• (GFD-2020-4262) [SALAH] “Koplak Kompas TV!! Demo tolak HIP ga disiarkan giliran demo PDIP mereka live”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 05/07/2020

    Berita

    “Koplak Kompas TV!! Demo tolak HIP ga disiarkan giliran demo PDIP mereka live”

    Hasil Cek Fakta

    Beredar sebuah unggahan melalui media sosial Facebook oleh akun @Ceullen, perihal klaim bahwa stasiun TV yakni Kompas TV tidak menyiarkan situasi demo penolakan RUU HIP di depan Gedung MPR/DRP Rabu, 24 Juni 2020 lalu. Hingga saat ini unggahan @Ceullen telah mendapat 12 komentar dan dibagikan oleh 22 pengguna Facebook lainnya.

    Namun pasca dilakukan penelusuran lebih lanjut, diketahui bahwa klaim @Ceullan tidak sesuai dengan fakta. Coba melakukan penelusuran pada kolom pencarian kompas.tv, ditemukan artikel berjudul “Update Terkini Demo Tolak RUU HIP di Depan Gedung MPR/DPR” yang terbit pada Rabu, 24 Juni 2020. Dalam artikelnya, kompas.tv turut menyisipkan tayangan siaran langsung yang memberitakan situasi terkini demo penolakan RUU HIP.

    Jika melihat dari fakta yang ada, klaim akun @Ceullan bahwa Kompas TV tidak menyiarkan demo penolakan RUU HIP adalah tidak benar. Unggahan tersebut masuk ke dalam kategori misleading content. Misleading terjadi akibat sebuah konten dibentuk dengan nuansa pelintiran untuk menjelekkan seseorang maupun kelompok. Konten jenis ini dibuat secara sengaja dan diharap mampu menggiring opini sesuai dengan kehendak pembuat informasi.

    Kesimpulan

    Informasi tersebut tidak benar. Pada hari yang sama terjadinya demo penolakan RUU HIP Rabu (24/6), Kompas TV turut menayangan siaran langsung yang melaporkan “Update Terkini” di depan Gedung MPR/DRP.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4261) [SALAH] Foto “pahlawan perang era 11, dengan teknik ngibul 1 negara musuh dengan janji manisnya”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 05/07/2020

    Berita

    Akun Bahar Lesmana mengunggah foto di Facebook dengan narasi foto tersebut merupakan potret pahlawan perang era 11 dengan teknik ngibul satu negara musuh menggunakan janji manisnya.

    Berikut kutipan narasinya:

    “Potret foto pahlawan perang era 11, dengan teknik ngibul 1 negara musuh dengan janji manisnya”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui foto tersebut merupakan hasil suntingan. Adapun, foto aslinya ialah foto Adolft Hitler saat Perang Dunia I. Diketahui bahwa foto tersebut diambil pada tahun 1919.

    Selama menjadi tentara, Hitler diketahui mendapatkan sejumlah medali penghargaan. Medali-medali tersebut didapatkannya atas prestasinya.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penjelasan tersebut, foto pada sumber merupakan foto suntingan. Oleh sebab itu, konten tersebut masuk ke dalam kategori Manipulated Content atau Konten yang Dimanipulasi.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4260) [SALAH] Video “rumah sakit terkenal di Brazil kosong padahal katanya ada 5000 orang yang positif corona”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 04/07/2020

    Berita

    Akun Herman Ambia (fb.com/herman.ambia.3) mengunggah sebuah video dengan narasi sebagai berikut:

    “Video ini terjadi di Brazil. Sebuah rumah sakit terkenal disana diserbu oleh sekumpulan penduduk yang turut disertai oleh seorang ADUN untuk mengetahui benarkah ada 5000 orang yang positif corona disitu dan angka kematiannya dalam tempo 2 hari mencapai lebih 200 orang. Mereka mendapati rumah sakit kosong dan tidak ada seperti visual yang disiarkan dalam media.
    Katanya ini juga realiti yang sama bagi beberapa rumah sakit yang telah disiarkan dalam media. Konon skenario ini dilakukan dengan permintaan dari WHO yang akan membayar 8000 euro bagi tiap kematian yang didaftarkan sebagai akibat virus corona dan 5000 euro bagi tiap pesakit dan 300 euro bagi tiap pemeriksaan. Inilah sebab mengapa angkanya melonjak tinggi.
    Kesimpulan: ada rahasia antar bangsa dalam perkara ini. Bagaimana dengan Indonesia? Haruskah tinggal diam mengikuti permainan tingkat tinggi ini. Silahkan anda simpulkan…”

    https://kalimasada.turnbackhoax.id/focus/4260 [SALAH] Video “rumah sakit terkenal di Brazil kosong padahal katanya ada 5000 orang yang positif corona” via @cekfakta.com

    Covid-19 brazil

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim Periksa Fakta AFP Indonesia, klaim bahwa ada rumah sakit terkenal Brazil yang kosong padahal katanya ada 5000 orang yang positif Virus Corona COVID-19 adalah klaim yang salah.

    Faktanya, rumah sakit itu adalah rumah sakit yang belum dibuka karena masih dalam tahap pembangunan dan belum menerima pasien pertama.

    Anggota parlemen Brazil Filippe Poubel yang ada di video itu sedang melakukan sidak dan mengungkapkan ketidaksenangannya atas keterlambatan pembukaan rumah sakit baru untuk pasien COVID-19.

    Video yang lebih panjang berdurasi 54 menit 55 detik disiarkan langsung di akun Facebook resmi milik Poubel pada tanggal 28 Mei 2020. Diterjemahkan dari bahasa Portugis ke bahasa Indonesia, video tersebut diberi keterangan: “Estamos AO VIVO nesse momento, FISCALIZANDO O HOSPITAL DE CAMPANHA DE SÃO GONÇALO”. Tulisan “Hospital De Campanha Sao Goncalo” terlihat di gerbang masuk lokasi konstruksi.

    Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Poubel memulai videonya dengan mengatakan: “Saya sekarang tiba di rumah sakit Sao Goncalo yang seharusnya buka hari ini, tapi nyatanya belum. Kami akan melakukan inspeksi.”

    Di detik ke-53, ia berkata: “Itu sebabnya mereka tidak ingin saya masuk — ini seharusnya dibuka hari ini. Lihat ini, tidak ada yang siap.”

    Pencarian kata kunci menemukan beberapa artikel di media berbahasa Portugis, R7, tentang penundaan pembukaan rumah sakit itu dan inspeksi yang dilakukan oleh Poubel.

    Sao Goncalo Campaign Hospital merupakan satu di antara tujuh rumah sakit lapangan yang akan dibangun oleh pemerintah Rio de Janeiro untuk menangani kasus-kasus virus corona yang meningkat di wilayah tersebut. Menurut sebuah artikel yang diterbitkan pada tanggal 18 Juni 2020 oleh kantor berita Agência Brasil, sebanyak 200 tempat tidur disiapkan untuk menerima pasien COVID-19 yang mendapatkan rujukan dari jaringan kesehatan masyarakat.

    Kesimpulan

    Rumah sakit itu belum dibuka karena masih dalam tahap pembangunan dan belum menerima pasien pertama. Anggota parlemen Brazil Filippe Poubel yang ada di video itu sedang melakukan sidak dan mengungkapkan ketidaksenangannya atas keterlambatan pembukaan rumah sakit baru untuk pasien COVID-19.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4259) [SALAH] “sejeluarga d india meningal,Daun pisang tempat mereka makan terimpeksi pirus k lalawar”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 04/07/2020

    Berita

    Akun Arman Taruna (fb.com/herman.herlambang.9085) mengunggah sebuah gambar yang terdapat narasi sebagai berikut:

    “Hati2 makan pakai daun pisang,sejeluarga d india meningal,Daun pisang tempat mereka makan terimpeksi pirus k lalawar..bagi2kan brita terbaru ini..”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim CekFakta Tempo, klaim bahwa ada keluarga di India yang meninggal karena makan daun pisang dan terinfeksi virus kelelawar adalah klaim yang salah.

    Faktanya, keluarga tersebut bukan meninggal karena terinfeksi virus kelelawar. Keluarga tersebut bunuh diri dengan cara menenggak pestisida akibat masalah ekonomi yang membelitnya pada tahun 2017.

    Dikutip dari situs cek fakta berbahasa Tamil yang berbasis di India, YouTurn, yang pernah memverifikasi klaim tersebut pada 2018. Menurut YouTurn, klaim bahwa enam keluarga dalam foto tersebut tewas karena terinfeksi virus kelelawar dari daun pisang adalah klaim yang keliru. Keluarga yang berasal dari Desa Mamilakatta dekat Suryapet, negara bagian Telangana, itu bunuh diri dengan menenggak racun. Peristiwa ini terjadi pada September 2017.

    Fakta tersebut berasal dari investigasi polisi setempat. Menurut polisi, keluarga itu memutuskan untuk bunuh diri bersama-sama karena memiliki hutang dalam jumlah yang cukup besar. Kepala keluarga ini hanya bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan.

    Berbekal petunjuk tersebut, Tempo menelusuri pemberitaan lokal dengan memasukkan kata kunci “a family in Suryapet, India, committed suicide” ke mesin pencari Google. Hasilnya, ditemukan banyak berita terkait peristiwa itu oleh media lokal pada 2017.

    Telangana Today misalnya, menulis bahwa keluarga yang tinggal di Mamillagadda, Suryapet, tersebut melakukan bunuh diri dengan mengkonsumsi pestisida karena masalah keuangan. Para korban diidentifikasi sebagai Kasthuri Janardhan, Chandrakala, Ashok, Prabhatha, Sriri, dan Ruthwika.

    Kejadian ini berawal ketika Kasthuri Suresh, putra Kasthuri Janardhan, meminjam uang kepada seseorang untuk membangun bisnis jasa perangkat keras komputer. Namun, usaha ini gulung tikar, dan Kasthuri Suresh melarikan diri.

    Setelah kepergian Kasthuri Suresh, pemberi pinjaman mulai mendatangi keluarga Kasthuri Janardhan untuk menagih dan menekan mereka agar membayar uang tersebut. Tak lama kemudian, mereka dilaporkan bunuh diri dengan mengkonsumsi pestisida diduga karena merasa tertekan dan malu.

    Televisi lokal HMTV juga pernah melaporkan berita tersebut dengan menyertakan video para korban yang wajahnya telah diburamkan. Video itu diunggah di kanal YouTube mereka pada 17 September 2017. Dalam video itu, terlihat enam jenazah korban dengan pakaian yang sama dengan yang terlihat dalam foto yang beredar di Facebook.

    HMTV juga menyebut bahwa mereka tewas setelah menenggak racun karena masalah keuangan. “In a tragic incident, a family of six persons including two women, two children and two men have committed by consuming pesticide in a suicide pact at Kasturi Bazar in Suryapet. The reason is known that they committed suicide due to financial problems.”

    Kesimpulan

    Bukan karena terinfeksi virus kelelawar. Keluarga di India tersebut bunuh diri dengan cara menenggak pestisida akibat masalah ekonomi yang membelitnya pada tahun 2017.

    Rujukan