(GFD-2021-8701) Sesat, AS Kirim 4 Juta Dosis Vaksin Moderna yang Tiba di Indonesia Hanya 3 Juta
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 16/07/2021
Berita
Gambar tangkapan layar sejumlah media online dibagikan di media sosial Facebook. Media-media online tersebut terlihat memiliki judul pemberitaan terkait perbedaan jumlah vaksin yang dikirimkan pemerintah Amerika Serikat (AS) dengan jumlah yang diterima Indonesia.
Gambar-gambar tangkapan layar itu dibagikan dengan narasi bahwa AS klaim kirim 4 juta dosis vaksin moderna, namun Jokowi mengaku hanya menerima 3 juta dosis. Salah satunya dibagikan akun Facebook ini pada 13 Juli 2021 dengan deskripsi, “Dasyattt... baru perjalanan AS ke Indonesia sudah susut 1 juta. Mirip-mirip anggaran daerah dari PUSAT ke DAERAH ke DESA lah ya... Pelakunya kalau nggak tuyul gondrong ya bajing loncat”.
Unggahan ini beredar di tengah upaya pemerintah mencapai target vaksin dengan program vaksinasi berbayar.
Hingga artikel ini dimuat, gambar tangkapan layar tersebut telah mendapat 65 komentar dan dibagikan sebanyak 95 kali.
Benarkah AS klaim kirim 4 juta dosis vaksin moderna, namun yang tiba di Indonesia hanya 3 juta?
Hasil Cek Fakta
Gambar tangkapan layar di atas bersumber dari berita yang dimuat situs pikiran-rakyat.com pada 13 Juli 2021 dengan judul yang identik, yakni: “AS Klaim Kirim 4 Juta Vaksin, Jokowi Mengaku Terima 3 Juta, Netizen: Lebih Percaya Omongan Pemerintah AS”.
Namun, dalam berita tersebut juga memuat penjelasan Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Y. Kim. Kim mengucapkan selamat kepada Indonesia atas kedatangan tiga juta dosis vaksin Covid-19 Moderna pemberian pemerintah AS pada 11 Juli. Selanjutnya Pemerintah AS akan memberikan satu juta dosis tambahan kepada Indonesia sebagai bagian dari tahap pengiriman vaksin ini.
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri pemberitaan terkait melalui sejumlah media kredibel.
Dilansir dari Kompas.com, Sebanyak 1.500.100 dosis vaksin Covid-19 Moderna tiba di Indonesia pada Kamis, 15 Juli sore. Kedatangan vaksin pada Kamis ini merupakan kiriman tahap kedua asal Amerika Serikat (AS) itu.
"Hari ini kita kembali menerima kedatangan vaksin, jadi Moderna tahap kedua sebesar 1.500.100 dosis," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangan pers melalui YouTube Sekretariat Presiden.
Retno menuturkan, kedatangan vaksin ini merupakan dukungan kerja sama Pemerintah AS melalui jalur multilateral Covax Facility. Dengan kedatangan Kamis ini, jumlah vaksin Moderna dukungan kerja sama pemerintah AS untuk Indonesia melalui skema Covax yang sudah diterima adalah sebesar 4.500.160 dosis.
Berdasarkan arsip berita Tempo, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Sung Y. Kim mengumumkan kedatangan 1,5 juta dosis vaksin Covid-19 itu, yang diberikan melalui program COVAX.
Pengiriman tersebut merupakan tambahan dari tiga juta dosis vaksin virus corona, yang tiba pada 11 Juli 2021. Dengan begitu, total sedekah vaksin virus corona dari Amerika Serikat untuk Indonesia sebanyak 4,5 juta dosis.
“Kami berupaya memberikan sebanyak mungkin vaksin yang aman dan efektif sehingga sebanyak mungkin orang Indonesia dapat divaksinasi secepat mungkin,” ujar Dubes Kim.
AS telah memberikan kontribusi senilai USD 4 miliar melalui Gavi atau Vaccine Alliance untuk COVAX Advance Market Commitment (COVAX AMC). Kontribusi Amerika Serikat itu, bisa membantu pembelian dan pengiriman vaksin COVID-19 untuk 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk Indonesia.
Sebelumnya, Penasehat Keamanan Nasional Amerika Jake Sullivan mengatakan, akan menyumbangkan empat juta dosis vaksin Moderna untuk Indonesia.
Dilansir dari VOA, Hal ini disampaikannya dalam pembicaraan telpon dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
“Sullivan menggarisbawahi dukungan Amerika pada rakyat Indonesia yang sedang melawan lonjakan kasus Covid-19. Sullivan mengatakan Amerika akan menyumbangkan empat juta dosis vaksin Moderna pada indonesia dan akan dikirimkan sesegera mungkin melalui COVAX,” seperti dikutip dari pernyataan tertulis Gedung Putih. Sabtu, 3 Juli 2021.
Reuters juga mengutip pernyataan tersebut. "Sullivan menyoroti pentingnya posisi pemerintahan Biden-Harris di Indonesia, Asia Tenggara dan mengakhiri pandemi secara lebih luas dan menjanjikan dukungan berkelanjutan dan keterlibatan tingkat tinggi.”
Lewat Twitter, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pun membenarkan pembicaraan telpon soal bantuan vaksin yang akan diberikan Amerika tersebut. Komunikasi tersebut dilakukan pada 2 Juli 2021.
“Kami gembira dengan pembicaraan telpon yang baik dengan Penasehat Keamanan Nasional Amerika, Jack Sullivan. Kami sangat menghargai keputusan pemerintah Amerika yang akan menambah satu juta dosis vaksin bagi Indonesia.”
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa AS kirim 4 juta dosis vaksin Moderna, namun yang diterima Indonesia hanya 3 juta dosis menyesatkan. Pengiriman 4 juta dosis vaksin Covid-19 Moderna dari AS ke Indonesia terbagi dalam dua tahap. Pada tahap pertama AS memang hanya mengirimkan sebanyak 3 juta dosis vaksin yang tiba di Indonesia pada 11 Juli 2021. Kemudian AS kembali mengirimkan tambahan 1,5 juta dosis pada tahap ke dua yang tiba di Indonesia pada 15 Juli 2021. Dengan begitu, total donasi vaksin virus corona dari Amerika Serikat untuk Indonesia sebanyak 4,5 juta dosis.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Rujukan
- https://www.facebook.com/photo.php?fbid=262623038997779&set=a.218803893379694&type=3&theater
- https://www.tempo.co/tag/amerika
- https://www.tempo.co/tag/vaksin-moderna
- https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-012211070/as-klaim-kirim-4-juta-vaksin-jokowi-mengaku-terima-3-juta-netizen-lebih-percaya-omongan-pemerintah-as?page=3
- https://nasional.kompas.com/read/2021/07/15/17064211/15-juta-dosis-vaksin-moderna-tiba-di-indonesia-pengiriman-tahap-kedua-dari
- https://dunia.tempo.co/read/1483613/15-juta-vaksin-virus-corona-sumbangan-amerika-tiba-di-indonesia/full&view=ok
- https://www.voaindonesia.com/a/as-akan-segera-kirimkan-4-juta-dosis-vaksin-moderna-ke-indonesia-/5951952.html
- https://www.tempo.co/tag/retno-marsudi
(GFD-2021-8700) Sesat, Klaim Cuaca Dingin di Sejumlah Wilayah Indonesia Disebabkan Fenomena Aphelion
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 15/07/2021
Berita
Narasi berisi klaim bahwa fenomena aphelion menyebabkan cuaca yang dingin, melebihi cuaca dingin sebelumnya, beredar di Facebook, Rabu 14 Juli 2021. Cuaca dingin ini disebut juga akan menyebabkan sejumlah penyakit seperti meriang, flu, batuk, dan sesak napas.
Berikut isi lengkap deskripsi unggahan tersebut:
Mulai besok hari ini jam 05.27, kita akan mengalami FENOMENA APHELION, dimana letak bumi akan sangat jauh dari matahari. Kita tidak bisa melihat fenomena tersebut, tapi kita bisa merasakan dampaknya. Ini akan berlangsung sampai bulan Agustus.
Kita akan mengalami cuaca yang dingin melebihi cuaca dingin sebelumnya, yang akan berdampak meriang flu, batuk sesak nafas dll. Oleh karena itu mari kita semua tingkatkan imun dengan banyak meminum vitamin atau suplemen agar imun kita kuat. Semoga kita semua selalu ada dalam lindunganNYA.
Jarak bumi ke matahari disebut sejauh perjalanan 5 menit cahaya atau 90.000.000 km. Fenomena aphelion menjadi 152.000.000 km atau 66 persen lebih jauh. Jadi hawa lebih dingin, dampaknya ke badan kurang enak karena gak terbiasa dengan suhu ini.
Hasil Cek Fakta
Hasil verifikasi Tempo menunjukkan, suhu udara dingin yang terjadi saat ini hingga Agustus bukan disebabkan oleh fenomena aphelion. Suhu udara dingin merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau, yaitu pada Juli-September. Hal itu disebabkan tutupan awan yang sedikit dan angin saat ini bertiup dari arah selatan atau dari arah Australia yang mengalami musim dingin, menuju utara.
Peneliti dari Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional ( LAPAN ), Andi Pangerang, dalam laman LAPAN, menjelaskan, fenomena Aphelion terjadi pada tanggal 6 Juli 2021 pukul 05.27 WIB pada jarak 152.100.527 km.
Secara umum, fenomena aphelion tidak menyebabkan dampak yang signifikan pada Bumi. Suhu dingin ketika pagi hari yang terjadi belakangan ini dan nanti sampai dengan Agustus merupakan hal yang biasa terjadi pada musim kemarau. Hal itu disebabkan tutupan awan yang sedikit sehingga tidak ada panas dari permukaan bumi yang dipantulkan kembali oleh awan.
Selain itu, posisi matahari saat ini berada di belahan utara bumi. Sehingga tekanan udara di belahan utara lebih rendah dibanding belahan selatan yang mengalami musim dingin.
Menurut Andi, hal tersebut berdampak pada penurunan suhu, khususnya di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang terletak di selatan khatulistiwa.
Jarak terjauh Matahari dan Bumi ternyata tidak mempengaruhi panas yang diterima Bumi karena panas dari Matahari terdistribusi ke seluruh Bumi. Salah satu yang paling mempengaruhi distribusi panas adalah pola angin.
Saat ini angin bertiup dari arah selatan yang sedang musim dinginlah penyebab suhu lebih dingin yang dirasakan. Senada, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) dalam keterangan tertulis yang dibagikan Rabu, 7 Juli 2021, menjelaskan bahwa saat ini wilayah Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara Timur (NTT) menuju periode puncak musim kemarau. Periode tersebut ditandai pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Benua Australia.
Kesimpulan
Dari pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan narasi yang mengklaim fenomena aphelion menyebabkan cuaca yang dingin, melebihi cuaca dingin sebelumnya, menyesatkan. Cuaca dingin yang dirasakan di sejumlah wilayah disebabkan oleh hembusan angin dari Selatan yang sedang dalam musim dingin. Cuaca dingin di bulan Juli hingga Agustus juga biasa terjadi, karena periode ini merupakan puncak musim kemarau.
Tim Cek Fakta Tempo
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/aphelion
- http://edukasi.sains.lapan.go.id/artikel/bersiaplah-6-juli-terjadi-fenomena-aphelion/301
- https://tekno.tempo.co/read/1480997/suhu-malam-yang-lebih-dingin-bmkg-terendah-di-maumere-dan-tretes
- https://www.tempo.co/tag/musim-kemarau
- https://metro.tempo.co/read/1104576/viral-penyebab-suhu-dingin-ini-pemaparan-bmkg-apa-itu-aphelion
(GFD-2021-8699) Sesat, Penguburan Peti Mati Tanpa Jenazah di Klaten Terkait Bisnis Organ
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 14/07/2021
Berita
Sebuah video yang memperlihatkan sejumlah petugas pemakaman tengah membongkar peti mati tanpa jenazah beredar di media sosial. Penguburan peti mati tanpa jenazah tersebut diklaim terkait dengan bisnis organ.
Unggahan ini beredar di tengah lonjakan angka kasus Covid-19 di Indonesia yang juga diikuti dengan tingginya angka kematian akibat Covid-19.
Di Facebook, video yang disertai gambar tangkapan layar tersebut dibagikan akun ini pada 13 Juli 2021. Akun inipun menuliskan narasi, “Fakta ditemukan lagi”.
Salah satu akun memberikan komentarnya atas video tersebut, “Ko serem, jangan-jangan udah diambil organ yg masih bisa berfungsi trus di jahit rapi lagi, maaf cuma pikiran itu yg terlintas."
“Kayak2nya KOVIT ini ada juga hubungannya dengan bisnis organ, ya cuman mengira2 aja,” komentar akun lainnya.
Sementara pada gambar tangkapan layar tertera narasi, “Kejadian di Karanglo Poranharjo pemakaman peti kosong (belum isi jenazah) hari ini tadi digali lagi. Kasus MD di RSU moewardi Solo. Semoga hal ini tidak terjadi lagi di manapun berada”.
Hingga artikel ini dimuat, video dan gambar tangkapan layar tersebut telah mendapat 109 komentar dan dibagikan sebanyak 385 kali.
Apa benar penguburan peti mati tanpa jenazah di Klaten terkait bisnis organ?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri pemberitaan terkait pada sejumlah media kredibel. Hasilnya, kejadian itu di Desa Karanglo, Kecamatan Polanharjo, Minggu 11 Juli 2021. Penguburan makam tanpa jenazah terjadi karena kelalaian dari petugas rumah sakit.
Video yang identik pernah diunggah ke Youtube oleh kanal CNN Indonesia pada 14 Juli 2021 dengan judul, “Tim Kubur Cepat Makamkan Peti Kosong”.
Menurut CNN Indonesia, tim kubur cepat protokol covid-19 memakamkan peti mati kosong, di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Pihak rumah sakit baru menyadari peti tak ada isinya, saat menemukan jenazah masih berada di rumah sakit.Video identik lainnya juga pernah diunggah ke Youtube oleh kanal Indosiar pada 14 Juli 2021 dengan judul, “Tim Kubur Cepat Protokol Covid-19 di Klaten Makamkan Peti Mati Kosong, Kok Bisa? | Fokus”.
Video tersebut diunggah dengan keterangan bahwa tim kubur cepat protokol covid-19 memakamkan peti mati kosong di Klaten, Jawa Tengah tanpa sengaja. Kejadian tersebut baru diketahui setelah rumah sakit memberitahu bahwa peti yang dikubur ternyata kosong dan tidak ada jenazah.
Dilansir dari Kompas.com, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Pengendalian Covid-19 Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Joko Handoyo membenarkan kejadian yang terjadi di Desa Karanglo, Kecamatan Polanharjo, Ahad, 11 Juli 2021. "Benar ada kejadian tersebut, itu terjadi pada Minggu," ujar Joko dikutip dari TribunSolo.com, Selasa, 13 Juli 2021.
Joko menjelaskan, kejadian berawal saat seorang warga Desa Karanglo meninggal dunia karena terinfeksi Covid-19 di sebuah rumah sakit di Solo. Prosesi pemakaman dilakukan pada Minggu malam. Setelah proses pemakaman selesai, ternyata tim relawan mendapat telepon dari pihak rumah sakit jika peti mati yang dikuburkan tersebut tidak berisi jenazah.
"Tim dapat telepon jika peti mati yang dikuburkan itu kosong karena pihak rumah sakit menyebut jika jenazah masih berada di rumah sakit," ujarnya. Akhirnya, lanjut Joko, peti mati kosong yang dikuburkan itu dibongkar kembali dan jenazah warga tersebut dikuburkan pada Senin pagi. "Alhamdulillah semuanya sudah selesai," katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Karanglo, Yudi Kusnandar menambahkan jika miskomunikasi terjadi di internal pihak rumah sakit.
"Miskomunikasi terjadi di internal rumah sakit. Perlu diketahui sebagai tim kubur cepat kami hanya menerima saja, kita kan enggak tahu (peti) itu kosong atau berisi," ujarnya.Menurut Yudi, peti mati kosong yang dikuburkan pada Minggu kemarin itu berukuran cukup besar dan berat sehingga pihaknya tidak menduga jika peti tersebut kosong. Yudi mengaku pihak rumah sakit di daerah Solo mengantarkan peti mati itu ke Desa Karanglo.
"Kita tidak mengambil (peti mati) itu, tapi diantar sama ambulans oleh pihak rumah sakit ke makam dan langsung dikubur tim," ucapnya.
Kemudian, pembongkaran dan pemakaman ulang jenazah tersebut dilakukan Senin pagi begitu mendapatkan kabar dari rumah sakit. "Atas kejadian ini kita ambil hikmahnya saja," imbuhnya.
Senada, Tim Ahli Satgas Percepatan Pengendalian COVID-19 Kabupaten Klaten dokter Roni Roekmito menambahkan dari laporan kronologi yang didapat Satgas kabupaten, kesalahan bukan dari tim pemakaman.
"Kalau mendengar kronologisnya, yang kurang hati-hati itu petugas rumah sakit-nya. Pada waktu itu pergantian (petugas) jaga tapi informasi yang diberikan kepada petugas baru tidak jelas, akhirnya peti kosong dibawa ke Polanharjo," kata Roni menjelaskan, dilansir dari detik.com.
"Kepada teman-teman relawan Kamboja saya imbau agar melakukan cek dan ricek sebelum bertugas. Sehingga semuanya berjalan lancar," katanya.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video dengan klaim bahwa penguburan peti mati tanpa jenazah di Klaten terkait bisnis organ, menyesatkan. Kejadian di Desa Karanglo, Kecamatan Polanharjo, Minggu, 11 Juli 2021, sama sekali tidak terkait dengan bisnis organ melainkan kelalaian dari petugas rumah sakit. Setelah proses pemakaman selesai, tim relawan mendapat telepon dari pihak rumah sakit jika peti mati yang dikuburkan tersebut tidak berisi jenazah. Peti mati kosong yang sudah dikubur itu kemudian dibongkar kembali, Jenazah warga yang sebelumnya masih berada di rumah sakit pun dikuburkan pada Senin pagi.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/covid-19
- https://www.facebook.com/groups/881197239097845/posts/907758979775004/
- https://www.youtube.com/watch?v=C3JSRrWgbJg
- https://www.tempo.co/tag/klaten
- https://www.youtube.com/watch?v=Cb-0usUwK5o
- https://regional.kompas.com/read/2021/07/13/114426978/tim-pemakaman-jenazah-covid-19-di-klaten-kuburkan-peti-mati-kosong-ini?page=all
- https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5641583/kesaksian-tim-pengubur-peti-mati-kosong-yang-bikin-geger-klaten
(GFD-2021-8698) Keliru, Menyetop Berita tentang Covid-19 dapat Membuat Pandemi Selesai
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 14/07/2021
Berita
Pesan berantai yang mengajak warga untuk menyetop mengirim berita tentang Covid-19 melalui media sosial, beredar di aplikasi pesan Whatsapp, 13 Juli 2021. Pesan berantai ini beredar di tengah kondisi lonjakan jumlah pasien Covid-19 di Indonesia.
Berita tentang Covid-19 dianggap menurunkan imun sehingga warga mudah terpapar penyakit. Larangan mengunggah berita Covid-19 di medsos, diklaim dilakukan oleh sejumlah negara seperti Timor Leste, Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, Australia, termasuk Cina.
Berikut ini isi pesan berantai tersebut:
Supaya Covid tdk berkembang, kita STOP kirim berita ttg Covid. Seperti yg dilakukan oleh Timor Leste, Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, Australia, dan beberapa negara di Asia lainnya , termasuk Cina. Negara² tersebut melarang warga negaranya berkirim berita berita tentang Covid-19 melalui MEDSOS
MARI MULAI KITA TIRU DAN LAKUKAN STOP BERITA COVID. Yang wajib kita jaga adlh: IMAN-IMUN-AMIN dan patuhi Protokol kesehatan. Abaikan berita dan jangan sebarkan berita Covid yg bikin resah, semakin kita resah, semakin mudah terpapar penyakit, apapun penyakitnya. Kita galang persatuan melawan Covid dengan cara tersebut. Kasihanilah bagi yg imunnya lemah akan menambah, stress...itu salah satu sebab mudahnya terkena penyakit.
Hasil Cek Fakta
Menurut epidemiolog Iqbal Ridzi Fahdri Elyazar, keterbukaan data justru dibutuhkan dalam setiap penanganan pandemi atau perang melawan penularan penyakit. Data yang dimaksud adalah data yang menggambarkan situasi ‘perang’ yang sesungguhnya, seperti usaha pencarian orang terinfeksi, kemampuan rumah sakit melayani pasien, dan dampak terhadap keluarga dan masyarakat.
Selain itu, data tentang jumlah mereka yang sembuh juga sama pentingnya dengan data kematian terkait Covid-19. “Data di tingkat populasi dan wilayah ini perlu diberitahukan dan disebarkan supaya anggota masyarakat yang masih abai terhadap protokol kesehatan dan vaksinasi semakin teredukasi,” kata dia kepada Tempo, Selasa 13 Juli 2021.
Menurut Iqbal, hadirnya berita juga bisa menjadi penyemangat bagi warga lain atau orang terdekat yang sedang dirawat atau isolasi supaya cepat sembuh. Tapi berita semacam ini, sama pentingnya dengan pemberitaan untuk mendorong pemerintah daerah dan pemerintah pusat lebih bekerja keras dan saling berkolaborasi menangani pandemi. “Bersikap masa bodo, pura-pura buta, dan meninabobokan di masa perang ini justru membuat kenapa pandemi ini berlarut larut,” kata Iqbal yang juga bergabung sebagai kolaborator saintis Lapor Covid-19.
Iqbal menilai, ajakan menyetop berita agar Covid-19 berhenti, justru tidak tepat. Sebab karakter virus tidak terkait dengan pemberitaan media, maupun unggahan di sosial media. Virus menyebar dengan membutuhkan paparan dari orang ke orang kepada mereka yang rentan. Sehingga, hilangnya berita Covid tidak akan menghentikan penularan virus tersebut.
Klaim bahwa sejumlah negara menyetop unggahan berita Covid-19 ke media sosial, menurut Iqbal, tidak benar. Sebaliknya, media dan jurnalis di negara tersebut terus memberitakan tentang Covid supaya warga sadar akan bahaya penularan Covid-19. “Yang harus dilarang adalah hoaks dan usaha2 untuk menghalangi selesainya pandemi ini,” kata dia.
Hasil pencarian Tempo juga tidak menemukan kebijakan pemerintah Timor Leste, Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, Australia, dan Cina yang melarang warganya mengunggah berita terkait Covid-19 ke media sosial. Pelarangan secara khusus hanya terkait dengan pemuatan berita bohong (hoaks), meski peraturan semacam ini banyak dikritik karena membatasi kebebasan berekspresi dan kebebasan pers.
Misalnya Pemerintah Singapura yang menerbitkan Protection from Online Falsehoods and Manipulation Act atau undang-undang tentang kabar bohong. Demikian pula di Malaysia yang menerbitkan peraturan serupa per Januari 2021 dengan memberikan denda mencapai sekitar $ 24.000 dan $ 121.000.
Kesimpulan
Dari pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan klaim bahwa menyetop berita tentang Covid-19 dapat membuat Covid-19 tidak berkembang adalah keliru. Penyebaran Covid-19 tidak terkait dengan pemberitaan. Selain itu, penanganan pandemi membutuhkan hadirnya pemberitaan yang akurat dan keterbukaan data untuk meningkatkan kesadaran publik dan mendorong pemerintah pusat maupun pemerintah daerah menangani pandemi lebih baik.
Tim cek Fakta Tempo
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/covid-19
- https://www.tempo.co/tag/pasien-covid-19
- https://www.tempo.co/tag/timor-leste
- https://www.tempo.co/tag/protokol-kesehatan
- https://www.tempo.co/tag/lapor-covid-19
- https://singaporelegaladvice.com/law-articles/singapore-fake-news-protection-online-falsehoods-manipulation/
- https://www.voanews.com/press-freedom/malaysia-uses-emergency-powers-impose-fake-news-law
Halaman: 4525/6117