(GFD-2021-8619) Keliru, Klaim Ini Video Aksi Anarki Warga India Akibat Frustasi karena Covid-19
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 08/05/2021
Berita
Video yang memperlihatkan puluhan warga India yang mencegat dan merusak sebuah mobil serta memukuli seorang pria berseragam dalam mobil tersebut beredar di Facebook. Video itu diklaim menunjukkan warga India yang melakukan aksi anarki akibat frustasi dan marah karena penerapan lockdown di tengah pandemi Covid-19.
Akun ini membagikan video berdurasi 30 detik tersebut pada 4 Mei 2021. Akun itu pun menulis narasi sebagai berikut:
“BREAKING NEWS. India dengan cepat tenggelam dalam anarki dan kekacauan perkotaan. Di India orang yang frustrasi dan marah sudah merasa muak. Mereka memukuli polisi dan tentara karena pembatasan koped dan penegakan proses. Bentrokan ini telah meletus di seluruh India karena pemerintah mencoba melakukan lockdown yang lebih diktator dan fasis."
Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait video yang diunggahnya. Video ini tidak terkait dengan kebijakan lockdown di India di tengah pandemi Covid-19
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, video tersebut tidak terkait dengan kebijakan lockdown di India untuk menahan penyebaran virus Corona. Protes warga yang berujung pada pembakaran mobil polisi itu terjadi Distrik Bhadrak, India. Mereka marah lantaran ada seorang warga yang tewas saat dikejar oleh polisi.
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tempo mula-mula mengambil gambar tangkapan layar video tersebut. Lalu, gambar itu ditelusuri denganreverse image tool Google dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa cuplikan video yang identik pernah diunggah ke YouTube oleh kanal milik stasiun televisi lokal India, Kalinga TV, pada 13 Januari 2021.
Video ini berjudul “Warga Membakar Van Polisi setelah Seorang Anak Muda Meninggal karena Diduga Dipukuli Polisi di Bhadrak”. Peristiwa yang sama juga pernah diberitakan oleh stasiun televisi lokal India, Prameya News7, pada 15 Januari 2021. Video berita itu diunggah ke YouTube dengan judul “Enam Orang Ditangkap karena Membakar Kendaraan Polisi di Bhadrak”.
Dilansir dari Prameyanews.com, ketegangan meletus ketika warga Bhadrak membakar mobil polisi dan menghantam seorang petugas, setelah kematian seorang pemuda di Alinagar Square di distrik tersebut pada 13 Januari 2021. Pemuda itu bernama Bapi Mahalik, warga Desa Hatuari.
Menurut warga setempat, peristiwa berawal ketika Mahalik pergi ke rumah saudara perempuannya untuk bekerja. Dalam perjalanan, polisi diduga tiba-tiba mengejarnya karena beberapa alasan yang dirahasiakan. Saat polisi mengejarnya, Mahalik ketakutan dan jatuh ke kolam di sekitar lokasi kejadian, lalu meninggal karena tenggelam.
Warga setempat pun melakukan pemblokiran jalan antara Bhadrak dan Chandbali, dengan menempatkan jenazah di jalanan dan melakukan protes dengan membakar ban. Saat polisi tiba di lokasi untuk mengendalikan situasi, warga yang marah meronta-ronta dan membakar kendaraan mereka. Mereka juga melempari batu karena pasukan polisi yang dikerahkan untuk mengendalikan situasi bertambah.
Newindianexpress.com melaporkan pula peristiwa itu. Kejadian ini bermula ketika seorang pemuda berusia 22 tahun bernama Bapi Mahalik ketakutan melihat kedatangan polisi di rumahnya. Ia pun melarikan diri hingga terjun ke dalam kolam dan mencoba berenang. Namun, dia terjebak dalam ganggang dan tenggelam hingga tewas.
Mahalik sendiri bukanlah target polisi. Polisi yang datang ke rumahnya bermaksud memeriksa adik iparnya, Ashok Malik, terkait sebuah kasus lama. Namun, karena Mahalik berlari, polisi mengira dia adalah Malik dan terus mengejarnya.
Insiden ini membuat kesal warga setempat yang kemudian melakukan protes dan memblokir jalan Bhadrak-Chandbali dekat Alinagar selama dua jam pada 13 Januari 2021 sore. Para pengunjuk rasa yang meletakkan jenazah Mahalik di jalanan juga membakar ban.
Saat aksi unjuk rasa, sebuah kendaraan dari Pos Polisi Pirahat yang membawa tersangka melewati jalur tersebut. Sementara personel di dalam kendaraan tidak mengetahui adanya protes tersebut, warga setempat berasumsi bahwa mereka berasal dari kantor polisi Tihidi. Warga pun melampiaskan kemarahan mereka terhadap kendaraan tersebut.
Situasi pandemi di India
Di tengah gelombang kedua pandemi Covid-19 di India, per 7 Mei 2021, jumlah keseluruhan kasus infeksi virus Corona di negara tersebut menembus 21,49 juta, yang tersebar di kota-kota padat penduduk hingga desa-desa terpencil. Adapun jumlah kasus baru di India pada hari itu mencapai 414.188 kasus dengan 3.915 kematian.
Perdana Menteri India Narendra Modi menghadapi tekanan yang semakin besar untuk segera memberlakukan penguncian nasional yang jauh lebih ketat. Para ahli medis, pemimpin oposisi, hingga beberapa hakim Mahkamah Agung mendesaknya untuk menerapkan lockdown, sebagai satu-satunya pilihan untuk menghambat penyebaran virus Corona.
Modi, yang mengadakan konsultasi dengan para pemimpin terpilih dan pejabat negara bagian yang terkena dampak paling parah pada 6 Mei, sejauh ini telah menyerahkan tanggung jawab untuk memerangi virus kepada pemerintah negara bagian yang tidak memiliki perlengkapan yang memadai.
Srinath Reddy, Presiden Public Health Foundation of India, sebuah konsultan publik swasta, mengakui bahwa sejumlah negara bagian memang mengalami intensitas epidemi yang berbeda, tapi "strategi nasional yang terkoordinasi" masih sangat diperlukan.
Menurut Reddy, keputusan soal penanganan Covid-19 perlu didasarkan pada kondisi lokal, tapi harus dikoordinasikan oleh pusat. "Seperti orkestra yang memainkan partitur yang sama, tapi dengan instrumen yang berbeda," kata Reddy.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas merupakan video warga India yang melakukan aksi anarki akibat frustasi dan marah karena penerapan lockdown di tengah pandemi Covid-19, keliru. Video tersebut menunjukkan aksi protes warga yang berujung pada pembakaran mobil polisi di Distrik Bhadrak, India, pada 13 Januari 2021. Warga marah lantaran seorang pemuda yang dikejar oleh polisi tewas akibat tenggelam setelah kabur dan terjun ke sungai.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/india
- https://web.facebook.com/100022632759717/videos/956100838487666?_rdc=1&_rdr
- https://www.tempo.co/tag/virus-corona
- https://www.youtube.com/watch?v=4HPY3ersPxM
- https://www.youtube.com/watch?v=oyoD93ebQdM
- https://www.prameyanews.com/irate-mob-sets-police-van-ablaze-over-youths-death-in-bhadrak/
- https://www.newindianexpress.com/states/odisha/2021/jan/14/seeing-men-in-uniform-youth-runs-into-pond-dies-2250045.html
- https://www.tempo.co/tag/pandemi-covid-19
- https://www.tempo.co/dw/4920/infeksi-covid-19-tak-terkendali-pm-modi-didesak-berlakukan-lockdown-ketat
- https://www.tempo.co/tag/covid-19
- https://www.tempo.co/tag/lockdown
(GFD-2021-8618) Keliru, Rusia Tak Temukan Virus di Hasil Autopsi Jenazah Covid-19
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 07/05/2021
Berita
Sebuah pesan berantai yang diklaim bersumber dari Kementerian Kesehatan Rusia beredar di grup-grup percakapan WhatsApp. Pesan berantai ini berisi klaim bahwa hasil autopsi di Rusia terhadap jenazah Covid-19 menunjukkan bahwa Covid-19 tidak berbentuk virus, melainkan bakteri yang telah terpapar radiasi dan menggumpal di darah sehingga menyebabkan kematian.
Selain klaim bahwa Covid-19 bukan virus, pesan berantai yang telah beredar sejak 5 Mei 2021 itu juga menyebut bahwa para dokter Rusia tidak menjalankan kesepakatan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO dengan melakukan autopsi terhadap jenazah Covid-19. "Mereka menemukan bahwa pembuluh darah melebar dan berisi gumpalan darah."
Gambar tangkapan layar pesam berantaindi WhatsApp yang berisi klaim keliru terkait hasil autopsi jenazah Covid-19 di Rusia.
Hasil Cek Fakta
Hasil verifikasi Tim CekFakta Tempo menunjukkan klaim dalam pesan berantai tersebut bertolak belakang dengan hasil autopsi yang dilakukan di Rusia terhadap jenazah Covid-19. Otoritas Rusia pun telah menyatakan bahwa Covid-19 adalah penyakit yang sangat menular, dan kematian terjadi karena komplikasi penyakit kronis yang disebabkan oleh virus.
Dikutip dari The Moscow Times, jumlah kematian akibat Covid-19 di Rusia telah melampaui 60 ribu orang pada Januari 2021 lalu. Data satuan tugas nasional menunjukkan bahwa terdapat 506 kematian dan 23.541 kasus baru pada 7 Januari 2021. Namun, statistik berbasis autopsi menunjukkan angka kematian resmi itu hanyalah sebagian kecil dari jumlah sebenarnya.
Sejumlah peneliti dari beberapa universitas dan lembaga di Rusia dan Swedia melakukan riset dengan mengautopsi 60 jenazah pasien Covid-19. Studi ini menunjukkan bahwa mayoritas dari kematian yang terkonfirmasi positif Covid-19 dalam tes PCR, termasuk kematian di luar rumah sakit, selama pandemi terkait dengan kerusakan alveolar difus (diffuse alveolar damage/DAD) pada paru-paru yang disebabkan oleh Covid-19.
Dikutip dari Reuters, Rusia mengandalkan analisis post-mortem untuk memutuskan apakah kematian orang yang terinfeksi disebabkan oleh Covid-19. Pada Desember 2020, Tatyana Golikova, Wakil Perdana Menteri Rusia, mengatakan semua kematian Covid-19, kecuali dilarang oleh agama, tunduk pada analisis post-mortem ini.
“Kami melakukan autopsi terhadap 100 persen kasus yang terjadi di seluruh negeri, dengan beberapa pengecualian karena alasan agama. Dalam kasus penyakit menular, di mana infeksi virus Corona dipandang sebagai penyakit yang sangat menular, kami pun melakukan autopsi pada 100 persen kasus," katanya.
Klaim bahwa Rusia melanggar kesepakatan WHO karena mengautopsi jenazah Covid-19 juga tidak sesuai fakta. Pada 24 Maret 2020, WHO menerbitkan panduan yang berjudul "Infection prevention and control for the safe management of a dead body in the context of COVID-19: interim guidance".
Dalam panduan ini, WHO memuat panduan keamanan untuk melakukan autopsi terhadap jenazah pasien Covid-19. Salah satunya adalah perlindungan bagi mereka yang mengautopsi, ketersedian alat pelindung diri (APD), dan melibatkan sedikit staf untuk mengautopsi.
Sebelumnya, pesan berantai yang identik pernah beredar, tepatnya pada Mei 2020. Ketika itu, otoritas yang tertulis adalah pemerintah Italia, bukan pemerintah Rusia. Tim CekFakta Tempo telah memverifikasi pesan berantai tersebut dan menyatakannya keliru.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa Rusia tidak menemukan virus dalam hasil autopsi jenazah Covid-19, keliru. Klaim ini bertolak belakang dengan hasil autopsi yang dilakukan di Rusia terhadap jenazah pasien Covid-19. WHO pun tidak pernah melarang sebuah negara untuk melakukan autopsi terhadap jenazah Covid-19.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/rusia
- https://www.tempo.co/tag/autopsi
- https://www.tempo.co/tag/jenazah-covid-19
- https://www.themoscowtimes.com/2021/01/07/russia-passes-60k-coronavirus-deaths-a72550
- https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1111/joim.13300
- https://www.reuters.com/article/factcheck-russia-covid-autopsy-idUSL1N2M82C9
- https://www.tempo.co/tag/virus-corona
- https://www.who.int/publications/i/item/infection-prevention-and-control-for-the-safe-management-of-a-dead-body-in-the-context-of-covid-19-interim-guidance
- https://www.tempo.co/tag/pasien-covid-19
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/798/fakta-atau-hoaks-benarkah-dokter-italia-temukan-sebab-kematian-covid-19-adalah-bakteri-bukan-virus
- https://www.tempo.co/tag/covid-19
(GFD-2021-8617) Keliru, Klaim Ini Foto Pemudik yang Berenang ke Madura karena Jembatan Suramadu Tutup
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 07/05/2021
Berita
Dua foto yang memperlihatkan puluhan orang sedang berenang di lautan dengan pelampung berwarna oranye dan putih beredar di Facebook. Foto ini diklaim memperlihatkan warga yang mudik ke Madura dengan berenang menyeberangi lautan karena Jembatan Suramadu, jembatan yang menghubungkan Surabaya dengan Madura, ditutup di tengah larangan mudik Lebaran 2021.
Akun ini membagikan foto beserta klaim tersebut pada 6 Mei 2021. Akun itu menulis, "Di karnakan jembatan dengan tujuan surabaya madura (SURAMADU) di tutup. Terpaksa PEMUDIK menggunakan jalur laut.. Nabeng aman ekoh..." Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah mendapatkan 65 reaksi dan 16 komentar serta dibagikan sebanyak 142 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait foto-foto yang diunggahnya. Foto-foto ini bukan foto warga yang mudik ke Madura dengan berenang menyeberangi lautan.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto-foto di atas denganreverse image toolGoogle dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa dua foto itu telah beredar di internet sejak 2016, dan tidak terkait dengan larangan mudik Lebaran 2021 ataupun pemudik yang hendak pulang kampung ke Madura.
Foto pertama pernah dimuat oleh situs media Suarasurabaya.net dalam artikelnya pada 29 Maret 2016 yang berjudul "Pemanasan, 200 Prajurit Marinir Renang Seberangi Selat Madura". Foto yang bersumber dari Dinas Penerangan Korps Marinir (Dispenkormar) TNI Angkatan Laut ini diberi keterangan: "Sebanyak 200 prajurit Korps Marinir renangi Selat Madura".
Foto yang dimuat oleh Suarasurabaya.net dalam artikelnya pada 29 Maret 2016 yang berjudul "Pemanasan, 200 Prajurit Marinir Renang Seberangi Selat Madura".
Menurut artikel itu, sebanyak 200 prajurit Pasmar-1 Korps Marinir berenang menyeberangi Selat Madura di sisi timur Jembatan Suramadu pada 29 Maret 2016. Ini merupakan latihan parsial sekaligus persiapan renang massal. Latihan berikutnya akan digelar pada 13 April 2016 dengan melibatkan seluruh peserta renang massal, yakni 2.016 prajurit Pasmar-1 dan Taruna Akademi AL.
Dalam latihan ini, seluruh prajurit marinir memakai pakaian dinas lapangan (PDL) dan pelampung. Mereka berenang dengan menempuh jarak 5,3 kilometer, dimulai dari sebelah timur Jembatan Suramadu sisi Surabaya dan berakhir di sebalh timur Jembatan Suramadu sisi Madura.
Sama dengan foto pertama, foto kedua juga memperlihatkan latihan renang yang dilakukan oleh Korps Marinir di Selat Madura pada 29 Maret 2016. Foto ini pernah dimuat oleh situs media Tigapilarnews.com dalam artikelnya yang berjudul "Marinir Berenang Seberangi Selat Madura". Isi artikel itu serupa dengan isi artikel Suarasurabaya.net.
Foto yang dimuat oleh Tigapilarnews.com dalam artikelnya pada 29 Maret 2019 yang berjudul "Marinir Berenang Seberangi Selat Madura".
Pada 28 April 2016 pun, seperti dikutip dari Republika.co.id, prajurit Korps Marinir TNI AL kembali berenang melintasi Selat Madura. Sebanyak 2.016 prajurit melintasi selat yang jaraknya berkisar 5,3 kilometer tersebut dalam puncak peringatan HUT ke-15 Pasmar-1 sekaligus untuk memecahkan rekor MURI perenang terbanyak.
Dalam artikel ini, terdapat beberapa foto yang memperlihatkan ribuan prajurit Korps Marinir menyeberangi Selat Madura dengan berenang. Foto-foto serupa, yang menunjukkan ribuat prajurit Korps Marinir berenang menyeberangi Selat Madura di sebelah Jembatan Suramadu, juga pernah dimuat oleh Merdeka.com pada tanggal yang sama.
Jembatan Suramadu ditutup
Dilansir dari CNN Indonesia, Jembatan Suramadu akan disekat pada 6-17 Mei 2021. Kebijakan ini ditempuh demi menekan mobilitas masyarakat saat penerapan larangan mudik Lebaran 2021 di tengah pandemi Covid-19. "Pada tanggal 6 Mei, sudah tidak bisa melintas," ujar Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Ajun Komisaris Besar Ganis Setyaningrum pada 2 Mei 2021.
Menurut Ganis, petugas gabungan mendirikan pos-pos titik penyekatan di dua arah, baik dari arah Surabaya maupun dari arah Madura. Nantinya, pengemudi akan diberhentikan di titik tersebut untuk pemeriksaan, mulai dari keperluan melintas hingga kelengkapan syarat perjalanan. "Jika ditemukan ada pemudik Lebaran, mereka diminta putar balik ke daerah keberangkatan," ujarnya.
Ganis pun mengatakan pengendara yang boleh melintas adalah mereka yang berkegiatan dinas atau memiliki kepentingan pekerjaan dan keperluan distribusi sembako dan logistik, serta ambulans. "Yang berkepentingan, ambulans, pemadam, sembako, tangki-tangki, boleh melintas, termasuk yang bekerja, tapi harus ada surat keterangan dari instansi," katanya.
Dikutip dari Sindonews.com, petugas gabungan mulai menyekat Jembatan Surabaya pada 6 Mei 2021 pukul 00.00 WIB. Hingga pukul 08.00 WIB, tercatat sebanyak 730 kendaraan yang berisi warga yang hendak mudik ke Madura diminta putar balik. Jumlah ini terdiri dari 250 motor, 350 mobil penumpang, 20 bus, 100 mobil barang, dan 10 kendaraan khusus.
Mereka diminta putar balik lantaran tidak mengantongi izin perjalanan. Ada pula yang tidak membawa surat bebas Covid-19. "Kemudian tidak membawa surat tugas dari perusahaan atau instansi. Tujuan mereka melintas di Jembatan Suramadu juga tidak jelas," kata Kepala Unit Turjawali Satuan Lalu Lintas Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Inspektur Satu Sunarto.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa dua foto tersebut menunjukkan warga yang mudik ke Madura dengan berenang menyeberangi lautan karena Jembatan Suramadu ditutup di tengah larangan mudik Lebaran 2021, keliru. Foto itu adalah foto para prajurit Pasmar-1 Korps Marinir TNI AL yang sedang latihan renang dengan menyeberangi Selat Madura di sisi timur Jembatan Suramadu pada 29 Maret 2016.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/madura
- https://web.facebook.com/jujun.mloloh/posts/793609484925805?_rdc=1&_rdr
- https://www.tempo.co/tag/mudik-lebaran
- https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2016/Pemanasan-200-Prajurit-Marinir-Renang-Seberangi-Selat-Madura/
- https://www.tempo.co/tag/jembatan-suramadu
- https://www.tempo.co/tag/marinir
- https://www.tigapilarnews.com/berita/2016/03/29/14187-marinir-berenang-seberangi-selat-madura
- https://republika.co.id/berita/o6cn5i375/ribuan-prajurit-marinir-berenang-seberangi-selat-madura-1
- https://www.merdeka.com/foto/peristiwa/700305/20160428192129-aksi-heroik-2016-prajurit-marinir-berenang-seberangi-selat-madura-005-isniqbal-nugroho.html
- https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210502144302-20-637538/jembatan-suramadu-ditutup-saat-larangan-mudik-6-17-mei
- https://www.tempo.co/tag/mudik
- https://www.tempo.co/tag/lebaran
- https://daerah.sindonews.com/read/419938/704/8-jam-larangan-mudik-730-kendaraan-di-jembatan-suramadu-diminta-putar-balik-1620277506
- https://www.tempo.co/tag/larangan-mudik
(GFD-2021-8616) Keliru, Klaim Ini Foto Penumpang Lion Air dari Cina yang Diturunkan Tanpa Lewat Jalur Imigrasi
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 06/05/2021
Berita
Klaim bahwa maskapai penerbangan Lion Air menurunkan penumpang dari Cina tanpa lewat jalur imigrasi beredar di Facebook. Klaim itu dilengkapi dengan foto yang memperlihatkan sekelompok orang berseragam krem, beberapa di antaranya membawa koper, di dalam gedung sebuah bandara.
Akun ini membagikan klaim beserta foto tersebut pada 4 Mei 2021. Akun itu pun menulis, "Yg seperti ini kita mau percaya sama pemerintah!!! Tinggal nunggu hancur tanpa nama Republik Indonesia, di dukung Rusdi Kirana, Lion Wings Air, pesawat yg berani mnurunkn penumpang dari Cina, tanpa lewat jalur imigrasi, tp lewat penumpang dlm negeri."
Narasi itu beredar di tengah kabar kemunculan maskapai baru Super Air Jet. Super Air Jet santer diisukan terafiliasi dengan Rusdi Kirana, bos maskapai Lion Air Group atau pendiri PT Lion Mentari Airlines. Saat ini, manajemen sedang mengurus sertifikat operasi angkutan udara atauair operation certificate(AOC) di Kementerian Perhubungan.
Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait foto yang diunggahnya.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, foto tersebut pernah beredar sebelumnya, yakni pada Oktober 2020, dengan narasi yang berbeda. Dengan demikian, konteks foto tersebut tidak terkait dengan peristiwa yang terjadi baru-baru ini.
Lewat pencarian denganreverse image tool Google, Tempo menemukan bahwa foto tersebut pernah viral di Twitter setelah diunggah oleh akun @BerisikEmak pada 1 Oktober 2020. Ketika itu, foto ini dilengkapi dengan narasi bahwa ada tentara berseragam yang datang ke Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta.
Dikutip dari Detik.com, Manager Branch Communication Bandara Soekarno-Hatta, Haerul Anwar, mengatakan sekelompok pria berseragam krem itu adalah penumpang yang hendak terbang ke luar negeri, bukan baru tiba di Indonesia. Haerul mengkonfirmasi para penumpang itu adalah warga negara Cina. "Itu penumpang biasa yang mau berangkat ke luar," ujar Haerul.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bandara Soetta Ajun Komisaris Alexander Yurikho juga menyatakan lokasi dalam foto itu bukan terminal kedatangan internasional, melainkan terminal keberangkatan internasional, tepatnya Terminal 3 Bandara Soetta. Dia juga memastikan bahwa seragam yang digunakan oleh para pria itu bukan seragam tentara, melainkan seragam pekerja tambang atau personel lapangan.
Berita yang sama juga pernah dimuat oleh Liputan6.com pada 3 Oktober 2020. Alexander Yurikho mengatakan area yang terlihat dalam foto tersebut bukan area kedatangan melainkan keberangkatan internasional. Kemudian, seragam yang dikenakan para pria dalam foto itu bukan seragam tentara, melainkan seragam pekerja lapangan.
Menurut arsip berita Tempo, Kepala Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta Romi Yudianto pun telah memastikan puluhan warga negara Cina dalam foto tersebut adalah para pekerja tambang. "Bukan tentara," ujar Romi saat dihubungi Tempo pada 3 Oktober 2020.
Romi menjelaskan foto tersebut merupakan foto saat keberangkatan, bukan kedatangan. Meskipun begitu, dia tidak menjelaskan secara detail di mana puluhan warga negara Cina itu berasal. Dia juga tidak menyebut jadwal keberangkatan mereka di Bandara Soetta.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas menunjukkan penumpang Lion Air dari Cina yang diturunkan tanpa lewat jalur imigrasi, keliru. Foto ini pernah beredar pada Oktober 2020 dengan narasi yang berbeda. Ketika itu, pihak Imigrasi telah mengkonfirmasi bahwa foto itu adalah foto saat keberangkatan, bukan kedatangan.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/lion-air
- https://archive.is/WcGrR/image
- https://www.tempo.co/tag/rusdi-kirana
- https://www.tempo.co/tag/bandara-soekarno-hatta
- https://news.detik.com/berita/d-5198073/geger-isu-kedatangan-tentara-di-soetta-faktanya-penumpang-biasa/2
- https://www.tempo.co/tag/bandara-soetta
- https://www.liputan6.com/news/read/4373141/viral-foto-mirip-kedatangan-tentara-asing-di-bandara-soetta-ini-kata-polisi
- https://metro.tempo.co/read/1393080/polisi-selidiki-foto-viral-wna-cina-berseragam-di-bandara-soekarno-hatta/full&view=ok
- https://www.tempo.co/tag/cina
Halaman: 4544/6115