“#VIRALKAN
AZAB MENIMPA PM #IsraelTerrorism BENJAMIN NETANYAHU DINYATAKAN SEKARAT TERJANGKIT PENYAKIT MEMATIKAN
TERJANGKIT PENYAKIT MEMATIKAN PM ISRAEL TERRORIST DINYATAKAN BEGINI”.
(GFD-2024-22384) [SALAH] PM Israel Benjamin Netanyahu Sekarat Terjangkit Penyakit Mematikan
Sumber: TwitterTanggal publish: 02/09/2024
Berita
Hasil Cek Fakta
Akun Twitter @21_mozza mengunggah video yang menjelaskan bahwa Benjamin Netanyahu saat ini tengah sekarat karena terjangkit penyakit mematikan. Di video itu disebutkan bahwa jenis penyakitnya belum diketahui, namun kondisi Netanyahu saat ini sudah sangat parah. Cuitan dan video yang diunggah pada 27 Agustus tersebut sudah disukai 361 orang, dikutip dan dibagikan ulang hampir 200 kali, serta telah dilihat 9,400 kali.
Setelah dilakukan penelusuran, informasi tersebut menyesatkan. Tim pemeriksa fakta MAFINDO mencari dengan memasukkan kata kunci “Benjamin Netanyahu dying”, dan hasilnya banyak memberitakan mengenai operasi Hernia yang dilakukan Netanyahu pada Juni 2024. Salah satunya seperti yang diberitakan Times of Israel di artikelnya yang berjudul “Netanyahu has successful hernia surgery at Jerusalem hospital”.
Masih melansir dari artikel tersebut, memang disebutkan bahwa banyak pihak yang menuntut transparasi kondisi kesehatan Netanyahu, dan hingga saat ini masih belum diberikan. Namun, tidak ada laporan resmi dan bukti-bukti yang mengarah kepada kondisi Netanyahu yang sekarat atau terjangkit penyakit mematikan.
Hingga saat ini, Netanyahu masih muncul dalam beberapa wawancara dan pertemuan penting. Kabar terakhir Netanyahu, yang diberitakan oleh The Guardian menyebutkan Netanyahu meminta adanya pemberhentian sebagian operasi militer di Gaza supaya anak-anak kecil di daerah tersebut dapat divaksinasi polio.
Bukti lain bahwa Netanyahu saat ini tidak dalam kondisi sekarat adalah pada 20 Agustus, Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, melakukan perbincangan dengan Netanyahu, dan telah diberitakan di press release resmi pemerintah UK.
Narasi mengenai Benjamin Netanyahu yang terbaring sakit karena penyakit mematikan juga beberapa kali telah dibahas oleh turnbackhoax.id, salah satunya di artikelnya yang berjudul “[SALAH] Foto Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu Terbaring Sakit” dan “[SALAH] FOTO BENYAMIN NETANYAHU TERBARING DI ATAS TEMPAT TIDUR DAN MEMAKAI ALAT PERNAPASAN”.
Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh @21_mozza merupakan konten yang menyesatkan.
Setelah dilakukan penelusuran, informasi tersebut menyesatkan. Tim pemeriksa fakta MAFINDO mencari dengan memasukkan kata kunci “Benjamin Netanyahu dying”, dan hasilnya banyak memberitakan mengenai operasi Hernia yang dilakukan Netanyahu pada Juni 2024. Salah satunya seperti yang diberitakan Times of Israel di artikelnya yang berjudul “Netanyahu has successful hernia surgery at Jerusalem hospital”.
Masih melansir dari artikel tersebut, memang disebutkan bahwa banyak pihak yang menuntut transparasi kondisi kesehatan Netanyahu, dan hingga saat ini masih belum diberikan. Namun, tidak ada laporan resmi dan bukti-bukti yang mengarah kepada kondisi Netanyahu yang sekarat atau terjangkit penyakit mematikan.
Hingga saat ini, Netanyahu masih muncul dalam beberapa wawancara dan pertemuan penting. Kabar terakhir Netanyahu, yang diberitakan oleh The Guardian menyebutkan Netanyahu meminta adanya pemberhentian sebagian operasi militer di Gaza supaya anak-anak kecil di daerah tersebut dapat divaksinasi polio.
Bukti lain bahwa Netanyahu saat ini tidak dalam kondisi sekarat adalah pada 20 Agustus, Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, melakukan perbincangan dengan Netanyahu, dan telah diberitakan di press release resmi pemerintah UK.
Narasi mengenai Benjamin Netanyahu yang terbaring sakit karena penyakit mematikan juga beberapa kali telah dibahas oleh turnbackhoax.id, salah satunya di artikelnya yang berjudul “[SALAH] Foto Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu Terbaring Sakit” dan “[SALAH] FOTO BENYAMIN NETANYAHU TERBARING DI ATAS TEMPAT TIDUR DAN MEMAKAI ALAT PERNAPASAN”.
Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh @21_mozza merupakan konten yang menyesatkan.
Kesimpulan
Konten yang menyesatkan. Tidak ada bukti dan sumber resmi yang menyatakan Netanyahu saat ini tengah sekarat karena penyakit mematikan. Netanyahu hanya pernah operasi hernia pada Maret 2024 dan kondisinya saat ini sudah pulih.
Rujukan
- https://turnbackhoax.id/2024/09/02/salah-pm-israel-benjamin-netanyahu-sekarat-terjangkit-penyakit-mematikan/
- https://www.timesofisrael.com/netanyahu-to-undergo-hernia-surgery-sunday-evening-in-jerusalem-his-office-says/
- https://www.theguardian.com/world/article/2024/aug/29/netanyahu-gaza-polio-vaccination
- https://www.gov.uk/government/news/pm-call-with-prime-minister-netanyahu-of-israel-20-august-2024
- https://turnbackhoax.id/2024/04/30/salah-foto-perdana-menteri-israel-benjamin-netanyahu-terbaring-sakit/
- https://turnbackhoax.id/2024/04/23/salah-foto-benyamin-netanyahu-terbaring-di-atas-tempat-tidur-dan-memakai-alat-pernapasan/
(GFD-2024-22383) [SALAH] Pavel Durov Ditangkap Karena Menolak Kerja Sama dengan Israel
Sumber: TwitterTanggal publish: 02/09/2024
Berita
“Aplikasi Telegram kemungkinan besar akan segera dihapus stlh pendiri Telegram Pavel Durov ditangkap di Prancis.
Dia ditangkap stlh menolak mengikuti perintah pemerintah Israel utk menghapus data pribadi Israel yang dicuri & diekspos di Telegram oleh Tim Peretasan Anti-Israel”.
Dia ditangkap stlh menolak mengikuti perintah pemerintah Israel utk menghapus data pribadi Israel yang dicuri & diekspos di Telegram oleh Tim Peretasan Anti-Israel”.
Hasil Cek Fakta
Akun Twitter @hani_titik mengunggah tangkapan layar yang memberitakan CEO Telegram, Pavel Durov, yang ditangkap di Perancis dan himbauan kepada pengguna Telegram untuk back up data mereka di Telegram. @hani_titik kemudian menambahkan bahwa Durov ditangkap setelah menolak mengikuti perintah pemerintah Israel untuk menghapus data pribadi Israel yang dicuri dan diekspos di Telegram oleh Tim Peretasan Anti-Israel. Cuitan dan tangkapan layar tersebut diunggah pada 26 Agustus 2024.
Setelah dilakukan penelusuran, informasi tersebut menyesatkan. Melansir dari artikel New York Times yang berjudul “Telegram Founder Charged With Wide Range of Crimes in France”, Durov ditahan oleh otoritas Perancis atas dakwaan keterlibatannya dalam mengizinkan pengguna Telegram menggunakan Telegram untuk bertransaksi kegiatan ilegal dan kriminal, khususnya pelecehan seksual anak di bawah umur, perdagangan narkoba, dan penipuan bernilai jutaan dolar.
Melansir dari artikel AP News, Presiden Perancis Emmanuel Macron juga menyatakan bahwa penangkapan Durov tidak ada sangkut pautnya dengan politik, tetapi murni investigasi independen. Presiden Macron, melalui Twitter resminya, menyatakan bahwa tertangkapnya Durov di Perancis adalah bagian dari penyelidikan yudisial yang memang sudah dan sedang berlansung, serta sama sekali bukan keputusan politik. Cuitan ini dimulai dengan pernyataan Presiden Macron yang mengakui banyaknya informasi yang menyesatkan mengenai alasan dibalik penangkapan Durov di Perancis ini.
Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh @hani_titik merupakan konten yang menyesatkan.
Setelah dilakukan penelusuran, informasi tersebut menyesatkan. Melansir dari artikel New York Times yang berjudul “Telegram Founder Charged With Wide Range of Crimes in France”, Durov ditahan oleh otoritas Perancis atas dakwaan keterlibatannya dalam mengizinkan pengguna Telegram menggunakan Telegram untuk bertransaksi kegiatan ilegal dan kriminal, khususnya pelecehan seksual anak di bawah umur, perdagangan narkoba, dan penipuan bernilai jutaan dolar.
Melansir dari artikel AP News, Presiden Perancis Emmanuel Macron juga menyatakan bahwa penangkapan Durov tidak ada sangkut pautnya dengan politik, tetapi murni investigasi independen. Presiden Macron, melalui Twitter resminya, menyatakan bahwa tertangkapnya Durov di Perancis adalah bagian dari penyelidikan yudisial yang memang sudah dan sedang berlansung, serta sama sekali bukan keputusan politik. Cuitan ini dimulai dengan pernyataan Presiden Macron yang mengakui banyaknya informasi yang menyesatkan mengenai alasan dibalik penangkapan Durov di Perancis ini.
Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh @hani_titik merupakan konten yang menyesatkan.
Kesimpulan
Konten yang menyesatkan. Pavel Durov tertangkap karena Telegram gagal bekerja sama dengan pihak berwajib perihal perdagangan narkoba, pornografi anak di bawah umur, dan tindakan penipuan, bukan karena Israel.
Rujukan
- https://turnbackhoax.id/2024/09/02/salah-pavel-durov-ditangkap-karena-menolak-kerja-sama-dengan-israel/
- https://www.nytimes.com/2024/08/28/business/telegram-ceo-pavel-durov-charged.html
- https://apnews.com/article/france-telegram-durov-arrest-macron-ae82ffd2197cf5684eb710e1b23650e1
- https://x.com/EmmanuelMacron/status/1828077245606342672
(GFD-2024-22382) [SALAH] Video Anak-Anak Gaza Tidur di Luar
Sumber: FacebookTanggal publish: 02/09/2024
Berita
“*THE LAST CHILDREN IN GAZA*
*Lihatlah di mana dan bagaimana anak-anak Gaza tidur.*
https://t.me/PalestinaPost”.
*Lihatlah di mana dan bagaimana anak-anak Gaza tidur.*
https://t.me/PalestinaPost”.
Hasil Cek Fakta
Akun Facebook Andre Husain mengunggah video yang menunjukkan sekelompok anak-anak yang tidur di luar rumah. Andre Husain mengklaim bahwa video itu menunjukkan anak-anak di Gaza. Tulisan dan video tersebut diunggah pada 17 Agustus 2024.
Setelah menelusuri video itu dengan InVid dan Yandex Video Search, ditemukan akun yang merekam video tersebut dan mengungganya pertama kali di akun Instagramnya, yaitu @fetteho. Pada bagian keterangan video itu , bertuliskan “dünyanın en güzel uykusu” yaitu bahasa Turkiye untuk “the best sleep in the world”. Video itu diunggah pada 11 Agustus 2024. Setelah ditelusuri lebih lanjut, @fatteho (Ümit Kavak) merupakan fotografer asal Turkiye yang bekerja di salah satu LSM Turkiye.
Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh akun Facebook Andre Husain merupakan konteks yang salah.
Setelah menelusuri video itu dengan InVid dan Yandex Video Search, ditemukan akun yang merekam video tersebut dan mengungganya pertama kali di akun Instagramnya, yaitu @fetteho. Pada bagian keterangan video itu , bertuliskan “dünyanın en güzel uykusu” yaitu bahasa Turkiye untuk “the best sleep in the world”. Video itu diunggah pada 11 Agustus 2024. Setelah ditelusuri lebih lanjut, @fatteho (Ümit Kavak) merupakan fotografer asal Turkiye yang bekerja di salah satu LSM Turkiye.
Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh akun Facebook Andre Husain merupakan konteks yang salah.
Kesimpulan
Konteks yang salah. Video yang menunjukkan anak-anak tidur di luar tersebut terjadi dan diambil di Turkiye, bukan di Gaza.
Rujukan
(GFD-2024-22381) [SALAH] The Economist Memanipulasi Foto Sehingga Bendera Palestina Hilang dari Sampulnya
Sumber: TwitterTanggal publish: 02/09/2024
Berita
“Gue selalu bilang dari semua majalah Barat, The Economist adalah yang paling sampah dari semuanya. Jelas media propaganda global white supremacist berlabel jurnalistik.
Untuk cover ini saja, mereka mengedit menghapus bendera Palestina dari foto aslinya”
Untuk cover ini saja, mereka mengedit menghapus bendera Palestina dari foto aslinya”
Hasil Cek Fakta
Artikel disadur dari AFP.
Akun Twitter @revolutia mengutip cuitan The Economist yang mengunggah foto sampul majalahnya. Pada foto sampul yang diunggah The Economist tersebut, terlihat sekumpulan masyarakat ada di atap sebuah rumah dengan membawa beberapa bendera Bangladesh. Headline majalah tersebut membahas mengenai rakyat Bangladesh yang merayakan dimulainya demokrasi setelah pemerintahannya yang terakhir runtuh. @revolutia mengklaim bahwa foto sampul tersebut sengaja diedit untuk menghapus bendera Palestina dari foto aslinya. Hal tersebutlah yang juga membuat @revolutia menganggap majalah The Economist merupakan propaganda white supremacy yang berlabel jurnalistik. Cuitan tersebut ditulis pada 9 Agustus 2024.
Setelah dilakukan penelusuran oleh tim AFP, informasi tersebut menyesatkan. Tim AFP pernah mengunggah foto yang sama pada 5 Agustus 2024 setelah Syekh Hasina digulingkan dan meninggalkan Bangladesh. Pada foto tersebut, tidak terlihat adanya bendera Palestina dan merupakan foto yang sama persis seperti sampul majalah The Economist. AFP menjelaskan bahwa fotografer asli yang mengabadikan momen perayaan tersebut, yang bernama K M Asad, mengonfirmasi bahwa tidak ada bendera Palestina pada saat ia mengambil foto itu. K M Asad juga mengunggah beberapa foto yang diambil pada kejadian yang sama di Instagram pribadinya.
AFP juga menjelaskan, meskipun foto bendera Palestina tidak terlihat pada foto sampul The Economist yang diambil oleh K M Asad, bendera Palestina memang dikibarkan setelahnya, dan foto-foto dengan bendera Palestina yang dijadikan pembanding juga merupakan foto asli. Pada video YouTube yang diunggah oleh “Bangladesh” dengan judul “প্রধানমন্ত্রী কার্যালয়”, terlihat bahwa bendera Palestina juga dikibarkan pada kejadian dan tempat yang sama, namun setelah foto dengan bendera Bangladesh diambil.
Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh akun Twitter @revolutia merupakan konten yang menyesatkan.
Akun Twitter @revolutia mengutip cuitan The Economist yang mengunggah foto sampul majalahnya. Pada foto sampul yang diunggah The Economist tersebut, terlihat sekumpulan masyarakat ada di atap sebuah rumah dengan membawa beberapa bendera Bangladesh. Headline majalah tersebut membahas mengenai rakyat Bangladesh yang merayakan dimulainya demokrasi setelah pemerintahannya yang terakhir runtuh. @revolutia mengklaim bahwa foto sampul tersebut sengaja diedit untuk menghapus bendera Palestina dari foto aslinya. Hal tersebutlah yang juga membuat @revolutia menganggap majalah The Economist merupakan propaganda white supremacy yang berlabel jurnalistik. Cuitan tersebut ditulis pada 9 Agustus 2024.
Setelah dilakukan penelusuran oleh tim AFP, informasi tersebut menyesatkan. Tim AFP pernah mengunggah foto yang sama pada 5 Agustus 2024 setelah Syekh Hasina digulingkan dan meninggalkan Bangladesh. Pada foto tersebut, tidak terlihat adanya bendera Palestina dan merupakan foto yang sama persis seperti sampul majalah The Economist. AFP menjelaskan bahwa fotografer asli yang mengabadikan momen perayaan tersebut, yang bernama K M Asad, mengonfirmasi bahwa tidak ada bendera Palestina pada saat ia mengambil foto itu. K M Asad juga mengunggah beberapa foto yang diambil pada kejadian yang sama di Instagram pribadinya.
AFP juga menjelaskan, meskipun foto bendera Palestina tidak terlihat pada foto sampul The Economist yang diambil oleh K M Asad, bendera Palestina memang dikibarkan setelahnya, dan foto-foto dengan bendera Palestina yang dijadikan pembanding juga merupakan foto asli. Pada video YouTube yang diunggah oleh “Bangladesh” dengan judul “প্রধানমন্ত্রী কার্যালয়”, terlihat bahwa bendera Palestina juga dikibarkan pada kejadian dan tempat yang sama, namun setelah foto dengan bendera Bangladesh diambil.
Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh akun Twitter @revolutia merupakan konten yang menyesatkan.
Kesimpulan
Konten yang menyesatkan. Foto yang digunakan The Economist untuk sampulnya tersebut diambil di kesempatan yang berbeda dengan foto yang diklaim sebagai foto asli.
Rujukan
- https://turnbackhoax.id/2024/09/02/salah-the-economist-memanipulasi-foto-sehingga-bendera-palestina-hilang-dari-sampulnya/
- https://factcheck.afp.com/doc.afp.com.36EP9CV
- https://www.afpforum.com/AFPForum/Search/ViewMedia.aspx?mui=1&hid=AF559DC74559E85511A85AE3039D9EF8D6BC664E471CF2EC058C28DB0EE7B552
- https://www.instagram.com/p/C-f9hG7ShCu/?img_index=1
- https://www.youtube.com/watch?v=L_RF18mHz40
Halaman: 648/5612