• (GFD-2025-26666) [SALAH] Video “Penyiksaan Terhadap WNI di Kamboja”

    Sumber: X.com
    Tanggal publish: 23/04/2025

    Berita

    Akun X “GasMedsos” Sabtu (29/3/2025) membagikan utas [arsip] berisi beberapa video yang diklaim merupakan dokumentasi penyiksaan warga negara Indonesia (WNI) di Kamboja.
    Berikut narasi lengkapnya:
    “Tragedi ini bukan sekadar berita, tetapi luka mendalam bagi kemanusiaan. Mereka pergi mencari nafkah, namun pulang hanya sebagai cerita pilu. Sudah saatnya kita bersuara untuk keadilan mereka—agar tak ada lagi nyawa yang hilang dengan cara sekejam ini."
    “detik2 WNI mengalami penyiksaan sampae meninggal.”

    Hingga Rabu (23/4/2025) unggahan tersebut telah disukai oleh 16.000 pengguna dan dibagikan ulang sebanyak 2.000-an kali.

    Hasil Cek Fakta

    Disadur dari artikel Cek Fakta tempo.co

    Tempo memverifikasi empat video yang dibagikan dengan menggunakan layanan reverse image search dari mesin pencari Google. Hasilnya, video pertama dalam utas (yang memperlihatkan beberapa orang berkelahi dan salah satunya dimasukkan ke dalam panci besar bergambar tengkorak) itu bukanlah kejadian nyata. Peristiwa tersebut merupakan pertunjukan drama peperangan, video asli ditemukan di akun TikTok”panuwatkaenpech“.

    Video kedua dalam utas yang beredar memperlihatkan dua orang berbaju putih diseret di lantai ruangan dengan kurungan-kurungan besi. Video itu sesungguhnya konten akun TikTok “zoeandunclerobert” tentang permainan melarikan diri atau escape game.

    Video ketiga dalam utas itu memperlihatkan empat orang anak yang disetrum hingga kejang. Namun saat dicermati, sesungguhnya anak yang berdiri itu tidak diikat. Video itu berasal dari Akun TikTok “Thuanlm1” yang kerap mengunggah konten kegiatan olahraga beberapa remaja. Video ditempeli tulisan berbahasa Vietnam yang berbunyi: Hinh ånh chi mang tinh chat minh hoa. Artinya: Gambar hanya untuk tujuan ilustrasi.

    Potongan video terakhir memperlihatkan sejumlah pria dipasung, diklaim sebagai WNI yang disiksa di Kamboja. Namun tak ada di antaranya yang berusaha memberontak, malah seorang di antaranya santai mengoperasikan ponsel.

    Saat dicermati, salah satu pria dalam video itu mengenakan kaos bertuliskan “HK Film Lighting” yang merupakan logo perusahaan perfilman asal Hong Kong.

    Kesimpulan

    Unggahan video berisi klaim “penyiksaan terhadap WNI di Kamboja” merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).

    (Ditulis oleh Moch. Marcellodiansyah)

    Rujukan

  • (GFD-2025-26665) Hoaks! Bahlil minta masyarakat bantu pemerintah isi kas negara yang kosong

    Sumber:
    Tanggal publish: 23/04/2025

    Berita

    Jakarta (ANTARA/JACX) – Sebuah unggahan di Facebook menarasikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meminta masyarakat membantu pemerintah untuk mengisi kas negara yang kosong dengan cara menyumbangkan uang.

    Dalam unggahan tersebut, disertai tangkapan layar berita ANTARA dengan judul “Menteri Bahlil kas negara kosong minta masyarakat segeralah menyumbang”.

    Berikut narasi dalam unggahan tersebut:

    “Bantu pemerintah..? Emang pemerintah bantu apa ke rakyatnya..? Kas negara kosong..? Yg korupsi Triliunan siapa klo bukan pejabat negara..? Sita aset2 koruptor masukin ke kas negara.., jgn rakyat Lagi disuruh bantu isi.., selama ini dah banyak pajak2 yg di bayar rakyat..., tapi kalian korupsi.., ngomong gk pake otak...”

    Namun, benarkah Bahlil minta masyarakat bantu pemerintah isi kas negara yang kosong?



    (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, ANTARA tidak menemukan berita yang memiliki judul sebagaimana tercantum dalam tangkapan layar unggahan tersebut. Namun demikian, ditemukan berita dengan foto yang serupa namun memiliki judul yang berbeda, yaitu "Bahlil sebut dampingi Prabowo ke China bahas investasi hilirisasi".

    Terkait kas negara, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjamin pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tetap dalam kendali meski mencetak defisit Rp104,2 triliun pada Maret 2025.

    “Jangan khawatir, tidak jebol APBN-nya,” kata Sri Mulyani, dilansir dari ANTARA.

    Dengan demikian, tidak ada pernyataan Menteri Bahlil yang meminta masyarakat menyumbang untuk membantu kas negara.

    (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

    Pewarta: Tim JACX

    Editor: Indriani

    Copyright © ANTARA 2025

    Rujukan

  • (GFD-2025-26664) [KLARIFIKASI] Soeharto Bicara soal Ijazah Palsu Merupakan Manipulasi AI

    Sumber:
    Tanggal publish: 22/04/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial beredar video yang menampilkan Presiden ke-2 Indonesia, Soeharto, berbicara tentang ijazah palsu.

    Dia mempertanyakan soal pemimpin yang memiliki ijazah palsu, dan menteri yang latar belakang pendidikannya tidak jelas.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video tersebut palsu dan merupakan hasil manipulasi artificial intelligence (AI). Narasi ini perlu diluruskan karena informasinya keliru.

    Video Soeharto berbicara tentang ijazah palsu dibagikan oleh akun Facebook ini dan ini, serta akun Threads ini. Konten tersebut dibagikan pada April 2025.

    Berikut narasi yang dibagikan:

    PAK HARTO IKUT BICARA SOAL IJAZAH PALSU

    Berikut cuplikan pernyataan Soeharto dalam video tersebut:

    Sekarang agak lain ya. Ada yang pendidikannya tidak jelas jadi pemimpin. Ada menteri yang dapat gelar profesor tapi tidak sesuai kaidah akademis.

    Ada yang dapat gelar profesor dari kampus abal-abal jadi utusan khusus ada yang jadi stafus. Kasihan daripada rakyat yang di bawah. Dulu saya seleksi para menteri dengan ketat.

    Saya lihat ijazah mereka asli atau enggak. Yang ijazahnya palsu sudah pasti saya singkirkan.

    Screenshot Hoaks, video Soeharto bicara soal ijazah palsu

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com mencermati video tersebut dan menemukan kejanggalan yang mengindikasikan video itu merupakan hasil manipulasi.

    Apabila diperhatikan, tampak gerakan bibir dan pipi Soeharto tidak sinkron saat berbicara. Seolah keduanya berasal dari video yang terpisah dan kemudian ditempelkan.

    Kemudian, Kompas.com mengecek video tersebut menggunakan Deepware, perangkat yang dapat mendeteksi video manipulasi AI atau deepfake.

    Menurut Deepware, video Soeharto bicara tentang ijazah palsu adalah deepfake.

    Setelah ditelusuri menggunakan Google Lens, video itu adalah hasil manipulasi dari video YouTube yang diunggah kanal President Files.

    Video yang diunggah pada 13 November 2019 tersebut berjudul "Temu Wicara Presiden Soeharto pada Acara Penerimaan Peserta RATINKOPAR".

    Deskripsi video menyebutkan, Soeharto menerima peserta Rapat Tahunan Induk Koperasi Pegawai Republik Indonesia (Ratinkopar) di Tapos, Bogor, Jawa Barat pada 29 Oktober 1994.

    Acara itu adalah kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Induk Koperasi Pegawai Republik Indonesia (IKPRI), yang merupakan wadah koperasi untuk para pegawai negeri sipil (PNS).

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video Soeharto berbicara tentang ijazah palsu adalah hoaks dan hasil manipulasi AI.

    Video asli merupakan arsip digital saat Soeharto menerima peserta Ratinkopar di Tapos, Bogor, Jawa Barat pada 29 Oktober 1994.

    Narasi yang muncul ini perlu diluruskan karena informasinya keliru. Konten ini bisa jadi merupakan satire terkait kondisi politik saat ini, yaitu adanya sejumlah orang yang mempertanyakan keaslian ijazah mantan presiden, yaitu Joko Widodo.

    Rujukan

  • (GFD-2025-26663) [KLARIFIKASI] Konteks Keliru, Video Pernyataan Ma'ruf Amin Terkait Ahok pada 2019

    Sumber:
    Tanggal publish: 22/04/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar unggahan video yang menampilkan mantan Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyebut mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai sumber konflik.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi dalam video perlu diluruskan karena informasinya menghilangkan konteks secara utuh.

    Video yang menampilkan Ma'ruf Amin mengatakan Ahok sebagai sumber konflik salah satunya dibagikan akun Facebook ini, ini, dan ini pada April 2025.

    Dalam video, tampak Ma'ruf Amin sedang berbincang dengan beberapa orang. Kemudian ia mengatakan Ahok sebagai sumber konflik bangsa sehingga harus dihabisi.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan penelusuran yang dilakukan Tim Cek Fakta Kompas.com, video itu telah beredar sejak 2019. Ma'ruf Amin juga telah memberikan penjelasan soal pernyataan itu.

    Seperti diberitakan Kompas.com pada 4 April 2019, Ma'ruf mengatakan bahwa ada konteks yang dihilangkan dalam video tersebut.

    Menurut Ma'ruf, video diambil ketika beberapa pemuka agama mengajaknya mendukung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Pemilihan Presiden 2019.

    Ajakan itu tidak lepas dari keberhasilan Anies mengalahkan Ahok di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.

    Namun, Ma'ruf menolak ajakan mendukung Anies, ia lebih memilih mendukung Jokowi. 

    Menurut Ma'ruf, Jokowi tidak bisa dikalahkan dengan cara seperti meredam suara pemilih Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2017. 

    "Jadi waktu itu saya bilang, saya enggak setuju (dukung Anies). Pak Jokowi berbeda dengan Ahok. Ahok itu sumber konflik. Kalau Pak Jokowi kan bukan," ujar Ma'ruf.

    "Tapi Pak Jokowi tidak. Makanya saya cenderung mendukung Pak Jokowi ketimbang Anies. Biar nanti Anies 2024 ke atas bolehlah. Sekarang Pak Jokowi. Konteksnya itu," ungkapnya. 

    Sebagai konteks, Pilkada DKI Jakarta 2017 diwarnai dengan politik identitas. Ahok yang saat itu maju sebagai calon gubernur dipenjara karena kasus penistaan agama.

    Kesimpulan

    Video Ma'ruf Amin mengatakan Ahok sebagai sumber konflik dan harus dihabisi perlu diluruskan. Video itu telah beredar sejak tahun 2019.

    Ma'ruf saat itu menjelaskan bahwa video diambil ketika beberapa pemuka agama memintanya mendukung Anies maju di Pilpres 2019 untuk melawan Jokowi.  

    Ajakan itu tidak lepas dari keberhasilan Anies mengalahkan Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2017.

    Namun, Ma'ruf menolaknya. Menurut dia, Jokowi berbeda dengan Ahok yang saat itu tersandung kasus penistaan agama. Ma'ruf pun lebih memilih mendukung Jokowi. 

    Rujukan