(GFD-2021-8450) Keliru, Klaim Ini Video Pengangkatan Badan Pesawat Sriwijaya Air SJ 182
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 13/01/2021
Berita
Video yang diklaim sebagai video pengangkatan badan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 beredar di media sosial. Video ini menyebar tak lama setelah pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta Pontianak hilang kontak pada 9 Januari 2021 pukul 14.40 WIB dan jatuh di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Di Facebook, video beserta klaim tersebut diunggah salah satunya oleh akun Ardian, tepatnya pada 10 Januari 2021. Akun ini menulis, "Pengangkatan badan pesawat (SJ 182)." Video berdurasi 24 detik itu berasal dari platform video pendek TikTok, yang diunggah oleh akun @sams_mj.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Ardian yang memuat klaim keliru terkait video yang diunggahnya.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengan toolInVID. Selanjutnya, gambar-gambar itu ditelusuri denganreverse image tool Yandex dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa video tersebut memperlihatkan pesawat Airbus A330 bekas yang sengaja ditenggelamkan di lepas pantai barat laut Turki sebagai tujuan wisata selam.
Video yang diunggah oleh akun Ardian telah mengalami suntingan, yakni dengan membalik video itu, sehingga badan pesawat terlihat ditarik dari dalam laut. Padahal, dalam video aslinya, pesawat tersebut sedang ditenggelamkan ke dalam laut.
Video penenggelaman pesawat Airbus A330 di lepas pantai barat laut Turki ini pernah dimuat oleh kantor berita BBC pada 14 Juni 2019 dengan judul “Turkish Airbus plane sunk for diving tourism”. Dalam keterangannya, tertulis bahwa pesawat penumpang bekas itu sengaja ditenggelamkan di lepas pantai untuk menarik wisatawan selam.
Pesawat sepanjang 65 meter atau 213 kaki tersebut ditenggelamkan sedalam 30 meter di bawah permukaan Laut Aegea di lepas pantai Pelabuhan Ibrice, Edirne, Turki. Pejabat setempat berharap kawasan itu segera menjadi surga bagi para penyelam.
Video yang sama juga pernah diunggah ke YouTube oleh kanal DiveMagazine pada 18 Juni 2019 dengan judul “Turkey Airbus A330 Sinking Ibrice 14 June 2019”. Menurut DiveMagazine, pesawat itu ditenggelamkan hingga kedalaman sekitar 30 meter di Laut Aegea, sekitar 1 mil dari Pelabuhan Ibrice, dan bertujuan untuk memperluas wisata scuba diving ke daerah tersebut.
Kantor berita Turki Anadolu Agency pun pernah memberitakan pesawat Airbus A330 yang sengaja ditenggelamkan di lepas pantai Pelabuhan Ibrice itu. Menurut Ali Uysal, Wakil Gubernur Edirne, Teluk Saros di Laut Aegea sangat penting dalam hal pariwisata.
“Wisata scuba diving memiliki segmen pasar yang berbeda dari pariwisata pada umumnya,” kata Uysal, yang mencatat bahwa turis biasa menghasilkan pendapatan kurang dari 500-600 dolar, sementara turis yang datang untuk scuba diving menghasilkan 2-3 ribu dolar. “Untuk alasan ini, menurut saya, bidang yang ditenggelamkan dan terumbu buatan sangat penting,” ujarnya.
Pesawat tersebut melakukan penerbangan pertamanya pada 1995 dan pensiun pada 2018. Pesawat itu kemudian dibawa ke distrik Kesan di Edirne dari kota resor Mediterania di Antalya pada Maret 2019. Berbagai benda yang mewakili Perang Canakkale juga ditenggelamkan sebagai bagian dari proyek terumbu buatan.
Kondisi badan pesawat Sriwijaya Air SJ 182
Berdasarkan arsip berita Tempo, tim gabungan pencari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta Pontianak yang hilang di perairan Kepulauan Seribu, pada 9 Januari 2021, akhirnya menemukan titik jatuhnya pesawat tersebut. Diketahui potongan pesawat ditemukan di kedalaman 23 meter.
Menurut Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Bagus Puruhito, pada 10 Januari 2021, tim SAR telah menemukan beberapa serpihan dan potongan dari Sriwijaya SJ 182. Serpihan itu tersebar di sejumlah lokasi di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu.
Pada 11 Januari 2021, para penyelam Basarnas menemukan puing pesawat yang berukuran lebih besar dibandingkan dua hari pertama. Salah satunya adalah bagian kerangka pesawat dengan tulisan PK yang berukuran besar. Seperti diketahui, pesawat Sriwijaya Air SJ 182 memiliki nomor registrasi PK-CLC.
Di hari keempat, pada 12 Januari 2021, tim SAR kembali menemukan sejumlah puing pesawat. Direktur Operasi Basarnas Brigadir Jenderal TNI (Mar) Rasman mengatakan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akan melakukan pendalaman soal temuan itu, untuk penyelidikan penyebab pesawat jatuh.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video tersebut adalah video pengangkatan badan pesawat Sriwijaya Air SJ 182, keliru. Video itu sudah mengalami penyuntingan. Video tersebut merupakan video pesawat Airbus A330 bekas yang sengaja ditenggelamkan di lepas pantai barat laut Turki sebagai tujuan wisatawa selam. Sriwijaya Air SJ 182 sendiri ditemukan tim SAR dalam kondisi yang sudah tidak utuh. Potongan dan serpihan badan pesawat tersebar di sejumlah lokasi di perairan Kepulauan Seribu.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/sriwijaya-air-sj-182
- https://archive.vn/zczKT
- https://www.tempo.co/tag/turki
- https://bbc.in/3nEe5C0
- https://bit.ly/2XAkhAt
- https://bit.ly/2Xz25ae
- https://nasional.tempo.co/read/1421912/sriwijaya-air-sj182-ditemukan-potongan-pesawat-terkubur-di-kedalaman-23-meter
- https://bisnis.tempo.co/read/1422290/evakuasi-sriwijaya-air-sj-182-hari-ketiga-puing-pesawat-ukuran-besar-ditemukan/full&view=ok
- https://metro.tempo.co/read/1422558/petugas-kembali-evakuasi-potongan-tubuh-dan-puing-pesawat-sriwijaya-air-sj182/full&view=ok
(GFD-2021-8449) Keliru, Klaim Ini Video Mensos Risma dan Mendagri Berjoget Tanpa Masker di Tengah Pandemi Covid-19
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 12/01/2021
Berita
Video yang diklaim sebagai video ketika sejumlah pejabat berjoget bersama tanpa menggunakan masker di tengah pandemi Covid-19 beredar di Facebook. Dalam video berlogo Antara Jatim itu, terlihat beberapa menteri, seperti Menteri Sosial Tri Rismaharini dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian. Dalam video ini, Tito juga terlihat berjoget sembari bernyanyi.
Salah satu akun yang mengunggah video beserta klaim tersebut adalah akun Ali Mansur, tepatnya pada 6 Januari 2021. Akun ini menulis, “Breaking news. Ada hiburan joget dan dansa para pejabat, kenapa tidak pakai masker???. Mereka begitu bahagia." Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah mendapatkan 190 reaksi dan 462 komentar.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Ali Mansur yang berisi klaim keliru terkait video yang memperlihatkan Tri Rismaharini sedang berjoget Maumere.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran Tempo, peristiwa dalam video di atas terjadi pada Januari 2020, sebelum kasus Covid-19 pertama muncul di Indonesia dan diumumkan pada 2 Maret 2020. Informasi ini didapatkan setelah Tempo menelusuri video di kanal YouTube Antara Jatim dengan kata kunci “Risma joget”. Tempo menemukan bahwa video itu diunggah oleh Antara Jatim di YouTube pada 4 Februari 2020.
Antara memberikan keterangan bahwa acara joget bersama itu berlangsung dalam rapat koordinasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan kepala daerah se-Jawa Timur pada 31 Januari 2020 di Grand City, Surabaya. Dalam acara ini, Risma yang masih menjabat sebagai Wali Kota Surabaya berjoget Maumere dengan iringan nyanyian dari Tito. Saat berjoget, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD melintas dan ikut berjoget sebentar.
Berita ini juga pernah dimuat di situs Antara dengan judul "Mendagri nyanyi 'Gemu Famire', Risma berjoget Maumere" pada 31 Januari 2020. Tito menyanyikan lagu asal Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut usai rapat koordinasi sekaligus penyerahan Anjungan Dukcapil Mandiri kepada perwakilan kabupaten dan kota di Jawa Timur.
Di atas panggung, mantan Kapolri tersebut bernyanyi diiringi sejumlah polwan berseragam maupun berpakaian bebas yang berjoget Maumere. Aksi Mendagri itu disusul dengan Risma yang ikut berjoget Maumere. Risma baru diangkat sebagai Mensos pada 23 Desember 2020 lalu, menggantikan Juliari Batubara yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi atas kasus dugaan suap.
Pada 31 Januari 2020, Indonesia belum mengumumkan kasus Covid-19, meskipun wabah sudah terjadi di Wuhan, Cina. Pemerintah baru mengumumkan dua kasus Covid-19 pertama di Indonesia pada 2 Maret 2020. Kasus tersebut diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Dua kasus itu dialami oleh seorang ibu dan putrinya, masing-masing berusia 64 tahun dan 31 tahun.
Meskipun kasus Covid-19 pertama muncul pada awal Maret 2020, pemerintah baru mewajibkan seluruh warga menggunakan masker ketika berada di luar rumah pada 6 April 2020. Kewajiban pemakaian masker tersebut disampaikan oleh Presiden Jokowi saat membuka rapat terbatas lewat teleconference dari Istana Kepresidenan Bogor.
"Saya minta masker ini betul-betul disiapkan dan diberikan kepada masyarakat, karena semua warga keluar rumah wajib pakai masker," ujar Jokowi. Sebelumnya, pada 31 Maret 2020, seperti dilansir dari Kompas.com, Jokowi menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 terkait penetapan Pembatasan Sosial Skala Besar ( PSBB ) untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah video Mensos Risma dan Mendagri yang berjoget tanpa masker di tengah pandemi Covid-19, keliru. Peristiwa dalam video tersebut terjadi pada 31 Januari 2020, dalam rapat koordinasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan kepala daerah se-Jawa Timur di Grand City, Surabaya. Ketika itu, belum ditemukan kasus Covid-19 di Indonesia, sehingga belum diterapkan kewajiban untuk menggunakan masker.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/tri-rismaharini
- https://web.archive.org/web/20210112104015if_/
- https://www.facebook.com/ali.mansur.16547008/videos/443245153374841/?_rdc=1&_rdr
- https://www.youtube.com/watch?v=tlok0aKmjtk
- https://www.tempo.co/tag/risma
- https://jatim.antaranews.com/berita/348205/mendagri-nyanyi-gemu-famire-risma-berjoget-maumere
- https://www.tempo.co/tag/mensos
- https://nasional.tempo.co/read/1314690/kronologi-2-kasus-positif-virus-corona-berawal-dari-lantai-dansa/full&view=ok
- https://nasional.tempo.co/read/1328328/jokowi-semua-orang-wajib-pakai-masker-kalau-keluar-rumah/full&view=ok
- https://nasional.kompas.com/read/2020/04/20/05534481/daftar-18-daerah-yang-terapkan-psbb-dari-jakarta-hingga-makassar?page=all
- https://www.tempo.co/tag/mendagri
(GFD-2021-8448) Sesat, Klaim Ini Video Ratusan Santri yang Pingsan usai Disuntik Vaksin di Tengah Pandemi Covid-19
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 12/01/2021
Berita
Sebuah video yang berjudul “Ratusan Santri Disuntik Vaksin Langsung Pingsan Dan Mual" beredar di media sosial. Video itu dunggah oleh kanal YouTube Saudi Kocak Bergetar 569 pada 9 Januari 2021. Video tersebut beredar di tengah berjalannya program vaksinasi Covid-19. Hingga artikel ini dimuat, video yang diberi keterangan “LIVE” di sisi kanan atas tersebut telah disaksikan lebih dari 22 ribu kali.
Berikut narasi lengkap yang dibacakan oleh narator dalam video tersebut:
“Puluhan santri Pesantren Madinatul Ulum Jenggawah, Jember, terpaksa harus mendapatkan perawatan seadanya di salah satu ruang pondok pesantren. Para santri ini mengalami panas tinggi, pusing, mual, dan sering buang air besar. Peristiwa ini terjadi saat seluruh santri yang berjumlah ratusan menjalani suntik vaksin difteri massal oleh petugas kesehatan dinas terkait. Namun, usai diberi vaksin tersebut, satu persatu santri jatuh sakit bahkan pingsan. Mayoritas santri yang sakit adalah santri SMP dan MA. Menyaksikan ratusan santri kesakitan, pihak pondok kemudian menghubungi orang tua santri. Mereka pun langsung membawa anaknya ke puskesmas terdekat.”
Gambar tangkapan layar video milik kanal YouTube Saudi Kocak Bergetar 569 yang memperlihatkan peristiwa pada 2018. Kanal ini tidak memberikan keterangan bahwa video itu adalah video lama sehingga berpotensi menyesatkan penonton.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengantoolInVID. Selanjutnya, gambar-gambar itu ditelusuri denganreverse image tool Google. Hasilnya, ditemukan bahwa peristiwa dalam video tersebut terjadi jauh sebelum munculnya Covid-19, tepatnya pada 27 Februari 2018 saat Pondok Pesantren Madinatul Ulum di Jember, Jawa Timur, menggelar imunisasi difteri.
Video yang sama pernah diunggah oleh kanal YouTube Jember 1TV pada 28 Februari 2018 dengan judul “Puluhan Santri Pingsan Usai Imunisasi Difteri”. Dalam keterangannya, disebutkan bahwa puluhan santri di pondok pesantren yang berada di Kecamatan Jenggawah itu pingsan karena dehidrasi usai disuntik vaksin difteri.
Tempo pun menelusuri pemberitaan terkait peristiwa itu di media kredibel. Dilansir dari Liputan6.com, puluhan santri Pondok Pesantren Madinatul Ulum, Jember, dirawat di Puskesmas Jenggawah. Sebagian besar santri juga dirawat secara intensif di pesantren karena mengalami mual, pusing, dan lemas pada 27 Februari 2018 malam.
"Sebanyak 73 santri mengalami mual, pusing, dan lemas, dengan tubuh gementar," tutur pengasuh Pondok Pesantren Madinatul Ulum Kiai Haji Lutfi Ahmad pada 28 Februari 2018. Menurut Lutfi, ada ratusan santri yang mengikuti program imunisasi difteri yang digelar oleh Puskesmas Jenggawah itu. Mereka juga merupakan siswa SMP dan MA Yayasan Ponpes Madinatul Ulum.
Usai imunisasi, tidak terjadi hal-hal yang mencurigakan. Siswa dan santri belajar seperti biasanya. Namun, setelah memasuki pukul 18.00 WIB, bersamaan dengan saat salat Magrib, banyak santri yang mengeluh lemas, pusing, dan mual. "Namun, tidak sampai muntah," katanya. Pada 28 Februari 2018 siang, hanya 21 santri yang masih dirawat secara intensif.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, Siti Nurul Komariyah, menjelaskan seluruh santri sudah mendapatkan penanganan dari pihak puskesmas. Menurut dia, peristiwa itu terjadi karena efek samping atau reaksi dari obat yang diberikan setelah imunisasi. Biasanya, efek samping dari imunisasi adalah demam dan suhu tubuh meningkat, sehingga mereka diberi obat penurun panas.
"Mual-mual dan pusing bukan efek samping dari imunisasi difteri," katanya. Efek mual dan pusing itu muncul karena mereka belum sarapan atau makan saat diimunisasi. Selain itu, obat yang diberikan dokter tidak mereka minum. Nurul menegaskan, secara keseluruhan, tidak ada masalah serius dengan kondisi kesehatan siswa atau santri tersebut.
Dikutip dari Okezone.com, menurut pengasuh Pondok Pesantren Madinatul Ulum, sebagian santri belum sarapan sebelum disuntik vaksin difteri. Ada pula santri yang kondisinya kurang sehat. Para santri pun bermain sepak bola setelah disuntik vaksin difteri. Hal tersebut menyebabkan puluhan santri mengalami dehidrasi, mual, pusing, demam, dan lemas.
"Berdasarkan informasi dari petugas medis, seseorang yang akan diimunisasi difteri harus dalam kondisi sehat dan disarankan makan dulu, sehingga ketidaktahuan santri akan dampak vaksin difteri yang menyebabkan kejadian dehidrasi massal terjadi di pesantren," ujarnya.
Kepala Puskesmas Jenggawah, Nuri Usmawati mengatakan efek samping pada seseorang yang diimunisasi difteri berbeda-beda dan tergantung pada kondisi fisiknya. "Tidak semua santri mengalami dehidrasi karena imunisasi difteri, tapi ada juga yang badannya panas sebelum diimunisasi," tuturnya. Menurut dia, para santri yang mendapatkan penanganan medis mengeluh demam, dan ada yang disertai mual serta pusing.
Dilansir dari NU Online, pada 10 Januari 2021, pengasuh Pondok Pesantren Madinatul Ulum Kiai Haji Lutfi Ahmad pun telah meluruskan isu yang mengaitkan video tersebut dengan vaksin Covid-19. Menurut Lutfi, video itu memperlihatkan vaksinasi difteri oleh petugas Puskesmas Jenggawah di Pondok Pesantren Madinatul Ulum pada 28 Februari 2018. "Sama sekali tidak ada hubungannya dengan vaksin Covid-19," ujarnya.
Efek samping vaksin Covid-19
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan izin penggunaan darurat atauEmergency Use Authorization(EUA) vaksin Covid-19 Sinovac pada 11 Januari 2021. Dilansir dari Liputan6.com, vaksin ini menjadi vaksin pertama yang mendapatkan EUA di Indonesia.
Menurut Kepala BPOM Penny Lukito, hasil analisis vaksin bernama CoronaVac yang diuji klinis di Bandung itu menunjukkan efikasi sebesar 65,3 persen. Sementara hasil uji klinis di Turki menunjukkan efikasi 91,25 persen dan di Brasil sebesar 78 persen.
Berdasarkan data dukung keamanan dari uji klinis fase III vaksin Sinovac di Indonesia, Turki, dan Brasil, yang dipantau hingga tiga bulan usai penyuntikan dosis kedua, "Efek samping lokal berupa nyeri, iritasi, dan pembengkakan serta efek samping sistemik berupa nyeri otot,fatigue, dan demam," kata Penny.
Sementara itu, frekuensi efek samping vaksin dengan derajat berat seperti sakit kepala, gangguan di kulit, atau diare, hanya dilaporkan 0,1 sampai 1 persen. Penny mengatakan efek samping tersebut tidak berbahaya dan dapat pulih kembali.
Adapun efek samping vaksin Covid-19 lainnya adalah sebagai berikut:
- Vaksin Pfizer-BioNTech
Dalam uji klinis, efek samping yang ditemukan kebanyakan bersifat ringan hingga sedang, seperti demam, menggigil, kelelahan, dan sakit kepala. Dalam laporannya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyebut adanya temuan reaksi alergi parah dari vaksin ini. Namun, angkanya sangat jarang, yaitu 11 kasus per satu juta dosis. CDC menyatakan vaksin Pfizer aman. Namun, mereka merekomendasikan agar orang yang memiliki riwayat alergi terhadap kandungan vaksin untuk tidak mendapatkan dosis kedua apabila mengalami reaksi serius usai suntikan pertama.
- Vaksin AstraZeneca-Oxford
Pemerintah Inggris menyebut, dalam uji klinis, efek samping yang muncul kebanyakan bersifat ringan hingga sedang, dan dapat sembuh beberapa hari hingga sepekan setelah vaksinasi. Beberapa efek samping yang umum adalah nyeri, gatal, bengkak, rasa hangat di lokasi suntikan, kelelahan, menggigil, sakit kepala, mual, dan nyeri otot. Sementara efek samping uang langka adalah pusing, nafsu makan menurun, sakit perut, kelenjar getah bening membesar, gatal-gatal, dan keringat berlebih.
- Vaksin Moderna
Di laman resminya, CDC melaporkan beberapa efek samping vaksin ini yang kebanyakan ringan hingga sedang, seperti rasa nyeri, bengkak, atau kemerahan di lokasi suntikan, kelelahan, menggigil, dan sakit kepala. Gejala ini mungkin terasa seperti gejala flu, dan bisa mempengaruhi kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, tapi gejala tersebut akan hilang dalam beberapa hari. CDC sempat melaporkan adanya sejumlah kecil penerima vaksin ini di AS yang mengalami reaksi alergi serius. Namun, belum ada hasil investigasi yang rinci soal hal itu. CDC pun merekomendasikan agar orang yang memiliki riwayat alergi terhadap kandungan vaksin tidak mendapatkan dosis kedua jika mengalami reaksi serius usai suntikan pertama.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah video ratusan santri yang pingsan usai disuntik vaksin di tengah pandemi Covid-19, menyesatkan. Peristiwa dalam video tersebut terjadi pada Februari 2018, saat Pondok Pesantren Madinatul Ulum, Jember, Jawa Timur, menggelar imunisasi difteri bagi para santrinya. Peristiwa ini terjadi jauh sebelum munculnya Covid-19.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://archive.vn/dlQQP
- https://bit.ly/39mUzVz
- https://bit.ly/2MXVBzR
- https://news.okezone.com/read/2018/02/28/519/1865826/mual-mual-usai-divaksin-difteri-puluhan-santri-di-jember-masih-dirawat
- https://www.tempo.co/tag/vaksin
- https://www.nu.or.id/post/read/125916/pesantren-di-jember-ini-bantah-santrinya-jadi-korban-vaksin-covid-19
- https://www.liputan6.com/health/read/4455002/efek-samping-4-vaksin-covid-19-yang-sudah-dapat-eua-di-beberapa-negara
- https://www.tempo.co/tag/sinovac
- https://www.tempo.co/tag/vaksin-covid-19
- https://www.tempo.co/tag/covid-19
(GFD-2021-8447) Keliru, Klaim Ini Video Amatir Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Kepulauan Seribu
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 11/01/2021
Berita
Video pendek yang diklaim menunjukkan momen saat pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, viral. Video ini beredar tak lama setelah pesawat Sriwijaya Air bernomor register PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada 9 Januari 2021 pukul 14.40 WIB.
Di YouTube, video itu diunggah salah satunya oleh kanal Ade Tetsuya, yakni pada 9 Januari 2021. Dalam video berdurasi 2 menit 51 detik itu, terlihat sebuah pesawat yang jatuh di lautan, lalu hancur. Kanal ini memberikan video itu judul "Video amatir Pesawat diduga Sriwijaya SJ182 Jatuh". Kanal tersebut juga menulis keterangan “Di duga jatuhnya pesawat sriwijaya SJ182”.
Gambar tangkapan layar unggahan kanal YouTube Ade Tetsuya yang memuat klaim keliru terkait video yang diunggahnya.
Hasil Cek Fakta
Untuk memeriksa klaim di atas, Tempo memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengantoolInVID. Lalu, gambar-gambar itu ditelusuri denganreverse image tool Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa video tersebut bukan video yang menunjukkan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada 9 Januari 2021. Video itu adalah video jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines di Pulau Comoro yang berada sebelah timur Afrika pada 1996 karena dibajak.
Video yang identik pernah diunggah oleh kanal YouTube Dr Atom pada 21 April 2012, jauh sebelum jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada 9 Januari 2021. Video berdurasi 27 detik yang diunggah kanal tersebut merupakan laporan dari sebuah televisi dengan logo “WTN” yang terlihat di bagian kiri atas video.
Kesamaan video ini dengan video yang beredar adalah warna pada bagian ekor pesawat yang merupakan ciri khas Ethiopian Airlines, yakni hijau, kuning, dan merah. Terdapat pula garis kuning-merah di tubuh pesawat. Yang berbeda hanya pesawat dalam video ini jatuh dari arah kiri video. Sementara dalam video yang beredar, pesawat jatuh dari arah kanan video.
Ciri khas maskapai Ethiopian Airlines tersebut berbeda dengan ciri khas Sriwijaya Air yang memakai warna putih-merah-biru pada bagian depan hingga tubuh pesawat serta warna biru pada bagian ekor.
Narator dalam video itu menyebut bahwa video jatuhnya Ethiopian Airlines tersebut direkam oleh wisatawan di Pulau Comoro pada November 1996. Dalam rekaman video itu, memang terdengar suara-suara wisatawan yang terkejut atas insiden itu. Kanal Dr Atom pun memberikan keterangan bahwa pesawat jenis Boeing 767-260ER ini menempuh perjalanan dari Addis Ababa, Ethiopia, ke Nairobi, Kenya, pada 23 November 1996 dan mengangkut 172 orang.
Dalam perjalanan, pesawat itu dibajak oleh tiga warga Ethiopia yang mencari suaka politik di Australia, dan meminta awak kabin Ethiopian Airlines untuk terbang ke Australia. Pilot menjelaskan bahwa bahan bakar pesawat tidak akan cukup untuk menempuh perjalanan ke Australia, karena mereka hanya mengambil bahan bakar yang dibutuhkan untuk penerbangan ke Kenya. Namun, para pembajak tidak mempercayainya.
Pilot lalu diam-diam mengarahkan pesawat ke Kepulauan Comoro, yang terletak di antara Madagaskar dan daratan Afrika. Pesawat akhirnya kehabisan bahan bakar. Perkelahian dengan para pembajak berdampak pada gagalnya kru mendarat di Bandara Comores. Pilot mencoba mendaratkan pesawat di perairan dangkal sekitar 500 meter di lepas pantai.
Mesin kiri pesawat dan ujung sayap menghantam air terlebih dahulu. Mesin kiri kemudian menabrak terumbu karang, memperlambat sisi kiri pesawat dengan cepat, menyebabkan pesawat berputar ke kiri dan pecah. Sebanyak 122 dari 172 orang di dalamnya tewas, di antaranya adalah para pembajak. Sementara 50 orang lainnya selamat dengan luka-luka.
Suasana Pulau Comoro saat para wisatawan dan warga setempat membantu evakuasi penumpang Ethiopian Airlines dalam video di kanal Dr Atom tersebut sama dengan video yang pernah dipublikasikan oleh kanal YouTube milik kantor berita Associated Press (AP) pada 23 November 2018.
AP memberikan penjelasan singkat mengenai insiden itu, yakni sebagai berikut: “Pada 23 November 1996, sebuah pesawat Boeing 767 Ethiopian Airlines jatuh ke perairan di lepas pantai Kepulauan Comoros, menewaskan 125 dari 175 orang di dalamnya, termasuk tiga pembajak.”
The New York Times juga pernah memberitakan pembajakan pesawat Ethiopian Airlines yang akhirnya jatuh ke perairan Pulau Comoro tersebut. Para pembajak menguasai pesawat itu tak lama setelah lepas landas dari ibu kota Ethiopia, Addis Ababa.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video itu adalah video jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Kepulauan Seribu, keliru. Video tersebut merupakan rekaman jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines di Pulau Comoro yang berada di sebelah timur Afrika pada 1996 karena dibajak, lalu kehabisan bahan bakar. Dalam video aslinya, pesawat jatuh dari arah kiri video sebelum akhirnya jatuh ke lautan.IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/sriwijaya-air
- https://archive.vn/g5h1C
- https://www.tempo.co/tag/sriwijaya-air-sj-182
- https://www.youtube.com/watch?v=WE2Yn0cipTY
- https://www.tempo.co/tag/ethiopian-airlines
- https://www.youtube.com/watch?v=ggLElceYNZI
- https://www.nytimes.com/1996/11/24/world/plane-is-hijacked-crashes-in-ocean-off-east-africa.html
- https://www.tempo.co/tag/kepulauan-seribu
Halaman: 4386/5915