(GFD-2021-8643) Keliru, Klaim Ini Video Pembakaran Bendera Israel oleh Rakyatnya Sendiri karena Konflik dengan Palestina
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 01/06/2021
Berita
Sebuah video yang memperlihatkan sekelompok orang menggelar aksi protes dengan membakar bendera Israel beredar di Facebook. Sejumlah pria dalam video itu tampak mengenakan pakaian yang biasa digunakan oleh umat Yahudi. Video ini diklaim sebagai video pembakaran bendera Israel oleh rakyatnya sendiri akibat berkonflik dengan Palestina.
Video tersebut dibagikan oleh akun ini pada 21 Mei 2021. Akun itu pun menulis, “BENDERA ISR4HELL. DI BAKAR RAKYATNYA SENDIRI. APA KABAR Y4Hud1 PESEK. Sepertinya gak bakal cair ini dananya.” Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah mendapatkan lebih dengan 500 reaksi dan telah ditonton lebih dari 11 ribu kali.
Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait video yang diunggahnya. Video itu tidak terkait dengan konflik antara Israel dan Palestina.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula mengambil gambar tangkapan layar video itu. Lalu, gambar ini ditelusuri denganreverse image toolGoogle dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa video itu telah beredar sejak pertengahan 2019 lalu dan tidak terkait dengan memanasnya konflik antara Israel dan Palestina baru-baru ini.
Video yang identik pernah diunggah oleh situs Ensonhaber.com pada 4 Juli 2019. Video tersebut juga pernah dimuat oleh sejumlah media Turki, seperti Yenisafak dan Gaste24, pada tanggal yang sama. Pembakaran bendera Israel dalam video itu merupakan bagian dari aksi protes umat Yahudi ultra-ortodoks di Israel terkait kematian seorang pemuda Israel keturunan Ethiopia akibat tertembak polisi.
Dikutip dari LA Times, pemuda Israel keturunan Ethiopia yang meninggal akibat peluru polisi itu bernama Solomon Teka, 18 tahun. Ia tertembak oleh polisi yang sedang tidak bertugas pada 30 Juni 2019 di pinggiran Kiryat Haim di Haifa, Israel bagian utara, saat berkumpul dengan teman-temannya di sebuah taman bermain.
Dilansir dari CNN, polisi yang menembak Teka kala itu sedang menikmati liburan akhir pekannya bersama istri dan tiga anaknya di taman bermain tersebut. Ketika itu, polisi tersebut melihat beberapa remaja yang memukuli seorang anak laki-laki yang lebih muda. Polisi ini mendatangi mereka dan mencoba untuk menghentikannya, sebelum kemudian melepaskan tembakan yang mengenai Teka.
Dikutip dari Middle East Eye, peristiwa tersebut memicu gelombang protes komunitas Yahudi Ethiopia di Israel. Ribuan warga Israel-Ethiopia menggelar demonstrasi besar-besaran di seluruh Israel untuk memprotes penembakan polisi terhadap Teka. Aksi protes ini menyebabkan 111 petugas polisi terluka dan ratusan pengunjuk rasa ditahan.
Presiden Israel Reuven Rivlin bahkan meminta pengunjuk rasa untuk menyudahi aksi protes. Rivlin pun berjanji bahwa pemerintahannya akan bertindak secara bertanggung jawab dan moderat serta bakal memperbaiki kesalahan mereka dan menciptakan masa depan yang lebih baik.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video itu adalah video pembakaran bendera Israel oleh rakyatnya sendiri akibat berkonflik dengan Palestina, keliru. Video tersebut merupakan video lama dan tidak terkait dengan memanasnya konflik antara Israel dan Palestina baru-baru ini. Video itu memperlihatkan aksi protes umat Yahudi ultra-ortodoks di Israel terkait kematian seorang pemuda Israel keturunan Ethiopia akibat tertembak oleh polisi pada pertengahan 2019 lalu.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/israel
- https://web.facebook.com/bin.syam.75/videos/137828101719336
- https://www.tempo.co/tag/palestina
- https://videonuz.ensonhaber.com/izle/ultra-ortodoks-yahudiler-israil-bayragini-yakti
- https://www.gaste24.com/dunya/yahudiler-israil-bayragini-atese-verdi-h79996.html
- https://www.latimes.com/world/la-fg-israel-solomon-teka-ethiopian-20190702-story.html
- https://edition.cnn.com/2019/07/03/middleeast/israel-ethiopian-protests-intl-hnk/index.html
- https://www.middleeasteye.net/news/thousands-protest-israel-after-deadly-police-shooting-ethiopian-teenager
- https://www.tempo.co/tag/ethiopia
- https://www.tempo.co/tag/presiden-israel
- https://www.tempo.co/tag/yahudi
(GFD-2021-8642) Keliru, Anak-anak Kebal terhadap Virus Corona dan yang Meninggal Tak Ada Kaitannya dengan Covid-19
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 01/06/2021
Berita
Video pendek yang berisi klaim bahwa anak-anak kebal terhadap virus Corona penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, beredar di Instagram. Menurut perempuan dalam video itu, yang mengklaim dirinya sebagai peneliti, anak-anak yang meninggal dalam setahun terakhir juga tidak terkait dengan Covid-19. Video tersebut juga mempromosikan agar publik menolak vaksin Covid-19 karena dianggap sebagai genosida.
"Masihkah vaksin harus dipaksakan untuk masyarakat? Harus berapa banyak anak-anak mati karena vaksin dan membuat pemerintah sadar bahwa vaksin harus dihentikan?" demikian teks yang tertulis dalam video itu.
Sementara perempuan dalam video tersebut berkata, "Virus ini tidak berpengaruh terhadap anak-anak. Mereka kebal terhadap virus ini. Dua ratus lebih anak meninggal dalam setahun, dan tidak ada hubungannya dengan dengan Covid-19. Hanya karena 200 lebih anak meninggal, kalian ingin menyuntikkan vaksin kepada anak-anak yang lain? Akuilah bahwa ini merupakan sebuah pembunuhan besar-besaran, genosida."
Akun ini membagikan video tersebut pada 30 Mei 2021. Akun itu menulis, "Masihkah kita mau dipermainkan, dijadikan kelinci percobaan, manggut-manggut aja disuruh ini-itu. Kita ini manusia berakal, bukan kawanan hewan ternak."
Gambar tangkapan layar unggahan di Instagram yang berisi video dengan klaim keliru terkait penularan Covid-19 terhadap anak-anak.
Hasil Cek Fakta
Klaim 1: Anak-anak kebal terhadap virus Corona dan yang meninggal tidak ada kaitannya dengan Covid-19
Fakta:
Data kasus di beberapa negara menunjukkan bahwa anak-anak tidak kebal terhadap Covid-19. Dilansir dari NPR, menurut American Academy of Pediatrics (AAP), jumlah anak-anak yang terinfeksi Covid-19 di beberapa negara bagian di Amerika Serikat baru-baru ini mencapai 22,4 persen, lebih tinggi dibandingkan pada 2020 saat pandemi baru terjadi, yakni sebesar 3 persen.
Jumlah anak yang positif Covid-19 tersebut mencapai 71.649 orang dari 319.601 kasus per 29 April 2021. Diduga, salah satu penyebab meningkatnya kasus pada anak-anak adalah adanya varian baru virus Corona yang menyebar, B117, yang menjadi dominan di banyak negara dan lebih mudah menular.
Di Brasil, meskipun awalnya Covid-19 dinilai jarang menyebabkan anak-anak yang tertular penyakit ini meninggal, ternyata ada 1.300 bayi yang meninggal karena penyakit tersebut, seperti yang dilaporkan oleh BBC pada 15 April 2021.
Anak-anak di Indonesia pun juga tertular Covid-19. Jumlah anak-anak di Indonesia yang positif Covid-19 hingga 20 Desember 2020 mencapai 74.249 orang. Sedangkan data klaster sekolah atau pesantren sudah mencapai 3.711 kasus dan tersebar di berbagai provinsi.
Menurut Johns Hopkins Medicine, meskipun Covid-19 pada anak-anak biasanya lebih ringan ketimbang pada orang dewasa, beberapa anak bisa mengalami sakit yang parah dan komplikasi atau gejala jangka panjang yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan mereka. Virus ini dapat menyebabkan kematian pada anak-anak meskipun lebih jarang ketimbang pada orang dewasa.
Klaim 2: Vaksinasi Covid-19 pada anak-anak bertujuan untuk genosida
Fakta:
Dilansir dari Johns Hopkins Medicine, vaksin Covid-19 telah melalui prosedur keamanan yang sangat ketat. Berdasarkan hasil pemberian vaksin Covid-19 Pfizer untuk anak-anak di AS, efek samping suntikan antara anak-anak dan orang dewasa sama. Anak-anak akan merasakan sakit di lokasi suntikan, dan lebih lelah dari biasanya. Sakit kepala, nyeri otot atau persendian, bahkan demam dan kedinginan juga mungkin terjadi. Efek samping ini bersifat sementara dan bakal hilang dalam waktu 48 jam.
Selama ini, vaksinasi telah terbukti mencegah banyak kematian pada anak-anak akibat berbagai penyakit. Dikutip dari Unicef, pada abad ke-20, lebih dari 5,2 miliar orang meninggal, di mana 1,7 miliar orang di antaranya meninggal karena penyakit menular, seperti difteri (0,76 juta), hepatitis B (12,7 juta), campak (96,7 juta), meningitis (21,9 juta), polio (0,13 juta), cacar (400 juta), tetanus (37,1 juta), dan batuk rejan (38,1 juta).
Vaksinasi sangat aman dan efektif. Vaksin hanya diberikan kepada anak-anak setelah melalui tinjauan yang panjang dan cermat oleh ilmuwan, dokter, dan profesional kesehatan. Vaksin akan menimbulkan ketidaknyamanan dan dapat menyebabkan rasa sakit, kemerahan, atau nyeri di tempat suntikan. Tapi ini minimal dibandingkan dengan rasa sakit, ketidaknyamanan, dan trauma akibat penyakit yang dicegah oleh vaksin. Efek samping yang serius usai vaksinasi, seperti reaksi alergi yang parah, sangat jarang terjadi.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa anak-anak kebal terhadap virus Corona dan yang meninggal tidak ada kaitannya dengan Covid-19, keliru. Di AS, jumlah anak yang positif Covid-19 mencapai 71.649 orang per 29 April 2021. Sementara di di Indonesia, jumlah anak yang terinfeksi Covid-19 hingga 20 Desember 2020 mencapai 74.249 orang. Terkait anak-anak yang meninggal akibat Covid-19, di Brasil, terdapat 1.300 bayi yang meninggal karena penyakit tersebut.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/virus-corona
- https://www.instagram.com/p/CPe5wVpHGae/
- https://www.npr.org/sections/coronavirus-live-updates/2021/05/03/993141036/children-now-account-for-22-of-new-u-s-covid-cases-why-is-that
- https://www.bbc.com/news/world-latin-america-56696907
- https://tekno.tempo.co/read/1421397/anak-positif-covid-19-di-indonesia-74-ribu-kasus-3-ribuan-klaster-sekolah
- https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/coronavirus/covid19-vaccine-what-parents-need-to-know
- https://www.tempo.co/tag/vaksin-covid-19
- https://www.unicef.org/png/press-releases/vaccinations-protect-and-are-safe-your-children
- https://www.tempo.co/tag/covid-19
(GFD-2021-8641) Sebagian Benar, Klaim Ini Foto Meteor yang Jatuh di Puncak Gunung Merapi
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 31/05/2021
Berita
Sebuah foto yang memperlihatkan kilatan cahaya vertikal yang berada tepat di puncak sebuah gunung beredar di media sosial. Foto tersebut dibagikan dengan klaim bahwa meteor jatuh di puncak Gunung Merapi.
Di Facebook, foto tersebut dibagikan oleh akun ini pada 28 Mei 2021. Akun itu menulis narasi berupa kalimat pertanyaan, “Meteor Jatuh di Puncak Gunung Merapi ? Kali Adem, Cangkringan, Yogyakarta (27 Mei 2021) pkl. 23.07 WIB. Gunarto_song | @merapi_uncover."
Hingga artikel ini dimuat pada 31 Mei 2021, foto unggahan akun tersebut telah mendapatkan lebih dari 1.300 reaksi dan 320 komentar serta dibagikan lebih dari 800 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang memuat foto kilatan cahaya vertikal yang diklaim jatuh di puncak Gunung Merapi.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto tersebut denganreverse image toolGoogle dan Yandex. Hasilnya, ditemukan artikel berita yang memuat foto itu, yang menjelaskan bahwa kilatan cahaya kehijauan ini diduga kuat berasal dari aktivitas hujan meteor. Namun, lokasinya bukan di puncak Gunung Merapi.
Foto tersebut pertama kali diunggah ke Instagram oleh akun @gunarto_song pada 28 Mei 2021. Pemilik akun itu, Gunarto, merupakan fotografer yang mengabadikan momen tersebut. Di Instagram, Gunarto menulis narasi seperti yang beredar. “Meteor Jatuh di Puncak Gunung Merapi ??, Kali Adem, Cangkringan, Yogyakarta(27 Mei 2021, Jam 23.07 WIB),” kata Gunarto.
Di Twitter, tiga foto yang identik diunggah oleh akun @merapi_uncover pada tanggal yang sama, dengan narasi yang sama pula. Peristiwa ini pun terekam oleh kamera CCTV milik Megadata, perusahaan penyedia layanan internet, pada 27 Mei 2021. Video tersebut diunggah ke Twitter oleh akun @JogjaUpdate pada 28 Mei 2021. "Meteor terlihat (pada detik ke 21) dari CCTV Megadata, di Merapi yang berlokasi di Kalitengah Kidul."
CCTV milik Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga menangkap kilatan cahaya tersebut pada waktu yang sama. Dalam akun Instagram-nya, BPPTKG menulis, "Kamera CCTV yang berada di Deles (sisi timur Gunung Merapi) sempat merekam kilatan cahaya pada tanggal 27 Mei 2021 pukul 23.08.10 WIB."
Dilansir dari Kompas.com, Gunarto mengungkapkan bahwa foto itu diambilnya ketika berada di Kali Adem, Cangkringan, Yogyakarta, pada 27 Mei 2021. Namun, ia tidak yakin apakah benda bercahaya itu merupakan meteor atau bukan. "Saya enggak berani pastikan, yang pasti sangat cepat dan terang. Lokasinya di Kali Adem, Cangkringan, malam hari tanggal 27 Mei 2021," ujarnya.
Menurut dia, saat melakukan pembidikan obyek, terdapat ambience pada awan. Hal ini menunjukkan kemungkinan bahwa cahaya misterius itu tidak jatuh di puncak Gunung Merapi, tapi perspektifnya seolah-olah cahaya tersebut jatuh di puncak Gunung Merapi.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menjelaskan cahaya hijau yang muncul di dekat Gunung Merapi kemungkinan berkaitan dengan hujan meteor. Dilansir dari dari situs resmi LAPAN, menurut peneliti LAPAN Andi Pangerang, berdasarkan data International Meteor Organization (IMO) pada Mei 2021, setidaknya terdapat dua hujan meteor yang sedang aktif ketika cahaya tersebut diabadikan kamera pada 27 Mei 2021.
Kedua hujan meteor yang dimaksud adalah hujan meteor Eta Aquarid yang aktif pada 19 April-28 Mei 2021 dan hujan meteor Arietid yang aktif pada 14 Mei-24 Juni 2021. "Sehingga, dari dua ini, bisa diduga bahwa kilatan cahaya kehijauan yang muncul di dekat Gunung Merapi itu mungkin terkait dengan aktivitas hujan meteor,” kata Andi.
Dengan menggunakan metode paralaks sederhana, Andi menyimpulkan bahwa, jika cahaya itu memang berasal dari meteor, lokasi jatuhnya bukan berada di lereng Gunung Merapi. “Lokasi jatuhnya di sekitar puncak Gunung Merbabu. Hal ini ditandai dengan posisi kilatan cahaya yang nyaris vertikal menjulang ke langit,” tuturnya.
Selain itu, kilatan cahaya yang secara visual tidak terlalu besar, ditambah ketiadaan ledakan, membuat Andi memperkirakan bahwa meteor yang kemungkinan jatuh tersebut pun tidak terlalu besar. "Setidaknya berukuran seperti kerikil dan bisa jadi telah habis terbakar di atmosfer," ujarnya.
Analisis berbeda diungkapkan oleh anggota Astronom Amatir Indonesia, Marufin Sudibyo. Dikutip dari Kompas.com, ia mengatakan bahwa memang benar telah terdeteksi sebuah meteor-terang (fireball) yang seakan-akan menumbuk puncak Gunung Merapi pada 27 Mei 2021 sekitar pukul 23.01 WIB. Terdapat dua dokumentasi untuk fenomena ini, yakni citra atau foto bertipe long exposure (kecepatan rana sangat lambat) dan rekaman CCTV beresolusi rendah.
"Berdasarkan dua dokumentasi tersebut dan dengan memperhitungkan fitur-fitur khas di sekitar puncak Gunung Merapi, maka untuk sementara ini saya menyimpulkan meteor-terang tersebut berkedudukan di atas Laut Jawa sebelah selatan Kepulauan Karimunjawa," kata Marufin pada 29 Mei 2021. Tepatnya, berjarak 150-160 kilometer di sebelah utara-barat laut dari kedua titik yang mendokumentasikan fenomena tersebut.
Meteor-terang tersebut memang seakan-akan menumbuk puncak Gunung Merapi karena berada di dalam garis pandang di antara titik pengamatan menuju ke posisi meteor. Perhitungan menunjukkan, pada kedua lokasi tersebut, meteor-terang terekam pada altitude 16-17 derajat. "Analisis saya lebih lanjut juga memperlihatkan bahwa meteor-terang ini sama sekali tak berhubungan dengan salah satu hujan meteor sebagaimana dipaparkan LAPAN," ujarnya.
Pada saat kejadian, hujan meteor Eta Aquarid maupun Arietid belum terbit atau masih nerada di bawah horizon untuk titik lokasi di sekitar Gunung Merapi, sehingga mustahil untuk bisa menjadi sumber dari meteor-terang yang terekam di sekitar Gunung Merapi. "Meteor-terang itu tidak jatuh ke paras bumi. Maka tidak jatuh pula di puncak Gunung Merapi. Posisi meteor-terang tersebut juga sangat jauh dari Gunung Merapi," imbuhnya.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto itu menunjukkan meteor yang jatuh di puncak Gunung Merapi, sebagian benar. Kilatan cahaya kehijauan yang terekam muncul di dekat Gunung Merapi tersebut diduga kuat terkait dengan aktivitas hujan meteor. Namun, terkait lokasinya, LAPAN menyatakan bukan di lereng Gunung Merapi, melainkan di puncak Gunung Merbabu. Fotografer yang mengabadikan peristiwa tersebut juga mengatakan cahaya misterius itu tidak jatuh di puncak Gunung Merapi, tapi perspektifnya memang seolah-olah kilatan tersebut jatuh di puncak Gunung Merapi.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/gunung-merapi
- https://www.facebook.com/photo.php?fbid=144450127707273&_rdc=1&_rdr
- https://www.instagram.com/p/CPZ6JKPD2I3/
- https://twitter.com/merapi_uncover/status/1398150341586157568
- https://mobile.twitter.com/JogjaUpdate/status/1398242606300024835
- https://www.instagram.com/p/CPasHxJH9PN/
- https://www.kompas.com/tren/read/2021/05/28/151000365/ramai-foto-diduga-meteor-jatuh-di-puncak-gunung-merapi-ini-penjelasan-lapan?page=all#page2
- http://edukasi.sains.lapan.go.id/artikel/cahaya-hijau-berkelebat-di-merapi-meteor/294
- https://www.tempo.co/tag/hujan-meteor
- https://www.tempo.co/tag/gunung-merbabu
- https://www.kompas.com/sains/read/2021/05/31/090300823/foto-meteor-jatuh-di-puncak-gunung-merapi-astronom-sebut-jenis-fireball?page=all
- https://www.tempo.co/tag/meteor
- https://www.tempo.co/tag/merapi
(GFD-2021-8640) Keliru, Klaim Ini Video Penampakan Bulan Raksasa di Arktik antara Rusia dan Kanada
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 31/05/2021
Berita
Video yang memperlihatkan penampakan bulan dengan jarak yang begitu dekat dengan bumi selama 30 detik beredar di media sosial. Menurut klaim yang menyertai video itu, penampakan bulan tersebut terlihat di Arktik, antara Rusia dan Kanada. Video ini menyebar di tengah terjadinya fenomena alam gerhana bulan total atau super blood moon pada 26 Mei 2021 lalu.
Di Twitter, video beserta klaim itu dibagikan salah satunya oleh akun ini pada 26 Mei. Akun tersebut menulis narasi sebagai berikut: "This is at Artic.. Between Russia n canada.. Moon appears this big and disappears in about 30 seconds.. What a sight.." (Ini di Arktik.. Antara Rusia dan Kanada.. Bulan muncul sebesar ini dan menghilang dalam waktu sekitar 30 detik.. Pemandangan yang luar biasa..)
Gambar tangkapan layar unggahan di Twitter yang berisi klaim keliru terkait video yang diunggahnya. Video ini bukan video penampakan bulan raksasa di Arktik.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video itu menjadi sejumlah gambar dengantoolInVID. Lalu, gambar-gambar ini ditelusuri jejak digitalnya denganreverse image toolGoogle. Hasilnya, ditemukan bahwa video itu adalah hasil suntingan. Video ini merupakan karya seorang seniman animasicomputer-generated imagery(CGI) dan visualisasi 3D.
Seniman yang bernama Aleksey Patrev itu mengunggah video tersebut di akun TikTok miliknya, @aleksey__nz, pada 17 Mei 2021, lebih dari sepekan sebelum terjadinyasuper blood moonpada 26 Mei 2021 lalu. Video ini hanya diberi keterangan: "#moon #foryoupage #cosmos #2021 #Odessa #space". Selain video itu, di akun TikTok Aleksey, terdapat pula video-video lain yang juga merupakan hasil suntingan seniman asal Odessa, Ukraina ini.
Video-video tersebut juga diunggah ke akun Instagram Aleksey, @aleksey__n. Dalam profilnya, Aleksey menyebut dirinya sebagai "CG artist" yang fokus dalam produksi animasi CGI dan visualisasi 3D.
Sejumlah organisasi cek fakta juga telah memverifikasi klaim tersebut, dan menyatakannya keliru. Dilansir dari organisasi cek fakta India, Factly, video itu adalah video grafik komputer yang dibuat oleh pemilik akun TikTok @aleksey__nz. Akun itu juga memuat banyak video serupa sebelumnya.
"Video menunjukkan padang rumput yang tidak terdapat di kutub, karena kutub tertutup es. Selain itu, tidak terlihat pantulan bulan di danau yang terlihat dalam video tersebut. Semua ini membuktikan bahwa video ini memang ciptaan grafik komputer. Karena itu, klaim tersebut salah," demikian penjelasan Factly.
Menurut Factly, jarak rata-rata antara bulan dan bumi adalah 382.900 kilometer. Orbit bulan yang mengelilingi bumi berbentuk elips, dan saat perigee, kondisi di mana bulan berada pada titik terdekat dengan bumi, jarak keduanya 363.104 kilometer. Supermoon terjadi ketika bulan mengalami purnama bertepatan dengan posisinya ketika berada di titik terdekatnya dengan bumi. Namun, dalam posisi ini dan saat matahari terbit, bulan tidak tampak secerah yang terlihat dalam video tersebut.
Selain itu, bulan berputar dengan kecepatan yang sama dengan gerakan orbitnya, kasus khusus penguncian pasang-surut yang disebut rotasi sinkron. "Karena itu, kita hanya bisa melihat satu sisi bulan sepanjang waktu. Namun, dalam video tersebut, kita dapat dengan jelas melihat sisi jauh bulan saat sedang gerhana. Semua detail ini menetapkan bahwa video itu tidak lain adalah grafik komputer," demikian penjelasan Factly.
Organisasi cek fakta India lainnya, Alt News, memuat penjelasan serupa. Menurut Alt News, salah satu petunjuk bahwa video itu tidak nyata adalah bulan yang terlihat dalam video itu mengorbit dengan kecepatan tinggi, ketika seharusnya terlihat diam dari bumi. "Bulan mengorbit bumi setiap 27.322 hari sekali. Diperlukan waktu sekitar 27 hari bagi bulan untuk berputar sekali pada porosnya. Akibatnya, bulan tampak tidak berputar dan diam hampir sempurna. Ilmuwan menyebutnya rotasi sinkron."
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video tersebut adalah video penampakan bulan raksasa di Arktik antara Rusia dan Kanada, keliru. Video itu merupakan ciptaan grafik komputer karya seorang seniman animasi CGI dan visualisasi 3D. Video tersebut diunggah ke media sosial sebelum terjadinya fenomena gerhana bulan total pada 26 Mei 2021 lalu. Video ini juga menunjukkan padang rumput, yang tidak terdapat di kutub. Selain itu, tidak terlihat pantulan bulan di danau. Bulan yang terlihat dalam video tersebut pun mengorbit dengan kecepatan tinggi, yang seharusnya terlihat diam dari bumi.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/bulan
- https://www.tempo.co/tag/super-blood-moon
- https://twitter.com/jagat_darak/status/1397522384542781449
- https://www.tempo.co/tag/arktik
- https://www.tiktok.com/@aleksey__nz/video/6963129421117132038
- https://www.instagram.com/aleksey__n/
- https://factly.in/computer-graphic-video-passed-off-as-moon-eclipsing-the-sun-at-the-north-pole/
- https://www.tempo.co/tag/fenomena-supermoon
- https://www.altnews.in/the-massive-viral-clip-of-moon-passing-above-north-pole-is-fake-and-animated-cgi-work/
- https://www.tempo.co/tag/gerhana-bulan
Halaman: 4538/6115