• (GFD-2021-8631) Keliru, Klaim Covid-19 Hanya Tipuan Yahudi untuk Atur Ibadah Umat Islam

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 20/05/2021

    Berita


    Video berdurasi sekitar 2,5 menit mengenai Covid-19 viral di WhatsApp dalam sepekan terakhir. Di bagian awal, terdapat cuplikan yang menunjukkan belasan orang berpakaian hazmat sedang menari bersama. Di sekeliling mereka, terdapat puluhan pria yang mengenakan jas serta topi hitam yang identik dengan pakaian yang biasa dikenakan oleh kaum Yahudi.
    Video ini memuat narasi bahwa Covid-19 hanya tipuan dari orang-orang yang berada di dalam video itu untuk mengatur ibadah umat Islam. “Tujuannya berhasil. Mereka bergembira, agenda terlaksana, membuat ummat kalang kabut. Mereka telah berjaya mengatur ibadah umat Islam dan lainnya melalui issue Corona," demikian teks pembuka yang tercantum di video ini.
     Gambar tangkapan layar video yang beredar di WhatsApp yang berisi klaim keliru terkait Covid-19.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, video tersebut berisi kompilasi dari video-video dengan konteks yang berbeda-beda. Tidak satu pun dari video-video itu yang menunjukkan bahwa Covid-19 hanya tipuan Yahudi. Berikut penjelasan atas video-video tersebut:
    Video 1

    Video ini tayang pertama kali di kanal YouTube Szymon S pada 13 Oktober 2020. Video itu diberi judul "Covid party in Jewish style - Coffin Dance form Israel". Akun ini menuliskan keterangan “We Jews have our own ways of having fun!”.
    Video tersebut memperlihatkan sejumlah tenaga kesehatan yang melakukan tarian Coffin (Coffin Dance) setelah mereka selesai beraktivitas. Coffin Dance, atau dikenal pula dengan sebutan tarian pembawa keranda atau joget peti, adalah tarian yang dilakukan di Ghana oleh para pembawa keranda sebagai sebuah upacara kematian yang bernuansa sukacita. Tarian ini menjadi populer di tengah pandemi Covid-19, dan banyak memiliki beragam versi, seperti versi remix yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Israel.Video 2

    Foto ini menunjukkan bagian dari aksi simbolik untuk memprotes pembukaan ekonomi tanpa bantuan di Torch of Friendship Park, Florida, Amerika Serikat, pada 27 Mei 2020. Aksi dilakukan dengan menunjukkan proses pemakaman oleh anggota komunitas dan aktivis sosial di seluruh Florida, termasuk kota-kota seperti Miami, Jacksonville, Orlando, dan Tampa, untuk menghormati nyawa yang hilang karena Covid-19 dan untuk meminta pertanggungjawaban Gubernur Florida Ron DeSantis dan Presiden AS ketika itu, Donald Trump, atas kecerobohan dan kelambanan mereka. Foto ini diambil oleh fotografer EPA-EFE, Cristobal Herrera.
    Video 3

    Dilansir dari AFP, foto ini identik dengan foto yang diterbitkan oleh surat kabar Belanda, NRC, dalam artikelnya pada 4 Maret 2021. Artikel tersebut bercerita tentang kehidupan sehari-hari paramedis Amsterdam selama pandemi Covid-19. Jurnalis yang meliput hal tersebut juga menjelaskan bahwa, selama memproduksi laporan ini, seorang pria mendekati mereka dan meneriakkan "berita palsu".
    Video 4

    Video ini pernah beredar pada April 2021, dan telah diverifikasi oleh Tempo. Video tersebut bukan video tumpukan jenazah pasien Covid-19 palsu yang telah dipersiapkan. Kantong-kantong plastik hitam berisi manusia yang terlihat dalam video tersebut dipakai dalam syuting video klip lagu rapper asal Rusia, Dmitry Nikolayevich Kuznetsov alias Husky.
    Video 5

    Video ini menunjukkan bagian dari proses pembuatan video promosi rumah sakit di Shamir Assaf Harofeh, Be'er Ya'akov, Israel. Dikutip dari Francetvinfo.fr, juru bicara rumah sakit, Liad Aviel, mengatakan bahwa video tersebut direkam di lokasi mereka pada 3 dan 4 Maret 2021, beberapa minggu setelah layanan darurat baru di sana diresmikan."Apa yang Anda lihat di video adalah instalasi darurat baru kami di tempat parkir kami. Kami ingin menunjukkan dengan gambar bagaimana kami dapat mengubah tempat parkir menjadi struktur medis darurat. Sangat disayangkan bahwa seseorang mencoba membuat video ini menjadi alat anti-vaksin," ujar Aviel. "Kami tidak ada hubungannya dengan itu, dan kami menentang teori konspirasi ini." Video promosi tersebut juga diunggah di kanal YouTube rumah sakit ini.
    Video 6

    Video ini pernah beredar pada awal Mei 2021, dan telah diverifikasi oleh Tempo. Peristiwa dalam video itu merupakan aksi protes oleh mahasiswa kedokteran UCV di depan Hospital Universitario de Caracas (HUC), Venezuela. Mereka berunjuk rasa dengan membawa properti kantong jenazah berisi kertas. Para mahasiswa itu memprotes banyaknya tenaga kesehatan yang meninggal karena Covid-19 dan terbatasnya vaksin Covid-19 bagi mereka. Aksi mereka kemudian didatangi sekelompok orang yang merusak properti yang digunakan dalam demonstrasi.
    Video 7

    Dilansir dari Agencia Lupa dan Stop Fake, video ini memperlihatkan bagian dari produksi laporan khusus oleh TV Vitoria di Brasil tentang rutinitas kerja para penggali kubur. Tim ini tidak pernah mensimulasikan penguburan orang yang meninggal karena penyakit. Pada 30 Maret 2021, tim itu pergi ke pemakaman kota Barra do Jucu di Vila Velha untuk melakukan wawancara dengan pengelola. Idenya adalah memperlihatkan hal-hal yang diperlukan selama proses pemakaman.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa Covid-19 hanya tipuan dari Yahudi untuk mengatur ibadah umat Islam, keliru. Video yang digunakan untuk menyebarkan klaim tersebut berisi kompilasi dari video-video dengan konteks yang berbeda-beda. Tidak satu pun dari video-video itu yang menunjukkan bahwa Covid-19 hanya tipuan Yahudi.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8630) Keliru, Klaim Ini Foto-foto Aksi Bela Palestina oleh Puluhan Ribu Warga Indonesia pada Mei 2021

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 19/05/2021

    Berita


    Foto-foto yang diklaim sebagai foto aksi bela Palestina yang digelar oleh puluhan ribu warga Indonesia beredar di Twitter sejak 17 Mei 2021 lalu. Menurut klaim itu, demonstrasi tersebut digelar sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Sheikh Jarrah dan Jalur Gaza.
    Tiga foto itu beredar di tengah memanasnya konflik antara Palestina dan Israel sejak awal Mei. Ketegangan bermula dari rencana penggusuran warga di Sheikh Jarrah, yang memicu protes di kompleks Masjid Al Aqsa. Namun, aparat Israel justru menyerang demonstran. Merespons hal ini, Hamas meluncurkan roketnya. Israel pun membalas lewat serangan udara ke perbatasan Gaza.
    Akun ini membagikan foto-foto beserta klaim itu dengan narasi berbahasa Inggris yang jika diterjemahkan berarti: "Puluhan ribu - demonstrasi besar-besaran di Indonesia untuk menunjukkan solidaritas terhadap orang Palestina di #SheikhJarrah dan Jalur Gaza."
    Gambar tangkapan layar cuitan di Twitter yang berisi klaim keliru terkait foto-foto yang diunggahnya. Foto-foto ini adalah foto-foto lama, tidak terkait dengan memanasnya konflik antara Palestina dan Israel sejak awal Mei 2021 kemarin.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital ketiga foto itu denganreverse image tool Google dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa foto-foto itu adalah foto lama, yang memiliki konteks yang berbeda-beda. Berikut penjelasan atas tiga foto tersebut:
    Foto I

    Foto ini pernah dimuat oleh The Jakarta Post dalam artikelnya pada 3 Desember 2016 yang berjudul "Rally ends on cautious note". Dalam keterangannya, tertulis bahwa foto itu adalah foto karya fotografer kantor berita Antara, Sigid Kurniawan, yang diambil saat umat muslim berkumpul di sekitar Monumen Nasional, Jakarta, pada 2 Desember 2016 untuk berunjuk rasa terkait kasus penistaan agama yang menjerat Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
    Tirto.id juga pernah memuat foto itu dalam artikelnya pada 2 Desember 2016 yang berjudul "Zikir dan Doa Bersama aksi Bela Islam III". Foto itu diberi keterangan: "Foto aerial ribuan umat Islam melakukan zikir dan doa bersama saat Aksi Bela Islam III di kawasan Bundaran Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (2/12)." Dalam artikel ini, terdapat pula foto-foto lain yang diambil dari peristiwa yang sama.
    Foto II

    Foto ini pernah dimuat oleh kantor berita BBC dalam artikelnya pada 18 Desember 2017 yang berjudul "Aksi bela Palestina, antara solidaritas kemanusiaan dan politik identitas". Foto itu merupakan foto karya fotografer yang bernama Ed Wray, yang dimuat di situs stok foto Getty Images. Foto ini diambil ketika ribuan demonstran berunjuk rasa di Jakarta pada 17 Desember 2017 untuk menyuarakan protes mereka atas pengakuan Amerika Serikat terhadap Yerusalem sebagai ibukota Israel.
    Di Getty Images, foto tersebut diberi keterangan sebagai berikut: "Pria Indonesia mengibarkan bendera Palestina dan bendera Indonesia dalam demonstrasi besar-besaran untuk menentang keputusan AS mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel pada 17 Desember 2017 di Jakarta. Para demonstran yang menurut perkiraan polisi mencapai 80 ribu orang itu menyerukan boikot terhadap bisnis AS dan Israel."
    Foto III

    Foto ini pernah dimuat oleh Media Indonesia dalam artikelnya pada 18 Desember 2017 yang berjudul "Aksi Bela Palestina Sejalan Konstitusi RI". Namun, dalam keterangannya, hanya tertulis bahwa foto tersebut berasal dari Metro TV. Artikel itu sendiri menyinggung tentang aksi solidaritas terhadap Palestina yang digelar di Monas pada 17 Desember 2017. Aksi ini merupakan respons atas klaim sepihak Presiden AS ketika itu, Donald Trump, terkait Yerusalem sebagai ibukota Israel.
    Tempo menemukan video berita milik Metro TV yang menayangkan cuplikan yang sama dengan yang terlihat dalam foto ini. Video itu diunggah oleh kanal Berita Terbaru di YouTube pada 17 Desember 2017. Bagian bawah video yang biasanya memuat logo Metro TV sudah ditutup dengan kotak berwarna hitam oleh kanal ini. Namun, reporter yang melaporkan berita dalam video itu, Livia Ramadhanti, adalah reporter Metro TV. Dalam video ini, cuplikan yang sama dengan yang terlihat dalam foto di atas terdapat pada menit 1:20.
    Aksi bela Palestina pada Mei 2021
    Pada 18 Mei 2021, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia ( KSPI ) menggelar demonstrasi di depan kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Kedutaan Besar AS, Jakarta, sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina. Presiden KSPI Said Iqbal mengatakan, selain di Jakarta, aksi solidaritas itu juga digelar di 23 provinsi lain.
    Di Palu, Sulawesi Tengah, dan di Karawang, Jawa Barat, pada 18 Mei 2021, warga juga menggelar aksi pengumpulan donasi untuk membantu rakyat Palestina. Ratusan warga Gorontalo yang tergabung dalam 11 organisasi masyarakat (ormas) pun menggelar aksi peduli Palestina pada 19 Mei 2021. Pada tanggal yang sama, warga Lampung menggelar aksi bela Palestina di kawasan Tugu Adipura Bandar Lampung.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto-foto tersebut memperlihatkan aksi bela Palestina oleh puluhan ribu warga Indonesia pada Mei 2021, keliru. Foto-foto itu adalah foto lama, yang memiliki konteks yang berbeda-beda. Foto pertama terkait dengan Aksi Bela Islam di kawasan Bundaran Bank Indonesia, Jakarta, pada 2 Desember 2016, sementara foto kedua dan ketiga terkait aksi solidaritas terhadap Palestina di Jakarta pada 17 Desember 2017 usai adanya pengakuan Amerika Serikat terhadap Yerusalem sebagai ibukota Israel.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8629) Sesat, Warga Malaysia Antri Menginap di Stadion Shah Alam karena Positif Covid-19

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 19/05/2021

    Berita


    Video yang diklaim menunjukkan antrian warga Malaysia yang ingin menginap di Stadion Shah Alam karena positif Covid-19 beredar di WhatsApp sejak 17 Mei 2021. "Warga Malaysia antri nginep di stadion shah alam...semua positif covid 19... ngerii x..." demikian narasi yang menyertai video itu.
    Dalam video tersebut, tampak antrian panjang ratusan orang yang memasuki sebuah gedung stadion. Banyak di antara mereka yang membawa tas ransel, bahkan koper. Terlihat pula sejumlah petugas kesehatan yang memakai pakaian hazmat lengkap dengan masker dan faceshield.
    Beberapa gambar tangkapan layar video yang disebarkan dengan klaim keliru. Video ini bukan video antrian warga Malaysia yang ingin menginap di Stadion Shah Alam karena positif Covid-19.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, antrian yang terlihat dalam video tersebut memang terjadi di Shah Alam, Malaysia, tepatnya di Stadion Malawati. Namun, mereka mengantri bukan untuk menginap di stadion tersebut, tapi hanya untuk menjalani pemeriksaan Covid-19.
    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tempo menelusuri jejak digital video itu dengan memasukkan kata kunci “ Covid-19 di Stadion Shah Alam” di mesin pencari Google dan platform video YouTube. Lewat cara ini, ditemukan sejumlah berita dari media Malaysia yang menyebut bahwa Stadion Malawati menjadi tempat pemeriksaan kesehatan bagi pasien positif Covid-19.
    Kanal YouTube milik Sinar Harapan mempublikasikan video berdurasi sekitar 3 menit pada 9 Februari 2021 yang menjelaskan tentang Pusat Penilaian Covid-19 (CAC) yang beroperasi di Stadium Malawati, Shah Alam, Malaysia. CAC berfungsi sebagai tempat untuk memeriksa kondisi kesehatan warga yang dinyatakan positif Covid-19.
    Dalam video ini, terlihat bentuk bangunan stadion serta warna lantai dan warna kursi yang sama dengan yang tampak dalam video yang beredar di WhatsApp.
    Gambar tangkapan layar video yang beredar di WhatsApp (kiri) dan gambar tangkapan layar video milik media Malaysia, Sinar Harapan (kanan).
    Sejumlah media lain di Malaysia pun telah membantah klaim yang menyertai video yang viral itu, bahwa mereka yang mengantri adalah pasien yang akan menginap di stadion tersebut. Dikutip dari Harian Metro, Pusat Kesiapsiagaan dan Tindakan Cepat Krisis (CPRC) Selangor mengatakan bahwa video yang viral itu menunjukkan antrian warga yang akan menjalani penilaian kesehatan di CAC Stadion Melawati, Shah Alam.
    Mereka menjalani asesmen yang dilakukan oleh para tenaga kesehatan terkait apakah harus menjalani perawatan di rumah sakit, masuk ke pusat karantina, atau cukup hanya menjalani isolasi di rumah. Jabatan Kesihatan Negeri (JKN) Selangor menjelaskan CAC ini dioperasikan seiring dengan melonjaknya kasus Covid-19 di sana. Antrian terjadi karena warga harus menjalani rapid test terlebih dahulu untuk penapisan (screening).
    Dikutip dari kantor berita Malaysia, Bernama, dokter kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan Petaling, Faridah Amin, juga menjelaskan bahwa Stadion Malawati tidak digunakan sebagai pusat karantina atau isolasi pasien Covid-19, melainkan hanya sebagai Pusat Penilaian Covid-19.
    “Pasien positif Covid-19 dinilai kesehatannya dan tergantung kondisi setiap orang, apakah akan menjalani isolasi di rumah, di Pusat Karantina dan Pusat Perawatan Risiko Rendah (PKRC) di Malaysia Agro Exposition Park di Serdang, atau harus dirawat di rumah sakit,” katanya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa warga Malaysia antri menginap di Stadion Shah Alam karena positif Covid-19, menyesatkan. Video yang digunakan untuk menyebarkan klaim tersebut memang menunjukkan warga yang mengantri di stadion itu. Namun, mereka mengantri hanya untuk menjalani pemeriksaan Covid-19, bukan untuk menginap. Stadion Malawati yang berada di Shah Alam tersebut bukan pusat karantina atau isolasi bagi pasien Covid-19, melainkan menjadi Pusat Penilaian Covid-19.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8628) Keliru, Klaim Ini Video saat Putin Bertemu Erdogan untuk Bahas Isu Palestina

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 18/05/2021

    Berita


    Video berdurasi 1 menit 41 detik yang menunjukkan momen ketika Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan beredar di Twitter. Video ini diklaim sebagai video pertemuan Putin dan Erdogan untuk membahas isu Palestina. Dalam beberapa pekan terakhir, konflik antara Palestina dan Israel memang memanas.
    Di bagian awal video, terlihat pesawat kepresidenan Rusia yang sedang mendarat di bandara. Lalu, terlihat cuplikan iring-iringan rombongan Putin. Ketika rombongan itu tiba di sebuah lokasi, Erdogan menyambut Putin. Akun ini membagikan video tersebut pada 13 Mei 2021. Akun itu menulis, "Presiden Putin tiba di Turki untuk membahas Palestina bersama Erdogan."
    Gambar tangkapan layar cuitan di Twitter yang berisi klaim keliru terkait video yang diunggahnya. Video ini tidak terkait dengan konflik antara Palestina dan Israel yang memanas baru-baru ini.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video di atas menjadi sejumlah gambar dengan toolInVID. Lalu, gambar-gambar itu ditelusuri jejak digitalnya denganreverse image toolYandex dan TinEye. Hasilnya, ditemukan bahwa video itu adalah video lama yang diambil pada 2018, dan tidak terkait dengan konflik antara Palestina dan Israel yang memanas baru-baru ini.
    Video itu merupakan video yang dipublikasikan oleh Radio Free Europe  pada 3 April 2018, yang bersumber dari Reuters. RFE mengunggah video ini di kanal YouTube-nya dengan judul "Erdogan Welcomes Putin On Ankara Visit". Dalam keterangannya, tertulis bahwa video itu diambil di halaman Istana Kepresidenan Turki, ketika Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyambut Presiden Rusia Vladimir Putin yang menggelar kunjungan resmi ke ibukota Turki, Ankara.
    Video yang identik juga pernah diunggah oleh sebuah akun di media sosial Rusia, Odnoklassniki, pada 4 April 2018. Video itu diberi judul dalam bahasa Rusia yang jika diterjemahkan berarti "Putin di Turki". Dalam keterangannya pun tertulis, "Vladimir Putin tiba dalam kunjungan dua hari ke ibukota Turki, Ankara."
    Foto-foto saat Putin dan Erdogan menggelar konferensi pers setelah pertemuan itu pun pernah dimuat oleh kantor berita Turki, Anadolu Agency, dalam artikelnya pada 3 April 2018. Artikel ini berjudul "Erdogan-Putin mengadakan konferensi pers di Ankara". Konferensi pers bersama ini dilaksanakan usai keduanya menggelar pertemuan bilateral di Kompleks Kepresidenan.
    Berdasarkan arsip berita Tempo pada 4 April 2018, menandai kunjungannya ke Turki, Presiden Rusia Vladimir Putin bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meresmikan pembangkit listrik tenaga nuklir yang diberi nama Akkuyu pada 3 April 2018. Keduanya meresmikan proyek senilai US$ 20 miliar yang dibangun di Mersin, dekat Laut Tengah, itu melalui video dari Ankara.
    Selain meresmikan pembangkit listrik, dalam kunjungan balasannya ke Turki itu, Putin juga membicarakan kemungkinan kerja sama di bidang pertahanan. Erdogan mengatakan Turki mungkin bekerja sama dengan Rusia dalam proyek-proyek pertahanan selain sistem pertahanan rudal S-400 yang telah disepakati Moskow untuk dipasok ke Ankara.
    Setelah pertemuan bilateral itu, pada 4 April 2018, Erdogan dan Putin bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani dalam KTT tiga arah terkait Suriah. Dilansir dari BBC, dalam konferensi pers usai KTT tersebut, Erdogan, Putin, dan Rouhani menekankan dukungan mereka terhadap jalan keluar politik, bukan militer, dalam menyelesaikan masalah di Suriah meskipun pasukan mereka tetap beroperasi di sana.
    Dalam konferensi pers itu, ketiganya ingin mempercepat usaha untuk memastikan perdamaian di Suriah. Erdogan mengatakan kedaulatan Suriah ditentukan oleh kebijakan yang menjaga jarak dari semua organisasi teroris. Pernyataan ini dipandang sebagai sebuah kecaman tidak langsung terhadap Amerika Serikat yang mendukung pejuang Kurdi yang dipandang pemerintah di Ankara sebagai teroris.
    Seperti dilansir dari kantor berita Reuters, usai KTT itu, Rouhani mengatakan perkembangan di Suriah, dengan keberhasilan militer Suriah dan sekutunya memukul mundur pemberontak dalam beberapa tahun terakhir, menunjukkan bahwa AS telah gagal menjatuhkan pemerintahan Suriah di bawah Presiden Bashar al-Assad. Iran dan Rusia mendukung Assad, sementara Turki sebenarnya mendukung kelompok pemberontak yang menentang Assad.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video tersebut adalah video saat Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk membahas isu Palestina, keliru. Video itu adalah video lama, yang diambil pada April 2018, ketika Putin menggelar kunjungan resmi ke ibukota Ankara, Turki, dan disambut oleh Erdogan.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan