• (GFD-2024-21237) Hoaks, KLB Polio Disebabkan Vaksin Polio Tipe-2

    Sumber:
    Tanggal publish: 20/07/2024

    Berita

    tirto.id - Beredar sebuah video di media sosial berisi pernyataan seseorang yang menyebut bahwa pemberian vaksin polio tipe-2 kepada anak-anak justru dapat memicu adanya wabah penyakit polio di Indonesia.

    Lebih lanjut, ia menyebut bahwa di Indonesia sudah lama sekali tidak ada wabah polio. Atas dasar hal tersebut, ia meminta pemerintah untuk secepatnya menghentikan pemberian vaksin polio tipe-2 kepada anak-anak.

    Berikut transkrip pernyataan seseorang tersebut dalam video:

    “Di Indonesia itu sudah lama sekali tidak ada wabah polio. Vaksin hanya diberikan untuk mencegah jika ada wabah, jika tidak ada wabah tidak ada yang perlu dicegah. KLB polio di Indonesia sudah dijelaskan secara detail oleh WHO akibat vaksin polio tipe-2.

    Solusinya adalah menghentikan vaksinasi polio tipe-2 secepatnya dan juga meningkatkan imunitas kita bukan dengan berkali-kali vaksin polio tipe-2 yang justru menyebabkan wabah kembali jika diberikan kepada anak yang tidak sehat.

    Vaksinasi tipe-2 itu yang mana? yang sedang diberikan kembali untuk anak-anak di sekolah-sekolah dan itu adalah vaksin hidup bukan vaksin mati dan itu berpotensi untuk menimbulkan KLB lagi jika diberikan kepada anak yang tidak sehat."

    Video tersebut ditemukan tersebar di sejumlah platfom media sosial seperti Whatsapp dan Instagram. Di Instagram, video tersebut diunggah oleh akun “bougenville_yy503” dan “kOnsp1r4s1.gl0b4l” pada Kamis (18/7/2024) dan Jumat (19/7/2024).

    Sepanjang Kamis (18/7/2024) hingga Sabtu (19/7/2024) atau selama dua hari tersebar di Instagram, salah satu unggahan tersebut telah memperoleh 305 tanda suka, 27 komentar dan telah dibagikan sebanyak 267 kali.

    Lantas, benarkah klaim dalam video tersebut?

    Hasil Cek Fakta

    Pertama-tama, perlu diketahui, menurut laman Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO), polio merupakan penyakit yang sangat menular dan sebagian besar menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun. Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen (sekitar 1 dari 200 infeksi) atau kematian (2-10 persen dari yang lumpuh).

    Virus polio ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui jalur tinja-oral atau, lebih jarang, melalui air atau makanan yang terkontaminasi. Virus ini berkembang biak di usus, dari mana ia dapat menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelumpuhan. Masa inkubasi biasanya 7-10 hari tetapi bisa berkisar antara 4-35 hari. Hingga 90 persen dari mereka yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala atau mengalami gejala ringan dan penyakit ini biasanya tidak terdiagnosis.

    Kembali ke klaim yang tersebar di media sosial. Tirto menelusuri sejumlah klaim yang disebut dalam video tersebut, di antaranya bahwa di Indonesia sudah tidak ada kasus polio dan klaim pemberian vaksin polio tipe-2 kepada anak-anak justru dapat memicu adanya wabah penyakit polio di Indonesia.

    Berdasarkan hasil penelusuran, kami menemukan keterangan resmi dari Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) yang menyebut bahwa saat ini Indonesia masih dikategorikan sebagai wilayah risiko tinggi penularan polio.

    Pada awal tahun 2024 ini, misalnya, Kemenkes melaporkan adanya temuan tiga kasus lumpuh layuh akut (acute flaccid paralysis) yang disebabkan oleh virus polio tipe-2 yang ditemukan terjadi di Pamekasan dan Sampang, Jawa Timur serta Klaten, Jawa Tengah.

    “Sejak akhir 2022 sampai saat ini telah terjadi beberapa KLB polio di Indonesia. Total ada 12 kasus kelumpuhan, 11 kasus disebabkan oleh virus polio tipe-2 dan satu kasus disebabkan oleh virus polio tipe-1," kata Plt Dirjen P2P Kemenkes, dr. Yudhi Pramono, MARS, dalam acara Temu Media Pekan Imunisasi Polio Nasional 2024, Jumat (19/7/2024).

    Sementara itu, Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan RI, dr. Prima Yosephine, M.K.M, menyebut bahwa virus polio dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan permanen terutama pada anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi secara lengkap.

    Lebih lanjut, ia menjelaskan, bahwa virus polio ini sangat menular. Lingkungan yang kotor serta perilaku hidup yang tidak bersih dan sehat merupakan faktor penularan polio.

    “Imunisasi polio lengkap itu diberikan melalui kombinasi dua jenis imunisasi polio, yaitu imunisasi polio tetes dan imunisasi polio suntik. Ini harus dua-duanya diberikan untuk terbentuknya kekebalan yang optimal terhadap virus polio,” ujarnya pada acara yang sama, Jumat (19/7/2024).

    Ia menambahkan, dalam rangka penanggulangan KLB dan pencegahan meluasnya transmisi virus polio di Indonesia, sejumlah pihak, termasuk Komite Imunisasi Nasional (KIN), Komite Ahli Surveilans PD31, WHO, dan UNICEF, justru merekomendasikan adanya pemberian imunisasi tambahan polio secara masal dan serentak di seluruh wilayah.

    Menanggapi rekomendasi tersebut, Prima mewakili Kemenkes mengatakan sebanyak 16,4 juta anak berusia 0-7 tahun, yang tersebar di 27 provinsi, ditargetkan menerima vaksin dalam Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio tahap 2 yang akan dimulai pada Selasa (23/7/2024).

    “Vaksin yang akan digunakan adalah vaksin polio tetes novel Oral Polio vaccine Type 2 (nOPV2). Vaksin ini memang hanya akan digunakan untuk menanggulangi KLB polio tipe-2,” tambahnya

    Lalu, menanggapi video yang beredar, bahwa pemberian vaksin polio tipe-2 kepada anak-anak justru dapat memicu adanya wabah penyakit polio di Indonesia, Prima menyebut bahwa narasi dalam video tersebut adalah hoaks.

    “Hoaks, imunisasi kan wajib, dan dasar hukumnya UU No.17 tahun 2023 tentang Kesehatan," tambahnya.

    Berdasarkan hasil penelusuran, kami juga tidak menemukan satupun klaim dari WHO yang menyebut bahwa vaksin polio tetes novel Oral Polio Vaccine Type 2 (nOPV2) dapat menyebabkan wabah polio. Dikutip dari laman resminya, WHO sendiri pernah menyetujui pemberian vaksin jenis ini kegiatan imunisasi tambahan di Indonesia pada tanggal 15 Januari 2024 dan 19 Februari 2024.

    Lebih lanjut terkait vaksin, WHO menyebut bahwa cakupan vaksinasi yang kurang optimal meningkatkan risiko penularan lebih lanjut dan berdampak pada kesehatan manusia. Menurut catatan WHO, di Kabupaten Klaten, tempat kasus pada tahun 2024 dilaporkan, cakupan untuk empat dosis vaksin polio oral bivalen (bOPV) dan vaksin polio tidak aktif 1 (IPV1) masing-masing adalah 89,8 persen dan 88,6 persen pada tahun 2022. Di Kabupaten Pamekasan, tempat kasus kedua dilaporkan, cakupan untuk bOPV dan IPV1 masing-masing adalah 88,1 persen dan 74,1 persen pada tahun 2022.

    Sebagai tanggapan atas kasus polio baru yang terdeteksi, menurut WHO, beberapa respons kesehatan masyarakat sedang dilakukan.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran fakta yang dilakukan, tidak ditemukan keterangan resmi yang membenarkan klaim bahwa pemberian vaksin polio tipe-2 kepada anak-anak justru dapat memicu adanya wabah penyakit polio di Indonesia.

    Pemberian imunisasi polio melalui vaksin polio tetes novel Oral Polio vaccine Type 2 (nOPV2) sendiri justru direkomendasikan dalam rangka penanggulangan KLB dan dan pencegahan meluasnya transmisi virus polio di Indonesia.

    Lebih lanjut, WHO menyebut bahwa cakupan vaksinasi yang kurang optimal meningkatkan risiko penularan lebih lanjut dan berdampak pada kesehatan manusia.

    Jadi, informasi yang menyebut bahwa pemberian vaksin polio tipe-2 kepada anak-anak justru dapat memicu adanya wabah penyakit polio di Indonesia bersifat salah dan menyesatkan (false and misleading).

    Rujukan

  • (GFD-2024-21236) [HOAKS] Video Thomas Crooks Sebelum Menyerang Trump

    Sumber:
    Tanggal publish: 19/07/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar video seorang pria berteriak di ruang publik sambil mengancam akan menebas leher fasis dan anggota Partai Republik Amerika Serikat (AS).

    Pria itu diklaim sebagai Thomas Matthew Crooks, pelaku penembakan Presiden ke-45 AS Donald Trump.

    Rekaman video disebut memperlihatkan momen sebelum penembakan terhadap Trump saat rapat umum kampanye di Pennsylvania, pada Sabtu (13/7/2024).

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut tidak benar atau hoaks.

    Video yang diklaim memperlihatkand Thomas Crooks sebelum insiden penembakan Trump disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini.

    Berikut narasi yang ditulis oleh salah satu akun, pada Rabu (17/7/2024):

    Alleged new footage of Matthew Crooks shortly before the shooting. “Slash Republican throats!” “Slash Fascist throats!”

    Berikut terjemahannya:

    Dugaan rekaman baru Matthew Crooks sesaat sebelum penembakan. "Tebas leher Republikan!" "Tebas leher Fasis!"

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com mengambil tangkapan layar video, kemudian menelusuri jejak digitalnya dengan metode reverse image search.

    Hasil pencarian di Google Lens mengarahkan gambar ke artikel Arizona Republic, pada 6 Februari 2020.

    Artikel tersebut membahas mengenai video viral yang berlokasi di Universitas Negeri Arizona, AS.

    Pria dalam video tiba-tiba datang dan meneriaki anggota Student for Trump cabang Arizona State yang menyiapkan meja di kampus.

    Dikutip dari Politifact, Universitas Negeri Arizona mengonfirmasi, orang tersebut bukan Crooks.

    Thomas Matthew Crooks (20) dibunuh tak lama setelah meluncurkan tembakan ke arah Trump.

    Sebagai konteks, dia merupakan lulusan Sekolah Menengah Bethel Park di Pennsylvania angkatan 2022.

    CNN mewartakan, Crooks terdaftar sebagai anggota Partai Republik dan menyumbangkan 15 dollar AS pada 2017 ke Progressive Turnout Project, sebuah komite aksi politik yang mengumpulkan pemilih Demokrat.

    Kesimpulan

    Video seorang pria meneriaki anggota Student for Trump cabang Arizona State di Universitas Negeri Arizona pada 2020 disebarkan dengan konteks keliru.

    Universitas Negeri Arizona memastikan pria tersebut bukanlah pelaku percobaan pembunuhan Donald Trump, Thomas Matthew Crooks.

    Rujukan

  • (GFD-2024-21235) [HOAKS] Foto Presiden China Xi Jinping Kena Stroke

    Sumber:
    Tanggal publish: 19/07/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar foto Presiden China Xi Jinping memejamkan mata dan mengernyitkan dahi seperti sedang menahan sakit.

    Ia diklaim mengalami stroke saat rapat Komite Sentral Partai Komunis China. Xi Jinping pingsan dan dibawa keluar oleh staf medis.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu hoaks.

    Konten yang menarasikan Xi Jinping terkena stroke dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini.

    Berikut narasi terjemahan yang ditulis salah satu akun, pada Kamis (18/7/2024):

    Presiden China Xi Jinping dilaporkan menderita stroke saat pertemuan Komite Sentral Partai Komunis China. Pemerintah belum berkomentar, namun media sosial mengeklaim dia pingsan karena kesakitan dan dibawa keluar oleh staf medis.

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com menggunakan metode reverse image search untuk menelusuri jejak digital foto Xi Jinping.

    Hasil pencarian di Google Lens mengarahkan ke artikel di situs berita Australian Financial Review, pada 27 Maret 2024. Artikel itu memakai foto dari Associated Press atau AP.

    Momen identik ketika Xi Jinping mengernyitkan dahi ditemukan dalam kumpulan foto AP.

    Keterangan foto menjelaskan, Xi Jinping bereaksi setelah minum dari cangkir pada sesi penutupan Kongres Rakyat Nasional di Aula Besar Rakyat, Beijing, pada 11 Maret 2024.

    Kumpulan foto lainnya dari pertemuan tersebut dapat dilihat di sini. Xi Jinping tampak baik-baik saja dan mengikuti pertemuan tanpa mengalami serangan stroke.

    Momen Presiden China mengernyitkan dahi setelah meneguk minuman dari cangkir diulas oleh Daily Mail. Wajah Xi terlihat mengerut seperti baru saja meneguk minuman panas.

    Kesimpulan

    Foto Presiden China Xi Jinping bereaksi setelah minum dari cangkir disebarkan dengan konteks keliru.

    Xi Jinping menghadiri sesi penutupan Kongres Rakyat Nasional di Aula Besar Rakyat, Beijing, pada 11 Maret 2024.

    Tidak ada laporan atau bukti yang menunjukkan pemimpin Partai Komunis China tersebut mengalami stroke.

    Rujukan

  • (GFD-2024-21234) Hoaks satir, foto salju disekitar Bandung

    Sumber:
    Tanggal publish: 19/07/2024

    Berita

    Jakarta (ANTARA/JACX) – Sebuah unggahan foto beredar dimedia sosial X menampilkan foto turun salju di sejumlah daerah di Bandung seperti Stasiun Bandung hingga Gerbang Tol Kopo.

    Berikut narasi dalam unggahan tersebut:

    “Ga hanya di kopo aja euy ternyata yg lagi turun salju, daerah kalian gmn?”

    Namun, benarkah foto salju di sekitar wilayah Bandung tersebut?

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan penelusuran, foto tersebut merupakan hasil suntingan dan telah beredar dari tahun lalu. Jika dicari menggunakan Google Reverse Image, menampilkan artikel Liputan 6 yang berjudul “Suhu Capai 15 Derajat Celsius, Ini 6 Potret Editan Foto Bandung Bersalju”. Dalam artikel tersebut terdapat enam editan Bandung bersalju yang diunggah pada Juli 2023.

    Dilansir dari ANTARA, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga memaparkan pemicu suhu udara dingin sebagian besar Pulau Jawa yakni keberadaan Angin Monsun Australia dan posisi matahari yang berada di sisi utara bumi.

    Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan bahwa Angin Monsun Australia (Timur) yang kering dan membawa sedikit uap air tersebut saat ini berhembus menuju benua Asia dengan melewati perairan Samudera Hindia.

    Fenomena suhu dingin tersebut dinilai BMKG adalah situasi biasa terjadi pada medio Juli - Agustus (puncak musim kering) dan diprakirakan bisa sampai dengan bulan September.

    Menurutnya, fenomena seperti itu akan menyasar wilayah bagian selatan ekuator atau khatulistiwa dalam hal ini, Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, yang terasa akan lebih dingin dari biasanya.

    Namun biasanya Pulau Jawa akan lebih dingin karena bertopografi pegunungan atau dataran tinggi, seperti Banjarnegara Jawa Tengah (Dieng), Lumajang hingga Pasuruan di Jawa Timur (Semeru, Bromo), kemudian Wonosobo dan Temanggung (Gunung Sindoro - Sumbing) dan Lembang Bandung di Jawa Barat.

    Klaim: Hoaks satir, foto salju disekitar Bandung

    Rating: Hoaks satir

    Pewarta: Tim JACX

    Editor: Indriani

    Copyright © ANTARA 2024

    Rujukan