• (GFD-2025-28803) Hoaks! Video kerusuhan di Kalimalang

    Sumber:
    Tanggal publish: 02/09/2025

    Berita

    Jakarta (ANTARA/JACX) – Beredar cuplikan gambar memperlihatkan ribuan massa memenuhi sebuah jalan, yang diklaim berlokasi di wilayah Kalimalang, Bekasi.

    Aksi yang disebut berlangsung pada Minggu (31/8) tersebut, juga tampak digelar di bawah sebuah jalan layang besar.

    Peserta unjuk rasa dalam video itu terdengar kompak melantunkan sebuah lagu, di antara beberapa titik api yang diduga berasal dari pembakaran sejumlah ban.

    Tak lama kemudian, peserta aksi terlihat berbondong-bondong berlarian ke berbagai arah, untuk menghindari kejaran aparat.

    Dalam rekaman yang dibagikan luas melalui aplikasi WhatsApp ini, tampak pula kumpulan warga yang hanya memantau keramaian dari pinggir jalan, sambil mengabadikan kejadian tersebut dengan ponsel mereka.

    (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

    "Kalimalang rusuh," demikian isi narasi yang disematkan dalam unggahan video tersebut.

    Namun, benarkah video itu menampilkan kerusuhan di Kalimalang?



    Hasil Cek Fakta

    Setelah didalami, rekaman tersebut ternyata telah beredar sebelum ramai dibagikan di WhatsApp pada Minggu (31/8).

    Akun TikTok @iqbalpratama_13 menjadi salah satu pihak yang turut memuat video itu di media sosialnya. Rekaman 30 detik ini sudah disebar @iqbalpratama_13 sejak 30 Agustus 2025.

    Konten yang sudah dibagikan ulang hingga hampir 16 ribu kali ini merupakan demo mahasiswa yang berlangsung di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

    (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

    Dari informasi tersebut diketahui bahwa kabar kerusuhan yang terjadi di Kalimalang, Bekasi, pada Minggu, itu adalah hoaks.

    Klaim: Video kerusuhan di Kalimalang

    Rating: Hoaks

    Pewarta: Tim JACX

    Editor: M Arief Iskandar

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

    Rujukan

  • (GFD-2025-28802) [KLARIFIKASI] Seruan untuk Tarik Semua Uang di Bank adalah Provokasi

    Sumber:
    Tanggal publish: 01/09/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial tersiar seruan untuk melakukan tarik tunai atau mengambil semua uang yang tersimpan di bank-bank Indonesia pada Agustus 2025.

    Pengguna media sosial menyebutkan, situasi di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Sehingga para migran diminta untuk memindahkan semua uang di bank luar negeri.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar dan merupakan bentuk provokasi.

    Seruan untuk menarik semua uang dari bank-bank di Indonesia disebarkan oleh akun TikTok ini, ini, dan ini.

    Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada 1 Agustus 2025:

    Tarik semua Uang mu di BANK INDONESIA para PAHWALAN DEVISA jangan simpat sepeser punSimpan uangmu di BANK LUAR NEGERI tempat kamu bekerja

    Karena indonesia sedangTidak baik-baik saja...

    akun TikTok Tangkapan layar seruan provokatif di sebuah akun TikTok untuk menarik semua yang dari bank-bank di Indonesia pada Agustus 2025.

    Hasil Cek Fakta

    Ajakan tarik tunai semua uang di bank beredar sejak awal Agustus 2025.

    Narasi serupa ditemukan di akun TikTok ini pada 1 Agustus, yang mengaitkan dengan peluncuran sistem Payment ID yang yang dirancang Bank Indonesia.

    Dikutip dari pewartaan Kompas.com, sistem Payment ID sempat menjadi sorotan karena dikhawatirkan akan digunakan pemerintah untuk "memata-matai" transaksi nasabah.

    Kendati demikian, Bank Indonesia memastikan bahwa peluncuran Payment ID batal diluncurkan pada 17 Agustus 2025.

    Ajakan tarik tunai disebarkan ulang oleh pengguna media sosial, hingga dikaitkan dengan gelombang aksi unjuk rasa sebagai bentuk kekecewaan terhadap kinerja DPR RI dan Polri.

    Lantas, beredar kekhawatiran bahwa kerusuhan di sejumlah kota-kota besar berakhir seperti Peristiwa Mei 1998.

    Menurut Direktur Eksekutif CELIOS Bhima Yudhistira, ajakan menarik semua uang dari bank-bank di Indonesia berisiko merugikan negara hingga masyarakat kecil.

    "Ajakan rush di bank merugikan ekonomi dan menggerus kepercayaan terhadap stabilitas sektor keuangan," kata Bhima saat dihubungi Kompas.com, Senin (1/9/2025).

    Ia meyakini ada pihak-pihak yang ingin stabilitas keuangan terganggu.

    "Kalau dibiarkan, seruan tidak bertanggung jawab itu, bisa rush sampai bank-bank yang paling kecil. Kepanikan 98 jangan sampai terulang," pungkasnya.

    Rush money merupakan penarikan uang oleh nasabah secara serentak dalam jumlah besar.

    Pihak paling terdampak dari rush money adalah masyarakat kelas menengah ke bawah. Mereka akan mengalami kesulitan akses terhadap uang tunai.

    Aktivitas ekonomi di tingkat usaha kecil dan menengah (UMKM) juga akan terhambat karena tidak dapat melakukan transaksi perbankan.

    "Orang kaya bisa dengan mudah memindahkan aset keuangannya ke luar negeri, bagaimana dengan masyarakat kecil dan UMKM yang butuh transaksi perbankan," ujar Bhima.

    Kesimpulan

    Seruan untuk menarik semua uang dari bank-bank di Indonesia pada Agustus 2025 merupakan narasi provokatif.

    Unggahan di media sosial merespons rencana pemerintah menerbitkan Payment ID disebarkan ulang dan dikaitkan dengan gelombang aksi yang berlangsung pada akhir Agustus.

    Penarikan uang secara serentak dan besar-besaran atau rush money justru berisiko pada stabilitas ekonomi, baik negara maupun masyarakat kecil.

    Rujukan

  • (GFD-2025-28801) [KLARIFIKASI] Bangunan yang Dibakar Perusuh adalah Ruang Kerja Emil Dardak, Bukan Rumah Dinas

    Sumber:
    Tanggal publish: 01/09/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial beredar unggahan dengan narasi yang mengeklaim rumah dinas Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak dibakar dan dijarah perusuh pada Sabtu (30/8/2025) malam.

    Namun, setelah ditelusuri narasi itu keliru dan perlu diluruskan agar informasinya tepat.

    Unggahan yang mengeklaim rumah dinas Emil Dardak dibakar dan dijarah perusuh pada Sabtu (30/8/2025) malam dibagikan akun Facebook ini, ini, dan X ini. 

    Ada kemungkinan masih ada akun lain yang ikut menyebar narasi itu.

    Akun tersebut membagikan video dan gambar yang menampilkan kobaran api melalap sebuah bangunan.

    Akun Facebook Tangkapan layar Facebook video mengeklaim rumah dinas Emil Dardak dibakar massa pada Sabtu (30/8/2025) malam

    Hasil Cek Fakta

    Setelah ditelusuri, bangunan yang dibakar oleh massa tidak dikenal pada Sabtu (30/8/2025) malam bukan rumah dinas Emil Dardak.

    Seperti diberitakan Kompas.com sebelumnya, para perusuh membakar bangunan di pintu gerbang sisi barat Gedung Negara Grahadi, Surabaya yang merupakan ruang kerja Emil Dardak.

    Selain ruang kerja Emil, api juga  merusak beberapa ruangan, salah satunya ruang staf Biro Umum Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

    Tidak sampai di situ, kelompok tidak dikenal ini juga melakukan penjarahan di ruang wartawan yang berdekatan dengan ruang kerja Emil Dardak. 

    Pembakaran itu dilakukan usai Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menemui pengunjuk rasa di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya sekitar pukul 21.00 WIB.

    Saat itu, Khofifah menyampaikan akan berkoordinasi dengan Polrestabes Surabaya agar massa aksi yang ditahan segera dibebaskan.

    Namun setelah itu, unjuk rasa berakhir ricuh dan berujung pada pembakaran. Kemungkinan para perusuh itu mendompleng aksi unjuk rasa yang semula berlangsung damai. 

    Sampai saat ini tidak ditemukan informasi valid rumah dinas yang ditempat Emil Dardak ikut terbakar dalam kericuhan yang terjadi pada Sabtu (30/8/2025) malam. 

    Unggahan yang mengekalim rumah dinas Emil Dardak dibakar dan dijarah massa merupakan informasi keliru.

    Faktanya, bangunan yang dibakar merupakan ruang kerja Emil Dardak yang berada di sisi barat Gedung Negara Grahadi, Surabaya.

    Selain melakukan pembakaran, massa juga menjarah barang di ruang wartawan yang berdekatan dengan ruang kerja Emil Dardak.

    Rujukan

  • (GFD-2025-28800) [KLARIFIKASI] Di RSU UKI Tidak Ada Laporan Korban Pemerkosaan akibat Kerusuhan

    Sumber:
    Tanggal publish: 01/09/2025

    Berita

    Catatan Redaksi: Artikel ini memuat isu pemerkosaan dan kekerasan seksual yang berpotensi membuat tidak nyaman pembaca yang mungkin memiliki trauma.

    ***

    KOMPAS.com - Di tengah situasi Jakarta yang belum kondusif, beredar informasi simpang siur di media sosial mengenai adanya korban pemerkosaan yang dirawat di Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia (RSU UKI).

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi itu tidak benar atau keliru.

    Informasi mengenai korban pemerkosaan di RSU UKI disebarkan melalui pesan teks di WhatsApp.

    Berikut narasi yang ditulis dalam pesan tersebut:

    Unfortunately gue harus menyampaikan info valid dari yg jaga RS UKI. kabar terkait rudapaksa yang sempat tadi ada di atas, korban udah ada di sana dan kondisi vagina lecet.

    Hasil Cek Fakta

    Bagian marketing RSU UKI, Rudi menyampaikan bahwa tidak ada pasien korban pemerkosaan yang dirawat dalam beberapa hari terakhir.

    "Itu tidak benar ya. Hoaks," ucap Rudi kepada Kompas.com, Senin (1/9/2025).

    Tim RSU UKI mencoba mencari laporan yang disebarkan oleh pengguna X untuk memastikan lebih lanjut, tetapi tidak menemukan jejaknya karena unggahannya sudah dihapus.

    Namun, dari pihak RSU UKI memastikan, informasi tersebut tidak benar dan tidak ada laporan korban yang dimaksud.

    Narasi mengenai tindakan kekerasan seksual di tengah gerakan masyarakat merupakan isu sensitif yang dapat memicu provokasi.

    Terutama mengingat peristiwa Mei 1998, di mana perempuan etnis Tionghoa menjadi korban pemerkosaan massal.

    RSU UKI berada di Cawang, Jakarta Timur. Sementara, per Senin (1/9/2025) tidak ada pantauan pergerakan massa di sekitar Cawang.

    Salah satunya dapat dilihat dari CCTV dari situs web Lewatmana.com, di Jalan MT Haryono menuju daerah Cawang.

    Tampak pada 30 Agustus sampai 1 September 2025 siang, tidak ada pergerakan massa.

    Kesimpulan

    Informasi mengenai adanya korban pemerkosaan yang dirawat di RSU UKI tidak benar atau keliru.

    Pihak RSU UKI memastikan tidak ada korban kekerasan seksual seperti yang dimaksud dalam narasi beredar.

    Adapun sejauh ini tidak ada pergerakan massa yang dilaporkan terjadi di wilayah Cawang, Jakarta Timur.

    Rujukan