(GFD-2021-6166) [SALAH] Tangkapan Layar Video CNN Memberitakan Rakyat akan dibunuh oleh Vaksin dari Tiongkok
Sumber: facebook.comTanggal publish: 21/01/2021
Berita
Beredar sebuah postingan dari akun Facebook Ahmad memposting berupa tangkapan layar dari video siaran CNN dan terdapat tulisan “hati2,,, rakyat akan dibunuh vaksin Cina,,,!”. Postingan diposting pada 12 Januari disukai sebanyak 10 kali.
Hasil Cek Fakta
Setelah melakukan penelurusan, video siaran dari CNN yang berjudul “VIDEO: Potensi Bahaya Vaksin Covid-19” yang dipublikasikan pada 18 September 2020 menjelaskan tentang sebuah penelitian dari Professor Nidom Foundation yang menghasilkan bahwa dari 40 virus Covid-19 asal Indonesia dan sejumlah negara Asia Tenggara serta Wuhan yang diteliti memiliki motif Antibody Dependent Enhancement (ADE) dan 57,5% mengalami mutasi dari virus Covid-19 dari Wuhan. Nidom menjelaskan adanya fenomena ADE dapat menyebabkan virus yang kembali masuk ke tubuh semakin ganas setelah vaksinasi dikarenakan sistem antibodi tubuh merespon virus dengan mengikat virus tersebut sehingga virus lainnya dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh.
Efek dari ADE juga dibahas pada artikel dari suara.com yang berjudul “Dokter dari Cirebon Sebut Vaksinasi Presiden Gagal, PB IDI Angkat Bicara”. dr Daeng Mohammad Faqih sebagai Ketua PB IDI membantah adanya reaksi ADE setelah vaksinasi Covid-19 dikarenakan vaksin Sinovac sudah diuji klinis oleh PT Bio Farma dan peneliti dari Universitas Padjajaran. Hasil dari penelitian tersebut tidak ditemukan adanya reaksi ADE dan telah dilaporkan ke BPOM.
Melihat dari penjelasan tersebut, tangkapan layar dari video siaran CNN dengan tulisan “hati2,,, rakyat akan dibunuh vaksin Cina,,,!” adalah tidak benar sehingga termasuk dalam kategori Konten yang Menyesatkan/Misleading Content.
Efek dari ADE juga dibahas pada artikel dari suara.com yang berjudul “Dokter dari Cirebon Sebut Vaksinasi Presiden Gagal, PB IDI Angkat Bicara”. dr Daeng Mohammad Faqih sebagai Ketua PB IDI membantah adanya reaksi ADE setelah vaksinasi Covid-19 dikarenakan vaksin Sinovac sudah diuji klinis oleh PT Bio Farma dan peneliti dari Universitas Padjajaran. Hasil dari penelitian tersebut tidak ditemukan adanya reaksi ADE dan telah dilaporkan ke BPOM.
Melihat dari penjelasan tersebut, tangkapan layar dari video siaran CNN dengan tulisan “hati2,,, rakyat akan dibunuh vaksin Cina,,,!” adalah tidak benar sehingga termasuk dalam kategori Konten yang Menyesatkan/Misleading Content.
Rujukan
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4417407/cek-fakta-tidak-benar-video-ini-memberitakan-rakyat-indonesia-akan-dibunuh-vaksin-china
- https://www.cnnindonesia.com/tv/20200918110220-403-547992/video-potensi-bahaya-vaksin-covid-19
- https://www.suara.com/health/2021/01/14/150238/dokter-dari-cirebon-sebut-vaksinasi-presiden-gagal-pb-idi-angkat-bicara
(GFD-2021-6165) [SALAH] Diagram Chip 5G pada Vaksin Covid-19
Sumber: twitter.comTanggal publish: 21/01/2021
Berita
Beredar sebuah postingan dari akun Twitter @Anovagrrl memposting berupa sebuah foto skema sirkuit elektronik yang diklaim adalah foto diagram chip 5G pada vaksin Covid-19. Postingan ini diposting pada 9 Januari 2021.
Vaksin chips
Vaksin dengan chip
Vaksin chips
Vaksin dengan chip
Hasil Cek Fakta
Setelah melakukan penelurusan dengan melakukan reverse image search, foto yang serupa ditemukan pada beberapa forum yang berhubungan dengan peralatan gitar dan diketahui model dari diagram tersebut adalah Boss MT-2 Metal Zone yang merupakan alat yang digunakan oleh pemain gitar yang ber-genre hard rock atau metal.
Melihat dari penjelasan tersebut, diagram chip 5G pada vaksin Covid-19 adalah tidak benar sehingga termasuk dalam kategori Konten yang dimanipulasi/Manipulated Content.
Melihat dari penjelasan tersebut, diagram chip 5G pada vaksin Covid-19 adalah tidak benar sehingga termasuk dalam kategori Konten yang dimanipulasi/Manipulated Content.
Rujukan
- https://inet.detik.com/cyberlife/d-5322602/viral-chip-5g-di-vaksin-covid-19-ternyata-pedal-gitar
- https://forum.cxem.net/uploads/monthly_11_2011/post-146947-0-76153900-1321547343.jpg
- https://www.snopes.com/fact-check/covid-5g-chip-diagram/
- https://www.boss.info/us/products/mt-2/
- https://www.techtimes.com/articles/255614/20210105/confidential-document-shows-diagram-5g-chip-within-covid-19-vaccine.htm
(GFD-2021-6164) [SALAH] Gelang Power Balance Dapat Menyembuhkan Corona
Sumber: twitter.comTanggal publish: 21/01/2021
Berita
Sebuah akun Twitter bernama @Ammarah_07 mengunggah foto gelang Power Balance dengan menambahkan keterangan bahwa hanya gelang itu lah yang dapat menyelamatkan kita dari Virus Corona.
Hasil Cek Fakta
Setelah ditelusuri, Kepala penelitian dari Universitas Wisconsin-Lacrosse itu adalah John Porcari. Ia adalah professor bidang ilmu keolahragaan yang telah berpengalaman meneliti alat-alat olahraga. “Tidak ada sesuatu apapun di dalamnya. Semua itu ada di dalam pikiran pemakainya. Bila ia merasa performanya meningkat dengan menggunakan Power Balance, maka hal itu terjadi. Benda ini mempengaruhi pola pikir saja,” kata Porcari.
Badan Pengawas Konsumen Australia (ACCC/Australian Competition and Consumer Commission) mengatakan manfaat gelang Power Balance palsu. ACCC memerintahkan Power Balance Australia untuk menarik seluruh gelang yang sudah terjual di konsumen karena telah disesatkan manfaatnya. Kebijakan dari Australia ini akhirnya berdampak ke seluruh Power Balance dunia termasuk di Indonesia. Power Balance akhirnya mengakui bahwa tidak ada dasar ilmiah yang kredibel untuk menguatkan klaim manfaat tersebut.
Dikutip dari BBC, Seorang juru bicara Power Balance di Inggris menekankan bahwa perusahaan itu tidak mengklaim ada bukti ilmiah di balik produk tersebut. Dalam sebuah pernyataan, firma tersebut mengatakan: “Sejak awal, Power Balance telah hidup dan berkembang di lingkungan pengujian terakhir, dunia nyata. Kami terus melihat, mendengar, dan belajar tentang bagaimana orang percaya bahwa produk kami telah mempengaruhi kehidupan mereka secara positif.”
Sehingga, klaim mengenai gelang Power Balance yang dapat menyembuhkan Corona termasuk hoaks dengan kategori satire.
Badan Pengawas Konsumen Australia (ACCC/Australian Competition and Consumer Commission) mengatakan manfaat gelang Power Balance palsu. ACCC memerintahkan Power Balance Australia untuk menarik seluruh gelang yang sudah terjual di konsumen karena telah disesatkan manfaatnya. Kebijakan dari Australia ini akhirnya berdampak ke seluruh Power Balance dunia termasuk di Indonesia. Power Balance akhirnya mengakui bahwa tidak ada dasar ilmiah yang kredibel untuk menguatkan klaim manfaat tersebut.
Dikutip dari BBC, Seorang juru bicara Power Balance di Inggris menekankan bahwa perusahaan itu tidak mengklaim ada bukti ilmiah di balik produk tersebut. Dalam sebuah pernyataan, firma tersebut mengatakan: “Sejak awal, Power Balance telah hidup dan berkembang di lingkungan pengujian terakhir, dunia nyata. Kami terus melihat, mendengar, dan belajar tentang bagaimana orang percaya bahwa produk kami telah mempengaruhi kehidupan mereka secara positif.”
Sehingga, klaim mengenai gelang Power Balance yang dapat menyembuhkan Corona termasuk hoaks dengan kategori satire.
Rujukan
(GFD-2021-6163) [SALAH] Obat COVID-19 Dexamethasone Lebih Murah dari Harga Vaksin COVID-19
Sumber: twitter.comTanggal publish: 21/01/2021
Berita
Akun Twitter IG : Nicho Silalahi. YT : Migran TV (@Nicho_Silalahi) mengunggah cuitan berupa video siaran berita tvOne tentang obat COVID-19 dexamethasone yang dapat menyelamatkan pasien dengan gejala yang parah. Ciutan tersebut juga disertai dengan narasi yang menyebutkan bahwa ada dugaan korupsi vaksin yang telah dibeli dari China ratusan juta karena obat COVID-19 memiliki harga yang murah.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, video siaran berita tvOne berjudul “Peneliti Inggris Temukan Obat Corona? Direktur Jenderal WHO Akui Efektivitas Dexamethasone” yang diunggah oleh kanal YouTube tvOneNews pada 19 Juni 2020. Siaran tersebut merujuk pada penggunaan dexamethasone sebagai obat kortikosteroid mampu menyelamatkan pasien COVID-19 dengan gejala yang parah berdasarkan hasil uji klinis yang dilakukan oleh tim ilmuwan University of Oxford.
Namun perlu diketahui, vaksin COVID-19 tidak dapat dikatakan sebagai obat karena menurut situs covid19.go.id, vaksin COVID-19 merupakan bentuk pencegahan yang berikan pada orang yang sehat untuk mendorong pembentukan kekebalan tubuh spesifik pada penyakit COVID-19 agar terhindar dari tertular atau kemungkinan sakit berat. Selain itu, WHO sebagai otoritas kesehatan dunia menyebutkan, obat dexamethasone tidak boleh dikonsumsi untuk mencegah atau mengobati gejala ringan COVID-19.
Hal serupa juga dikatakan oleh dr Reisa Broto Asmoro yang pada saat itu menjabat sebagai anggota tim komunikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dalam konferensi pers pada 19 Juni 2020. Ia menjelaskan, dexamethasone diberikan pada kasus konfirmasi yang sakit berat dan kritis yaitu yang membutuhkan ventilator dan alat bantu pernapasan serta tidak memiliki khasiat pencegahan, bukan penangkal COVID-19, bukan juga vaksin.
“Pemakaian obat steroid untuk COVID-19 hanya dibolehkan dalam pengawasan ahli, para dokter, dan dilakukan di sarana yang memadai tentunya yang bisa menangani efek samping yang dapat terjadi,” pungkas dr Reisa.
Sebagai tambahan, mengutip dari Alodokter, dexamethasone adalah obat untuk meredakan peradangan. Peradangan pada COVID-19 dapat menyebabkan sejumlah kerusakan di paru-paru, seperti penumpukan cairan (edema paru) dan pembentukan selaput hyalin. Kerusakan inilah yang membuat pasien sesak napas dan mengalami komplikasi, misalnya ARDS atau gagal napas. Dapat dikatakan, dexamethasone bukanlah obat untuk menyembuhkan COVID-19, melainkan untuk mencegah kerusakan paru pada pasien COVID-19 yang sudah mengalami sesak napas.
Dari berbagai fakta yang telah dijelaskan, cuitan unggahan akun Twitter @Nicho_Silalahi dikategorikan sebagai Konten yang Menyesatkan.
Namun perlu diketahui, vaksin COVID-19 tidak dapat dikatakan sebagai obat karena menurut situs covid19.go.id, vaksin COVID-19 merupakan bentuk pencegahan yang berikan pada orang yang sehat untuk mendorong pembentukan kekebalan tubuh spesifik pada penyakit COVID-19 agar terhindar dari tertular atau kemungkinan sakit berat. Selain itu, WHO sebagai otoritas kesehatan dunia menyebutkan, obat dexamethasone tidak boleh dikonsumsi untuk mencegah atau mengobati gejala ringan COVID-19.
Hal serupa juga dikatakan oleh dr Reisa Broto Asmoro yang pada saat itu menjabat sebagai anggota tim komunikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dalam konferensi pers pada 19 Juni 2020. Ia menjelaskan, dexamethasone diberikan pada kasus konfirmasi yang sakit berat dan kritis yaitu yang membutuhkan ventilator dan alat bantu pernapasan serta tidak memiliki khasiat pencegahan, bukan penangkal COVID-19, bukan juga vaksin.
“Pemakaian obat steroid untuk COVID-19 hanya dibolehkan dalam pengawasan ahli, para dokter, dan dilakukan di sarana yang memadai tentunya yang bisa menangani efek samping yang dapat terjadi,” pungkas dr Reisa.
Sebagai tambahan, mengutip dari Alodokter, dexamethasone adalah obat untuk meredakan peradangan. Peradangan pada COVID-19 dapat menyebabkan sejumlah kerusakan di paru-paru, seperti penumpukan cairan (edema paru) dan pembentukan selaput hyalin. Kerusakan inilah yang membuat pasien sesak napas dan mengalami komplikasi, misalnya ARDS atau gagal napas. Dapat dikatakan, dexamethasone bukanlah obat untuk menyembuhkan COVID-19, melainkan untuk mencegah kerusakan paru pada pasien COVID-19 yang sudah mengalami sesak napas.
Dari berbagai fakta yang telah dijelaskan, cuitan unggahan akun Twitter @Nicho_Silalahi dikategorikan sebagai Konten yang Menyesatkan.
Rujukan
- https://covid19.go.id/tanya-jawab?search=Adakah%20obat%20khusus%20untuk%20mencegah%20atau%20mengobati%20virus%20corona%20baru?
- https://www.who.int/fr/news-room/q-a-detail/coronavirus-disease-covid-19-dexamethasone
- https://covid19.go.id/edukasi/masyarakat-umum/apakah-vaksin-covid-19-adalah-obat-1
- https://www.alodokter.com/benarkah-dexamethasone-bisa-sembuhkan-covid-19
- https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5060372/dr-reisa-tegaskan-dexamethasone-hanya-diberikan-pada-pasien-corona-kritis
Halaman: 5322/6294