• (GFD-2021-8629) Sesat, Warga Malaysia Antri Menginap di Stadion Shah Alam karena Positif Covid-19

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 19/05/2021

    Berita


    Video yang diklaim menunjukkan antrian warga Malaysia yang ingin menginap di Stadion Shah Alam karena positif Covid-19 beredar di WhatsApp sejak 17 Mei 2021. "Warga Malaysia antri nginep di stadion shah alam...semua positif covid 19... ngerii x..." demikian narasi yang menyertai video itu.
    Dalam video tersebut, tampak antrian panjang ratusan orang yang memasuki sebuah gedung stadion. Banyak di antara mereka yang membawa tas ransel, bahkan koper. Terlihat pula sejumlah petugas kesehatan yang memakai pakaian hazmat lengkap dengan masker dan faceshield.
    Beberapa gambar tangkapan layar video yang disebarkan dengan klaim keliru. Video ini bukan video antrian warga Malaysia yang ingin menginap di Stadion Shah Alam karena positif Covid-19.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, antrian yang terlihat dalam video tersebut memang terjadi di Shah Alam, Malaysia, tepatnya di Stadion Malawati. Namun, mereka mengantri bukan untuk menginap di stadion tersebut, tapi hanya untuk menjalani pemeriksaan Covid-19.
    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tempo menelusuri jejak digital video itu dengan memasukkan kata kunci “ Covid-19 di Stadion Shah Alam” di mesin pencari Google dan platform video YouTube. Lewat cara ini, ditemukan sejumlah berita dari media Malaysia yang menyebut bahwa Stadion Malawati menjadi tempat pemeriksaan kesehatan bagi pasien positif Covid-19.
    Kanal YouTube milik Sinar Harapan mempublikasikan video berdurasi sekitar 3 menit pada 9 Februari 2021 yang menjelaskan tentang Pusat Penilaian Covid-19 (CAC) yang beroperasi di Stadium Malawati, Shah Alam, Malaysia. CAC berfungsi sebagai tempat untuk memeriksa kondisi kesehatan warga yang dinyatakan positif Covid-19.
    Dalam video ini, terlihat bentuk bangunan stadion serta warna lantai dan warna kursi yang sama dengan yang tampak dalam video yang beredar di WhatsApp.
    Gambar tangkapan layar video yang beredar di WhatsApp (kiri) dan gambar tangkapan layar video milik media Malaysia, Sinar Harapan (kanan).
    Sejumlah media lain di Malaysia pun telah membantah klaim yang menyertai video yang viral itu, bahwa mereka yang mengantri adalah pasien yang akan menginap di stadion tersebut. Dikutip dari Harian Metro, Pusat Kesiapsiagaan dan Tindakan Cepat Krisis (CPRC) Selangor mengatakan bahwa video yang viral itu menunjukkan antrian warga yang akan menjalani penilaian kesehatan di CAC Stadion Melawati, Shah Alam.
    Mereka menjalani asesmen yang dilakukan oleh para tenaga kesehatan terkait apakah harus menjalani perawatan di rumah sakit, masuk ke pusat karantina, atau cukup hanya menjalani isolasi di rumah. Jabatan Kesihatan Negeri (JKN) Selangor menjelaskan CAC ini dioperasikan seiring dengan melonjaknya kasus Covid-19 di sana. Antrian terjadi karena warga harus menjalani rapid test terlebih dahulu untuk penapisan (screening).
    Dikutip dari kantor berita Malaysia, Bernama, dokter kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan Petaling, Faridah Amin, juga menjelaskan bahwa Stadion Malawati tidak digunakan sebagai pusat karantina atau isolasi pasien Covid-19, melainkan hanya sebagai Pusat Penilaian Covid-19.
    “Pasien positif Covid-19 dinilai kesehatannya dan tergantung kondisi setiap orang, apakah akan menjalani isolasi di rumah, di Pusat Karantina dan Pusat Perawatan Risiko Rendah (PKRC) di Malaysia Agro Exposition Park di Serdang, atau harus dirawat di rumah sakit,” katanya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa warga Malaysia antri menginap di Stadion Shah Alam karena positif Covid-19, menyesatkan. Video yang digunakan untuk menyebarkan klaim tersebut memang menunjukkan warga yang mengantri di stadion itu. Namun, mereka mengantri hanya untuk menjalani pemeriksaan Covid-19, bukan untuk menginap. Stadion Malawati yang berada di Shah Alam tersebut bukan pusat karantina atau isolasi bagi pasien Covid-19, melainkan menjadi Pusat Penilaian Covid-19.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8628) Keliru, Klaim Ini Video saat Putin Bertemu Erdogan untuk Bahas Isu Palestina

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 18/05/2021

    Berita


    Video berdurasi 1 menit 41 detik yang menunjukkan momen ketika Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan beredar di Twitter. Video ini diklaim sebagai video pertemuan Putin dan Erdogan untuk membahas isu Palestina. Dalam beberapa pekan terakhir, konflik antara Palestina dan Israel memang memanas.
    Di bagian awal video, terlihat pesawat kepresidenan Rusia yang sedang mendarat di bandara. Lalu, terlihat cuplikan iring-iringan rombongan Putin. Ketika rombongan itu tiba di sebuah lokasi, Erdogan menyambut Putin. Akun ini membagikan video tersebut pada 13 Mei 2021. Akun itu menulis, "Presiden Putin tiba di Turki untuk membahas Palestina bersama Erdogan."
    Gambar tangkapan layar cuitan di Twitter yang berisi klaim keliru terkait video yang diunggahnya. Video ini tidak terkait dengan konflik antara Palestina dan Israel yang memanas baru-baru ini.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video di atas menjadi sejumlah gambar dengan toolInVID. Lalu, gambar-gambar itu ditelusuri jejak digitalnya denganreverse image toolYandex dan TinEye. Hasilnya, ditemukan bahwa video itu adalah video lama yang diambil pada 2018, dan tidak terkait dengan konflik antara Palestina dan Israel yang memanas baru-baru ini.
    Video itu merupakan video yang dipublikasikan oleh Radio Free Europe  pada 3 April 2018, yang bersumber dari Reuters. RFE mengunggah video ini di kanal YouTube-nya dengan judul "Erdogan Welcomes Putin On Ankara Visit". Dalam keterangannya, tertulis bahwa video itu diambil di halaman Istana Kepresidenan Turki, ketika Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyambut Presiden Rusia Vladimir Putin yang menggelar kunjungan resmi ke ibukota Turki, Ankara.
    Video yang identik juga pernah diunggah oleh sebuah akun di media sosial Rusia, Odnoklassniki, pada 4 April 2018. Video itu diberi judul dalam bahasa Rusia yang jika diterjemahkan berarti "Putin di Turki". Dalam keterangannya pun tertulis, "Vladimir Putin tiba dalam kunjungan dua hari ke ibukota Turki, Ankara."
    Foto-foto saat Putin dan Erdogan menggelar konferensi pers setelah pertemuan itu pun pernah dimuat oleh kantor berita Turki, Anadolu Agency, dalam artikelnya pada 3 April 2018. Artikel ini berjudul "Erdogan-Putin mengadakan konferensi pers di Ankara". Konferensi pers bersama ini dilaksanakan usai keduanya menggelar pertemuan bilateral di Kompleks Kepresidenan.
    Berdasarkan arsip berita Tempo pada 4 April 2018, menandai kunjungannya ke Turki, Presiden Rusia Vladimir Putin bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meresmikan pembangkit listrik tenaga nuklir yang diberi nama Akkuyu pada 3 April 2018. Keduanya meresmikan proyek senilai US$ 20 miliar yang dibangun di Mersin, dekat Laut Tengah, itu melalui video dari Ankara.
    Selain meresmikan pembangkit listrik, dalam kunjungan balasannya ke Turki itu, Putin juga membicarakan kemungkinan kerja sama di bidang pertahanan. Erdogan mengatakan Turki mungkin bekerja sama dengan Rusia dalam proyek-proyek pertahanan selain sistem pertahanan rudal S-400 yang telah disepakati Moskow untuk dipasok ke Ankara.
    Setelah pertemuan bilateral itu, pada 4 April 2018, Erdogan dan Putin bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani dalam KTT tiga arah terkait Suriah. Dilansir dari BBC, dalam konferensi pers usai KTT tersebut, Erdogan, Putin, dan Rouhani menekankan dukungan mereka terhadap jalan keluar politik, bukan militer, dalam menyelesaikan masalah di Suriah meskipun pasukan mereka tetap beroperasi di sana.
    Dalam konferensi pers itu, ketiganya ingin mempercepat usaha untuk memastikan perdamaian di Suriah. Erdogan mengatakan kedaulatan Suriah ditentukan oleh kebijakan yang menjaga jarak dari semua organisasi teroris. Pernyataan ini dipandang sebagai sebuah kecaman tidak langsung terhadap Amerika Serikat yang mendukung pejuang Kurdi yang dipandang pemerintah di Ankara sebagai teroris.
    Seperti dilansir dari kantor berita Reuters, usai KTT itu, Rouhani mengatakan perkembangan di Suriah, dengan keberhasilan militer Suriah dan sekutunya memukul mundur pemberontak dalam beberapa tahun terakhir, menunjukkan bahwa AS telah gagal menjatuhkan pemerintahan Suriah di bawah Presiden Bashar al-Assad. Iran dan Rusia mendukung Assad, sementara Turki sebenarnya mendukung kelompok pemberontak yang menentang Assad.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video tersebut adalah video saat Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk membahas isu Palestina, keliru. Video itu adalah video lama, yang diambil pada April 2018, ketika Putin menggelar kunjungan resmi ke ibukota Ankara, Turki, dan disambut oleh Erdogan.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8627) Keliru, Klaim Ini Foto Tentara Turki yang Bersiaga di Masjid Al Aqsa

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 18/05/2021

    Berita


    Foto yang memperlihatkan puluhan tentara yang sedang berbaris di depan Dome of the Rock atau Kubah Shakhrah di kompleks Masjid Al Aqsa, Yerusalem, Palestina, beredar di Facebook. Dalam foto itu, sejumlah tentara terlihat membawa bendera Turki. Foto ini beredar di tengah memanasnya konflik antara Palestina dan Israel dalam beberapa pekan terakhir.
    Terdapat teks di dalam foto tersebut, yang berbunyi: "Tentara Uthmaniyah sudah berda di Masjid Al-Aqsa. Ya Allah karuniakanlah kemenangan kepada tentara Islam, Aamiin." Akun ini membagikan foto itu pada 17 Mei 2021. Hingga kini, unggahan tersebut telah mendapatkan lebih dari 6.700 reaksi dan 1.800 komentar serta dibagikan lebih dari 900 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi foto suntingan dari foto para tentara Turki. Dalam foto aslinya, para tentara Turki itu sedang berbaris di sebuah kota di Suriah pada 2018 silam.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto itu denganreverse image toolGoogle dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa foto tersebut merupakan hasil suntingan. Foto aslinya menunjukkan tentara Turki yang berfoto di Kota Afrin, Suriah, pada 18 Maret 2018. Latar belakang para tentara ini diganti dengan foto Dome of the Rock.
    Foto yang identik pernah dimuat oleh situs media Turki, Ahval News, dalam artikelnya pada 19 Maret 2018. Artikel itu berisi informasi tentang pendudukan Kota Afrin lewat Operasi Cabang Zaitun oleh tentara Turki yang dibantu Tentara Pembebasan Suriah. Turki menyatakan akan menyerahkan Afrin kepada orang-orang yang mereka sebut sebagai "pemilik sebenarnya".
    Tempo kemudian menelusuri jejak digital foto yang dimuat oleh Ahval News tersebut. Hasilnya, ditemukan bahwa foto itu merupakan foto milik kantor berita Turki, Anadolu Agency, yang terdapat di situs stok foto Getty Images. Foto ini diberi judul "Turki, Tentara Pembebasan Suriah mengambil kendali penuh atas Afrin". Adapun keterangannya adalah sebagai berikut:
    "Afrin, Suriah - 18 Maret: Tentara Turki berbaris membentuk bulan sabit di pusat kota setelah Angkatan Bersenjata Turki dan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) mengambil kendali penuh atas Afrin di barat laut Suriah dalam 'Operasi Cabang Zaitun' pada 18 Maret 2018. 'Pusat Kota Afrin sepenuhnya dikendalikan pada pukul 08.30,' kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pidatonya pada upacara peringatan 103 tahun Kampanye Gallipoli."
    Terdapat foto-foto lain yang diambil dari peristiwa yang sama yang dimuat di Getty Images. Foto-foto itu bisa diakses di tautan ini, ini, ini, dan ini.
    Foto latar belakang adalah Dome of the Rock
    Foto yang ditempelkan sebagai latar belakang para tentara Turki itu adalah foto Dome of the Rock atau Kubah Shakhrah, bukan Masjid Al Aqsa. Kubah tersebut hanyalah salah satu bangunan yang terdapat di kompleks Masjid Al Aqsa. Dilansir dari The Conversation, Masjid Al Aqsa berada di dalam kawasan suci Haram Al Sharif, yang di dalamnya juga terdapat Dome of the Rock, empat menara, gerbang-gerbang bersejarah, dan masjid itu sendiri.
    Kadang-kadang, Dome of the Rock dan Masjid Al Aqsa disalahartikan sebagai tempat yang sama. Meskipun sama-sama merupakan bagian dari "Kawasan Suci", keduanya adalah bangunan yang berbeda dengan sejarah dan tujuan yang berbeda pula. Namun, istilah "Al Aqsa" terkadang digunakan untuk menunjukkan keseluruhan kompleks "Kawasan Suci".
    Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah insiden terjadi di Masjid Al Aqsa antara pasukan Israel dan jamaah. Yang terakhir, menurut arsip berita Tempo pada 11 Mei 2021, terjadi bentrok antara warga dan aparat Israel di kawasan masjid tersebut pada 7 Mei 2021.
    Peristiwa itu bermula dari rencana penggusuran warga di Sheikh Jarrah. Warga Palestina yang tinggal di sana menolak dipindahkan karena meyakini Sheikh Jarrah sebagai bagian dari Palestina. Perlawanan warga direspons keras oleh Israel. Ketika warga memprotes rencana itu di kompleks Masjid Al Aqsa, aparat Israel menyerang mereka. Ratusan orang mengalami luka-luka akibat insiden ini. Peristiwa yang sama kembali terulang pada 9-10 Mei.
    Merespons kerusuhan di kawasan Masjid Al Aqsa, Hamas meluncurkan roketnya. Israel pun membalas dengan meluncurkan serangan udara ke perbatasan Gaza. Menurut laporan kantor berita Al Jazeera, sebanyak 20 warga Palestina tewas dalam serangan balasan itu, di mana beberapa di antaranya adalah anak-anak. Menurut militer Israel, serangan ini ditujukan langsung kepada Hamas yang memang beroperasi di sekitar Gaza.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas adalah foto tentara Turki yang bersiaga di Masjid Al Aqsa, keliru. Foto tersebut merupakan hasil editan dari foto yang menunjukkan tentara Turki yang sedang berada di Kota Afrin, Suriah, pada 18 Maret 2018. Latar belakang para tentara ini diganti dengan foto Dome of the Rock yang terletak di kawasan Masjid Al Aqsa, Yerusalem, Palestina.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8626) Keliru, Klaim Ini Video Tentara Turki yang Tiba di Palestina

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 17/05/2021

    Berita


    Video yang diklaim menunjukkan kedatangan tentara Turki di Palestina beredar di YouTube. Video berdurasi sekitar 8 menit itu diberi judul "Tentara Negara Turki Telah Tiba di Negara Palestina". Video ini beredar di tengah memanasnya konflik antara Palestina dan Israel dalam beberapa pekan terakhir.
    Dalam video tersebut, terdapat sejumlah video pendek dan foto, yang beberapa di antaranya menampilkan konvoi kendaraan bersenjata. Kanal ini mengunggah video itu pada 13 Mei 2021. Dalam keterangannya, tertulis, "Tentara turki telah tiba di Palestina untuk menjaga kedamaian Antara negara Israel dan Palestina."
    Gambar tangkapan layar unggahan di YouTube yang berisi klaim keliru terkait video yang diunggahnya. Cuplikan-cuplikan dalam video ini tidak terkait dengan konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel dalam beberapa pekan terakhir.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, video tersebut tidak menunjukkan kedatangan tentara Turki di Palestina. Video itu merupakan hasil gabungan video dari beberapa peristiwa yang berbeda konteksnya.Berikut ini penjelasan atas sejumlah cuplikan dalam video tersebut:Video detik ke-12 hingga ke-18

    Peristiwa dalam video ini merupakan bagian dari patroli bersama antara Turki dan Amerika Serikat di wilayah perbatasannya dengan Suriah yang dikendalikan oleh pasukan Kurdi pada 8 September 2019. Video aslinya pernah dimuat di kanal YouTube  Voice of America pada 9 September 2019 dengan judul "Turkey, US Begin 'Safe Zone' Joint Patrols in North Syria".
    Video detik ke-20

    Video ini merupakan video konvoi militer Turki ke Hatay, wilayah di bagian selatan Turki. Konvoi pada Oktober 2017 itu bertujuan ke perbatasan Suriah. Video ini identik dengan suasana yang terlihat dalam sebuah foto yang diunggah oleh akun Twitter milik koresponden TRT World di Timur Tengah, Sara Firth, pada 1 Oktober 2017.
    Video detik ke-38 hingga ke-42

    Video ini menunjukkan pasukan Turki dan pemberontak Suriah yang berkontak senjata dengan pasukan pemerintah Suriah pada 14 Februari 2020. Kontak senjata itu terjadi saat Suriah dan Rusia melakukan operasi militer untuk merebut kembali kendali atas Idlib dari pemberontak. Video ini dimuat oleh kanal YouTube Voice of America pada 15 Februari 2020.
    Video detik ke-44 hingga ke-46

    Video ini menunjukkan peristiwa yang merupakan bagian dari perundingan kesepakatan Suriah putaran keenam di Astana, Kazakhstan, pada 14-16 September 2017. Fakta itu sesuai dengan petunjuk yang terlihat dalam foto yang dimuat oleh Al-Monitor dalam artikelnya pada 22 September 2017.
    Dalam foto ini, pada layar yang terpasang di dinding lokasi perundingan, tertulis teks "Astana, September 14-16 2017". Menurut laporan Al-Monitor, dalam perundingan ini, tercapai kesepakatan bahwa ada empat zona deeskalasi di negara itu, yang telah terkoyak oleh perang saudara sejak 2011.
    Video menit 2:44

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video tersebut adalah video saat tentara Turki tiba di Palestina, keliru. Video berdurasi 8 menit itu adalah hasil gabungan dari video-video yang berbeda konteksnya, yang antara lain terjadi pada 2017 hingga 2020.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan