KOMPAS.com - Di media sosial beredar unggahan video dengan narasi adanya aksi demonstrasi menuntut penangkapan Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Dalam video terlihat aksi demonstrasi di depan sebuah gedung. Narasi yang menyatakan demonstrasi itu menuntut penangkapan Jokowi dan pemakzulan Gibran terlihat dalam teks di dalam video.
Namun, setelah ditelusuri, narasi dalam video itu tidak benar atau hoaks.
Video yang diklaim menampilkan aksi demonstrasi menuntut penangkapan Jokowi dan pemakzulan Gibran salah satunya dibagikan akun Facebook ini. Ada kemungkinan juga video yang sama diunggah akun lain.
Dalam video, tampak kerumunan demonstran mencoba masuk ke dalam sebuah gedung.
Keterangan dalam video yakni sebagai berikut:
DEMO TANGKAP JOKOWI DAN MAKZULKAN GIBRAN BERGEMA LAGI, DAN AKAN TERUS BERGEMA
Akun Facebook Tangkapan layar Facebook video yang diklaim menampilkan demonstrasi menuntut penangkapan Jokowi dan pemakzulan GibranPenelusuran Kompas.com
Penelusuran menggunakan teknik reverse image search menemukan bahwa video itu identik dengan unggahan akun TikTok ini pada 24 Juli 2025.
Keterangan dalam unggahan menyebutkan, video itu adalah momen ketika sejumlahmasyarakat adat dan mahasiswa melakukan demonstrasi di halaman DPRD Kalimantan Barat (Kalbar).
Dalam aksinya, mereka menyuarakan penolakan terhadap program transmigrasi yang dikhawatirkan dapat mengancam hak dan kesejahteraan warga lokal.
Dikutip dari Tribun Pontianak, massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Adat Kalbar melakukan aksi demonstrasi di halaman DPRD Kalbar pada 21 Juli 2025.
Koordinator lapangan aksi, Endro, menyebut program transmigrasi yang selama ini berjalan tidak memberikan pemerataan fasilitas publik, seperti listrik, pelatihan, dan pembinaan ekonomi.
Ia menilai kebijakan tersebut lebih banyak memberikan manfaat kepada pendatang dibandingkan warga asli Kalbar.
Aksi demonstrasi itu tidak menyatakan tuntutan terkait penangkapan Jokowi atau pemakzulan Gibran.
(GFD-2025-28252) [HOAKS] Video Demonstrasi Menuntut Penangkapan Jokowi dan Pemakzulan Gibran
Sumber:Tanggal publish: 02/08/2025
Berita
Hasil Cek Fakta
Kesimpulan
Video yang diklaim menampilkan demonstrasi menuntut penangkapan Jokowi dan pemakzulan Gibran merupakan narasi tidak benar atau hoaks.
Faktanya, video itu adalah momen ketika massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Adat Kalimantan Barat melakukan aksi demonstrasi di halaman DPRD Kalbar pada 21 Juli 2025.
Dalam aksinya mereka menolak program transmigrasi yang dikhawatirkan dapat mengancam hak dan kesejahteraan warga lokal.
Faktanya, video itu adalah momen ketika massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Adat Kalimantan Barat melakukan aksi demonstrasi di halaman DPRD Kalbar pada 21 Juli 2025.
Dalam aksinya mereka menolak program transmigrasi yang dikhawatirkan dapat mengancam hak dan kesejahteraan warga lokal.
Rujukan
- https://www.facebook.com/share/v/1CPTps3w3N/
- https://www.tiktok.com/@kaltengundercover/video/7530469275602128184?_r=1&_t=ZS-8yWuTsMy93p
- https://pontianak.tribunnews.com/2025/07/21/aliansi-lintas-etnis-kalbar-tolak-transmigrasi-masyarakat-lokal-hanya-jadi-penonton
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
(GFD-2025-28251) [HOAKS] Tautan untuk Dapat Program Bantuan Dana Kopdes Merah Putih
Sumber:Tanggal publish: 02/08/2025
Berita
KOMPAS.com - Di media sosial beredar tautan yang diklaim untuk mengakses program bantuan dana Rp 2 juta mengatasnamakan Koperasi Desa Merah Putih.
Tautan ini disertakan dalam sejumlah unggahan yang tayang pada akhir Juli 2025.
Namun, berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, tautan tersebut hoaks.
Tautan yang diklaim untuk mengakses program bantuan dana Kopdes Merah Putih dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini, pada 30-31 Juli 2025.
Berikut narasi yang dibagikan:
PROGRAM KOPERASI DESA MERAH PUTIH
Dapatkan Bantuan Dana Hingga Rp2.000.000Dalam rangka memeriahkan Kemerdekaan RI ke-80, Koperasi Desa Merah Putih membuka program dukungan dana koperasi untuk masyarakat Indonesia.
Pendaftaran gratis & tanpa dipungut biayaProses mudah dan cepat, langsung via online
Diperuntukkan bagi masyarakat desa yang membutuhkan modal atau bantuan finansialData Anda aman dan hanya digunakan untuk proses verifikasi internal koperasi.
Periode terbatas menjelang HUT RI – Segera daftarkan diri Anda! Klik di sini untuk mendaftar
Tautan ini disertakan dalam sejumlah unggahan yang tayang pada akhir Juli 2025.
Namun, berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, tautan tersebut hoaks.
Tautan yang diklaim untuk mengakses program bantuan dana Kopdes Merah Putih dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini, pada 30-31 Juli 2025.
Berikut narasi yang dibagikan:
PROGRAM KOPERASI DESA MERAH PUTIH
Dapatkan Bantuan Dana Hingga Rp2.000.000Dalam rangka memeriahkan Kemerdekaan RI ke-80, Koperasi Desa Merah Putih membuka program dukungan dana koperasi untuk masyarakat Indonesia.
Pendaftaran gratis & tanpa dipungut biayaProses mudah dan cepat, langsung via online
Diperuntukkan bagi masyarakat desa yang membutuhkan modal atau bantuan finansialData Anda aman dan hanya digunakan untuk proses verifikasi internal koperasi.
Periode terbatas menjelang HUT RI – Segera daftarkan diri Anda! Klik di sini untuk mendaftar
Hasil Cek Fakta
Setelah diperiksa, tautan yang beredar di Facebook itu tidak mengarah ke situs resmi Kementerian Koperasi (Kemenkop) atau Kopdes Merah Putih.
Tautan tersebut mengarah ke situs terindikasi phishing. Indikasi ini terlihat dengan adanya permintaan agar pengunjung memasukkan nama lengkap dan nomor akun Telegram aktif.
Selain itu, informasi terkait prgram bantuan dana tersebut tidak ditemukan di laman media sosial resmi Kemenkop.
Ketika dikonfirmasi Kompas.com pada Jumat (1/8/2025), pihak Kemenkop menyatakan bahwa tautan tersebut tidak mengarah ke situs resmi Kopdes Merah Putih dan merupakan hoaks.
Tautan tersebut mengarah ke situs terindikasi phishing. Indikasi ini terlihat dengan adanya permintaan agar pengunjung memasukkan nama lengkap dan nomor akun Telegram aktif.
Selain itu, informasi terkait prgram bantuan dana tersebut tidak ditemukan di laman media sosial resmi Kemenkop.
Ketika dikonfirmasi Kompas.com pada Jumat (1/8/2025), pihak Kemenkop menyatakan bahwa tautan tersebut tidak mengarah ke situs resmi Kopdes Merah Putih dan merupakan hoaks.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, tautan yang beredar di Facebook dan diklaim untuk mengakses program bantuan dana Kopdes Merah Putih adalah hoaks.
Tautan itu tidak mengarah ke situs resmi Kopdes Merah Putih, dan terindikasi phishing karena meminta pengunjung memasukkan data pribadi.
Tautan itu tidak mengarah ke situs resmi Kopdes Merah Putih, dan terindikasi phishing karena meminta pengunjung memasukkan data pribadi.
Rujukan
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid0BD66gQGuFWJya4sHdDVoPUkTW5Q2bbXQ8PgV1z61SRduCMYL7y2HrvKecfqtdYpKl&id=61578616060411
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid02Vtn9M1yGC9fzufByX62ZdF1dGdQ85bZDregBfQREosY41ZZpHHSnkrrQfoiy5B9Ul&id=61578772298474
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid09MxG9aszXFknUPYSXHfuSD67c8J9ciYkCXX5cHKjuCEQwhk1cQNEGuPtDYxPRujal&id=61578616060411
- https://www.instagram.com/kemenkop/
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
(GFD-2025-28250) Keliru: Pesan Berantai dari Yusril Ihza Mahendra tentang Cengkeraman Cina
Sumber:Tanggal publish: 04/08/2025
Berita
SEBUAH pesan berantai yang diklaim berasal dari tulisan Menteri Koordinator Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Imigrasi, dan Pemasyarakatan, Yusril Ihza Mahendra, beredar di WhatsApp baru-baru ini. Konten yang sama juga dapat diakses di Facebook [arsip].
Pesan itu memuat judul mengenai cengkeraman Cina yang membebani generasi muda Indonesia. Cengkeraman oleh Cina ini menjadi salah satu dari empat serangan lain yakni Komunis, Yahudi, Syiah, dan para munafik.
Tempo menerima permintaan pembaca untuk memverifikasi konten tersebut. Benarkah pesan berantai itu berasal dari tulisan Yusril Ihza Mahendra?
Pesan itu memuat judul mengenai cengkeraman Cina yang membebani generasi muda Indonesia. Cengkeraman oleh Cina ini menjadi salah satu dari empat serangan lain yakni Komunis, Yahudi, Syiah, dan para munafik.
Tempo menerima permintaan pembaca untuk memverifikasi konten tersebut. Benarkah pesan berantai itu berasal dari tulisan Yusril Ihza Mahendra?
Hasil Cek Fakta
Tempo memverifikasi narasi tersebut menggunakan sumber-sumber dari media kredibel di Indonesia. Hasilnya, pesan berantai tersebut pernah beredar sejak 2017 dan tidak berasal dari tulisan Yusril Ihza Mahendra.
Jejak pesan berantai tersebut pernah dipublikasikan oleh situs media Rmol.id edisi 13 April 2017. Narasi itu beredar menjelang putaran kedua masa pemungutan suara Pilkada Jakarta yang diikuti oleh pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno serta pasangan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Selama Pilkada tersebut, Basuki alias Ahok yang berlatar belakang peranakan Cina dan Kristen, banyak mendapatkan ujaran kebencian.
Pemungutan suara Pilkada Jakarta putaran pertama berlangsung pada 15 Februari 2017. Saat itu, pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat menempati posisi pertama dengan 42,96 % suara. Di posisi kedua, Anies Baswedan-Sandiaga Uno dengan 39,97% suara dan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang mendapatkan 17,06% suara.
Karena belum ada pasangan yang meraih 50 persen+1 suara sebagai syarat menang, maka Pilkada Jakarta berlangsung dua putaran. Putaran kedua tersebut digelar pada 19 Februari 2017.
Dalam artikel di RMOL tersebut, Yusril membantah bahwa pesan berantai tersebut berasal dari tulisannya. Dia mengatakan gaya bahasa pesan tersebut tidak seperti miliknya. Dia meminta agar masyarakat tidak lagi meneruskan atau menyebarkan pesan yang berisi kebohongan tersebut.
"Saya tegaskan sekali lagi bahwa ini hoax, bukan tulisan saya. Ada kata "saudaraku seiman" yang tidak biasa digunakan oleh seorang muslim seperti saya," kata Yusril dikutip dari situs RMOL.
Tahun 2018 narasi serupa disebar kembali, dan mendapatkan bantahan lagi dari Yusril. Dikutip dari Bisnis.com, dia mengutuk keras pesan bohong yang mencomot namanya.
Pada tahun ini, isi pesan berantai ditambah dengan narasi, sekitar 200 juta orang Cina akan pindah warga negara sebagai WNI, umat Muslim dipaksa untuk meninggalkan agamanya, serta pemilu di level pusat hingga daerah akan dimenangkan oleh Cina.
Pesan berantai tersebut beredar, menjelang Pemilu 2019 yang diikuti Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Jejak pesan berantai tersebut pernah dipublikasikan oleh situs media Rmol.id edisi 13 April 2017. Narasi itu beredar menjelang putaran kedua masa pemungutan suara Pilkada Jakarta yang diikuti oleh pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno serta pasangan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Selama Pilkada tersebut, Basuki alias Ahok yang berlatar belakang peranakan Cina dan Kristen, banyak mendapatkan ujaran kebencian.
Pemungutan suara Pilkada Jakarta putaran pertama berlangsung pada 15 Februari 2017. Saat itu, pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat menempati posisi pertama dengan 42,96 % suara. Di posisi kedua, Anies Baswedan-Sandiaga Uno dengan 39,97% suara dan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang mendapatkan 17,06% suara.
Karena belum ada pasangan yang meraih 50 persen+1 suara sebagai syarat menang, maka Pilkada Jakarta berlangsung dua putaran. Putaran kedua tersebut digelar pada 19 Februari 2017.
Dalam artikel di RMOL tersebut, Yusril membantah bahwa pesan berantai tersebut berasal dari tulisannya. Dia mengatakan gaya bahasa pesan tersebut tidak seperti miliknya. Dia meminta agar masyarakat tidak lagi meneruskan atau menyebarkan pesan yang berisi kebohongan tersebut.
"Saya tegaskan sekali lagi bahwa ini hoax, bukan tulisan saya. Ada kata "saudaraku seiman" yang tidak biasa digunakan oleh seorang muslim seperti saya," kata Yusril dikutip dari situs RMOL.
Tahun 2018 narasi serupa disebar kembali, dan mendapatkan bantahan lagi dari Yusril. Dikutip dari Bisnis.com, dia mengutuk keras pesan bohong yang mencomot namanya.
Pada tahun ini, isi pesan berantai ditambah dengan narasi, sekitar 200 juta orang Cina akan pindah warga negara sebagai WNI, umat Muslim dipaksa untuk meninggalkan agamanya, serta pemilu di level pusat hingga daerah akan dimenangkan oleh Cina.
Pesan berantai tersebut beredar, menjelang Pemilu 2019 yang diikuti Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Kesimpulan
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan pesan berantai tentang lima kekuatan besar yang menyerang Indonesia secara sistematis yang ditulis Prof Yusril Ihza Mahendra adalah klaim keliru.
Rujukan
- https://www.facebook.com/jamilah.wulandari.92/videos/821847482000965/
- https://perma.cc/GH4R-3HXP
- https://rmol.id/politik/read/2017/04/13/287522/yusril-ihza-mahendra-klarifikasi-tulisan-hoax-ini
- https://www.theindonesianinstitute.com/melihat-hasil-pilkada-dki-jakarta-2017/
- https://kabar24.bisnis.com/read/20180222/15/741725/jadi-korban-hoax-yusril-kata-saudaraku-seiman-bukan-gaya-saya /cdn-cgi/l/email-protection#1c7f79777a7d77687d5c6879716c73327f73327578
(GFD-2025-28249) Keliru: Video Mobil Berisi 30 Ton Ginjal Manusia
Sumber:Tanggal publish: 04/08/2025
Berita
SEBUAH video yang diklaim sebagai penggerebekan sebuah mobil berisi 30 ton organ ginjal manusia, beredar di WhatsApp, Facebook [arsip] dan Instagram pada 21 Juli 2025.
Video itu memperlihatkan sejumlah petugas berseragam dan bersenjata mengelilingi sebuah mobil box pada malam hari. Narator dalam video itu menjelaskan bahwa mobil itu membawa 30 ton ginjal dan organ tubuh manusia untuk diperdagangkan secara ilegal di pasar internasional.
Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah ada penggerebekan mobil yang mengangkut 30 ton organ tubuh manusia?
Video itu memperlihatkan sejumlah petugas berseragam dan bersenjata mengelilingi sebuah mobil box pada malam hari. Narator dalam video itu menjelaskan bahwa mobil itu membawa 30 ton ginjal dan organ tubuh manusia untuk diperdagangkan secara ilegal di pasar internasional.
Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah ada penggerebekan mobil yang mengangkut 30 ton organ tubuh manusia?
Hasil Cek Fakta
Tempo memverifikasi video itu dengan memindainya menggunakan alat pendeteksi akal imitasi. Tempo juga bekerja sama dengan Deepfakes Analysis Unit (DAU) dari Misinformation Combat Alliance, India, memverifikasi keaslian konten tersebut. Hasil verifikasi menunjukkan, video tersebut buatan teknologi akal imitasi atau artificial intelligence (AI).
Hasil analisis menggunakan alat pendeteksi akal imitasi, Hive Moderation, menyimpulkan, 99,9 persen video dibuat menggunakan kecerdasan buatan. Demikian juga dengan audio juga dibuat dengan AI, berdasarkan analisis menggunakan Hiya Deepfake Voice Detector.
Deepfakes Analysis Unit (DAU) juga menemukan kejanggalan pada frame menit ke-02:20. Terdapat keanehan pada tulisan ‘interpol’ yang pudar di bagian awalnya, padahal tak tertutup benda apapun. Demikian pula tulisan di papan nama meja yang tak jelas, padahal ukurannya cukup besar.
Kemudian pada menit ke-02:56, terdapat kejanggalan pada bekas jahitan operasi di dada yang tak lazim karena di sana letak tulang rusuk paling kuat. Apalagi bila dikaitkan dengan narasi pengambilan ginjal, letak bekas operasinya tak masuk akal.
Kejanggalan pada menit ke-03:26 tampak pada sosok polisi yang terlihat mengetik tapi tidak menghadap monitor komputernya. Tampilan monitor juga tidak masuk akal, ditambah ada tempelan kantung infus yang menambah keanehan pada visual.
Kejanggalan juga tampak dari tampilan video mirip konferensi pers pada menit ke-09:24. Arah beberapa kameramen terlihat tidak mengarah pada para pejabat, melainkan ke arah yang lain.
Kamera yang menyorot para narasumber juga tak menunjukkan tampilan yang sesuai di layarnya. Keanehan juga terdeteksi dari tulisan di papan nama meja yang buram, padahal ukurannya cukup besar.
DAU menarik kesimpulan, hampir di setiap frame menunjukkan gambar-gambar tersebut dihasilkan oleh akal imitasi. “Ada efek 'salju' aneh yang ditambahkan ke setiap gambar,” kata DAU dalam analisis tertulis yang diterima Tempo, Jumat, 1 Agustus 2025.
Efek salju aneh yang dimaksud adalah taburan bintik-bintik putih yang mirip salju turun dari angkasa. Efek tersebut dimasukkan ke dalam video untuk menyamarkan kejanggalan-kejanggalan bahwa video itu dibuat oleh AI, sehingga mengecoh alat analisis.
Aplikasi pendeteksi suara AI yang digunakan analis DAU, Hive AI Audio Classifier dan Hiya Audio Intelligence, menunjukkan suara dalam video yang beredar juga dibuat menggunakan AI.
Kasus Perdagangan Organ di Indonesia
Tidak ada kasus terbaru bahwa Kepolisian RI membongkar jaringan perdagangan organ manusia. Kasus yang pernah ada terjadi pada 2016. Saat itu, Bareskrim Polri mengungkap sindikat penjualan organ ginjal dan menangkap tiga orang pelaku. Ada sekitar 15 korban yang telah mendonorkan ginjalnya dalam kasus ini.
Kasus terakhir yang dirilis oleh Kepolisian terjadi pada 2023 di Perum Vila Mutiara Gading Jalan Viano IX Desa Setia Asih, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi. Jumlah korban mencapai 122 orang. Mereka diduga bakal dibawa ke Kamboja untuk menjalani operasi pengambilan ginjal di sana.
Hasil analisis menggunakan alat pendeteksi akal imitasi, Hive Moderation, menyimpulkan, 99,9 persen video dibuat menggunakan kecerdasan buatan. Demikian juga dengan audio juga dibuat dengan AI, berdasarkan analisis menggunakan Hiya Deepfake Voice Detector.
Deepfakes Analysis Unit (DAU) juga menemukan kejanggalan pada frame menit ke-02:20. Terdapat keanehan pada tulisan ‘interpol’ yang pudar di bagian awalnya, padahal tak tertutup benda apapun. Demikian pula tulisan di papan nama meja yang tak jelas, padahal ukurannya cukup besar.
Kemudian pada menit ke-02:56, terdapat kejanggalan pada bekas jahitan operasi di dada yang tak lazim karena di sana letak tulang rusuk paling kuat. Apalagi bila dikaitkan dengan narasi pengambilan ginjal, letak bekas operasinya tak masuk akal.
Kejanggalan pada menit ke-03:26 tampak pada sosok polisi yang terlihat mengetik tapi tidak menghadap monitor komputernya. Tampilan monitor juga tidak masuk akal, ditambah ada tempelan kantung infus yang menambah keanehan pada visual.
Kejanggalan juga tampak dari tampilan video mirip konferensi pers pada menit ke-09:24. Arah beberapa kameramen terlihat tidak mengarah pada para pejabat, melainkan ke arah yang lain.
Kamera yang menyorot para narasumber juga tak menunjukkan tampilan yang sesuai di layarnya. Keanehan juga terdeteksi dari tulisan di papan nama meja yang buram, padahal ukurannya cukup besar.
DAU menarik kesimpulan, hampir di setiap frame menunjukkan gambar-gambar tersebut dihasilkan oleh akal imitasi. “Ada efek 'salju' aneh yang ditambahkan ke setiap gambar,” kata DAU dalam analisis tertulis yang diterima Tempo, Jumat, 1 Agustus 2025.
Efek salju aneh yang dimaksud adalah taburan bintik-bintik putih yang mirip salju turun dari angkasa. Efek tersebut dimasukkan ke dalam video untuk menyamarkan kejanggalan-kejanggalan bahwa video itu dibuat oleh AI, sehingga mengecoh alat analisis.
Aplikasi pendeteksi suara AI yang digunakan analis DAU, Hive AI Audio Classifier dan Hiya Audio Intelligence, menunjukkan suara dalam video yang beredar juga dibuat menggunakan AI.
Kasus Perdagangan Organ di Indonesia
Tidak ada kasus terbaru bahwa Kepolisian RI membongkar jaringan perdagangan organ manusia. Kasus yang pernah ada terjadi pada 2016. Saat itu, Bareskrim Polri mengungkap sindikat penjualan organ ginjal dan menangkap tiga orang pelaku. Ada sekitar 15 korban yang telah mendonorkan ginjalnya dalam kasus ini.
Kasus terakhir yang dirilis oleh Kepolisian terjadi pada 2023 di Perum Vila Mutiara Gading Jalan Viano IX Desa Setia Asih, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi. Jumlah korban mencapai 122 orang. Mereka diduga bakal dibawa ke Kamboja untuk menjalani operasi pengambilan ginjal di sana.
Kesimpulan
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan video yang beredar memperlihatkan penggerebekan mobil sayur yang membawa 30 ton ginjal manusia yang terlibat dalam perdagangan ilegal adalah klaim keliru.
Rujukan
- https://www.facebook.com/watch/?v=1076628540767038
- https://mvau.lt/media/8a9d905b-f21c-4817-aa95-af2835d8c4fa
- https://www.instagram.com/reel/DMXp7AzS2Yc/
- http://hivemoderation.com
- https://sumbar.antaranews.com/berita/169899/polri-kasus-perdagangan-ginjal-bukan-mal-praktik
- https://tribratanews.polri.go.id/blog/hukum-4/polri-bongkar-tppo-jual-beli-ginjal-ke-kamboja-korban-sampai-ratusan-orang-61240 /cdn-cgi/l/email-protection#f093959b96919b8491b084959d809fde939fde9994
Halaman: 678/7099


