• (GFD-2021-8713) Sesat, Klaim Video Air Keran Mengandung Covid-19

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 02/08/2021

    Berita


    Sebuah video yang memperlihatkan dua orang berseragam satpam tengah menguji alat tes rapid antigen dengan menggunakan air keran beredar di media sosial. Video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa hasil uji alat rapid antigen menunjukkan air keran positif mengandung Covid-19.
    Di Facebook, video tersebut dibagikan akun ini pada 26 Juli 2021. Akun ini pun menuliskan narasi, “Viral satpam ini uji air keran pakai alat tes Covid19, hasilnya positif Covid19”.
    Dalam video berdurasi 3 menit itu terlihat seorang berpakaian satpam mengambil air keran dari kamar mandi. Disaksikan seorang rekannya, ia menuangkan air keran tersebut ke sebuah alat yang identik dengan alat rapid antigen. Beberapa saat kemudian alat tersebut menunjukkan hasil positif.
    Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah disaksikan lebih dari 5 ribu kali dan mendapat 9 komentar.
    Benarkah air keran mengandung Covid-19 setelah diuji alat rapid antigen ?
    Tangkapan Layar Unggahan dengan Klaim Video Air Keran Mengandung Covid-19

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, ahli patologi klinis dari Universitas Sebelas Maret (UNS) dr Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan, hasil positif pada alat rapid test antigen bisa muncul akibat adanya kandungan pH atau derajat keasaman yang dideteksi oleh alat tersebut.
    Eksperimen serupa pernah dilakukan aktris Rina Nose dengan menggunakan sambal cireng. Beberapa saat kemudian alat rapid tes yang digunakan Rina Nose menunjukkan hasil positif.
    Dilansir dari Kompas.com, dr Tonang Dwi Ardyanto pun menanggapi hal itu menggunakan perumpamaan tes kehamilan atau tespek. "Tes kehamilan itu kalau ditetesi sembarang cairan juga (hasilnya) positif. Itu namanya menggunakan (alat tes) tidak pada tempatnya," katanya.
    dr Tonang menjelaskan alat rapid test antigen memiliki batas pH tersendiri untuk menunjukkan hasil positif atau negatif sebuah sampel yang di uji. "Jadi persoalannya tentang pH. Ada batas pH yang pas untuk pemeriksaan tersebut (Rapid Test Antigen)," kata Tonang.
    Apabila sampel pada alat tes yang digunakan sesuai, maka hasil yang muncul pun dapat dipertanggungjawabkan. Namun apabila sampel yang digunakan adalah sampel yang tidak semestinya, sehingga kandungan pHnya lebih rendah atau lebih tinggi, maka hasil yang muncul pun tidak kredibel.
    "Sampel yang pas, seperti swab, (jika) sudah diukur pada pH yang tepat (sesuai) tersebut, maka kit bekerja secara seharusnya. Tapi bila kita berikan sampel di luar pH tersebut, maka alat akan rusak. Akibatnya seolah-olah positif," papar dia.
    Eksperimen Rina Nose itu juga mendapat tanggapan dari dr. Arina Heidyana. Dia mengatakan bahwa hasil tes rapid bisa saja positif palsu. “Hasilnya bisa positif palsu karena penggunaannya tidak sesuai dengan instruksi untuk alat tersebut,” kata dr. Arina seperti dilansir dari klikdokter.com.
    Menurut dr. Arina, alat rapid test antigen dirancang untuk menguji virus corona dari swab nasofaring. Kalau sampelnya bukan dari swab nasofaring, alat tersebut bisa rusak.
    “Membran nitroselulosa alat pemeriksaan itu kan rapuh. (Lalu) dikasih sambal cireng, ya bisa rusak. Makanya bisa timbul positif palsu,” ujar dr. Arina menjelaskan.
    Di samping itu, kasus positif atau negatif palsu rapid test antigen juga marak diberitakan berbagai media. Rupanya, keterampilan petugas atau seseorang dalam mengambil spesimen swab dapat memengaruhi keakuratan hasil. Artinya, semakin tidak terampil seseorang dalam mengambil sampel, maka peluang mendapatkan hasil positif atau negatif palsu semakin lebar. Begitu pula sebaliknya.
    Eksperimen yang identik juga pernah dilakukan seorang anggota parlemen Austria, Michael Schnedlitz. Ia menggunakan Coca-Cola sebagai sampel pada alat rapid test antigen dan hasilnya positif.
    Menurutnya, eksperimen itu menunjukkan bahwa tes massal Covid-19 tidak berguna.
    Dikutip dari okezone.com, Michael Schnedlitz melakukan tes cepat (rapid test) virus corona pada segelas cola selama pidato berapi-api yang menuduh pemerintah melakukan tirani medis. Setelah beberapa menit, tes cepat itu menunjukkan hasil positif.
    Michael Schnedlitz, anggota Dewan Nasional Austria dan sekretaris jenderal Partai Kebebasan, mencela program skrining dan langkah-langkah pencegahan penyebaran virus corona pemerintah lainnya pada pidato yang disampaikan, Kamis, 10 Desember 2020.
    Selama pidatonya, Schnedlitz melakukan tes Covid-19 cepat pada segelas cola, menunjukkan kepada rekan-rekannya setelah beberapa menit bahwa minuman berkarbonasi manis itu dinyatakan positif terkena virus.
    Dia menyebut tes cepat itu “tidak berguna” dan mengatakan pengujian Covid-19 yang didanai publik adalah sebuah penyaluran besar-besaran uang pajak ke industri farmasi. Dia juga menuduh pemerintah menerapkan kediktatoran ringan dan merampas hak-hak dasarnya, seperti kebebasan sipil dan kebebasan berekspresi.
    Sebuah perusahaan yang memproduksi tes antigen, Dialab, menilai eksperimen politisi Austria tersebut tidak dilakukan secara benar, sehingga hasilnya positif. Dialab mendemonstrasikan bagaimana melakukan tes dengan benar sehingga tes pada Coca-cola memberikan hasil negatif. Video demonstrasi itu diunggah ke Youtube oleh kanal DIALAB GmbH pada 14 Desember 2020.
    Menurut Dialab, ada hal-hal diterapkan secara tidak benar saat pengetesan tersebut dilakukan. "Sampel" tidak diputar dalam cairan buffer. Padahal, jika pengujian dilakukan dengan benar, sampel seharusnya diaduk terlebih dahulu dalam cairan buffer yang menjaga nilai pH konstan.
    Jika Anda menerapkan "sampel" (dalam hal ini cola, yang memiliki nilai pH 2,5), seperti dalam kasus politisi, tanpa menggunakan buffer, Anda menghancurkan protein antibodi dari tes yang dikaitkan dengan respons Virus. Ini menghancurkan lapisan penyangga dan tanda positif menjadi terlihat. Hasil ini juga akan didapat menggunakan sampel lain jika pengaplikasiannya seperti itu.
    Jika Anda telah menggunakan tes dengan benar, seperti yang dijelaskan dalam sisipan paket, tes akan negatif. Untuk memberikan bukti ini, kami melakukan tes air cola dengan cara yang benar. Hasilnya negatif, seperti yang Anda lihat di video.
    Dialab juga menganjurkan agar tes Covid-19 selalu dilakukan oleh staf rumah sakit atau orang yang terlatih untuk menghindari hasil dan presentasi tersebut.
    Berdasarkan arsip berita Tempo, hasil evaluasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan atau lembaga independen yang ditetapkan Kemenkes kriteria produk RDT-Ag lain dengan sensitivitas yang berarti kemampuan tes untuk menunjukkan individu mana yang menderita sakit dari seluruh populasi yang benar-benar sakit hingga ≥ 80 persen dan spesifisitas berarti kemampuan tes untuk menunjukkan individu mana yang tidak menderita sakit dari mereka yang benar-benar tidak sakit ≥ 97 persen yang dievaluasi pada fase akut, walaupun demikian pemeriksaan rapid test tidak digunakan untuk diagnostik.
    Pemeriksaan Rapid Test Antigen menggunakan teknik swab Antigen dengan mengambil sampel lendir dari hidung atau tenggorokan, ludah, waktu pemeriksaannya cepat hanya sekitar 15 menit. Mengutip dari publikasi internasional WHO, tes diagnostik deteksi antigen dirancang untuk secara langsung mendeteksi protein SARS-CoV-2 yang dihasilkan oleh virus yang bereplikasi di sekresi saluran pernapasan. Tes ini dikembangkan untuk penggunaan berbasis laboratorium dan dekat pasien dan disebut tes diagnostik cepat, atau RDT.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video dengan klaim bahwa air keran mengandung Covid-19 setelah diuji alat rapid antigen, menyesatkan. Menurut ahli patologi klinis dari Universitas Sebelas Maret (UNS) dr Tonang Dwi Ardyanto, hasil positif pada alat rapid test antigen bisa muncul akibat adanya kandungan pH atau derajat keasaman yang dideteksi oleh alat. Setiap alat tes sudah memiliki batasan pH tersendiri untuk menunjukkan hasil positif atau negatif sebuah sampel yang di uji. Menggunakan air sebagai sampel pada alat rapid tes juga tidak dibenarkan karena dapat menyebabkan alat tersebut rusak. Alat rapid test antigen dirancang untuk menguji virus corona dari swab nasofaring.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8712) Keliru, Klaim Ini Foto Praktek Jual Beli Istri di Sebuah Pasar

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 28/07/2021

    Berita


    Sebuah foto yang memperlihatkan beberapa perempuan tanpa busana terbungkus plastik transparan beredar di internet. Foto tersebut dibagikan dengan narasi bahwa para perempuan-perempuan itu sedang diperjualbelikan di sebuah pasar.
    Foto tersebut dimuat blog ini dengan judul, “Ya Allah.Dunia Udah Semakin Tua, 7 Pasar Aneh Sedunia. Bisa Juga Buat Beli Istri”. Pada lampiran foto juga tertera tulisani “Pasar yang Aneh”.
    “Meskipun yang dipasarkan di pasar itu dikatakan ilegal untuk di sebagian besar negara, nyatanya pasar-pasar ini bukanlah pasar gelap lo sob. Serta mesikipun terbukti ada yang dirahasiakan, itu kini bukanlah rahasia umum lagi, semacam menjual anak di bangladesh, menjual istri serta tetap tidak sedikit lagi,” bunyi artikel tersebut.
    Benarkah ini foto praktek jual beli isteri di sebuah pasar?
    Foto yang diklaim sebagai pasar jual istri.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo menelusuri jejak digital foto tersebut dengan menggunakan reverse image tools Source, Google dan Yandex. Hasilnya, foto tersebut merupakan aksi teatrikal aktivis People for the Ethical Treatment of Animals (PETA), sebuah organisasi yang memperjuangkan hak-hak hewan serta mengingatkan pentingnya kesadaran masyarakat akan manfaat dari pola makan tanpa daging.
    Tempo menemukan jejak digital foto di atas dengan menggunakan reverse image TinEye. Hasilnya, foto yang dimuat blog tersebut telah disunting dengan menyamarkan poster yang dipegang tiga orang aktivis. Salah satu poster bertuliskan slogan “MEAT IS MURDER” dan terdapat logo PETA pada bagian bawahnya. Slogan itu kerap digunakan aktivis PETA dalam melakukan aksi protes.
    Foto yang identik juga pernah dimuat situs thepitchkc.com pada 12 Mei 2010 dengan judul, “PETA’s latest bloody naked protest,”.
    “Saya melewatkan demonstrasi anti-daging PETA kemarin di Country Club Plaza, tetapi organisasi hak-hak hewan mengirimkan beberapa foto wanita hampir telanjang yang dibungkus plastik di atas nampan,” bunyi keterangan pada foto tersebut.
    Dilansir Dari situs berita independent.co.uk, Aktivis hak-hak binatang melakukan aksi telanjang dan menutupi diri mereka dengan darah kemudian membungkus diri mereka dalam kemasan daging raksasa di tengah Kota Barcelona. Cabang organisasi hak-hak hewan Spanyol AnimaNaturalis menggelar protes pada hari Minggu, di alun-alun Sant Jaume Barcelona.
    Para aktivis memprotes dengan telanjang bulat di alun-alun yang sibuk, berbaring di atas nampan styrofoam besar, berlumuran darah palsu dan dibungkus plastik transparan – mirip dengan bagaimana daging sering dikemas di supermarket.
    Tujuan dari protes tersebut adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan manfaat dari pola makan tanpa daging yang “bebas dari eksploitasi, penderitaan dan kematian hewan”.
    Protes itu terjadi dua bulan setelah Barcelona mendeklarasikan dirinya sebagai kota resmi pertama yang 'ramah sayuran', tetapi AnimaNaturalis mengklaim bahwa mereka belum berbuat cukup untuk melaksanakan janji tersebut.
    Aida Gascon, direktur AnimaNaturalis mengatakan, “kami ingin menarik perhatian otoritas kota yang berjanji pada bulan Maret untuk bergabung dengan inisiatif global seperti 'Senin Tanpa Daging' Paul McCartney, tetapi belum mengimplementasikan apa pun."
    “Implikasi lingkungan, kesehatan, dan etika seputar konsumsi daging adalah masalah yang tidak dapat diabaikan lagi,” katanya menambahkan. Organisasi ingin pemerintah berkomitmen AnimaNaturalis satu hari untuk mengkampanyekan pola makan yang bebas dari produk hewani.
    Adapun People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) merupakan organisasi hak-hak hewan terbesar di dunia, dengan lebih dari 6,5 juta anggota dan pendukung.
    PETA menentang spesiesisme, pandangan dunia supremasi manusia, dan memusatkan perhatiannya pada empat bidang di mana sejumlah besar hewan paling menderita untuk periode waktu yang paling lama: di laboratorium, di industri makanan, dalam perdagangan pakaian, dan dalam industri hiburan.
    PETA bekerja melalui pendidikan publik, investigasi kekejaman, penelitian, penyelamatan hewan, undang-undang, acara khusus, keterlibatan selebriti, dan kampanye protes.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas merupakan praktik jual beli istri di sebuah pasar adalah keliru. Foto tersebut merupakan hasil suntingan. Sejumlah perempuan yang melakukan aksi telanjang dengan tubuh berlumuran darah palsu merupakan aktivis PETA yang tengah melakukan protes terkait hak-hak hewan serta mengingatkan pentingnya kesadaran masyarakat akan manfaat dari pola makan tanpa daging.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8711) Keliru, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sengaja Menyebarkan Varian Baru Virus Corona

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 27/07/2021

    Berita


    Narasi yang mengklaim varian baru virus Corona sengaja disebarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), World Economic Forum dan John Hopkin University diunggah di Facebook, 26 Juli 2021. Unggahan itu memuat tabel dalam bahasa Spanyol berisi nama strain, daftar peluncuran serta logo tiga organisasi tersebut. 
    Unggahan itu kemudian diikuti dengan narasi: “Jadwal virus varian baru yang bakal disebar. Mereka sengaja sebar virus di tambah menggunakan propaganda ketakutan media. Sampe (sampai, red) kita semua mau suntik pakcin (vaksin, red) yang sebenarnya bukan pakcin. Tapi senjata bio kimia.”Unggahan tersebut telah bagikan 119 kali dan mendapatkan komentar 89 kali.

    Hasil Cek Fakta


    Hasil verifikasi Tim Cek Fakta Tempo menunjukkan, tidak ada bukti yang mengaitkan kemunculan varian baru Corona virus dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), World Economic Forum dan John Hopkin University. Munculnya varian baru adalah hasil mutasi secara alami virus. Tabel dalam unggahan tersebut mengambil seluruh alfabet dalam Yunani kuno, dengan beberapa abjad digunakan sebagai nama varian baru SARS-Cov-2.
    Dikutip dari BBC, penggunaan alfabet Yunani secara resmi digunakan pada 31 Mei 2021. Hal itu bertujuan untuk menghilangkan stigma dari nama-nama varian baru yang sebelumnya diidentikkan dengan negara tertentu. Selain itu, penamaan dengan alfabet Yunani lebih mudah digunakan dibandingkan dengan nama asli sainsnya.Dalam laman resminya, John Hopkin University justru menjelaskan bahwa munculnya varian virus terjadi ketika ada perubahan atau mutasi pada gen virus. Hal ini merupakan sifat virus RNA seperti virus corona yang dapat berevolusi dan berubah secara bertahap. Perbedaan geografis cenderung menghasilkan varian yang berbeda secara genetik. Akan tetapi mutasi pada virus, termasuk virus corona yang menyebabkan pandemi COVID-19, bukanlah hal baru atau tidak terduga. Semua virus RNA bermutasi dari waktu ke waktu, beberapa bahkan lebih dari yang lain. Misalnya, virus flu yang sering berubah. 
    WHO dalam laporannya pada 25 Januari 2021, menjelaskan, evolusi pada virus merupakan sesuatu yang wajar terjadi sehingga memunculkan varian baru dari virus aslinya.  Mutasi tersebut dapat mengakibatkan virus menjadi lebih cepat menular, meningkatkan keparahan penyakit atau mempengaruhi kemanjuran diagnostik, terapeutik atau vaksin. 
    Selain itu, Tempo menemukan tanggal ditemukannya varian baru virus Corona dalam tabel tidak akurat. Varian Delta misalnya, yang tertulis diluncurkan pada Juni 2021. Padahal varian ini ditemukan pertama kali di India pada Oktober 2020, menurut laporan Deutsche Welle (DW), Jerman.Kemudian varian Kappa, menurut Pusat Pencegahan dan Penanganan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, virus ini pertama kali teridentifikasi di India pada Desember 2020. Sementara dalam unggahan, tertulis Desember 2021. 
    Varian Eta, diidentifikasi pertama di Inggris dan Nigeria pada Desember 2020. Bukan pada September 2021, seperti dalam tabel.

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan narasi yang mengklaim varian baru virus Corona sengaja disebarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), World Economic Forum dan John Hopkin University, adalah keliru. Tempo menemukan ketidakakuratan antara pertama kali varian baru diidentifikasi dengan tanggal yang tertulis di tabel. Selain itu, mutasi virus Corona yang memunculkan varian baru adalah hal alami seperti pada virus RNA lainnya. 
    Tim Cek Fakta Tempo

    Rujukan

  • (GFD-2021-8710) Sesat, Klaim Video Aksi Turunkan Jokowi

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 27/07/2021

    Berita


    Sesat, Klaim Video Aksi Turunkan JokowiSejumlah video di Youtube yang diklaim demo turunkan Jokowi, diunggah sejumlah akun sejak Sabtu 24 Juli 2021. Video tersebut beredar di tengah ajakan di berbagai media sosial untuk aksi nasional Jokowi Endgame pada Sabtu lalu.
    Video pertama yangditemukan Tempo adalah video berjudul 'Demo Turunkan Jokowi! Ribuan Personel Berhasil Pukul Mundur Para Perusuh'. Video berdurasi 8 menit itu berisi kolase beberapa video pendek aksi demonstrasi, pernyataan Dosen Universitas Indonesia Ade Armando dan Ridwan Kamil.
    Dalam pernyataannya, Ade Armando menyinggung soal politisi busuk yang berada di belakang seruan aksi Jokowi Endgame. 
    Video kedua berjudul Gabungan Ormas HIT-FPI Mainkan Demo di Depan Gedung Istana Turunkan Jokowi. Video berdurasi sekitar 5 menit ini berisi aksi longmarch peserta aksi. 

    Hasil Cek Fakta


    Dari penelusuran Tim Cek Fakta Tempo menunjukkan bahwa dua video tersebut bukan aksi Jokowi Endgame untuk menurunkan Presiden Jokowi di depan gedung Istana pada Sabtu 24 Juli 2021. Gabungan video tersebut adalah aksi demonstrasi menolak PPKM di Bandung, Jawa Barat.
    Pada video Youtube pertama, Tempo mendapatkan petunjuk pada menit 1:35 yang menunjukkan gerbang bertuliskan Pemerintah Kota Bandung. Selain itu pada poster-poster yang dipegang peserta aksi, tertulis protes terhadap pemberlakuan PPKM. Dengan petunjuk itu, Tempo mengecek sejumlah video pemberitaan media massa tentang aksi penolakan PPKM di Bandung.
    Pada video Youtube pertama, Tempo menemukan beberapa bagian sama dengan video dari Kompas TV Demo Tolak Perpanjangan PPKM Darurat Berakhir Ricuh, 173 Orang Ditangkap Polisi yang tayang 22 Juli 2021. Bagian yang sama itu terdapat pada menit 1:08 dan 1:24.
    Tangkapan layar video yang diklaim sebagai Aksi Turunkan Jokowi di Youtube (kiri), Video yang pernah diunggah Kompas TV (kanan)Kemudian pada video Youtube kedua, Tempo mendapatkan petunjuk nama toko IndoJaya Bangunan yang terlihat saat para peserta aksi mengendarai motornya. Melalui google maps, IndoJaya Bangunan tersebut beralamat di Kelurahan Braga, Kota Bandung.
    Dengan pencarian yang sama pada video pemberitaan media, Tempo menemukan bahwa video tersebut identik dengan video menit 1:24 yang dimuat oleh kanal Youtube Viva.co.id, berjudul Mahasiswa, Ojol dan Pedagang Demo di Kantor Balai Kota Bandung Tolak PPKM Diperpanjang pada 21 Juli 2021.
    Tangkapan layar video yang diklaim sebagai Aksi Turunkan Jokowi di Youtube
    Dilansir dari Liputan6.com, aksi meminta penghentian PPKM Darurat di depan kantor Balai Kota Bandung tersebut berlangsung pada Rabu 21 Juli 2021. Aksi itu untuk mengkritik pelaksanaan PPKM yang merugikan masyarakat seperti pedagang. Sementara jumlah bantuan dari Pemkot Bandung dianggap tidak cukup untuk keluarga pedagang.Selain mahasiswa, aksi itu juga diikuti oleh driver ojek online.
    Aksi Jokowi Endgame
    Sementara, rencana aksi Jokowi Endgame untuk menurunkan Jokowi pada Sabtu 24 Juli 2021 di sekitar Istana Merdeka, Jakarta Pusat, batal. Dikutip dari arsip pemberitaan Tempo, Hanya ada enam orang yang datang di lokasi dan mereka kemudian ditangkap oleh polisi.Sebelumnya dalam poster ajakan demonstrasi yang tersebar, para pengemudi ojek online beserta masyarakat diharapkan turun ke jalan untuk menolak penerapan PPKM. Massa rencananya akan melakukan long march dari Glodok menuju Istana Negara.
    "Mengundang seluruh elemen masyarakat! Untuk turun ke jalan menolak PPKM dan menghancurkan oligarki istana beserta jajarannya." Begitu imbauan di poster aksi Jokowi End Game itu. Poster itu menyertakan logo beberapa aplikator ojek online serta aliansi mahasiswa dan persatuan pedagang sebagai peserta aksi.

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, dua video yang diklaim demo turunkan Jokowi pada Sabtu 24 Juli 2021 adalah menyesatkan. Video tersebut tidak terkait dengan aksi Jokowi Endgame untuk menurunkan Jokowi seperti seruan sejumlah poster digital di media massa. Video yang ditampilkan adalah terkait dengan demo penolakan PPKM di Bandung pada Rabu 21 Juli 2021.
    Tim CekFakta Tempo

    Rujukan