(GFD-2020-8371) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video saat Trump Mengamuk usai Kalah dari Biden di Pilpres AS?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 12/11/2020
Berita
Video pendek yang diklaim sebagai video saat calon presiden petahana Amerika Serikat, Donald Trump, mengamuk usai kalah dari lawannya, Joe Biden, dalam Pemilihan Presiden atau Pilpres AS beredar di Facebook dan YouTube. Berdurasi 18 detik, video itu memang memperlihatkan seorang pria yang mirip dengan Trump yang memecahkan barang-barang di sebuah ruangan dengan tongkat kayu.
Salah satu kanal YouTube yang mengunggah video itu adalah kanal Sawit Masa Depan TV, tepatnya pada 5 November 2020. Video yang telah ditonton lebih dari 4 ribu kali ini diberi judul "Trump ngamuk setelah kalah di Negara Bagian Arisona.." Sementara di Facebook, salah satu akun yang membagikan video itu adalah akun Eddy Mujoko, yakni pada 9 November 2020. Akun ini menulis, "Donal Trump Ngamuk kalah.. Pilpres...Gunakan senjata..."
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Eddy Mujoko.
Apa benar video tersebut adalah video saat Donald Trump mengamuk usai kalah dari Joe Biden dalam Pilpres AS?
Hasil Cek Fakta
Hasil verifikasi Tim CekFakta Tempo menunjukkan bahwa video tersebut adalah bagian dari tayangan serial televisi komedi satire AS, The President Show, episode "The Boss Smashes Everything" edisi 21 Juli 2017. Pria yang terlihat dalam video itu pun bukan Donald Trump, melainkan aktor dan komedian Anthony Atamanuik, yang memang berperan sebagai Trump.
Untuk memeriksa fakta terkait klaim di atas, Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengantoolInVID. Lalu, gambar-gambar itu ditelusuri denganreverse image toolGoogle. Hasilnya, didapatkan petunjuk dari sebuah artikel yang dimuat oleh situs media berbahasa Arab, Fatabyyano, pada 26 April 2020.
Artikel tersebut berisi penelusuran Fatabyyano terhadap video yang sama. Tapi, saat itu, klaim yang menyertai video tersebut tidak terkait dengan kekalahan Trump dalam Pilpres AS, melainkan terkait keruntuhan ekonomi AS karena pandemi Covid-19. Fatabyyano memberikan penjelasan bahwa video tersebut sebenarnya adalah video parodi satire dari episode The President Show berjudul "The Boss Smashes Everything" edisi Juli 2017.
Dengan petunjuk ini, Tempo pun menelusuri kanal YouTube The President Show dan mencari episode yang berjudul "The Boss Smashes Everything". Hasilnya, ditemukan bahwa episode tersebut memang ditayangkan pada 21 Juli 2017. Pada menit 2:45, terdapat adegan ketika pria yang mirip dengan Trump menghancurkan barang-barang di sekitarnya dengan tongkat bisbol, sama seperti yang terlihat dalam video yang kini beredar.
The President Show merupakan serial televisi komedi satire yang ditujukan untuk menyindir Presiden AS Donald Trump. Pria yang mirip Trump itu tak lain adalah aktor dan komedian Anthony Atamanuik. Sementara itu, Wakil Presiden Mike Pence dalam acara ini diperankan oleh Peter Grosz. Serial televisi ini tayang perdana pada 27 April 2017 di saluran televisi kabel Comedy Central.
Dalam serial ini, Atamanuik yang memerankan Trump diperkenalkan sebagai "Presiden AS ke-45 dan terakhir". Ia memulai setiap episode dalamsetting"konferensi pers", di mana ia mengumumkan tema episode tersebut dan melontarkan slogan: "Saya presiden. Percayakah Anda? Ayo mulai!". Usai pembukaan, Trump dan Pence ditampilkan dalamsettingGedung Putih. Keduanya membawakan tema yang berkaitan dengan berita pekan tersebut.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah video ketika Donald Trump mengamuk usai kalah dari Joe Biden dalam Pilpres AS, menyesatkan. Video tersebut adalah bagian dari salah satu episode serial televisi parodi satire AS, The President Show, yang berjudul "The Boss Smashes Everything" edisi 21 Juli 2017. The President Show merupakan tayangan komedi yang dikhususkan untuk menyindir Trump.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/donald-trump
- https://www.youtube.com/watch?v=ULG-rXPNpyA
- https://archive.is/Zi96U
- https://s.id/uD7XM
- https://www.tempo.co/tag/pilpres-as
- https://www.youtube.com/watch?v=AkTmtPW-rro
- https://www.commonsensemedia.org/tv-reviews/the-president-show
- https://s.id/uDaAB
- https://www.tempo.co/tag/joe-biden
(GFD-2020-8370) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto Erdogan yang Tolak Jabat Tangan Macron usai Polemik Kartun Nabi Muhammad?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 11/11/2020
Berita
Foto yang diklaim sebagai foto saat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menolak berjabat tangan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron beredar di Facebook. Menurut klaim itu, Erdogan menolak bersalaman dengan Macron sebagai buntut atas kasus pemenggalan seorang guru Prancis, Samuel Paty, yang dianggap melecehkan Islam karena menunjukkan gambar kartun Nabi Muhammad milik Charlie Hebdo kepada murid-muridnya.
Dalam foto itu, Erdogan dan Macron terlihat berada dalam suatu forum. Terdapat bendera Turki dan Prancis di belakang keduanya. Macron pun tampak sedang mengulurkan tangannya kepada Erdogan. Namun, Erdogan terlihat membelakangi Macron.
Foto beserta narasi tersebut dibagikan oleh akun Hery Ardiyanto ke grup Kajian Al Qur’an dan Sunnah pada 8 November 2020. Dia mengunggah tulisan panjang yang diawali dengan narasi bahwa Erdogan enggan berjabat tangan dengan Macron. Tulisan itu pun memuat narasi sebagai berikut:
“Sikap bela agama ditunjukkan presiden turkey ERDOGAN ketika kedua pemimpin bertemu guna membahas penghinaan yang dilakukan presiden perancis MARCOON kepada Nabi Muhammad saw nabi umat islam di seluruh dunia. 'Saya akan bertindak tegas kepada siapa pun/pemimpin manapun yang menghina Nabi Muhammad,karena dia (Muhammad) junjungan umat islam diseluruh penjuru dunia.'tegas Erdogan.”
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Hery Ardiyanto.
Apa benar foto tersebut adalah foto Erdogan yang menolak berjabat tangan dengan Macron usai polemik kartun Nabi Muhammad?
Hasil Cek Fakta
Hasil verifikasi Tim CekFakta Tempo menunjukkan bahwa foto tersebut adalah foto lama yang diambil saat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Prancis Emmanuel Macron menghadiri sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-73 di New York, Amerika Serikat, pada 25 September 2018. Selain itu, ditemukan fakta lain bahwa keduanya sebenarnya berjabat tangan.
Untuk memeriksa klaim dalam unggahan Hery Ardiyanto, Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto tersebut denganreverse image toolGoogle. Hasilnya, ditemukan bahwa foto ini pernah dipublikasikan oleh CNN Arabic pada 26 Oktober 2020. CNN Arabic memberikan keterangan bahwa foto tersebut diambil saat Erdogan dan Macron berada dalam sebuah pertemuan pada September 2018.
Lewat penelusuran di situs stok foto Getty Images, Tempo menemukan bahwa foto tersebut adalah foto jepretan fotografer kantor berita Agence France-Presse (AFP) Ludovic Marin pada 26 September 2018 dengan keterangan “UN Assembly Diplomacy France-Turkey” atau "Diplomasi Majelis PBB Prancis-Turki".
Tempo pun menelusuri pemberitaan terkait dengan memasukkan kata kunci “Erdogan and Macron meet at UN Assembly 2018” ke mesin perambah Google. Hasilnya, ditemukan foto saat Erdogan dan Macron berjabat tangan dalam sidang Majelis Umum PBB ke-73 di New York, AS, pada 25 September 2018. Foto itu dipublikasikan oleh kantor berita Turki Anadolu Agency.
Foto milik kantor berita Turki Anadolu Agency yang memperlihatkan Presiden Prancis Emmanuel Macron berjabat tangan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam sidang Majelis Umum PBB pada 25 September 2018.
Foto tersebut identik dengan foto yang dimuat baik oleh CNN maupun Getty Images. Kesamaannya terlihat dari dasi yang digunakan Erdogan, yang berwarna merah dengan motif berwarna emas, serta sebuah papan berbentuk kotak di belakang keduanya yang berwarna abu-abu.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas merupakan foto Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang menolak berjabat tangan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron usai polemik kartun Nabi Muhammad, keliru. Foto tersebut merupakan foto lama yang diambil saat keduanya bertemu dalam sidang Majelis Umum PBB ke-73 di New York, AS, pada 25 September 2018. Klaim bahwa dalam foto itu Erdogan menolak bersalaman dengan Macron pun keliru. Faktanya, sebuah foto yang dilansir oleh kantor berita Turki Anadolu Agency, yang diambil dari pertemuan yang sama, menunjukkan keduanya berjabat tangan.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/recep-tayyip-erdogan
- https://www.tempo.co/tag/kartun-nabi-muhammad
- https://www.tempo.co/tag/prancis
- https://archive.vn/NtxLg
- https://www.tempo.co/tag/turki
- https://arabic.cnn.com/world/article/2020/10/26/turkey-erdogan-attacks-french-president-macron-again
- https://www.gettyimages.in/detail/news-photo/french-president-emmanuel-macron-meets-with-his-couterpart-news-photo/1040458104
- https://www.aa.com.tr/en/pg/photo-gallery/erdogan-at-the-73rd-general-assembly-of-the-un/0
- https://www.tempo.co/tag/emmanuel-macron
(GFD-2020-8369) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Muncul Notifikasi Pornhub dalam Siaran Berita Pilpres AS di CNN?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 11/11/2020
Berita
Video pendek yang memperlihatkan cuplikan ketika notifikasi Pornhub, situs penyedia konten dewasa, muncul dalam siaran stasiun televisi CNN viral. Dalam video berdurasi 11 detik ini, notifikasi itu tampak muncul saat dua pembawa berita CNN, Wolf Blitzer dan John King, menunjukkan hasil Pemilihan Presiden Amerika Serikat atau Pilpres AS. Ketika notifikasi Pornhub tiba-tiba muncul di sisi kanan atas layar yang menunjukkan hasil Pilpres AS tersebut, King lantas menutupnya.
Di Twitter, video itu dibagikan salah satunya oleh akun Young Simba, @Mufaa6, pada 6 November 2020. Akun ini menulis, "CNN had pornhub pop up on national television (CNN menampilkan pornhub di televisi nasional)." Hingga artikel ini dimuat, unggahan video akun tersebut telah ditonton lebih dari 500 ribu kali, di-retweet lebih dari 6.700 kali, dan disukai lebih dari 26 ribu kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Twitter Young Simba.
Apa benar muncul notifikasi Pornhub dalam siaran berita Pilpres AS di CNN?
Hasil Cek Fakta
Menurut hasil verifikasi Tim CekFakta Tempo, dalam video asli siaran berita Pilpres AS di CNN yang dibawakan oleh Wolf Blitzer dan John King tersebut, tidak muncul notifikasi situs penyedia konten dewasa Pornhub, melainkan notifikasi lain.
Isu tentang munculnya notifikasi Pornhub dalam siaran berita di CNN itu sudah dibantah oleh King melalui akun Twitter miliknya saat seorang warganet bertanya mengenai video tersebut. “Not. Some clown taking time away from lying about something else apparently because they don’t like math,” kata King dalam cuitannya pada 6 November 2020.
Salah satu koresponden olahraga CNN, Tancredi Palmeri, kemudian membagikan video asli siaran di CNN saat Blitzer dan King memberitakan hasil Pilpres AS tersebut. Dalam video berdurasi 10 detik ini, memang muncul sebuah notifikasi yang kemudian ditutup oleh King. Namun, dalam notifikasi itu, tidak ada logo Pornhub.
Palmeri mendapatkan video asli tersebut dari seorang jurnalis kantor berita Prancis A2PRL, Boris Kharlamoff, yang membagikannya pada tanggal yang sama. Kharlamoff menulis, "No, no Pornhub tab has appeared on air on CNN. You can resume normal activity."
Gambar tangkapan layar video yang memperlihatkan munculnya notifikasi Pornhub dalam siaran berita di CNN (kiri) dan video asli siaran berita tersebut yang dibagikan oleh jurnalis Prancis Boris Kharlamoff (kanan).
Saat dihubungi Tempo, Kharlamoff menjelaskan bahwa ia mendapatkan video asli itu karena sebelumnya telah merekam siaran langsung CNN tersebut. “I recorded this video during the CNN live,” kata Kharlamoff lewat pesan di Twitter pada 10 November 2020.
Sejumlah situs pemeriksa fakta AS pun telah membantah klaim tersebut berdasarkan keterangan dari John King dan video yang dibagikan oleh Tancredi Palmeri. Beberapa di antaranya adalah Snopes dan PolitiFact.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "muncul notifikasi Pornhub dalam siaran berita Pilpres AS di CNN" keliru. Logo Pornhub dalam notifikasi yang muncul di video itu adalah hasil suntingan. Dalam video asli siaran di CNN saat Wolf Blitzer dan John King memberitakan hasil Pilpres AS tersebut, tidak ada notifikasi Pornhub yang muncul.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/pornhub
- https://archive.is/8fho5
- https://www.tempo.co/tag/cnn
- https://twitter.com/JohnKingCNN/status/1324708318796021760
- https://twitter.com/tancredipalmeri/status/1324681758441414657
- https://twitter.com/BorisKharlamoff/status/1324664602593009665
- https://www.snopes.com/fact-check/pornhub-logo-cnn/
- https://www.politifact.com/factchecks/2020/nov/06/instagram-posts/no-porn-site-logo-didnt-appear-cnn-broadcast/
- https://www.tempo.co/tag/pilpres-as
(GFD-2020-8368) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Penyambutan Jenazah Pemuda Chechnya yang Bunuh Guru Prancis Samuel Paty?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 10/11/2020
Berita
Video yang memperlihatkan kerumunan jemaah di depan sebuah masjid besar yang mengarak sebuah keranda beredar di media sosial. Menurut narasi yang menyertainya, keranda tersebut berisi jenazah pemuda muslim asal Chechnya, Rusia, yang memenggal leher Samuel Paty, seorang guru di Prancis yang dianggap melecehkan Islam karena menunjukkan gambar kartun Nabi Muhammad milik Charlie Hebdo kepada murid-muridnya.
Di Facebook, video beserta narasi tersebut dibagikan salah satunya oleh akun Kabar Jatim, tepatnya pada 3 November 2020. Akun ini menulis, "Jenazah pemuda Islam berbangsa Checnya yg memenggal leher samuel paty perancis yg membuat penghinaan kpd Nabi Muhammad melalui karikatur nya tlh di bawa pulang ke Chechnya dan di kebumikan disana sebagai seorang mujahid agung. Takbir...!!!"
Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah mendapatkan lebih dari 17 ribu rekasi dan 1.200 komentar serta dibagikan lebih dari 2.200 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Kabar Jatim.
Apa benar video tersebut adalah video penyambutan jenazah pemuda asal Chechnya yang membunuh Samuel Paty?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengantoolInVID. Kemudian, gambar-gambar itu ditelusuri jejak digitalnya denganreverse image toolYandex dan Google.
Hasilnya, ditemukan bahwa video tersebut telah beredar di internet sejak 2018, jauh sebelum peristiwa pembunuhan Samuel Paty pada 16 Oktober 2020. Video itu merupakan video iring-iringan pembawa jenazah Yusup Temerkhanov, pria asal Chechnya yang dihukum atas kasus pembunuhan mantan Kolonel Angkatan Darat Rusia Yury Budanov. Temerkhanov membantah terlibat dan mengaku tidak bersalah.
Video serupa, yang diambil dari sudut yang berbeda, pernah diunggah oleh kanal YouTube milik situs media Radio Liberty pada 4 Agustus 2018. Video berdurasi 4 menit 37 detik ini memperlihatkan iring-iringan warga yang mengantar jenazah Yusup Temerkhanov untuk prosesi salat jenazah di masjid hingga pemakaman. Video lain dengan durasi yang lebih singkat pernah diunggah oleh kanal Elektrik_95, juga pada 4 Agustus 2018.
Dilansir dari situs berita Kaukasus, OC Media, pada 4 Agustus 2018, puluhan ribu orang menghadiri pemakaman Yusup Temerkhanov, termasuk Presiden Republik Chechnya Ramzan Kadyrov. Di mata masyarakat Chechnya, Temerkhanov dianggap sebagai "pembalas dendam rakyat".
Temerkhanov meninggal pada 3 Agustus di tahanan berkeamanan tinggi di Oblast Omsk, salah satu oblast Rusia yang berada di Siberia. Dia mesti menjalani hukuman penjara selama 15 tahun terkait pembunuhan Yury Budanov, mantan kolonel tentara Rusia.
Menurut laporan OC Media, pada 2000, Budanov menculik wanita Chechnya berusia 18 tahun, Elza Kungayeva, dari rumahnya di Desa Tangi-Chu. Kungayeva kemudian dibunuh di pangkalan unit militer Budanov. Pembunuhan ini dianggap sebagai salah satu insiden yang paling disorot dalam Perang Chechnya II pada 1999-2009.
Di bawah tekanan, otoritas Rusia melanjutkan penuntutan terhadap Budanov. Dia pun menjalani sisa jabatannya di Oblast Ulyanovsk. Pada 2011, Budanov ditembak mati di Moskow oleh penyerang tak dikenal. Temerkhanov, yang dituduh membunuh Budanov, membantah terlibat dalam penembakan itu.
Dilansir dari BBC, Yuri Budanov tewas di Moskow pada Juni 2011 dengan empat tembakan di kepala. Ia dikenal karena terkait dengan tuduhan pembunuhan terhadap seorang wanita Chechnya berusia 18 tahun, Elza Kungayeva, dan menjadi satu-satunya perwira senior tentara Rusia yang dihukum karena kejahatan perang di Chechnya.
Menurut penyelidikan, pada 27 Maret 2000 malam, Budanov menculik dan kemudian membunuh Kungayeva. Dia dituduh telah menyalahgunakan kekuasaan serta melakukan penculikan dan pembunuhan. Pada 2003, dia dijatuhi hukuman 10 tahun penjara. Pengadilan juga mencabut pangkat kolonel dan semua penghargaannya.
Pada Desember 2008, pengadilan di Oblast Ulyanovsk, tempat Budanov menjalani hukumannya, mengesahkan pembebasan bersyaratnya, yang memicu gelombang protes di Chechnya. Sekitar 2,5 tahun kemudian, dia ditembak mati di sebuah kantor notaris di Komsomolsky Prospekt, Moskow. Menurut penyelidikan, Yusup Temerkhanov, yang ditangkap terkait kasus ini, diduga membalas dendam ayahnya yang dibunuh oleh tentara Rusia pada 2000.
Pembunuh Samuel Paty
Berdasarkan arsip berita Tempo, yang mengutip CNN, Kepolisian Prancis mengungkap bahwa nama pelaku pembunuhan Samuel Paty adalah Abdoullakh Abouyezidovitch, remaja 18 tahun asal Chechnya. Abouyezidovitch membunuh Paty terkait materi ajarannya di sekolah.
Paty diketahui menggunakan foto kartun Nabi Muhammad dari majalah satir Charlie Hebdo untuk mengajar materi kebebasan berpendapat. Materi itu ternyata menimbulkan protes dari sejumlah orang tua murid yang belakangan sampai ke telinga Abouyezidovitch.
Abouyezidovitch tewas ditembak oleh polisi di hari yang sama ketika ia memenggal Paty. Di sisi lain, sejumlah bukti perihal pengakuannya bahwa ia telah berencana membunuh Paty juga sudah ditemukan, berupa pesan yang diunggah ke Twitter.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta tempo, klaim bahwa video di atas merupakan video penyambutan jenazah pemuda asal Chechnya yang membunuh guru Prancis Samuel Paty, keliru. Video tersebut telah beredar di internet sejak 2018, jauh sebelum pembunuhan Paty pada 16 Oktober 2020. Video itu merupakan video iring-iringan pembawa jenazah Yusup Temerkhanov, pria asal Chechnya yang dihukum atas kasus pembunuhan mantan Kolonel Angkatan Darat Rusia Yury Budanov. Temerkhanov membantah terlibat dan mengaku tidak bersalah atas kasus tersebut.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
Halaman: 5612/7121





