• (GFD-2020-8303) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Hewan Ternak Lebih Kebal pada Infeksi Covid-19?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 29/09/2020

    Berita


    Klaim bahwa tidak ada hewan ternak yang mati karena terkena infeksi virus Corona Covid-19 beredar di Instagram. Klaim ini diunggah oleh akun @indonesian_flatearth_society pada 25 September 2020.
    Akun itu mengunggah foto kawanan domba di sebuah kandang yang dibubuhi dengan teks berbunyi: "Tak adaphysical distancing, tak ada masker, tak ada cuci tangan, APD, dll. Kami tetap sehat walafiat.."
    Selain membagikan foto itu, akun tersebut juga menulis narasi berikut: "Tak satupun ada kabar maupun berita di seluruh dunia.. hewan ternak mati massal akibat covid.. Padahal hewan-hewan tsb tak menjalankan protokol kesehatan. Di lain sisi, pihak-pihak tertentu terus menebar teror ke masyarakat tentang bahaya covid yang saaaaangatt mematikan sekali.."
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Instagram @indonesian_flatearth_society.
    Apa benar hewan ternak lebih kebal terhadap infeksi Covid-19?

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, sejumlah negara telah melaporkan kasus infeksi Covid-19 pada hewan peliharaan dan hewan di kebun binatang. Ada pula kasus infeksi Covid-19 pada ribuan cerpelai (sejenis musang) di beberapa peternakan di Eropa.
    Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ( CDC ) Amerika Serikat menyatakan informasi mengenai risiko penularan Covid-19 pada hewan ke manusia atau manusia ke hewan sebenarnya masih cukup terbatas. Menurut mereka, lebih banyak penelitian yang diperlukan terkait hal tersebut. Namun, CDC menduga virus Corona baru ini dapat menyebar dari manusia ke hewan dalam beberapa situasi, terutama jika ada kontak dekat dengan orang yang menderita Covid-19.
    CDC mencatat beberapa kasus di mana hewan dinyatakan positif terinfeksi Covid-19, yakni sebagai berikut:
    Kementerian Pertanian Belanda mengkonfirmasi wabah Covid-19 di peternakan cerpelai pada akhir April 2020, tepatnya di dua peternakan yang memiliki ribuan hewan pemasok industri bulu tersebut. Hewan-hewan itu diperiksa karena mengalami berbagai gejala, termasuk kesulitan bernapas, dan karena angka kematian lebih tinggi dari biasanya. Belanda adalah produsen bulu cerpelai terbesar di dunia selain Cina, Denmark, dan Polandia.
    Wageningen Bioveterinary Research Belanda menjelaskan, hingga pertengahan September 2020, setidaknya 40 peternakan cerpelai di Belanda terinfeksi Covid-19. Beberapa ternak yang terinfeksi telah dimusnahkan sejak 5 Juni 2020 karena virus dapat terus beredar dan berisiko terhadap kesehatan masyarakat dan hewan lain. Pemerintah setempat membuat skema penutupan seluruh peternakan cerpelai pada musim semi 2021.
    Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa musang memang rentan terhadap virus Corona baru penyebab Covid-19, SARS-CoV-2. Karena itu, diasumsikan bahwa cerpelai juga mungkin rentan terhadap virus ini. Pneumonia terlihat pada cerpelai dan SARS-CoV-2 terdeteksi di organ dan usap tenggorokan. Berdasarkan variasi kode genetik virus, dapat disimpulkan bahwa peternakan cerpelai telah menularkan virus satu sama lain.
    Dilansir dari Nature, ada sekitar selusin hewan yang diketahui rentan terhadap virus Corona baru ini. Beberapa spesies, termasuk anjing dan kucing peliharaan, singa dan harimau di penangkaran, serta cerpelai yang dibudidayakan, hampir pasti tertular virus tersebut dari manusia.
    Linda Saif, ahli virus di Ohio State University, menjelaskan hasil eksperimen laboratorium menunjukkan hamster, kelinci, dan marmoset juga rentan terhadap Covid-19. Namun, penelitian pada babi, bebek, dan ayam menunjukkan ketiganya lebih kebal terhadap virus Corona  baru tersebut.
    Sejauh ini, belum ada penelitian terhadap hewan ternak lain, seperti sapi, domba, dan kuda. “Jika SARS-CoV-2 ditemukan pada satwa liar atau spesies lain yang memiliki kontak dekat dengan ternak, hal ini akan meningkatkan kemungkinan penularan antar spesies,” kata Saif.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "hewan ternak lebih kebal terhadap infeksi Covid-19" menyesatkan. Meskipun sejumlah lembaga menyatakan risiko penularan Covid-19 pada hewan ke manusia atau manusia ke hewan masih membutuhkan lebih banyak penelitian, beberapa peternakan cerpelai di Belanda, Denmark, dan Spanyol dilaporkan terinfeksi Covid-19. Bahkan, peternakan cerpelai di Belanda mencatat angka kematian cerpelai yang lebih tinggi dari hari biasa. Sejauh ini, belum ada penelitian soal kerentanan infeksi Covid-19 terhadap hewan ternak lain, seperti sapi, domba, dan kuda.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8302) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Nasabah BRI Wajib Ganti Kartu ATM GPN ke Mastercard?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 28/09/2020

    Berita


    Foto sebuah kertas yang berisi pengumuman dari Bank Rakyat Indonesia ( BRI ) beredar di media sosial. Pengumuman itu mengimbau nasabah BRI untuk mengganti kartu ATM yang berwarna biru dan berlogo Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) menjadi kartu ATM yang berlogo Mastercard.
    "Dikarenakan akan segera terblokir otomatis oleh sistem. Untuk mengganti kartu ATM, cukup membawa kartu ATM dan KTP saja, bagi yang kartu ATM-nya masih bisa digunakan," demikian narasi dalam pengumuman yang di bagian kiri atasnya tertera logo BRI.
    Di Facebook, foto pengumuman tersebut dibagikan salah satunya oleh akun Rina Mawati Latif, yakni pada 27 September 2020. Akun ini pun menulis, "Betul nda e." Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah dibagikan lebih dari 200 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Rina Mawati Latif.
    Apa benar nasabah BRI wajib mengganti kartu ATM berlogo GPN ke kartu ATM berlogo Mastercard?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi informasi tersebut, Tim CekFakta Tempo menghubungi Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto. Dia membantah informasi terkait kewajiban bagi nasabah BRI untuk mengganti kartu ATM berlogo GPN ke kartu ATM berlogo Mastercard.
    Aestika mengatakan BRI tidak sedang mengeluarkan kebijakan penggantian jenis kartu ATM bagi nasabah. "Hal tersebut tidak benar. Di BRI, tidak ada mekanisme penutupan otomatis seperti yang disampaikan di gambar," kata Aestika pada 28 September 2020.
    Isu tentang pemblokiran kartu ATM secara otomatis memang sempat ramai dibahas warganet ketika Bank Indonesia memberlakukan kebijakan kartu ATM ber-chip pada 2018 lalu. BI mewajibkan kartu ATM atau kartu debit sudah harus 100 persen menggunakan chip pada akhir 2021.
    Dilansir dari Kompas.com, pada akhir Oktober 2018, beredar kabar bahwa nasabah BRI diharuskan mengganti kartu debitnya menjadi kartu yang ber-chip. Kabar ini menyebut, jika nasabah tidak mengganti kartunya sebelum 30 Oktober 2018, kartu ATM lama (kartu ATM non-chip) akan terblokir.
    Menanggapi informasi tersebut, Corporate Secretary BRI ketika itu, Bambang Tribaroto, menegaskan bahwa kabar mengenai pemblokiran kartu ATM non-chip secara otomatis pada akhir Oktober 2018 tidak benar. "Demi mengutamakan kenyamanan nasabah, BRI tidak menetapkan tenggat waktu penggantian kartu debit non-chip menjadi kartu debit ber-chip," katanya.
    Bambang menjelaskan pergantian kartu ATM lama dengan kartu ATM baru ini merupakan perwujudan dari salah satu peraturan bank sentral. "Ini sesuai dengan peraturan BI terkait Standar Nasional Teknologi Chip (SNTC)," ujarnya.
    Meskipun BRI tidak menetapkan tenggat waktu, kata Bambang, nasabah tetap diimbau untuk melakukan penggantian kartu ATM. Nasabah dapat mengunjungi unit kerja BRI terdekat untuk melakukan penggantian kartu ATM ini dengan membawa kartu ATM non-chip dan KTP.
    Dikutip dari Kontan.co.id, Direktur Konsumer BRI Handayani mengatakan migrasi kartu debit BRI ber-chip sudah mencapai sekitar 60 persen pada akhir 2019. Total kartu debit yang telah dikeluarkan BRI hingga akhir 2019 sebanyak 53 juta kartu.
    Pencapaian itu melampaui target BRI di mana, pada akhir 2019, BRI menargetkan implementasi kartu debit ber-chip sudah mencapai 50 persen. Targetnya, pada akhir 2020, migrasi kartu debit BRI ber-chip sudah mencapai 80 persen.
    Dari jumlah keseluruhan kartu debit tersebut, BRI telah mendistribusikan sekitar 23 juta kartu yang berlogo GPN. Handayani menuturkan bahwa BRI terus mendorong nasabah melakukan pergantian kartu dengan menawarkan berbagai manfaat lebih seperti program-program promosi.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa nasabah BRI wajib mengganti kartu ATM berlogo GPN ke kartu ATM berlogo Mastercard, keliru. Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto telah membantah informasi tersebut. Menurut dia, BRI tidak sedang mengeluarkan kebijakan penggantian jenis kartu ATM. Di BRI, tidak ada mekanisme penutupan kartu ATM otomatis seperti yang tertulis dalam foto yang berisi klaim tersebut.
    IBRAHIM ARSYAD
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8301) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Aa Gym Sebut Perjuangan Rakyat Tahan Diri di Rumah Dikhianati Rezim?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 28/09/2020

    Berita


    Sebuah tulisan panjang yang berjudul “Perjuangan Kita Nahan Diri Di Rumah pun Dikhianati oleh Rezim” beredar di Facebook. Tulisan ini diklaim ditulis oleh pendakwah Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym. Tulisan itu menyebar pasca peristiwa penusukan Syekh Ali Jaber. Menurut polisi, orang tua mengatakan bahwa pelaku mengalami gangguan jiwa.
    Dalam tulisan itu, disebut bahwa pernyataan dan kebijakan pemerintah selama 10 tahun terakhir selalu menyayat hati umat Islam. Menurut tulisan itu, agama Islam, Al-quran, hingga nabi dihina, tapi pelaku tidak juga dihukum. "Malah sering kali membuat pernyataan palsu, bahwa si penghina tersebut orang yang tidak waras."
    Tulisan itu juga menyinggung soal penutupan masjid di tengah pandemi Covid-19. "Ibadah berjamaah selama bulan Ramadan hampir tidak pernah terisi di masjid-masjid. Setelah Ramadan sudah mau usai, mereka malah mengadakan konser besar-besaran. Ke mana hati dan perasaan mereka?" demikian narasi dalam tulisan itu.
    Di Facebook, tulisan ini dibagikan salah satunya oleh akun Haris Sigutang, yakni pada 25 September 2020. Sebelum tulisan itu, akun tersebut membubuhkan narasi, "Tak menduga Aa Gym yang lembut pun akhirnya berteriak!"
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Haris Sigutang.
    Apa benar tulisan panjang yang berjudul "Perjuangan Kita Nahan Diri di Rumah pun Dikhianati oleh Rezim" tersebut ditulis oleh Aa Gym?

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, tulisan berjudul "Perjuangan Kita Nahan Diri di Rumah pun Dikhianati oleh Rezim" yang diklaim sebagai tulisan Abdullah Gymnastiar  alias Aa Gym tersebut telah beredar sejak Mei 2020. Namun, Aa Gym telah memastikan bahwa tulisan itu bukanlah tulisannya.
    Klarifikasi itu disampaikan Aa Gym melalui akun Instagram  miliknya, @aagym, pada 25 Mei 2020. Dalam unggahannya, AA Gym membagikan gambar tangkapan layar pesan WhatsApp yang berisi tulisan panjang tersebut yang telah diberi stempel "Hoax" berwarna merah.
    Aa Gym pun menuliskan keterangan, “KLARIFIKASI - PESAN WHATSAPP KH. ABDULLAH GYMNASTIAR YANG TERSEBAR. Sahabat sekalian, pesan yang tersebar di atas ini bukan tulisan atau materi tausiah yang disampaikan oleh KH. Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym.”
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Instagram AA Gym.
    Ketika tulisan ini kembali beredar pada September 2020, Aa Gym kembali memberikan klarifikasi di akun Instagram dan Twitter  miliknya dengan isi yang sama, yakni bahwa tulisan tersebut bukanlah tulisannya atau materi tausiah yang pernah ia sampaikan.
    Pernyataan tentang pengkhianatan terhadap perjuangan bersama melawan virus Corona penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, memang pernah diutarakan Aa Gym pada 20 Mei 2020. Namun, Aa Gym tidak menyebut pengkhianatan itu dilakukan oleh rezim seperti yang tertulis dalam tulisan yang beredar.
    Dilansir dari Detik.com, Aa Gym, prihatin dengan masyarakat yang masih memenuhi bandara maupun pusat perbelanjaan menjelang Idul Fitri di tengah pandemi Covid-19. Aa Gym menyebut mereka seolah mengkhianati perjuangan bersama melawan virus Corona.
    "Bagi kita yang sudah hampir tiga bulan berada di rumah, melihat kerumunan di airport (bandara), di pasar-pasar, dan di jalan-jalan, seakan-akan perjuangan dan pengorbanan kita terkhianati oleh mereka," kata Aa Gym.
    Terutama, kata Aa Gym, bagi para dokter dan perawat yang mempertaruhkan nyawa, aparat yang siang-malam menjaga, lembaga pendidikan yang tutup, dan masjid maupun tempat ibadah yang menjadi sepi. Ia pun berpesan agar masyarakat lainnya tidak menirunya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa tulisan panjang yang berjudul "Perjuangan Kita Nahan Diri di Rumah pun Dikhianati oleh Rezim" ditulis oleh Aa Gym, keliru. Aa Gym telah menyatakan bahwa tulisan itu bukanlah tulisannya atau materi tausiah yang pernah ia sampaikan.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8300) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Tak Diputarnya Film G30S/PKI Tunjukkan Indonesia Negara Komunis?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 25/09/2020

    Berita


    Klaim yang menyebut Indonesia sebagai negara komunis karena tidak berani memutar film G30S/PKI beredar di Instagram. Klaim itu terdapat dalam sebuah gambar berisi teks yang diunggah oleh akun Instagram @alif_lam_mim_212 pada 21 September 2020.
    Berikut narasi dalam gambar tersebut: “Untuk mengetahui bahwa Indonesia itu negara komunis atau negara NKRI itu sangatlah mudah! Caranya cukup putar film G30S/PKI secara nasional. Kalau pemerintah enggak berani, berarti ini sudah negara komunis. Simpel kan caranya.”
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Instagram @alif_lam_mim_212.
    Unggahan yang berisi narasi mengenai PKI atau komunisme memang kerap beredar di media sosial pada bulan September. Hal ini berkaitan dengan peristiwa penculikan tujuh jenderal pada 30 September 1965 yang diklaim dilakukan oleh PKI.
    Namun, apa benar tidak diputarnya film G30S/PKI menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara komunis?

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, penghentian film G30S/PKI tidak menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara komunis. Film yang wajib diputar selama pemerintahan Orde Baru ini dihentikan karena dianggap tak sesuai dengan semangat reformasi dan menjadi film propaganda Orde Baru, meski pada 2019 diputar kembali di beberapa stasiun televisi swasta.
    Awalnya, pemutaran film G30S/PKI telah berakhir pada 30 September 1998, ketika rezim Orde Baru berganti menjadi era reformasi. Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam mengatakan berhentinya penyiaran film tersebut atas permintaan Perhimpunan Purnawirawan Angkatan Udara Republik Indonesia (PP AURI).
    Tokoh dari TNI AU saat itu, Marsekal Saleh Basarah, menelepon Menteri Pendidikan Juwono Sudarsono dan Menteri Penerangan Yunus Yosfiah. "Pak Saleh minta supaya film itu tidak diputar lagi," kata Asvi. Alasannya, lanjut Asvi, sejumlah anggota TNI AU menilai film ini mendiskreditkan pangkalan AURI di Bandara Halim Perdanakusuma. "Halim PK dianggap sebagai sarang PKI," katanya.
    Juwono Sudarsono membenarkan adanya hubungan per telepon dengan Saleh Basarah. “Beliau menghubungi saya sekitar Juni-Juli 1998,” katanya. Permintaan tersebut, lanjut dia, disampaikan secara lisan saja.
    Sementara itu, Yunus Yosfiah mengatakan pemutaran film yang bernuansa pengkultusan tokoh, seperti film Pengkhianatan G30S/PKI, Janur Kuning, Serangan Fajar tidak sesuai lagi dengan dinamika reformasi. "Karena itu, pada 30 September mendatang, TVRI dan televisi swasta tidak akan menayangkan film Pengkhianatan G30S/PKI lagi," ujar Yunus seperti dikutip dari Kompas edisi 24 September 1998.
    Pada 2019, sejumlah televisi swasta menayangkan kembali film tersebut. Penayangan ini merupakan instruksi dari Panglima TNI saat itu, Jenderal Gatot Nurmantyo. Dia memerintahkan seluruh jajaran TNI, dari tingkat babinsa, koramil, sampai kodim, untuk menonton film itu sekaligus mensosialisasikannya kepada masyarakat luas.
    “Perintah saya, mau apa memangnya?” kata Gatot. Ia menambahkan bahwa dirinya tidak peduli dengan polemik yang muncul terkait pemutaran film G30S/PKI. “Biarin saja (ada polemik),” katanya seperti dikutip dari Tirto.
    Film propaganda
    Film Pengkhianatan G30S/PKI yang berdurasi sekitar 220 menit ini diproduksi pada 1984. Almarhum Arifin C. Noer didapuk menjadi sutradara film itu. Pada masa pemerintahannya, Presiden Soeharto memerintahkan TVRI untuk menayangkan film tersebut setiap tanggal 30 September.
    Pemutaran film G30S/PKI bukan ukuran untuk menjadikan Indonesia negara komunis atau NKRI. Sejarawan Hilmar Farid pada 2012 menyatakan bahwa film tersebut adalah propaganda Orde Baru. “Dari segi produksi, kita lihat pembuatannya, ditangani langsung PPFN (Pusat Produksi Film Nasional) dengan restu Soeharto,” ujarnya. Sehingga, isi film pun mewakili pandangan Orde Baru tentang peristiwa 30 September 1965. “Dan sejumlah fantasinya.”
    Hilmar menguraikan film tersebut berhasil melanggengkan kebencian terhadap PKI. “Sebab, film yang diputar tiap tahun itu menyebarkan cerita bohong tentang kejahatan di Lubang Buaya,” ujarnya. Dengan target generasi muda, menurut dia, Orde Baru berhasil menemukan cara yang efektif untuk menanamkan kebencian terhadap PKI. “Yang dengan sendirinya menambah kuat legitimasi Soeharto,” katanya.
    Sebagai film propaganda, isi film tersebut tidak selalu mencerminkan kenyataan. Dikutip dari Historia, dalam adegan di mana para perwira tinggi TNI Angkatan Darat diculik ke Lubang Buaya, digambarkan mengalami penyiksaan hebat. Tubuh mereka disayat-sayat dan diperlakukan secara biadab, sebagaimana dideskripsikan diorama yang terpampang di kompleks Monumen Pancasila Sakti, Jakarta.
    Kenyataanya, tidak seperti itu. Dalam laporan visum et repertum yang didapat sejarawan Ben Anderson dan diungkap dalam laporan berjudul "How did the General Dies?" di Jurnal Indonesia pada April 1987, disebutkan bahwa keadaan jenazah dipenuhi dengan luka tembak.
    Dari hasil visum yang dilakukan oleh tim yang terdiri dari dokter Lim Joe Thay, dokter Brigadir Jenderal Rubiono Kertopati, dokter Kolonel Frans Pattiasina, dokter Sutomo Tjokronegoro, dan dokter Liau Yan Siang itu, dijelaskan bahwa tidak ada bekas penyiksaan seperti penyiletan, pemotongan alat kelamin, atau pencungkilan mata. Semua organ tubuh para perwira tinggi TNI AD itu utuh.
    Salah satu adegan lain yang paling banyak diingat khalayak dari film itu adalah adanya "pesta besar" di Lubang Buaya, lengkap dengan tarian-tarian erotis para aktivis Gerwani. Menurut penelitian Saskia Elionora Wieringa berjudul "Penghancuran Gerakan Perempuan di Indonesia", meski punya kaitan yang sangat dekat dengan PKI, Gerwani tidak terlibat langsung dalam tragedi tersebut.
    Pun begitu dengan kesaksian Serma Bungkus, eks anggota Resimen Tjakrabirawa yang menculik para jenderal. Dalam buku "Gerakan 30 September, Antara Fakta dan Rekayasa: Berdasarkan Kesaksian Para Pelaku Sejarah", Bungkus menyatakan bahwa tidak ada tarian atau pesta yang diiringi nyanyian-nyanyian di Lubang Buaya ketika itu.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "tidak diputarnya film G30S/PKI secara nasional menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara komunis" keliru. Pada 1998, film ini berhenti diputar karena dianggap tidak sesuai dengan semangat reformasi. Sejumlah penelitian dan kesaksian yang telah dipublikasikan pun menyatakan sejumlah adegan dalam film itu tidak sesuai fakta. Pada 2017, Panglima TNI saat itu, Jenderal Gatot Nurmantyo, menginstruksikan jajaran di bawahnya untuk menonton film ini kembali.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan