• (GFD-2020-3568) [SALAH] Passing Grade Universitas Indonesia

    Sumber: twitter.com
    Tanggal publish: 01/02/2020

    Berita

    Beredar informasi mengenai Passing Grade untuk dapat diterima di Universitas Indonesia (UI). Dalam informasi tersebut dicantumkan pula persentase keterimaan tiap program studi yang ada di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tersebut. Berikut kutipan narasinya:

    Siapa sih yang gak mau masuk Universitas Indonesia (UI)? Kampus impian banyak orang.
    #BeritaBaik
    #SekolahNews
    Daftar Passing Grade Universitas Indonesia di SMBPTN 2019 https://sekolahnews.com/daftar-passing-grade-universitas-indonesia-di-smbptn-2019/

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa pihak UI tidak pernah mengeluarkan daftar passing grade untuk dapat diterima di kampusnya. Klarifikasi pihak UI tersebut berasal dari akun-akun media sosialnya. Berikut cuplikan klarifikasi pihak UI:

    […] ????PENGUMUMAN????
    .

    Halo calon mahasiswa, Bapak dan Ibu Guru, Kami informasikan bahwa UI dan @ltmpt.ac.id TIDAK PERNAH mempublikasikan data berupa nilai atau ‘passing grade’ untuk UTBK dan SBMPTN.
    Data yang diberitakan/disampaikan/beredar di media daring tentang ‘passing grade UI’ TIDAK BERSUMBER dari LTMPT dan UI sehingga informasi tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
    ——
    #utbk2020 #snmptn2020 #sbmptn2020 #universitasindonesia […]

    Selain melalui akun-akun media sosial UI, bantahan juga disampaikan oleh Humas Universitas Indonesia Egia Tarigan. Ia menyampaikan bahwa UI tidak pernah mengeluarkan passing grade. Adapun passing grade yang beredar di website atau media sosial adalah hoaks. "Betul, hoaks," ujarnya

    Egia pun menjelaskan, passing grade adalah suatu persentase nilai yang digunakan sebagai acuan untuk meluluskan seseorang dalam studi di perguruan tinggi tertentu.

    Artinya jika sudah ada ketetapan passing grade maka nilainya minimal harus sesuai dengan passing grade tersebut untuk bisa masuk ke universitas.

    Sementara itu, UI tidak pernah memakai passing grade, karena tiap tahun pasti fluktuatif.

    "Ini definisi pada umumnya ya, padahal sebenarnya passing grade itu tidak pernah ada di perguruan tinggi.

    Biasanya yang meng-create PG adalah bimbel," jelasnya. Sebagai gantinya, UI hanya mengeluarkan informasi mengenai 'ketetatan'.

    Egia menjelaskan, keketatan adalah persentase jumlah peserta diterima berbanding jumlah peserta pendaftar. Menurutnya, semakin besar persentase berarti daya saing rendah. Semakin kecil persentase berarti daya saing tinggi.

    Namun Egia juga menjelaskan, ketetatan juga bukan jaminan diterima. Hal itu karena tiap tahun angkanya fluktuatif, menyesuaikan jumlah peserta ujian di tahun tersebut dan bangku yang tersedia.

    Dia mengimbau calon mahasiswa supaya tidak percaya dengan adanya informasi passing grade yang beredar. Baik UI maupun LTMPT tidak pernah mengeluarkan passing grade. "Sekali lagi disampaikan, UI maupun LTMPT tidak pernah mengeluarkan passing grade," katanya.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hal itu, maka informasi mengenai passing grade UI bukan merupakan informasi resmi dari UI. Dengan kata lain, informasi tersebut masuk ke dalam kategori Misleading Content atau Konten yang Menyesatkan.

    Rujukan

  • (GFD-2020-3567) [SALAH] Virus Corona Sudah Sampai di Shah Alam Selangor

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 31/01/2020

    Berita

    Beredar video yang memperlihatkan seorang gadis berjilbab jatuh dalam sebuah toko. Dalam narasinya disinggung bahwa peristiwa tersungkurnya gadis itu lantaran virus corona sudah sampai Selangor, Malaysia. Berikut kutipan narasinya:

    Sdh sampai di Shah Alam Selangor. Virus corona sdh mulai menyerang...????

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa gadis dalam video tersebut meninggal bukan karena virus corona Wuhan. Ayah dari gadis tersebut, Norazlan Mokhri, mengisahkan bahwa putrinya meninggal bukan karena virus corona Wuhan.

    “Anak saya meninggal bukan karena virus corona. Itu tidak betul. Saya sekeluarga kesal dengan tindakan pihak-pihak yang menyebarkan berita tanpa melakukan konfirmasi,” ujarnya.

    Ia menceritakan, saat pulang dari acara pertunangan keluarga, putrinya, yakni Nur Izzah Izzati, mengajaknya untuk singgah di toko aksesoris ponsel di daerah Seksyen 13, Shah Alam, Malaysia. “Setelah acara selesai, dia mengajak saya ke tempat kerjanya untuk membeli aksesori ponsel,” kisah Norazlan.

    Dirinya menunggu di mobil sedangkan Izzah masuk ke toko untuk membeli sesuatu. Namun, tiba-tiba Izzah terjatuh. Teman Izzah memanggil Norazlan. Ia sempat memeriksa denyut nadi jantung anaknya dan langsung membawanya ke rumah sakit terdekat.

    Sayangnya, nyawa Izzah tidak dapat tertolong oleh dokter di rumah sakit tersebut. “Anak yang paling dekat dengan saya, Allah memanggil pulang untuk selamanya. Sebagai seorang ayah, saya ridho,” ujar Norazlan.

    Atas tersebarnya video tentang anaknya, Norazlan meminta kepada warganet untuk tidak lagi menyebarkan video tersebut. Ia pun menegaskan anaknya meninggal bukan karena virus corona Wuhan.

    “Jadi, bagi mereka yang tidak tahu apa-apa, berhentilah menyebarkan video yang mengatakan anak saya itu meninggal karena virus corona. Dan jangan membuat tuduhan macam-macam,” kata Norazlan.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan video yang diklaim sebagai korban meninggal karena virus corona Wuhan di Shah Alam, Malaysia tidak benar. Atas dasar itu, maka konten pada postingan tersebut masuk ke dalam kategori False Context atau Konten yang Salah.

    Rujukan

  • (GFD-2020-3566) [SALAH] Presiden China Mengumumkan Virus Corona Telah Menjadi Epidemi dan Memohon Kepada Umat Islam Mendoakan China

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 31/01/2020

    Berita

    Beredar konten yang menyebutkan Presiden China, Xi Jinping, mengumumkan virus corona telah menjadi epidemi dan memohon doa kepada umat Islam untuk mendoakan China. Konten tersebut disertai gambar cuplikan pemberitaan Presiden Xi Jinping. Berikut cuplikan narasinya:

    Presiden China mengumumkan virus corona telah menjadi epidemi dan memohon kepada umat Islam mendoakan China. (Aljazeera)

    Hasil Cek Fakta

    Setelah dilakukan penelusuran, tidak ditemukan pernyataan Presiden Xi Jinping mengenai permintaan doa dari umat Islam terkait virus corona. Adapun, berdasarkan periksa fakta liputan6.com, pada pemberitaan mengenai virus corona China di Al Jazeera yang telah tayang pada 26 Januari 2020 dengan judul ‘China cracks down on wildlife trade amid coronavirus outbreak’ tidak ditemukan permohonan Xi Jinping kepada umat Islam.

    Berikut kutipan pemberitaan tersebut:

    […] The rising death toll and increasingly rapid spread of the new coronavirus has prompted China's President Xi Jinping to declare the outbreak a "grave" situation.

    He has also said public safety is the government's top priority.

    This comes as more cities lock down public transportation. […]

    Lalu, pemberitaan lain mengenai Xi Jinping menanggapi merebaknya virus corona Wuhan atau novel coronavirus ditayangkan oleh Sky News. Pada pemberitaan Sky News yang berupa video dengan judul ‘Coronavirus: President Xi warns of 'grave situation' as infection spreads’ pada tanggal 25 Januari 2020 juga tidak ditemukan pernyataan Xi Jinping meminta doa umat Islam.

    Kemudian, pada news update yang dilakukan Al Jazeera pada artikel berjudul ‘China battles coronavirus outbreak: All the latest updates’ yang tayang pada 30 Januari 2020 juga tidak ditemukan pernyataan Xi Jinping meminta doa kepada umat Islam.

    Perihal gambar pada konten tersebut, diketahui bahwa gambar tersebut bukan berasal dari pernyataan resmi Presiden Xi Jinping terkait virus corona Wuhan. Gambar tersebut merupakan hasil tangkapan layar saat Presiden Xi Jinping melakukan pidato kenegaraannya perihal 40 tahun perkembangan negara China yang dilakukan pada tahun 2018.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa Presiden Xi Jinping tidak menyatakan meminta doa kepada umat Islam terkait virus corona Wuhan. Dengan demikian, konten tersebut masuk ke dalam kategori Misleading Content atau Konten yang Menysesatkan.

    Rujukan

  • (GFD-2020-3565) [SALAH] Coronavirus Memiliki Paten

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 29/01/2020

    Berita

    Sebuah postingan dari V. A. Shiva Ayyadurai, seorang politikus Partai Republik yang sedang kampanye untuk pemilihan anggota Senat Amerika Serikat, mengklaim bahwa Coronavirus memiliki paten yang dimiliki oleh Pirbright Institute.

    Postingan tersebut juga mencantumkan tangkapan gambar dari hasil pencarian lewat Google Patent sebagai bukti klaim. Per 27 Januari 2020 pukul 16.16 WIB, postingan tersebut sudah ditanggapi 540 akun, 146 komentar, dan dibagikan sebanyak 296 kali. Berikut kutipan narasinya:

    The Coronavirus PATENT is owned by the Pirbright Institute. #coronavirus

    Terjemahan:

    PATEN Coronavirus dimiliki oleh Pirbright Institute #coronavirus

    Hasil Cek Fakta

    Perlu diketahui, Coronavirus memiliki empat subgrup dalam klasifikasi taksonominya, yakni alpha, beta, gamma, dan delta. Sejak penemuannya pada 1960-an sampai sekarang, Coronavirus yang menyerang manusia pada umumnya termasuk ke dalam subgrup alpha dan beta. SARS, MERS, dan Novel Coronavirus (2019-nCoV) yang sedang menjadi epidemik saat ini termasuk dalam subgrup Betacoronavirus.

    Berdasarkan hasil pencarian fakta, klaim postingan berupa tangkapan layar Google Patent bukan merupakan paten untuk vaksin Novel Coronavirus, tetapi untuk vaksin Avian infectious bronchitis virus (IBV) M41. IBV M41 ini termasuk ke dalam subgrup Gammacoronavirus. Vaksin ini ditujukan untuk mencegah penyebaran penyakit pernapasan akut yang menyerang burung, khususnya yang diternakkan.

    Meski IBV M41 dan 2019-nCoV sama-sama termasuk dalam famili Coronavidae, kedua virus tersebut tergolong dalam subgrup taksonomi yang berbeda, sehingga tentunya vaksin yang digunakan akan berbeda. Hingga saat ini, belum ditemukan vaksin khusus untuk menyembuhkan 2019-nCoV.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui klaim yang dilakukan postingan tersebut tidak benar. Sebab, klaim yang menunjukkan paten Coronavirus bukan merupakan paten untuk virus 2019-nCoV yang saat ini sedang menjadi epidemik, melainkan untuk vaksin virus IBV M41. Sehingga, postingan tersebut termasuk ke dalam konten yang menyesatkan (misleading content).

    Rujukan