• (GFD-2020-3592) [SALAH] Video Detik-Detik Tsunami Jepang 12 Februari 2020

    Sumber: youtube.com
    Tanggal publish: 13/02/2020

    Berita

    Beredar video yang memperlihatkan dampak dari bencana tsunami. Dalam narasi terdapat tulisan ‘DETIK-DETIK TSUNAMI JEPANG – 12 FEBRUARI 2020.’ Berikut kutipan narasinya:

    Bencana tsunami melanda japan
    video amatir bencana tersebut telah tersebar luas di media sosial 12 - 02 - 2020
    telah dibagikan beberapa kali dalam tayangan siaran langsung


    Sebelumnya kami ucapkan terimakasih buat kalian semua yang sudah menyempatkan untuk berkunjung ke CHANNEL MWR OFFICIAL. Jangan lupa like, comment, share dan subscribe :)

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa informasi tersebut tidak benar. Konten dalam video tersebut merupakan hasil rekaman amatir atas bencana tsunami Jepang pada tahun 2011.

    Bencana itu terjadi pada 11 Maret 2011 dan terjadi atas gempa bumi berkekuatan 9 skala Richter di daerah kawasan Tohoku di lepas pantai Samudera Pasifik, tepatnya wilayah timur Sendai, Honshu, Jepang. Lalu, keesokan harinya. gempa berkekuatan 6,2 SR kemudian mengguncang Prekfetur Nagano dan Niigata. Lindu juga menggoyang kawasan pesisir barat Pulau Honshu dengan kekuatan 6,3 SR.

    Badan Penyiaran Jepang (Tokyo Broadcasting System/TBS) dan Kepolisian Nasional Jepang (Japanese National Police Agency) melaporkan total korban tewas sebanyak 15.269 orang, 5.363 luka dan 8.526 hilang di enam prefektur Negeri Sakura.

    Adapun, pada tanggal 12 Februari 2020 memang terjadi gempa bumi di Jepang. Gempa bumi dengan magnitudo 5,2 melanda sekitar 20 mil di lepas pantai Provinsi Fukushima, Jepang. Lebih dari 50 mil dari kota dengan nama yang sama. Namun, gempa tersebut tidak menimbulkan bencana tsunami.

    Kesimpulan

    Atas dasar hal itu, maka dapat disebutkan bahwa informasi yang ada dalam video tidak benar. Video yang ditampilkan ialah video bencana tsunami di Jepang pada tahun 2011, bukan 12 Februari 2020. Dengan demikian, konten tersebut masuk ke dalam kategori False Context atau Konten yang Salah.

    Rujukan

  • (GFD-2020-3591) [SALAH] Dubes China Buka Kartu: Tiap Tahun, 2 Juta Lebih Warga Kami Masuk Indonesia

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 13/02/2020

    Berita

    Beredar sebuah postingan dari akun Rully Chintya yang mengklaim bahwa 2 juta penduduk China masuk ke Indonesia dengan menyamar sebagai wisatawan. Postingan tersebut mencatutkan dua sumber untuk menguatkan klaimnya, yakni artikel dari warta-berita[dot]com dan postingan grup terkait 19 bandara sebagai basis masuknya rakyat China ke Indonesia. Per 11 Februari 2020 pukul 14.27, postingan tersebut sudah dibagikan sebanyak 404 kali dan ditanggapi 247 orang. Berikut kutipan narasinya:

    Tragedi serangan virus Corona yang menewaskan ribuan manusia di 5 kota China telah memojokkan Pemerintahan Komunis China untuk mengakui masuknya jutaan rakyat China ke wilayah Indonesia berkamuflase sebagai wisatawan.

    Pada tahun 2012 setelah Ahok dipromosikan menjadi Cawagub DKI Jakarta oleh Prabowo Soebianto dan berhasil menang dalam pemilihan Cagub-Cawagub, maka Pemerintah China mengirim utusan untuk bernegosiasi dengan James Riyadi sebagai langkah awal “Chinaisasi” jilid 2 di Indonesia.
    (James Riady adalah “Godfather”Mafia politik Taipan 9Naga)

    Maka pada tahun 2013, dimulailah pengiriman besar-besaran wisatawan (baca=emigran) China ke wilayah Indonesia.

    Selain masuk melalui 19 Bandara, maka pantai menjadi surga “Jalur Sutera” pengiriman emigran China.

    Batam, Pantai Indah Kapuk (PIK), Sulawesi, Kalimantan, Dermaga sepanjang pantai Utara Jawa menjadi basis masuknya Rakyat China ke Indonesia.

    https://www.warta-berita.com/…/dubes-china-buka-kartu-tiap-…

    Link terkait 19 bandara sebagai basis masuknya Rakyat China ke Indonesia :
    https://www.facebook.com/groups/145597852649940/permalink/486641048545617/

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim postingan tersebut tidak benar. Sebab, sumber postingan berupa artikel warta-berita[dot]com yang berjudul “Dubes China Buka Kartu: Tiap Tahun, 2 Juta Lebih Warga Kami Masuk Indonesia” diketahui melansir berita dari Liputan6 yang terbit pada 4 Februari 2020, dengan judul Indonesia “Setop Penerbangan dan Impor dari China, Dubes RRT: Jangan Berlebihan.” Berikut isi berita asli dari Liputan6:

    […] “Dubes Republik Rakyat Tiongkok (RRT) untuk Indonesia, Xiao Qian mengimbau untuk tidak mengambil tindakan yang berlebihan.

    “Menurut kami, dalam situasi ini kita harus tenang, tidak perlu terlalu overreact (bereaksi berlebihan) dan memberikan dampak negatif terhadap perdagangan, investasi dan pergerakan orang,” kata Dubes Xiao.

    Ia berulang kali menyampaikan pernyataan dari WHO yang berisi bahwa pihaknya tidak setuju atas tindakan pembatasan pergerakan orang terhadap Tiongkok.

    “Tadi saya lihat ada berita bahwa pemerintah Indonesia akan hentikan impor makanan dan minuman dari China untuk menjaga Virus Corona tidak masuk ke indonesia. Kami memberikan concern kepada tindakan tersebut,” tambahnya lagi.

    Dubes Xiao juga menjelaskan bahwa hingga kini, belum ada bukti bahwa Virus Corona dapat ditularkan melalui barang-barang impor. Hal yang sama pun juga dinyatakan oleh WHO terkait impor dari China.

    Hubungan Bilateral Jadi Taruhannya

    “Kami pikir bahwa kalau Indonesia benar-benar ambil tindakan itu akan mengakibatkan dampak negatif,” katanya menanggapi keputusan yang baru ini dibuat pemerintah.

    Ia khawatir bahwa keputusan sepert itu dapat merugikan hubungan perdagangan antara kedua negara serta memberikan dampak negatif yang sama-sama tidak diinginkan oleh kedua pihak.

    Dubes Xiao menambahkan bahwa selama ini, RI-China adalah tetangga dan sahabat baik.

    “Kita berharap pihak Indonesia bisa memandang wabah ini dan memandang pencegahan dan penanggulangan secara objektif, rasional dan ilmiah,” tambahnya.

    Ia berharap bahwa negara-negara termasuk Indonesia dapat mematuhi international health regulation dan saran-saran yang diberikan WHO. Dengan demikian, keputusan yang sekiranya berlebihan atau overreact bisa dicegah dan menghindari adanya gangguan bilateral terhadap kedua negara.

    Bukan hanya kepada Indonesia, Dubes Xiao meyakini bahwa akan ada dampak negatif yang dihasilkan dari pembatasan wisata dan wilayah terhadap China.

    “Terkait dampak oleh tindakan pembatasan penerbangan dan impor ekspor saya pikir dampaknya perlu dihitung secara bertahap, tapi saya tegaskan lagi kita berharap tindakan itu tidak perlu diambil,” tegas Dubes Xiao.

    Kemudian, ia menjelaskan bahwa China sudah delapan tahun berturut-turut menjadi mitra perdagangan terbesar bagi Indonesia.

    China juga menjadi negara kedua terbesar penyumbang wisawatan asing. Setiap tahunnya, ada 2 juta lebih turis dari China yang mengunjungi Indonesia. Tak hanya itu, China juga merupakan salah satu sumber investasi terbesar untuk Indonesia.

    “Itu (penyetopan penerbangan) sebenarnya juga akan merugikan ekonomi perdagangan pariwisata Indonesia sendiri,” katanya.

    Ia terus berharap bahwa negara-negara di dunia, termasuk Indonesia dapat mengambil saran yang diberikan oleh WHO, serta upaya pencegahan lainnya yang tidak merugikan kerja sama kedua negara.” […]

    Tim cek fakta dari Liputan6 dan Medcom telah melakukan penelusuran terhadap klaim warta-berita.com. Diketahui bahwa warta-berita[dot]com telah melakukan pengubahan judul terhadap berita lansiran Liputan6 tersebut, sehingga berpotensi menimbulkan kesalahan interpretasi. Hal ini juga menyebabkan judul dan artikel menjadi tidak berhubungan.

    Adapun, selama tahun 2019 diketahui bahwa jumlah wisatawan mancanegara atau wisman ke Indonesia dari China (Tiongkok) sebanyak 2,07 juta. Bila dibandingkan dengan wisman lainnya, jumlah tersebut masih kalah dari wisman asal Malaysia yang mencapai 2,98 juta.

    Selain itu, link referensi tambahan menuju postingan Facebook yang mengklaim 19 bandara menjadi titik masuk rakyat China merupakan hoaks. Postingan tersebut sudah dibantah sebelumnya oleh tim cek fakta MAFINDO.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penjelasan tersebut, diketahui bahwa postingan tersebut menggunakan dua sumber yang klaimnya telah dibantah. Sumber pertama dari warta-berita[dot]com diketahui melakukan pengubahan judul, sehingga berpotensi menimbulkan kesalahan interpretasi. Sumber kedua dari postingan sebuah grup Facebook diketahui sudah dibantah sebelumnya lewat penjelasan tim Periksa Fakta MAFINDO. Sehingga, postingan tersebut termasuk dalam kategori Konten yang Menyesatkan/Misleading Content.

    Rujukan

  • (GFD-2020-3587) [SALAH] Mi Goreng Indonesia Masuk Daftar Makanan Yang Menyebarkan Virus Corona di Australia

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 12/02/2020

    Berita

    Beredar pesan berantai Whatsapp yang berisi daftar makanan terkontaminasi virus corona di Australia dan salah satunya produk mi goreng dari Indonesia. FAKTANYA, Badan Kesehatan Negara Bagian New South Wales (NSW Health) menegaskan kalau pesan yang beredar terkait larangan makan Mi Goreng dan aneka makanan lainnya adalah hoaks.

    Hasil Cek Fakta

    [PENJELASAN]:

    Seperti halnya di Indonesia dimana informasi menyestkan bahkan hoaks mengenai virus corona yang sedang mewabah ramai beredar di media sosial, sama hal nya dengan yang terjadi di Australia dengan menyeret sebuah produk makanan Indonesia yang diklaim turut menyebarkan virus corona.

    Beredar pesan berantai di aplikasi whatsapp yang menyebut bahwa warga Australia dihimbau untuk menghindari beberapa produk makanan, salah satunya produk Mi Goreng asal Indonesia. himbauan itu juga meminta tidak mendatangi daerah Cabramatta, Burwood, Strathfield, Newtown, Chester Hill dan Guilford di dekat Sydney. Disebutkan di daerah itu ada virus corona.

    Seperti diketahui, produk Mi Goreng instan asal Indonesia memang diekspor ke Australia dan bisa didapatkan warga di sana di sejumlah supermarket setempat.

    Setelah dilakukan penelusuran, Badan Kesehatan Negara Bagian New South Wales (NSW Health) menegaskan kalau pesan yang beredar terkait larangan makan Mi Goreng dan aneka makanan lainnya adalah hoax. Larangan kunjungan ke daerah tertentu di New South Wales karena virus corona juga adalah hoax.

    Untuk Australia, hingga saat ini dari data real time John Hopkins University sudah ada 15 kasus positif virus corona. Mereka tersebar di Queensland (5), New South Wales (4), Victoria (4) dan South Australia (2).

    Rujukan

  • (GFD-2020-3586) [SALAH] “Thailand Berhasil Sembuhkan Pasien Virus Corona dengan Ganja”

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 12/02/2020

    Berita

    Bukan ganja. Dokter di Thailand berupaya mengobati salah satu pasien yang positif terinfeksi virus Corona Wuhan dengan kombinasi obat antiflu, oseltamivir, serta obat anti-HIV, lopinavir dan ritonavir yang tidak mengandung ganja. Situs jurnas[dot]com sendiri sudah mengubah judul artikelnya dan meminta maaf.

    Beredar artikel dengan judul : “Thailand Berhasil Sembuhkan Pasien Virus Corona dengan Ganja”. Artikel ini dimuat di situs jurnas[dot]com pada Senin, 03 Februari 2020.

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta Tempo, artikel yang diunggah akun Nayla Putri Pertama memang pernah dimuat oleh situs Jurnas[dot]com, yakni pada 3 Februari 2020, dengan judul yang sama. Namun, saat ini, judul artikel tersebut telah diubah.

    Di bawah artikel tersebut, Jurnas[dot]com menulis: “Catatan Redaksi, sebelumnya judul berita ini ‘Thailand Berhasil Sembuhkan Pasien Virus Corona dengan Ganja’, diubah menjadi ‘Thailand Berhasil Sembuhkan Pasien Corona dengan Anti Virus’ karena tindakan human error salah satu wartawan kami. Kami sampaikan mohon maaf yang sebesar-besarnya.”

    Dalam artikel itu, memang tidak disebutkan perihal penggunaan ganja dalam pengobatan pasien virus Corona Wuhan. Obat yang digunakan para dokter di Thailand, menurut berita di Jurnas.com, adalah obat antiflu dan obat anti-HIV.

    Berita mengenai penggunaan obat antiflu dan obat anti-HIV oleh para dokter di Thailand juga dimuat oleh beberapa situs media asing. Situs South China Morning Post memuat berita itu dengan judul “Coronavirus: Thailand has apparent treatment success with antiviral drug cocktail”.

    Situs Telegraph.co.uk memuat berita itu dengan judul “Coronavirus: Thai doctors ‘successfully treat’ virus but stocks plunge in China”. Adapun situs media Indonesia, Merdeka.com, memuat berita tersebut dengan judul “Dokter Thailand: Pasien Corona Sembuh dengan Kombinasi Obat Flu dan HIV”.

    Berdasarkan berita-berita tersebut, para dokter di Thailand berupaya mengobati salah satu pasien yang positif terinfeksi virus Corona Wuhan dengan kombinasi obat antiflu, oseltamivir, serta obat anti-HIV, lopinavir dan ritonavir. Menurut dokter, 48 jam setelah diberi obat-obat itu, pasien tersebut dinyatakan negatif dari virus Corona.

    Untuk mengetahui apakah obat antiflu dan obat anti-HIV yang digunakan untuk mengobati pasien virus Corona Wuhan itu mengandung ganja, Tim CekFakta Tempo mewawancarai Guru Besar Universitas Airlangga, Chairul Anwar Nidom. Menurut dia, tidak ada kandungan ganja pada obat antiflu dan obat anti-HIV yang digunakan pada pasien virus Corona Wuhan di Thailand itu.

    Ketua Tim Riset CoV-Formulasi Vaksin Professor Nidom Foundation ini mengatakan obat tersebut merupakan obat antiflu yang umum digunakan. “Sifatnya coba-coba, siapa tahu bisa, bukan drug of choice untuk nCoV (Corona Wuhan). Sama saja dengan saya menawarkan empon-empon (curcumin) untuk melindungi paru-paru menghadapi banjir sitokin,” ujarnya.

    Ganja belum terbukti bisa membunuh virus Corona Wuhan
    Klaim bahwa ganja (mariyuana atau kanabis) bisa membunuh virus Corona Wuhan memang beredar dalam beberapa hari terakhir, terutama di India. Sejumlah organisasi cek fakta India pun memverifikasi klaim tersebut. Menurut Alt News, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa ganja bisa mematikan virus Corona Wuhan.

    Suranjit Chatterjee, Konsultan Senior Obat Penyakit Dalam di Indraprastha Apollo Hospitals India, juga menyatakan hal serupa. “Sama sekali tidak ada bukti ilmiah untuk mempercayai klaim semacam itu. Kami masih mencari tahu virusnya. Sampai penelitian yang solid dilakukan, tidak alasan untuk mengikuti klaim tersebut,” ujarnya kepada situs The Quint.

    Boom Live, yang mengutip penjelasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan bahwa hingga kini belum ada obat khusus yang direkomendasikan untuk mencegah atau mengobati pasien virus Corona Wuhan. Namun, “Mereka yang terinfeksi virus Corona Wuhan harus menerima perawatan yang tepat untuk meredakan gejala, dan mereka yang sakit parah harus menerima perawatan suportif yang optimal.”

    WHO juga mengatakan, “Beberapa pengobatan yang spesifik sedang diselidiki dan akan diuji klinis. WHO membantu mengkoordinasikan upaya untuk mengembangkan obat-obatan untuk infeksi virus Corona Wuhan dengan berbagai mitra.”

    Rujukan