• (GFD-2024-23868) [HOAKS] Khofifah Bagi Bantuan Jumat Berkah Rp 10 Juta di TikTok

    Sumber:
    Tanggal publish: 06/11/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar video TikTok menampilkan calon gubernur Jawa Timur nomor urut 2, Khofifah Indar Parawansa.

    Dalam video, Khofifah membagikan bantuan sebesar Rp 10 juta dalam rangka Jumat berkah, bagi pengguna TikTok yang menekan love dan menyebarkan videonya.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video tersebut merupakan konten manipulatif.

    Video Khofifah membagikan bantuan Rp 10 juta diunggah oleh akun TikTok khofifah_indar.official pada 4 Oktober 2024. Arsipnya dapat dilihat di sini.

    Video tersebut telah ditonton lebih dari 10.400 kali dan dibagikan ulang 435 kali oleh pengguna TikTok.

    Berikut ucapan Khofifah dalam video:

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua. Semoga kita semua selalu dalam lindungan yang Maha Kuasa.

    Saya Khofifah Indar Parawansa. Di akun TikTok ini, spesial Jumat berkah, saya akan berbagi bantuan Rp 10 juta.

    Bantuan ini hanya untuk yang benar-benar membutuhkan ya. Silakan bagikan postingan ini, lalu tekan tanda hati dan tanda panah. Semoga bantuan ini bisa bermanfaat ya.

    Hasil Cek Fakta

    Akun TikTok yang menyebarkan video tersebut bukanlah akun resmi milik Khofifah.

    Akun TikTok resminya memiliki nama khofifah.official dan telah memiliki centang biru tanda akun telah terverifikasi.

    Video yang beredar merupakan hasil suntingan dari foto Khofifah.

    Salah satunya foto yang dipakai dalam artikel Tribunnews, yang diambil dari akun Instagram Khofifah.

    Foto tersebut disunting sehingga menghasilkan video deepfake.

    Sementara, suara yang dipakai dalam video dibuat dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

    Tim Cek Fakta Kompas.com mengeceknya dengan Hive Moderation yang dapat mendeteksi probabilitas campur tangan AI dalam konten berupa teks, gambar, video, dan audio.

    Hasil pengidentifikasian Hive Moderation menunjukkan, suara Khofifah membagikan bantuan Rp 10 juta memiliki probabilitas 99,8 persen dihasilkan AI.

    Kesimpulan

    Video Khofifah membagikan bantuan Rp 10 juta di TikTok merupakan konten manipulatif berbasis AI.

    Videonya merupakan suntingan dari foto Khofifah sehingga menghasilkan deepfake. Sementara suaranya memiliki probabilitas 99,8 persen dihasilkan oleh AI.

    Akun TikTok yang menyebarkan video tersebut bukan akun resmi milik Khofifah.

    Rujukan

  • (GFD-2024-23867) [HOAKS] Rano Karno Bagikan Rp 50 Juta Lewat TikTok

    Sumber:
    Tanggal publish: 06/11/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar sebuah video menampilkan calon wakil gubernur Jakarta nomor urut 3 Rano Karno. Video itu beredar di media sosial, terutama TikTok.

    Dalam video tersebut, Rano Karno atau akrab disapa Si Doel berjanji akan mengirim uang Rp 50 juta bagi pengguna TikTok yang mengikuti, menekan love, dan membagikan ulang video.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video tersebut merupakan konten manipulatif.

    Video Rano Karno membagikan uang Rp 50 juta disebarkan oleh akun TikTok ranokarnoo__1 pada 16 Oktober 2024. Arsipnya dapat dilihat di sini.

    Berikut perkataan Rano Karno dalam video:

    Halo semuanya! Saya Rano Karno. Saya mencalonkan diri sebagai calon gubernur di Jakarta. Siapa saja yang dukung saya jadi cagub, berlimpahnya rezeki yang sudah diberikan kepada saya.

    Hari ini saya berbagi rezeki, di akun TikTok yang baru ini. Bagi siapa saja yang kebetulan menemukan postingan ini, saya kirim Rp 50 juta langsung. Apabila Anda sudah follow, tekan tanda love dan panah.

    Ini berlaku bagi siapa saja dan di mana saja ya. Saya akan kirim asal digunakan dengan amanah untuk keluarga Anda.

    Hasil Cek Fakta

    Akun TikTok yang menyebarkan video pembagian uang Rp 50 juta bukanlah akun asli milik Rano Karno.

    Akun resmi miliknya memiliki nama h.ranokarno disertai centang biru, tanda akun telah terverifikasi. Tidak ada video yang menjanjikan uang Rp 50 juta di akun tersebut.

    Adapun video yang beredar merupakan konten manipulatif.

    Video merupakan hasil suntingan dari foto Rano Karno saat mengunjungi kantor Viva.co.id dalam rangka promosi film Si Doel 2 The Movie, pada 2019.

    Foto tersebut disunting sehingga menghasilkan video deepfake.

    Sementara, suaranya dibuat dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

    Tim Cek Fakta Kompas.com mengeceknya dengan tools pendeteksi AI, Hive Moderation.

    Hasil pengidentifikasiannya menunjukkan, suara Rano Karno membagikan uang Rp 50 juta di TikTok memiliki probabilitas 99,9 persen dihasilkan oleh AI.

    Kesimpulan

    Video Rano Karno membagikan uang Rp 50 juta di TikTok merupakan konten manipulatif berbasis AI.

    Foto Rano Karno saat mempromosikan Si Doel 2 The Movie disunting sehingga menghasilkan deepfake. Sementara, suaranya dihasilkan oleh AI.

    Akun TikTok yang menyebarkan video tersebut bukan akun resmi milik Rano Karno.

    Rujukan

  • (GFD-2024-23866) Keliru, Selebritis Pendukung Calon Presiden Amerika Serikat Kamala Harris, Salma Hayek, Menjalankan Ritual Setan

    Sumber:
    Tanggal publish: 08/11/2024

    Berita



    Sebuah akun di Instagram [ arsip ] mengunggah video dengan klaim bahwa salah satu pendukung calon presiden Amerika Serikat, selebritis Salma Hayek, melakukan ritual satanik secaralive saat pesta Halloween. Perayaan Halloween dirayakan pada tanggal 31 Oktober setiap tahun. Perayaan ini merupakan malam sebelum Hari Raya Para Kudus (All Saints' Day) dalam tradisi Kristen Barat. 

    Konten tersebut memperlihatkan seorang perempuan berbaju hitam sedang memakan sesuatu berwarna merah. Akun tersebut menulis Salma Hayek merupakan salah satu artis Hollywood yang jadi pendukung Kamala Harris, Wakil Presiden AS yang maju sebagai Calon Presiden melawan Donald Trump dalam pemilu AS 2024. Selain artis lain seperti Bruce Springsteen, Joan Baez, Jon Bon Jovi, Neil Young, John Densmore, Willie Nelson, Stevie Wonder dan Eminem.



    Benarkah dalam video tersebut Salma Hayek melakukan ritual setan saat Pesta Halloween?

    Hasil Cek Fakta



    Tim Cek Fakta Tempo memverifikasi video tersebut dengan menelusuri sumber asli dan pemberitaan media kredibel.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, video tersebut identik dengan trailer film Tale of Tales yang diunggah di YouTube.



    Film Tale of Tales diproduksi tahun 2015 yang disutradarai Matteo Garrone dan dibintangi oleh Salma Hayek, Vincent Cassel, Toby Jones dan sejumlah bintang Hollywood lainnya. Kisah dalam film ini terinspirasi dari dongeng karya Giambattista Basile.

    Pencarian sumber terbuka dan media-media kredibel tidak menemukan berita dan pernyataan yang menyebut Salma Hayek mendukung Kamala Harris. Dilansir Vogue, ada sekitar 37 selebriti  Amerika Serikat yang menyatakan dukungan pada Kamala Harris sebagai Presiden di antaranya Julia Roberts, Bruce Springsteen, Lady Gaga, Eminem, Julia Roberts, Taylor Swift dan masih banyak lainnya.



    Tempo pernah mempublikasikan deretan artis yang menyatakan dukungan untuk Kamala Harris antara lain Leonardo di Caprio, Julia Roberts, George Clooney, Arnold Schwarzenegger, dan pemain seri Avangers yakni Paul Bettany, Mark Ruffalo, Danai Gurira, Don Cheadle, Chris Evans, Scarlett Johansson, and Robert Downey Jr.

    Sedangkan selebritis pendukung Donald Trump yaitu Hulk Hogan, Rob Schneider, Mel Gibson, dan Zachary Levi.

    Kesimpulan



    Berdasarkan pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan video Salma Hayek melakukan ritual satanik secara live saat pesta Halloween dan merupakan pendukung Kamala Harris adalahKeliru.

    Aksi Salma Hayek dalam video tersebut merupakan cuplikan adegan film berjudul Film Tale of Tales diproduksi tahun 2015, disutradarai Matteo Garrone dan dibintangi oleh Salma Hayek, Vincent Cassel, Toby Jones dan sejumlah bintang Hollywood lainnya. 

    Berdasarkan sumber terbuka tidak ditemukan berita atau statemen resmi bahwa Salma Hayek mendukung Kamala Harris dalam pencalonanya sebagai dalam Pemilu Amerika Serikat 2024.

    Rujukan

  • (GFD-2024-23865) Keliru, Monkeypox Merebak di Semua Negara dengan Tingkat Vaksinasi Covid-19 Tinggi

    Sumber:
    Tanggal publish: 08/11/2024

    Berita



    Sebuah narasi beredar di Facebook [ arsip ] yang menyatakan virus Monkeypox (Mpox) atau cacar monyet menjadi wabah yang merebak di negara-negara dengan tingkat vaksinasi yang tinggi.

    Pengunggah konten itu menyebut informasi tersebut dikutip dari seorang virologi terkemuka Dr. Poornima Wagh. Menurut dia, virus Mpox tidak pernah ada karena penyakit tersebut hanya efek dari vaksinasi COVID-19 secara massal yakni berupa  autoimun.



    Artikel ini akan memverifikasi dua hal: benarkah Mpox efek dari vaksin COVID-19 berupa autoimun? Kedua, benarkah Mpox banyak muncul di negara-negara dengan tingkat vaksinasi COVID-19 yang tinggi?

    Hasil Cek Fakta



    Sesungguhnya vaksin Covid-19 dan virus Mpox memiliki faktanya masing-masing dan tidak saling terhubung. Hal itu bisa diketahui dengan cara menelusuri informasi tentang waktu dan tempat kemunculannya, serta gejala yang muncul, dari sumber-sumber valid.

    Klaim 1: Mpox efek dari vaksin COVID-19 berupa autoimun

    Fakta: Mpox, COVID-19 dan autoimun sesungguhnya jenis penyakit yang berbeda, baik penyebab, gejala dan awal kemunculannya.

    Autoimun terjadi ketika imun di dalam tubuh melakukan reaksi imunitas terhadap organ di dalam tubuh Anda sendiri. Secara otomatis sel imun akan 'merusak' sel lain dalam tubuh Anda yang dianggap benda asing. Dikutip dari Hopkins Medicine, Dokter Spesialis Kesehatan Masyarakat, Ana-Maria Orbai, menjelaskan penyakit autoimun ada yang disebabkan oleh faktor genetik dari keluarganya, kemungkinan juga karena stres pada tubuh seseorang melebihi kemampuan sistem imun untuk mengatasinya. 

    Tempo pernah mempublikasikan bahwa gejala yang ditimbulkan autoimun mirip dengan penyakit lainnya, seperti kelelahan, penurunan berat badan, bengkak dan kemerahan, demam, mual, diare, dan sebagainya. Itu sebabnya, penyakit ini umumnya tidak langsung bisa diketahui dari gejala saja. Penyakit ini sebenarnya ada sejak lama, tapi baru tahun 2000-an menjadi sorotan dunia medis. 

    Dilansir website Badan Kesehatan Dunia ( WHO ), Mpox adalah penyakit yang disebabkan cacar monyet dengan gejala ruam kulit atau lesi mukosa yang dapat berlangsung 2–4 minggu disertai demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, energi rendah, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

    Penularan virus cacar monyet bisa terjadi melalui kontak dekat dengan orang yang menderita penyakit tersebut, atau benda yang terkontaminasi, misal penggunaan jarum suntik bergantian. Bisa juga melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi. Penularan pada bayi juga bisa terjadi saat kehamilan, kelahiran ataupun setelah kelahiran. Orang yang memiliki banyak pasangan seksual juga memiliki risiko lebih tinggi tertular Mpox.

    Virus yang menyebabkan sakit Mpox ditemukan pada koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian tahun 1958, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit ( CDC ) Amerika Serikat. Meskipun disebut cacar monyet, penyebab awal munculnya penyakit itu belum diketahui secara pasti. 

    Kasus pertama orang terinfeksi Mpox terjadi di wilayah yang saat ini bernama negara Kongo, di Afrika bagian tengah, tahun 1970. Kemudian tahun 2022, diketahui virus itu menular ke berbagai negara.

    Sedangkan COVID-19, dilansir website Federasi Internasional Produsen dan Asosiasi Farmasi ( IFPMA ) virus COVID-19 yang diketahui merebak di Kota Wuhan, Cina, pada akhir 2019 menyebabkan terjadinya pandemi global yang diakui secara resmi pada Maret 2020.

    Sejak saat itu, pengembangan vaksin untuk melawan virus tersebut dilakukan secara kolaboratif untuk mempercepat pembuatan vaksin yang efektif dan aman. Pada Desember 2020, vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech diluncurkan dengan izin darurat di Inggris.

    Vaksin lainnya diproduksi dan diedarkan se lolos berbagai uji, seperti Moderna, Sinovac dan AstraZeneca. Satu tahun kemudian, atau pada Desember 2021, setengah penduduk bumi atau sekitar 4 miliar manusia telah divaksin Covid-19.

    Klaim 2: Mpox banyak muncul di negara-negara dengan tingkat vaksinasi COVID-19 yang tinggi

    Fakta: Meski Mpox tidak terkait sebagai efek samping vaksin COVID-19, klaim bahwa kasus Mpox berada di negara-negara dengan persentase vaksinasi COVID-19 tertinggi juga tidak akurat. 

    Dilansir dashboard vaksinasi di website Badan Kesehatan Dunia ( WHO ), sepuluh negara yang dengan persentase tertinggi melakukan vaksinasi minimal satu dosis hingga 31 Desember 2023 adalah Brunei Darussalam, Nauru, Nieu, Palau, Puerto Rico, Tokelau, UAE, Qatar, Nikaragua, dan Nepal.

    Sedangkan negara-negara yang persentase tertinggi memberikan vaksinasi minimal satu kali booster yakni Chile, Bhutan, Singapura, Islandia, Brunei Darussalam, Kuba, Irlandia, Niue, Italia, dan Finlandia.



    Sementara sebuah penelitian di Jurnal Heliyon edisi Januari 2024, menyatakan sepuluh negara paling banyak terinfeksi Mpox adalah Amerika Serikat (26.834 kasus), Brasil (8.521 kasus), Spanyol (7.239 kasus), Prancis (4.064 kasus), Inggris (3.654 kasus), Jerman (3.651 kasus), Peru (2.768 kasus), Kolombia (2.730 kasus), Meksiko (2.147 kasus), Canada (1.411).

    Jurnal tersebut mengutip data dari WHO, yang dikumpulkan dari pemerintah masing-masing negara sejak 2022. Tahun 2024, sebaran Mpox kembali terkonsentrasi di Afrika, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera.

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan negara yang tingkat vaksinasi Covid-19-nya tinggi memiliki banyak kasus Mpox, adalah klaim yangkeliru.

    Penyakit Mpox lebih dulu terjadi pada sekitar 1970 yang disebabkan oleh virus cacar monyet. Sedangkan vaksin COVID-19 baru diproduksi pada tahun 2020, setelah merebaknya penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. 

    Rujukan