"Bang Anis dapat penghargaan dari kerajaan Arab saudi"
Beredar sebuah pesan berantai Whatsapp perihal informasi yang menyebut bahwa Gubernur Jakarta Anies Baswedan mendapat gelar amirullah amanah atau pemimpin yang manah dari Saudi Arabia. Namun setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, belakangan diketahui bahwa informasi yang terdapat dalam pesan berantai tersebut tidak sesuai dengan fakta.
NARASI:
Goodbener Endonesyah….
Dapat Gelar dari Saudi Arabia buat bang Anis Baswedan sebagai “AMIRUL AMANAH” PEMIMPIN YANG AMANAH.
(GFD-2020-3574) [SALAH] Anies Baswedan Dapat Gelar Amirul Amanah atau Pemimpin Yang Amanah
Sumber: www.whatsapp.comTanggal publish: 10/02/2020
Berita
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN: Sebuah pesan berantai menyebutkan bahwa Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mendapat gelar amirul amanah atau peimimpin yang amanah dari Saudi Arabia. Tak hanya narasi, pesan tersebut juga dilengkapi dengan foto yang memperlihatkan Anies tengah mengenakan sebuah jubah berwarna hitam.
Berdasarkan pencarian melalui mesin pencari gambar Google Search Image, maka foto tersebut merupakan foto yang digunakan oleh kumparan guna mendukung pemberitaan mereka yang berjudul “Anies Baswedan Dapat Hadiah Jubah dari Seorang Syekh di Jeddah”. Pemberitaan milik kumparan tersebut diunggah pada 8 September 2018.
Mengacu pada pemberitaan milik kumparan.com, diketahui bahwa narasi yang terdapat dalam pesan berantai tersebut adalah tidak benar. Foto tersebut adalah peristiwa saat Gubernur DKI Terpilih, Anies Baswedan mendapat jubah dari President of the Holy Quran Councils, Al Syekh Muafaq Bin Kadasa Al Ghamdi, di sebuah Gedung pertemuan di Kota Jeddah.
Foto serta narasi yang disebarkan tersebut mengacu kepada false context atau narasi disajikan dengan konteks yang salah. False context biasanya memuat pernyataan, foto atau video peristiwa yang pernah terjadi pada suatu tempat, namun secara konteks yang ditulis tidak sesuai dengan fakta sesungguhnya.
Berdasarkan pencarian melalui mesin pencari gambar Google Search Image, maka foto tersebut merupakan foto yang digunakan oleh kumparan guna mendukung pemberitaan mereka yang berjudul “Anies Baswedan Dapat Hadiah Jubah dari Seorang Syekh di Jeddah”. Pemberitaan milik kumparan tersebut diunggah pada 8 September 2018.
Mengacu pada pemberitaan milik kumparan.com, diketahui bahwa narasi yang terdapat dalam pesan berantai tersebut adalah tidak benar. Foto tersebut adalah peristiwa saat Gubernur DKI Terpilih, Anies Baswedan mendapat jubah dari President of the Holy Quran Councils, Al Syekh Muafaq Bin Kadasa Al Ghamdi, di sebuah Gedung pertemuan di Kota Jeddah.
Foto serta narasi yang disebarkan tersebut mengacu kepada false context atau narasi disajikan dengan konteks yang salah. False context biasanya memuat pernyataan, foto atau video peristiwa yang pernah terjadi pada suatu tempat, namun secara konteks yang ditulis tidak sesuai dengan fakta sesungguhnya.
Rujukan
(GFD-2020-3573) [SALAH] “Darurat Corona, WHO Serukan Dunia Isolasi Cina”
Sumber: Media OnlineTanggal publish: 08/02/2020
Berita
Tidak ada seruan untuk mengisolasi Cina dari WHO. Sebaliknya, WHO menyatakan bahwa mereka tidak merekomendasikan adanya pembatasan perjalanan ataupun perdagangan dengan Cina.
Situs Era Muslim memuat sebuah artikel yang berjudul “Darurat Corona, WHO Serukan Dunia Isolasi Cina” pada 31 Januari 2020 lalu.
Berikut cuplikan artikelnya:
“Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya resmi mengumumkan darurat kesehatan global pada Jumat (31/1). Pengumuman itu seiring dengan semakin banyak dan luasnya korban yang terinfeksi virus Novel Corona (2019-nCoV).
Selain mengumumkan darurat corona, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus juga meminta semua negara tidak membiarkan warganya melakukan perjalanan ke China. Termasuk untuk urusan dagang.
“WHO tidak merekomendasikan dan benar-benar menentang untuk melakukan perjalanan atau perdagangan dengan China,” ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti diberitakan Reuters, Jumat (31/1).”
Situs Era Muslim memuat sebuah artikel yang berjudul “Darurat Corona, WHO Serukan Dunia Isolasi Cina” pada 31 Januari 2020 lalu.
Berikut cuplikan artikelnya:
“Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya resmi mengumumkan darurat kesehatan global pada Jumat (31/1). Pengumuman itu seiring dengan semakin banyak dan luasnya korban yang terinfeksi virus Novel Corona (2019-nCoV).
Selain mengumumkan darurat corona, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus juga meminta semua negara tidak membiarkan warganya melakukan perjalanan ke China. Termasuk untuk urusan dagang.
“WHO tidak merekomendasikan dan benar-benar menentang untuk melakukan perjalanan atau perdagangan dengan China,” ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti diberitakan Reuters, Jumat (31/1).”
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
Berdasarkan hasil penelusuran tim CekFakta Tempo, dalam berita yang dimuat Reuters pada 31 Januari 2020 berjudul “WHO declares China virus outbreak an international emergency”, WHO memang mendeklarasikan bahwa epidemi virus Corona Wuhan merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat global.
WHO mengumumkan keputusan itu setelah digelarnya pertemuan Komite Darurat, sebuah panel ahli independen di Jenewa, Swiss, pada 30 Januari 2020, di tengah meningkatnya penyebaran virus ke sekitar 18 negara.
Namun, dalam berita Reuters, tidak ditemukan pernyataan dari Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang meminta negara-negara di dunia untuk mengisolasi Cina. Ia menegaskan bahwa deklarasi tersebut bukanlah bentuk ketidakpercayaan terhadap Cina.
Berikut pernyataan asli dari Ghebreyesus dalam berita Reuters: “Let me be clear, this declaration is not a vote of no confidence in China. Our greatest concern is the potential for the virus to spread to countries with weaker health systems.”
Selain itu, WHO menentang kebijakan pembatasan perjalanan dan perdagangan dengan Cina. Hal ini termuat dalam paragraf ke-8 hingga ke-11. Deklarasi darurat global WHO tersebut memicu rekomendasi kepada seluruh negara untuk mencegah atau mengurangi penyebaran penyakit lintas batas, sambil menghindari campur tangan yang tidak perlu dalam perjalanan atau perdagangan.
Meskipun tidak memiliki wewenang hukum untuk menjatuhkan sanksi kepada negara-negara di dunia, WHO dapat meminta pemerintah suatu negara untuk memberikan penjelasan ilmiah atas segala pembatasan perjalanan atau perdagangan yang mereka lakukan dalam keadaan darurat global.
Di akhir pernyataannya, Ghebreyesus memuji kesigapan pemerintah Cina dalam membatasi penyebaran wabah virus Corona WUhan. Ia pun menegaskan bahwa WHO menentang segala pembatasan perjalanan atau perdagangan dengan Cina.
Dalam situs resminya, WHO juga menyatakan tidak merekomendasikan adanya pembatasan perjalanan atau perdagangan dengan Cina, termasuk tidak memperkenankan tindakan yang dapat mempromosikan stigma dan diskriminasi.
Berikut pernyataan WHO di situs resminya: “The Committee does not recommend any travel or trade restriction based on the current information available. Countries must inform WHO about travel measures taken, as required by the IHR. Countries are cautioned against actions that promote stigma or discrimination, in line with the principles of Article 3 of the IHR.”
Menurut WHO, untuk melawan virus Corona Wuhan, diperlukan upaya yang substansial dalam berbagi informasi dan hasil penelitian. Hal ini sesuai dengan Pasal 44 International Health Regulations (IHR) 2005 di mana komunitas global harus terus menunjukkan solidaritas dan kerja sama dalam mengidentifikasi sumber virus baru tersebut dan potensi penularannya dari manusia ke manusia, kesiapan terhadap kemungkinan impor kasus, dan penelitian untuk mengembangkan pengobatannya.
Komunitas global pun diminta memberikan dukungan kepada negara-negara yang berpenghasilan rendah dan menengah untuk merespons kasus ini dan memfasilitasi akses untuk diagnosa, vaksin, serta terapi.
Beberapa media arus utama Indonesia juga memberitakan pengumuman WHO ini dengan menuliskan bahwa WHO tidak merekomendasikan adanya pembatasan perdagangan dan perjalanan.
Berdasarkan hasil penelusuran tim CekFakta Tempo, dalam berita yang dimuat Reuters pada 31 Januari 2020 berjudul “WHO declares China virus outbreak an international emergency”, WHO memang mendeklarasikan bahwa epidemi virus Corona Wuhan merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat global.
WHO mengumumkan keputusan itu setelah digelarnya pertemuan Komite Darurat, sebuah panel ahli independen di Jenewa, Swiss, pada 30 Januari 2020, di tengah meningkatnya penyebaran virus ke sekitar 18 negara.
Namun, dalam berita Reuters, tidak ditemukan pernyataan dari Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang meminta negara-negara di dunia untuk mengisolasi Cina. Ia menegaskan bahwa deklarasi tersebut bukanlah bentuk ketidakpercayaan terhadap Cina.
Berikut pernyataan asli dari Ghebreyesus dalam berita Reuters: “Let me be clear, this declaration is not a vote of no confidence in China. Our greatest concern is the potential for the virus to spread to countries with weaker health systems.”
Selain itu, WHO menentang kebijakan pembatasan perjalanan dan perdagangan dengan Cina. Hal ini termuat dalam paragraf ke-8 hingga ke-11. Deklarasi darurat global WHO tersebut memicu rekomendasi kepada seluruh negara untuk mencegah atau mengurangi penyebaran penyakit lintas batas, sambil menghindari campur tangan yang tidak perlu dalam perjalanan atau perdagangan.
Meskipun tidak memiliki wewenang hukum untuk menjatuhkan sanksi kepada negara-negara di dunia, WHO dapat meminta pemerintah suatu negara untuk memberikan penjelasan ilmiah atas segala pembatasan perjalanan atau perdagangan yang mereka lakukan dalam keadaan darurat global.
Di akhir pernyataannya, Ghebreyesus memuji kesigapan pemerintah Cina dalam membatasi penyebaran wabah virus Corona WUhan. Ia pun menegaskan bahwa WHO menentang segala pembatasan perjalanan atau perdagangan dengan Cina.
Dalam situs resminya, WHO juga menyatakan tidak merekomendasikan adanya pembatasan perjalanan atau perdagangan dengan Cina, termasuk tidak memperkenankan tindakan yang dapat mempromosikan stigma dan diskriminasi.
Berikut pernyataan WHO di situs resminya: “The Committee does not recommend any travel or trade restriction based on the current information available. Countries must inform WHO about travel measures taken, as required by the IHR. Countries are cautioned against actions that promote stigma or discrimination, in line with the principles of Article 3 of the IHR.”
Menurut WHO, untuk melawan virus Corona Wuhan, diperlukan upaya yang substansial dalam berbagi informasi dan hasil penelitian. Hal ini sesuai dengan Pasal 44 International Health Regulations (IHR) 2005 di mana komunitas global harus terus menunjukkan solidaritas dan kerja sama dalam mengidentifikasi sumber virus baru tersebut dan potensi penularannya dari manusia ke manusia, kesiapan terhadap kemungkinan impor kasus, dan penelitian untuk mengembangkan pengobatannya.
Komunitas global pun diminta memberikan dukungan kepada negara-negara yang berpenghasilan rendah dan menengah untuk merespons kasus ini dan memfasilitasi akses untuk diagnosa, vaksin, serta terapi.
Beberapa media arus utama Indonesia juga memberitakan pengumuman WHO ini dengan menuliskan bahwa WHO tidak merekomendasikan adanya pembatasan perdagangan dan perjalanan.
Rujukan
(GFD-2020-3572) [SALAH] Presiden Cina Xi Jinping Mengunjungi Masjid dan Meminta Umat Islam Berdoa Untuk Negeri yang Sedang Dilanda Krisis
Sumber: facebook.comTanggal publish: 06/02/2020
Berita
Beredar postingan video yang menyebutkan bahwa Presiden China Xi Jinping tengah mengunjungi masjid dan umat muslim. Adapun, dalam narasi itu disebutkan tujuan kedatangan Presiden Xi Jinping ialah meminta doa untuk menghadapi krisis yang sedang melanda negeri China. Berikut kutipan narasinya:
Presiden Cina xi jinping mengunjungi masjid dan meminta umat Islam untuk berdoa di negara yang sedang dilanda krisis ini. Kami membutuhkan bantuan Anda.
Presiden Cina xi jinping mengunjungi masjid dan meminta umat Islam untuk berdoa di negara yang sedang dilanda krisis ini. Kami membutuhkan bantuan Anda.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa video tersebut bukan peristiwa Presiden Xi Jinping meminta doa kepada umat Islam. Video tersebut merupakan liputan kunjungan Presiden Xi Jinping ke Masjid Xincheng di Kota Yinchuan pada tahun 2016. Berikut pemberitaan mengenai peristiwa itu:
[…] Kunjungi Masjid, Xi Jinping Ajak Muslim Tolak Penyusup Agama
REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Cina Xi Jinping melakukan kunjungan ke masjid di wilayah Muslim di barat Cina. Dalam kunjungannya, ia mengatakan Muslim Cina harus mempromosikan harmoni sosial dan menolak penyusup di agama mereka.
Ada sekitar 21 juta Muslim di Cina. Selama ini konstitusi Cina menjamin kebebasan beragama, tapi kelompok-kelompok hak asasi mengatakan Partai Komunis Cina membatasi praktik keagamaan, khususnya Muslim. Cina membantah tegas tuduhan tersebut.
Mengunjungi Nixia, rumah bagi sekitar 2,4 juta Muslim, Xi mengatakan Muslim Cina harus mempraktikkan agama mereka sebagai bagian dari masyarakat Cina. China Daily melaporkan pada Kamis (21/7), Xi juga meminta Muslim Cina meneruskan tradisi patriotik.
"Agama di negara kita, yang endemik maupun orang-orang dari luar negeri, telah sangat tertanam dalam peradaban Cina, yang sejarahnya mencakup lebih dari 5.000 tahun," kata Xi saat mengunjungi masjid di Yinchuan.
Xi mengatakan Muslim harus tegas menentang kegiatan penyusup ilegal ke agama mereka. Xinhua melaporkan, Xi juga meminta Muslim mempromosikan kerukunan beragama dan sosial.
Pemerintah Cina mengatakan telah menghadapi kenaikan jumlah ekstremis, terutama di Xinjiang. Beijing selama ini menyalahkan ekstremis asing untuk memanaskan ketegangan terutama di Xinjiang.
Banyak kelompok hak dan buangan meragukan keberadaan ekstremis di Xinjiang. Mereka mengatakan Uighur di Xinjiang marah karena kebijakan represif Cina. […]
Adapun, video asli peliputan tersebut dapat ditemui di kanal CCTV Video News Agency. Judul video tersebut ialah ‘Chinese President Visits Big Mosque in Northwest China’ dan ditayangkan pada tanggal 21 Juli 2016.
[…] Kunjungi Masjid, Xi Jinping Ajak Muslim Tolak Penyusup Agama
REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Cina Xi Jinping melakukan kunjungan ke masjid di wilayah Muslim di barat Cina. Dalam kunjungannya, ia mengatakan Muslim Cina harus mempromosikan harmoni sosial dan menolak penyusup di agama mereka.
Ada sekitar 21 juta Muslim di Cina. Selama ini konstitusi Cina menjamin kebebasan beragama, tapi kelompok-kelompok hak asasi mengatakan Partai Komunis Cina membatasi praktik keagamaan, khususnya Muslim. Cina membantah tegas tuduhan tersebut.
Mengunjungi Nixia, rumah bagi sekitar 2,4 juta Muslim, Xi mengatakan Muslim Cina harus mempraktikkan agama mereka sebagai bagian dari masyarakat Cina. China Daily melaporkan pada Kamis (21/7), Xi juga meminta Muslim Cina meneruskan tradisi patriotik.
"Agama di negara kita, yang endemik maupun orang-orang dari luar negeri, telah sangat tertanam dalam peradaban Cina, yang sejarahnya mencakup lebih dari 5.000 tahun," kata Xi saat mengunjungi masjid di Yinchuan.
Xi mengatakan Muslim harus tegas menentang kegiatan penyusup ilegal ke agama mereka. Xinhua melaporkan, Xi juga meminta Muslim mempromosikan kerukunan beragama dan sosial.
Pemerintah Cina mengatakan telah menghadapi kenaikan jumlah ekstremis, terutama di Xinjiang. Beijing selama ini menyalahkan ekstremis asing untuk memanaskan ketegangan terutama di Xinjiang.
Banyak kelompok hak dan buangan meragukan keberadaan ekstremis di Xinjiang. Mereka mengatakan Uighur di Xinjiang marah karena kebijakan represif Cina. […]
Adapun, video asli peliputan tersebut dapat ditemui di kanal CCTV Video News Agency. Judul video tersebut ialah ‘Chinese President Visits Big Mosque in Northwest China’ dan ditayangkan pada tanggal 21 Juli 2016.
Kesimpulan
Berdasarkan hal tersebut, maka klaim pada postingan sumber dan konten videonya tidak berkaitan. Berdasarkan hal tersebut, maka konten tersebut masuk ke dalam kategori False Connection atau Koneksi yang Salah.
Rujukan
- https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/1105867319745802/
- https://turnbackhoax.id/2020/02/06/salah-presiden-cina-xi-jinping-mengunjungi-masjid-dan-meminta-umat-islam-berdoa-untuk-negeri-yang-sedang-dilanda-krisis/
- https://www.youtube.com/watch?v=lfzeGMg0Sc4
- https://republika.co.id/berita/oangvg366/kunjungi-masjid-xi-jinping-ajak-muslim-tolak-penyusup-agama
- https://www.medcom.id/telusur/cek-fakta/GNl4DE5N-presiden-xi-jinping-masuk-masjid-dan-minta-doa-umat-islam
(GFD-2020-3571) [SALAH] Virus Corona Dapat Menular Melalui Tatapan Mata
Sumber: whatsapp.comTanggal publish: 04/02/2020
Berita
Beredar informasi melalui pesan berantai Whatsapp yang menyebutkan virus Corona dapat menyebar melalui tatapan mata. Dalam narasi pesan tersebut, diimbau untuk tidak melihat secara langsung korban yang terinfeksi virus Corona. Berikut kutipan narasinya:
Info penting !!!
Berhati hatilah jika melihat secara langsung korban yang terinfeksi virus corona, karena virus corona bisa tersebar hanya dengan menatap saja.
share sebanyak mungkin demi kebaikan…
Info penting !!!
Berhati hatilah jika melihat secara langsung korban yang terinfeksi virus corona, karena virus corona bisa tersebar hanya dengan menatap saja.
share sebanyak mungkin demi kebaikan…
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa klaim tersebut tidak benar dan sudah dibantah oleh pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Kepala Subdirektorat Penyakit Infeksi Emerging Kemenkes Endang Budi Hastuti memastikan virus Corona tidak menular lewat tatapan mata.
“Pernah dengar tidak? Itu juga ada. Jadi makanya disarankan pakai masker yang sampai menutupi mata. Tapi bukan seperti itu, tidak menular melalui tatapan mata,” kata Endang.
Ia menjelaskan, virus Corona dapat menular lewat mata jika tangan yang dalam kondisi kotor atau terkontaminasi Corona membasuh mata. Endang menegaskan virus Corona tak dapat menular lewat tatapan mata.
“Jadi bukan seperti itu juga menularkan lewat tatapan mata. Tapi memang kalau kucek-kucek mata, kemudian tangannya kotor terkontaminasi, bisa menular ke orang lain. Jadi bukan tatapannya,” ujar Endang.
Virus Corona, menurut Endang, menular melalui saluran pernapasan. Penularan virus Corona dapat melalui percikan batuk dan bersin.
"Kemudian karena ini penyakitnya di saluran pernapasan, penularannya bisa melalui percikan pada saat batuk atau pada saat bersin. Tapi sampai saat ini belum diketahui dengan pasti sebetulnya penularannya seperti apa. Untuk vaksin dan pengobatan juga belum ada saat ini," ucap Endang.
Senada dengan Endang, dr Zeiras Eka Djamal, SpM, dari Jakarta Eye Center (JEC) menjelaskan penularan melalui mata tidak terjadi saat seseorang menatap sesuatu, kemudian terinfeksi.
Seseorang bisa tertular jika tangannya terkontaminasi oleh virus corona (2019-nCoV), kemudian tak sadar tangannya menyentuh area mata.
“Bukan dari tatapan. Tapi misalnya bila bersin ke tangan, kemudian tangan dipakai mengucek-ngucek mata. Maka bisa saja virus menginfeksi mata. Karena memang ada saluran dari mata ke rongga hidung. Maka virus bisa menular ke saluran pernapasan,” katanya.
“Pernah dengar tidak? Itu juga ada. Jadi makanya disarankan pakai masker yang sampai menutupi mata. Tapi bukan seperti itu, tidak menular melalui tatapan mata,” kata Endang.
Ia menjelaskan, virus Corona dapat menular lewat mata jika tangan yang dalam kondisi kotor atau terkontaminasi Corona membasuh mata. Endang menegaskan virus Corona tak dapat menular lewat tatapan mata.
“Jadi bukan seperti itu juga menularkan lewat tatapan mata. Tapi memang kalau kucek-kucek mata, kemudian tangannya kotor terkontaminasi, bisa menular ke orang lain. Jadi bukan tatapannya,” ujar Endang.
Virus Corona, menurut Endang, menular melalui saluran pernapasan. Penularan virus Corona dapat melalui percikan batuk dan bersin.
"Kemudian karena ini penyakitnya di saluran pernapasan, penularannya bisa melalui percikan pada saat batuk atau pada saat bersin. Tapi sampai saat ini belum diketahui dengan pasti sebetulnya penularannya seperti apa. Untuk vaksin dan pengobatan juga belum ada saat ini," ucap Endang.
Senada dengan Endang, dr Zeiras Eka Djamal, SpM, dari Jakarta Eye Center (JEC) menjelaskan penularan melalui mata tidak terjadi saat seseorang menatap sesuatu, kemudian terinfeksi.
Seseorang bisa tertular jika tangannya terkontaminasi oleh virus corona (2019-nCoV), kemudian tak sadar tangannya menyentuh area mata.
“Bukan dari tatapan. Tapi misalnya bila bersin ke tangan, kemudian tangan dipakai mengucek-ngucek mata. Maka bisa saja virus menginfeksi mata. Karena memang ada saluran dari mata ke rongga hidung. Maka virus bisa menular ke saluran pernapasan,” katanya.
Kesimpulan
Berdasarkan hal tersebut, maka klaim bahwa virus Corona dapat menular dari tatapan mata tidak benar. Meski demikian, virus tersebut dapat menular melalui mata melalui sentuhan tangan yang terdapat virus Corona saat menyentuh mata. Dengan demikian, konten tersebut masuk ke dalam kategori False Context atau Konten yang Salah.
Rujukan
- https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/1104206933245174/
- https://turnbackhoax.id/2020/02/04/salah-virus-corona-dapat-menular-melalui-tatapan-mata/
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4169940/cek-fakta-kesehatan-penularan-virus-corona-bisa-lewat-tatapan-mata
- https://katadata.co.id/berita/2020/01/31/virus-corona-bisa-menular-via-mata-kemenkes-bukan-karena-bertatapan
- https://news.detik.com/berita/d-4880875/kemenkes-virus-corona-tak-menular-lewat-tatapan-mata
- https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4882790/terpopuler-sepekan-benarkah-virus-corona-bisa-menyebar-lewat-mata
Halaman: 5242/5616