesehatan, dengan fokus pada negara berkembang.
    Melalui organisasi-organisasi ini, Bill Gates juga mendanai penelitian terkait solusi teknologi untuk menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat di komunitas termiskin secara global. Sejak 2015, ia telah mengungkapkan kekhawatirannya mengenai kurangnya kesiapsiagaan dunia dalam menghadapi bencana pandemi.
    Salah satunya karena pembelaannya terhadap vaksin, Bill Gates menjadi sasaran utama gerakan anti-vaksin selama lebih dari satu dekade terakhir. Permusuhan yang dibangun selama bertahun-tahun oleh klaim palsu dari kelompok-kelompok anti-vaksin itu, yang meningkat selama pandemi Covid-19, telah menciptakan teori konspirasi seputar Covid-19 yang semakin luas dan berpusat pada Bill Gates.

    Klaim 3: ID2020 adalah bagian dari konspirasi vaksin global.

    Fakta:
    Sebenarnya, ID2020 adalah organisasi nirlaba yang berbasis di Amerika yang bertujuan untuk membantu miliaran orang yang tidak berdokumen, seperti pengungsi. Mereka yang tidak berdokumen ini adalah kelompok rentan yang tanpa perlindungan hukum, tidak dapat mengakses layanan dasar dan berpartisipasi sebagai warga negara atau pemilih, serta bertransaksi dalam ekonomi modern. Organisasi pemeriksa fakta Amerika, Snopes, menulis bahwa ID2020, atau Digital Identity Alliance, didanai oleh beragam yayasan dan perusahaan, termasuk Microsoft dan GAVI yang didanai oleh Bill Gates.
    ID2020 Alliance menyediakan dana dan bantuan lain untuk proyek identitas digital dalam rangka melindungi privasi. Setiap individu atau organisasi yang memenuhi kriteria dapat mengajukan proposal. Tujuannya adalah untuk mengembangkan sistem di mana individu memiliki kendali penuh atas identitas pribadi atau dokumentasi kesehatannya. Sementara produk akhirnya adalah sistem yang memungkinkan informasi semacam itu dapat diakses di mana saja tapi hanya dengan persetujuan pemilik.
    Salah satu proyek percontohan yang terkait dengan ID2020 adalah MyPass, upaya untuk memberikan identifikasi digital kepada populasi tuna wisma di Austin, Texas. Proyek tersebut berupaya membuat repositori identifikasi dan dokumen medis berbasis cloud. Versi awal, mereka menggunakan beberapa kombinasi kartu kode QR yang diberikan kepada individu yang berpartisipasi. Namun, kepesertaan dalam penelitian ini bersifat sukarela. Proyek berikutnya berada di Tanzania dan Bangladesh, yang melakukan pencatatan online pada bayi.
    Proyek-proyek tersebut tidak terkait dengan pandemi Covid-19 dan tidak menyuntikkan apapun ke dalam tubuh manusia, atau sesuatu yang memungkinkan segala jenis pelacakan aktif atau pengawasan. Namun, teori konspirasi telah mendorong fakta-fakta di atas ke dalam narasi yang tidak berdasar.

    Klaim 4: Covid adalah singkatan dari Certificate of Vaccination ID.

    Fakta:
    Pemberian nama Covid-19 merujuk pada singkatan dari “coronavirus disease 2019” atau penyakit yang disebabkan oleh virus Corona pada 2019. Nama Covid-19 tersebut diumumkan oleh Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada 11 Februari 2020. Sesuai pedoman internasional, nama tersebut tidak merujuk pada lokasi geografis, hewan, individu, ataupun kelompok tertentu.

    Klaim 5: Konsep “new normal” diambil dari serial televisi tentang LGBT.

    Fakta:
    Tidak ada kaitan antara “new normal” sebagai konsep kenormalan baru untuk beradaptasi dengan Covid-19 dan serial televisi berjudul “The New Normal” yang pernah ditayangkan oleh CNBC. Serial televisi tersebut dirilis pada 2012 dan berakhir pada 2013, jauh sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Cerita da

    Kesimpulan

    Nama Covid-19 merujuk pada singkatan dari “coronavirus disease 2019″ atau penyakit yang disebabkan oleh virus Corona pada 2019. Adapun serial televisi yang berjudul “The New Normal”, yang di dalamnya menyinggung LGBT, tidak berkaitan dengan pandemi Covid-19 karena ditayangkan pada 2012, jauh sebelum terjadinya pandemi Covid-19.

    Rujukan