• (GFD-2025-25873) [HOAKS] Tidak Ada Media Nasional yang Meliput Aksi Indonesia Gelap

    Sumber:
    Tanggal publish: 26/02/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar narasi yang mengeklaim tidak ada televisi dan media nasional yang meliput aksi bertajuk Indonesia Gelap.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau merupakan hoaks.

    Informasi yang mengeklaim tidak ada televisi dan media nasional yang meliput aksi Indonesia Gelap disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, dan ini.

    Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Jumat (19/2/2025):

    Tidak ada tv yang meliput?

    YTTA : yang tahu tahu aja..(Media tv nasional or swasta diantara beberapa adl milik pejabat atau dibawah ancaman penguasa, jd tahu kan kenapa tidak ada yg berani liput)

    Hasil Cek Fakta

    Mahasiswa dan elemen masyarakat sipil melakukan rangkaian aksi unjuk rasa yang berlangsung di berbagai kota, bertajuk Indonesia Gelap, dimulai sejak Senin, 17 Februari 2025.

    Televisi dan media nasional meliput demonstrasi tersebut secara intens.

    Misalnya, liputan yang disiarkan Kompas TV, iNews, Metro TV, RCTI, dan TV One.

    Media daring nasional juga terpantau melaporkan rangkaian aksi Indonesia Gelap. Tidak hanya di Jakarta, tetapi di beberapa daerah.

    Laporan mengenai aksi Indonesia Gelap diliput oleh Kompas.com, Tempo.co, Liputan6.com, dan Detik.com.

    Hanya dengan pencarian sederhana di Google, dapat diketahui bahwa media nasional lainnya juga melaporkan aksi Indonesia Gelap.

    Kesimpulan

    Narasi yang mengeklaim tidak ada televisi dan media nasional yang meliput aksi Indonesia Gelap merupakan hoaks.

    Sejumlah stasiun televisi swasta menyiarkan rangkaian aksi Indonesia Gelap secara intens.

    Media daring dan media nasional lainnya terpantau meliput aksi Indonesia Gelap.

    Rujukan

  • (GFD-2025-25872) Keliru: Unggahan Vatican News tentang Paus Fransiskus Meninggal Dunia pada Februari 2025

    Sumber:
    Tanggal publish: 26/02/2025

    Berita

    Sebuah gambar tangkapan layar dari akun X Vatican News [arsip] memuat informasi bahwa Paus Fransiskus meninggal dunia pada pukul 19.39 waktu setempat.

    Unggahan berbahasa inggris ini ditemukan beredar di grup-grup WhatsApp umat Katolik sejak tanggal 23 Februari 2025 dengan narasi: “Dengan kesedihan yang mendalam, kami mengumumkan meninggalnya Bapa Suci tercinta, Jorge Mario Bergoglio. Paus Fransiskus memasuki peristirahatan abadi hari ini pada pukul 19:39, di Rumah Sakit Universitas Agostino Gemelli di Roma”. 

    Terdapat juga poster dengan foto Paus Fransiskus bertuliskan “Kami berterima kasih atas pelayanannya yang setia dan berdoa untuk ketenangan jiwanya. Paus Fransiskus, terima kasih atas bimbingan, kasih sayang, dan pelayanan yang tak tergoyahkan kepada Gereja. Beristirahatlah sekarang dalam pelukan abadi kasih Tuhan. Paus Fransiskus 1936-2025.”



    Benarkan unggahan Paus Fransiskus meninggal dunia itu berasal dari akun Vatican News?

    Hasil Cek Fakta

    Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa unggahan tersebut tidak dipublikasikan oleh akun Vatican News, akun resmi Tahta Suci Vatikan. Dalam pernyataan pers terbaru pada Selasa, 25 Februari 2025 bahwa kondisi Paus masih kritis namun stabil.  

    Tim Cek Fakta Tempo memverifikasi klaim dalam unggahan tersebut menelusuri sumber, pernyataan resmi Gereja Katolik dan wawancara.

    Unggahan seperti konten yang beredar tersebut, tidak ditemukan pada akun X Vatican News.



    Pada tanggal 14 Februari, akun X Vatican News menjelaskan, Paus Fransiskus menjalani perawatan karena bronkitis di Rumah Sakit Universitas Agostino Gemelli di Roma. Kabar tentang kondisi kesehatan dipublikasikan secara rutin melalui media resmi kepausan tersebut.

    Berikutnya, pada tanggal 21 Februari 2025, kepala tim kesehatan Paus, Dr Sergio Alfieri, dan Wakil Direktur Layanan Kesehatan Vatikan, Dr. Luigi Carbone, dalam sesi jumpa pers mengatakan, Paus Fransiskus tidak dalam bahaya kematian tetapi dia juga tidak sepenuhnya keluar dari bahaya.

    Dilansir laman Vatican News pada 24 Februari 2025, berdasarkan pernyataan resmi Juru bicara Kantor Pers Tahta Suci Vatikan Matteo Bruni, gangguan pernafasan seperti asma yang dialami Sri Paus sudah membaik dan saat ini masih dalam pengawasan dokter.

    Pernyataan pers terbaru dikeluarkan Vatican News pada Selasa, 25 Februari 2025. Akun tersebut menjelaskan: “Kondisi klinis Bapa Suci tetap kritis namun stabil. Tidak ada episode pernafasan akut, dan parameter hemodinamik terus stabil. Pada malam hari, ia menjalani CT scan terjadwal untuk memantau pneumonia bilateral secara radiologis. Prognosisnya tetap hati-hati.”

    Dilansir Catholic News Agency, berdasarkan keterangan dokter kepausan, Paus Fransiskus menderita infeksi saluran pernafasan, pneumonia ganda, dan penyakit kronis. Perkembangan terbaru menunjukkan parameter hemodinamik.

    Paus Fransiskus saat ini berusia 88 tahun. Ia mulai dirawat di Rumah Sakit Gemelli Roma sejak 14 Februari 2025 atau telah dirawat selama 11 hari. Hal ini menjadi masa rawat inap terlama sejak ia menduduki tahta suci 12 tahun lalu.

    Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Romo Siswantoko, dalam wawancara melalui telepon kepada Tempo, 26 Februari 2025, mengatakan saat ini Bapa Suci Paus Fransiskus memang sedang sakit dan masih dalam perawatan.

    “Kabar Sri Paus meninggal itu tidak benar,” katanya.

    Ia mengatakan, semua informasi resmi terkait Paus harus melalui Sekretariat Negara Vatikan lalu diteruskan kepada kedutaan Vatikan yang ada di tiap negara.

    “Kalau di Indonesia, pemberitahuan resmi terkait kondisi Sri Paus disampaikan melalui Kedutaan Besar Vatikan sebagai perwakilan Tahta Suci di Indonesia,” tegas Siswantoko.

    Kesimpulan

    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, gambar tangkap layar yang menyebutkan Paus Fransiskus meninggal dunia adalah keliru.

    Setelah dirawat inap pada 14 Februari di Rumah Sakit Universitas Agostino Gemelli di Roma akibat penyakit bronkitis yang dideritanya, kondisi kesehatan Paus Fransiskus mulai membaik. Dalam pernyataan terbaru Vatican News, kondisi Paus tetap kritis namun stabil. Paus juga sudah mulai beraktivitas. Saat ini dokter tetap melakukan perawatan intensif mengingat kondisi klinis kompleks yang dialami.

    Rujukan

  • (GFD-2025-25871) Sebagian Benar: Klaim Cara Penyembuhan Fatty Liver

    Sumber:
    Tanggal publish: 26/02/2025

    Berita

    Sebuah narasi yang didukung gambar-gambar tentang penyakit fatty liver beredar di Threads [arsip]. Narator mengklaim bahwa hati, organ vital yang bekerja 24/7 untuk membersihkan racun dari tubuh bisa 'tersumbat' oleh lemak.

    Menurutnya, fatty liver adalah silent killer modern yang sering terabaikan—bahkan tanpa gejala jelas di awal. Si pengunggah lalu memberi 7 langkah alami mengatasi fatty liver, di antaranya mengganti gula dengan madu, sirup maple, atau stevia, mengurangi karbohidrat olahan, mengganti jus buah, mandi uap, dan puasa.



    Lalu, benarkah apa yang disampaikan tersebut merupakan cara penyembuhan fatty liver?

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Tempo memverifikasi klaim di atas dengan menghubungi dokter ahli penyakit dalam yang juga guru besar dari Universitas Indonesia, Prof. Zubairi Djoerban. Ia menjelaskan bahwa sebagian dari yang ditulis di atas benar. Sebab, penanganan fatty liver bergantung pada jenis penyebabnya.

    Fatty liver, kata Zubairi, adalah penyakit yang disebabkan oleh penumpukan lemak di liver. Penyebabnya dibagi dalam dua kelompok besar, yakni karena alkohol dan non alkohol.

    Penanganan fatty liver akibat alkohol adalah dengan menghentikan konsumsi alkohol. Ini dikarenakan alkohol dalam 2 pekan saja dapat memicu perlemakan hati. Faktor risiko karena alkohol ini bisa terjadi kalau pasien peminum berat, yakni konsumsi lebih dari 8 kali per minggu untuk perempuan dan 15 kali per minggu untuk laki-laki.

    “Kalau stop (minum alkohol), maka masih mungkin untuk melakukan recovery atau pemulihan. Penumpukan lemak di livernya bisa hilang,” kata Prof. Zubairi kepada Tempo, Selasa, 25 Februari 2025.

    Sedangkan penyebab perlemakan hati bukan karena alkohol disebut Nonalcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) atau dysfunction-associated steatotic liver disease (MASLD). Terbagi lagi menjadi Simple fatty liver, yang tidak menyebabkan inflamasi atau merusak liver dan nonalcoholic steatohepatitis (NASH). Tipe kedua ini terjadi peradangan di liver menyebabkan yang berpotensi pada terjadinya kerusakan di hati. Kerusakan ini dalam jangka panjang bisa menjadi serius atau menjadi kanker hati.

    Menurut Zubairi, pada prinsipnya ada beberapa tips untuk mengatasi atau mencegah perlemakan hati, antara lain:

    Dikutip dari situs Liverfoundation.org, belum ada obat yang disetujui untuk penyakit hati berlemak non alkohol. Mengkonsumsi makanan yang sehat dan menambahkan gerakan fisik setiap hari dapat membantu mencegah kerusakan hati atau mengembalikannya seperti semula.

    Berikut beberapa saran bagi penderita NAFLD:

    Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang untuk menurunkan peluang seseorang terkena NAFLD, di antaranya:

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa yang disampaikan dalam konten tersebut sebagai cara penyembuhan fatty liver adalah sebagian benar. 

    Secara umum, menerapkan gaya hidup sehat, makan makanan bernutrisi, dan membatasi konsumsi alkohol dapat menyembuhkan fatty liver. Namun, fatty liver terbagi dalam beberapa jenis bergantung penyebabnya; akibat konsumsi alkohol atau bukan. Sementara itu, belum ada obat yang disetujui untuk penyakit hati berlemak non alkohol, apalagi mengganti jus buah dan gula seperti yang disebutkan dalam konten yang beredar.

    Rujukan

  • (GFD-2025-25870) Keliru: Dokter Tony Setiobudi Menemukan Metode Pengobatan Diabetes

    Sumber:
    Tanggal publish: 26/02/2025

    Berita

    Sebuah video yang memuat klaim bahwa dr. Tony Setiobudi menemukan pengobatan diabetes, beredar di Facebook [arsip]. Ia mengatakan sudah menghabiskan 17 tahun terakhir untuk mempelajari semua metode pengobatan diabetes, termasuk menghabiskan tujuh tahun dan lebih dari juta juta ringgit untuk penelitian. 

    Dalam video itu, menurut dia, penyebab diabetes adalah kekurangan magnesium. “Kami menemukan metode menormalkan kadar magnesium dalam tubuh dengan air garam dan nasi,” kata Tony.



    Benarkah dr. Tony Setiobudi menemukan metode mengobati diabetes?

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Tempo memeriksa klaim video ini dengan bantuan Google Lens dan penelusuran YouTube dengan kata kunci. Hasilnya bahwa video tersebut telah disunting dari video aslinya dengan kecerdasan buatan. 

    Tony Setiobudi bukan dokter endokrin yang berfokus pada pengobatan diabetes. Faktanya, Tony adalah dokter spesialis bedah tulang dan ortopedi di Rumah Sakit Mount Elizabeth Hospital, Singapura.   



    Video asli Tony Setiobudi tersebut pernah diunggah di akun YouTube  Dr Tony Setiobudi - Mount Elizabeth Hospital berjudul Masukan Ke Menteri Kesehatan Tentang RUU Omnibus Law Kesehatan pada 17 Maret 2023. 

    Dalam video berdurasi 14 menit 49 detik tersebut, Tony menjelaskan mengenai pentingnya RUU Omnibus Law kesehatan yang akan mendorong transformasi kesehatan di Indonesia. Ia juga memberikan rekomendasi agar dunia kedokteran Indonesia menjadi lebih maju.

    Tim Cek Fakta Tempo kemudian memeriksa keaslian audio menggunakan HIVE Moderation. Hasil AI-Generated Content Detection ini menunjukkan 99 persen video Tony Setiobudi dihasilkan oleh kecerdasan buatan atau konten deepfake.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan video dr. Tony Setiobudi menemukan metode pengobatan diabetes adalah keliru.

    Video merupakan hasil rekayasa menggunakan AI-generated audio.

    Rujukan