(GFD-2021-8634) Keliru, Klaim Vaksin Pfizer Mengandung Chip sehingga Magnet Menempel di Lengan yang Disuntik

Sumber: cekfakta.tempo.co
Tanggal publish: 22/05/2021

Berita

Video yang memperlihatkan seorang wanita bermasker sedang menunjukkan sebuah logam yang diklaim sebagai magnet yang menempel di lengannya beredar di media sosial. Menurut wanita itu, lengannya tersebut adalah lengan yang menerima suntikan vaksin Covid-19 buatan Pfizer. Sementara di lengannya yang tidak menerima suntikan vaksin, ia menunjukkan bahwa magnet tersebut tidak menempel. "We're chipped," kata wanita itu.
Di Instagram, video tersebut dibagikan oleh akun ini pada 10 Mei 2021. Akun itu menulis, "Pfizer jab and a magnet experiment! No words left to describe this," atau jika diterjemahkan berarti: "Suntikan Pfizer dan eksperimen magnet! Tidak ada kata-kata yang bisa mendeskripsikan hal ini." Hingga artikel ini dimuat, video itu telah ditonton lebih dari 26 ribu kali dan dikomentari lebih dari 280 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan di Instagram yang berisi video dengan klaim keliru terkait vaksin Covid-19 buatan Pfizer.

Nano chip dalam vaksin

Hasil Cek Fakta

Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menghubungi dokter spesialis patologi klinis Tonang Dwi Ardyanto dan ahli bioteknologi Bimo Ario Tejo serta menelusuri pemberitaan terkait klaim itu.
Menurut laporan  Factcheck, ada banyak hal yang tidak diketahui tentang video tersebut, termasuk apakah wanita dalam video itu benar-benar divaksinasi, magnet apa yang mungkin digunakan, dan apakah ada zat lain yang dipakai untuk membuat logam tersebut menempel. Selain itu, tidak ada bukti yang mendukung klaim bahwa vaksin mengandung chip atau bahan yang menghasilkan efek magnetis.
Tempo pernah memverifikasi klaim bahwa vaksin Covid-19 mengandung microchip, dan menyatakannya keliru. Kebanyakan microchip RFID (radio frequency identification) terlalu besar untuk dimasukkan ke dalam jarum berukuran normal yang digunakan untuk vaksinasi. Mungkin saja membuat chip dengan ukuran yang lebih kecil, tapi tidak berguna apabila tidak memiliki antena sebagai penerima sinyal.
Sebuah chip harus memiliki kapasitas yang cukup besar untuk mengambil daya dari gelombang mikro, yang kemudian mengirim kembali sinyal yang cukup kuat sehingga bisa ditangkap oleh penerima. Chip RFID terkecil yang tersedia secara komersial, lengkap dengan antenanya, hanya dapat terbaca dari jarak milimeter. Sementara chip RFID terkecil yang tidak tersedia secara komersial hanya dapat terbaca dari jarak mikron.
Menurut Tonang, klaim bahwa vaksin Covid-19 dapat menyebabkan efek magnetis, sehingga magnet menempel di lokasi suntikan, tidak benar. “Komponen dalam produk vaksin Covid-19 tidak mengandung logam yang menimbulkan sifat magnetik. Tidak ada juga semacam 'pin pelacak' semacam itu,” katanya.
Pendapat serupa disampaikan oleh Bimo. Menurut dia, tidak mungkin vaksin Covid-19 dapat menimbulkan efek magnetis. “Tidak mungkin. Sulit untuk tahu alasan mereka mengklaim hal tersebut (dalam video itu). Bagi saya, itu hanya joke tanpa argumen ilmiah apa pun,” ujarnya.
Dilansir dari Factcheck, Lisa Morici, profesor di Tulane University School of Medicine yang mempelajari vaksin, mengatakan bahwa bahan dalam vaksin berbasis mRNA (vaksin Pfizer dan vaksin Moderna) dan adenovirus (vaksin J&J) hanyalah RNA/DNA, lipid, protein, garam, dan gula. "Semua komponen ini ditemukan di berbagai makanan, vaksin, dan obat-obatan," katanya.
Menurut Morici, klaim mengenai microchip yang terkandung di dalam vaksin ini hanyalah mitos. "Mikro mengacu pada ukuran chip, yang berarti ukuran mikron. Sementara vaksin berbasis mRNA dan adenovirus adalah nanopartikel, yang berarti ukuran nanometer. Karena itu, vaksin tersebut seribu kali lebih kecil dari microchip dan microchip tidak bisa dimasukkan ke dalam vaksin," tuturnya.
Ahli kelistrikan pun telah menyatakan bahwa tidak ada bahan dalam vaksin yang akan menyebabkan hasil semacam itu, seperti menempelnya magnet di lokasi suntikan. "Agar magnet biasa menempel pada benda lain secara magnetis, benda itu harus memiliki remanensi magnet yang signifikan (seperti magnet lain), atau permeabilitas magnet relatif yang secara signifikan melebihi satu kesatuan (seperti pintu lemari es)," kata Mark Allen, profesor teknik kelistrikan dan sistem University of Pennsylvania.
“Menurut lembar fakta FDA tentang tiga vaksin resmi yang digunakan di Amerika Serikat (Pfizer, Moderna, dan J&J), tidak ada bahan dalam ketiga vaksin tersebut yang mengandung bahan dengan sifat ini (permeabilitas secara signifikan melebihi kesatuan)," ujar Allen. Intinya, kata dia, "Magnet tidak akan menempel pada Anda hanya karena Anda telah menerima vaksin."
Randall Victora, kepala departemen teknik kelistrikan dan komputer di University of Minnesota, juga berkata, "Meskipun hampir semua material bersifat magnetis dalam arti paramagnetisme, diamagnetisme, dan feromagnetisme, hanya feromagnet yang berpotensi membuat magnet tetap di lenganmu. Tidak ada bahan yang terdaftar dalam vaksin Pfizer, Moderna, atau J&J yang merupakan feromagnet, dan karenanya tidak dapat menyebabkan magnet menempel di lengan Anda. Sebagian besar microchip pun tidak memiliki komponen feromagnet."

Kesimpulan

Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa vaksin Covid-19 buatan Pfizer mengandung chip sehingga magnet menempel di lengan yang disuntik, keliru. Tidak ada bukti yang mendukung klaim bahwa vaksin mengandung chip atau bahan yang menghasilkan efek magnetis. Vaksin jauh lebih kecil daripada microchip, sehingga microchip tidak bisa dimasukkan ke dalam vaksin. Selain itu, tidak ada bahan yang terdaftar dalam vaksin Pfizer yang merupakan feromagnet, dan karenanya tidak dapat menyebabkan magnet menempel di lengan.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

Rujukan