• (GFD-2024-22383) [SALAH] Pavel Durov Ditangkap Karena Menolak Kerja Sama dengan Israel

    Sumber: Twitter
    Tanggal publish: 02/09/2024

    Berita

    “Aplikasi Telegram kemungkinan besar akan segera dihapus stlh pendiri Telegram Pavel Durov ditangkap di Prancis.

    Dia ditangkap stlh menolak mengikuti perintah pemerintah Israel utk menghapus data pribadi Israel yang dicuri & diekspos di Telegram oleh Tim Peretasan Anti-Israel”.

    Hasil Cek Fakta

    Akun Twitter @hani_titik mengunggah tangkapan layar yang memberitakan CEO Telegram, Pavel Durov, yang ditangkap di Perancis dan himbauan kepada pengguna Telegram untuk back up data mereka di Telegram. @hani_titik kemudian menambahkan bahwa Durov ditangkap setelah menolak mengikuti perintah pemerintah Israel untuk menghapus data pribadi Israel yang dicuri dan diekspos di Telegram oleh Tim Peretasan Anti-Israel. Cuitan dan tangkapan layar tersebut diunggah pada 26 Agustus 2024.

    Setelah dilakukan penelusuran, informasi tersebut menyesatkan. Melansir dari artikel New York Times yang berjudul “Telegram Founder Charged With Wide Range of Crimes in France”, Durov ditahan oleh otoritas Perancis atas dakwaan keterlibatannya dalam mengizinkan pengguna Telegram menggunakan Telegram untuk bertransaksi kegiatan ilegal dan kriminal, khususnya pelecehan seksual anak di bawah umur, perdagangan narkoba, dan penipuan bernilai jutaan dolar.

    Melansir dari artikel AP News, Presiden Perancis Emmanuel Macron juga menyatakan bahwa penangkapan Durov tidak ada sangkut pautnya dengan politik, tetapi murni investigasi independen. Presiden Macron, melalui Twitter resminya, menyatakan bahwa tertangkapnya Durov di Perancis adalah bagian dari penyelidikan yudisial yang memang sudah dan sedang berlansung, serta sama sekali bukan keputusan politik. Cuitan ini dimulai dengan pernyataan Presiden Macron yang mengakui banyaknya informasi yang menyesatkan mengenai alasan dibalik penangkapan Durov di Perancis ini.

    Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh @hani_titik merupakan konten yang menyesatkan.

    Kesimpulan

    Konten yang menyesatkan. Pavel Durov tertangkap karena Telegram gagal bekerja sama dengan pihak berwajib perihal perdagangan narkoba, pornografi anak di bawah umur, dan tindakan penipuan, bukan karena Israel.

    Rujukan

  • (GFD-2024-22382) [SALAH] Video Anak-Anak Gaza Tidur di Luar

    Sumber: Facebook
    Tanggal publish: 02/09/2024

    Berita

    “*THE LAST CHILDREN IN GAZA*

    *Lihatlah di mana dan bagaimana anak-anak Gaza tidur.*

    https://t.me/PalestinaPost”.

    Hasil Cek Fakta

    Akun Facebook Andre Husain mengunggah video yang menunjukkan sekelompok anak-anak yang tidur di luar rumah. Andre Husain mengklaim bahwa video itu menunjukkan anak-anak di Gaza. Tulisan dan video tersebut diunggah pada 17 Agustus 2024.

    Setelah menelusuri video itu dengan InVid dan Yandex Video Search, ditemukan akun yang merekam video tersebut dan mengungganya pertama kali di akun Instagramnya, yaitu @fetteho. Pada bagian keterangan video itu , bertuliskan “dünyanın en güzel uykusu” yaitu bahasa Turkiye untuk “the best sleep in the world”. Video itu diunggah pada 11 Agustus 2024. Setelah ditelusuri lebih lanjut, @fatteho (Ümit Kavak) merupakan fotografer asal Turkiye yang bekerja di salah satu LSM Turkiye.

    Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh akun Facebook Andre Husain merupakan konteks yang salah.

    Kesimpulan

    Konteks yang salah. Video yang menunjukkan anak-anak tidur di luar tersebut terjadi dan diambil di Turkiye, bukan di Gaza.

    Rujukan

  • (GFD-2024-22381) [SALAH] The Economist Memanipulasi Foto Sehingga Bendera Palestina Hilang dari Sampulnya

    Sumber: Twitter
    Tanggal publish: 02/09/2024

    Berita

    “Gue selalu bilang dari semua majalah Barat, The Economist adalah yang paling sampah dari semuanya. Jelas media propaganda global white supremacist berlabel jurnalistik.

    Untuk cover ini saja, mereka mengedit menghapus bendera Palestina dari foto aslinya”

    Hasil Cek Fakta

    Artikel disadur dari AFP.
    Akun Twitter @revolutia mengutip cuitan The Economist yang mengunggah foto sampul majalahnya. Pada foto sampul yang diunggah The Economist tersebut, terlihat sekumpulan masyarakat ada di atap sebuah rumah dengan membawa beberapa bendera Bangladesh. Headline majalah tersebut membahas mengenai rakyat Bangladesh yang merayakan dimulainya demokrasi setelah pemerintahannya yang terakhir runtuh. @revolutia mengklaim bahwa foto sampul tersebut sengaja diedit untuk menghapus bendera Palestina dari foto aslinya. Hal tersebutlah yang juga membuat @revolutia menganggap majalah The Economist merupakan propaganda white supremacy yang berlabel jurnalistik. Cuitan tersebut ditulis pada 9 Agustus 2024.

    Setelah dilakukan penelusuran oleh tim AFP, informasi tersebut menyesatkan. Tim AFP pernah mengunggah foto yang sama pada 5 Agustus 2024 setelah Syekh Hasina digulingkan dan meninggalkan Bangladesh. Pada foto tersebut, tidak terlihat adanya bendera Palestina dan merupakan foto yang sama persis seperti sampul majalah The Economist. AFP menjelaskan bahwa fotografer asli yang mengabadikan momen perayaan tersebut, yang bernama K M Asad, mengonfirmasi bahwa tidak ada bendera Palestina pada saat ia mengambil foto itu. K M Asad juga mengunggah beberapa foto yang diambil pada kejadian yang sama di Instagram pribadinya.

    AFP juga menjelaskan, meskipun foto bendera Palestina tidak terlihat pada foto sampul The Economist yang diambil oleh K M Asad, bendera Palestina memang dikibarkan setelahnya, dan foto-foto dengan bendera Palestina yang dijadikan pembanding juga merupakan foto asli. Pada video YouTube yang diunggah oleh “Bangladesh” dengan judul “প্রধানমন্ত্রী কার্যালয়”, terlihat bahwa bendera Palestina juga dikibarkan pada kejadian dan tempat yang sama, namun setelah foto dengan bendera Bangladesh diambil.

    Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh akun Twitter @revolutia merupakan konten yang menyesatkan.

    Kesimpulan

    Konten yang menyesatkan. Foto yang digunakan The Economist untuk sampulnya tersebut diambil di kesempatan yang berbeda dengan foto yang diklaim sebagai foto asli.

    Rujukan

  • (GFD-2024-22380) [SALAH] Sejarawan Asal Inggris Peter Carey Beri Komentar Mengenai Perlawanan Bambu Runcing

    Sumber: tiktok.com
    Tanggal publish: 02/09/2024

    Berita

    Sejarawan Asal Inggris Peter Carey : Mustahil Indonesia Mengusir Penjajahan Dengan Bambu Runcing, 10 Meter Saja Tidak Sampai Lemparan Bambu RuncingNya, Terus Dari Mana Kalian Bisa Sebut Indonesia Mengusir Penjajahan Dengan Bambu Runcing
    ARSIP: https://archive.md/ocZSL

    Hasil Cek Fakta


    Akun Tiktok dengan nama @1q_223 mengunggah sebuah konten tangkapan layar berita Tribun Images dengan judul “Sejarawan Asal Inggris Peter Carey : Mustahil Indonesia Mengusir Penjajahan Dengan Bambu Runcing, 10 Meter Saja Tidak Sampai Lemparan Bambu RuncingNya, Terus Dari Mana Kalian Bisa Sebut Indonesia Mengusir Penjajahan Dengan Bambu Runcing.”

    Penelusuran fakta dilakukan dengan mengetikkan secara manual judul berita yang beredar ke mesin pencarian Google. Hasilnya, tidak ditemukan satupun informasi yang valid mengenai berita tersebut di situs Tribun News.

    Demikian pula ketika ditelusuri secara manual pada indeks berita di web Tribun News tanggal 11 Januari 2020, tidak ditemukan informasi valid mengenai komentar sejarawan Peter Carey terhadap Perlawanan Bambu Runcing.

    Konten ini merupakan hasil suntingan menggunakan inspect element, yakni dengan mengedit judul berita pada sebuah web tanpa mengubah tampilan aslinya. Sehingga ketika discreenshot, judul berita pada sebuah web tampak nyata.

    Beberapa konten hasil suntingan menggunakan inspect element yang sebelumnya pernah beredar seperti artikel hasil periksa fakta turnbackhoax.id berjudul [SALAH] Tangkapan Layar Judul Berita Detik: Prabowo Subianto siap terjunkan 80 Kopasus untuk penjagaan Kejagung Dan keluarga dan “[SALAH] Tangkapan Layar Berita Detik Jabar, Kemunculan hacker bjorka menanggapi kasus “Vina_Cirebon”.”

    Kesimpulan

    Faktanya tangkapan layar yang diunggah merupakan hasil suntingan menggunakan inspect element. Tidak ditemukan judul berita mengenai sejarawan asal Inggris Peter Carey menanggapi sejarah mengenai perlawanan Bambu Runcing

    Rujukan