Program Gebyar BRImo Festival 2024
Seluruh nasabah BRI yang sudah aktif BRImo dapatkan Kupon Undian
BRImo Festival dengan cara klik *DAFTAR*
Menangkan hadiah menarik berikut ini.
*GRAND PRIZE*
° Uang Tunai 250 juta
° 2 unit Tesla
° 4 unit Honda HRV
° 4 unit Toyota Fortuner GR
° 5 unit Honda Brio
° 25 unit Motor Beat
° 15 unit Vespa Matic
° 50 unit kulkas LG
° 12 unit Logam Mulia
° 17 unit Iphone 15
Dan masih banyak hadiah lainnya, ayo buruan klik tombol daftar dan tukar kupon untuk mendapatkan hadiah diatas.
(GFD-2024-21676) [PENIPUAN] Gebyar BRImo Festival 2024
Sumber: Facebook.comTanggal publish: 07/08/2024
Berita
Hasil Cek Fakta
Ditemukan sebuah unggahan di Facebook berisi konten mengenai undian berhadiah bagi nasabah BRI yang memiliki akun m-banking atau e-banking BRIMO. Unggahan tersebut juga menyertakan sebuah link yang diklaim untuk mendaftarkan diri.
Namun setelah di cek link tersebut ternyata tidak mengarah ke situs resmi milik BRI. Jika kita cari website BRI di Google maka kita akan dapat langsung menemukan website resmi milik BRI https://bri.co.id/.
Di website resmi tersebut juga tidak ditemukan informasi mengenai undian bagi para pengguna layanan BRIMO. Lalu di akun Facebook asli milik BRI yang sudah diverifikasi juga tidak ditemukan informasi apapun mengenai gebyar undian tersebut.
Berdasarkan dari temuan tersebut maka dapat disimpulkan jika unggahan yang mengatasnamakan BRI tersebut merupakan salah satu modus untuk melakukan penipuan online.
Namun setelah di cek link tersebut ternyata tidak mengarah ke situs resmi milik BRI. Jika kita cari website BRI di Google maka kita akan dapat langsung menemukan website resmi milik BRI https://bri.co.id/.
Di website resmi tersebut juga tidak ditemukan informasi mengenai undian bagi para pengguna layanan BRIMO. Lalu di akun Facebook asli milik BRI yang sudah diverifikasi juga tidak ditemukan informasi apapun mengenai gebyar undian tersebut.
Berdasarkan dari temuan tersebut maka dapat disimpulkan jika unggahan yang mengatasnamakan BRI tersebut merupakan salah satu modus untuk melakukan penipuan online.
Kesimpulan
Akun Facebook yang asli milik Bank BRI adalah yang sudah diverifikasi, pada akun asli BRI tersebut juga tidak mengunggah informasi mengenai adanya gebyar undian apapun.
Rujukan
(GFD-2024-21675) [SALAH] Petinju Wanita Aljazair Imane Khelif adalah Transgender
Sumber: X.comTanggal publish: 07/08/2024
Berita
Kasihan sih ini kejadian di olimpiade dimana boxer cewek kalah dari boxer transwomen asal Algeria. Boxer Italia memutuskan mundur saat pertandingan baru 45 detik
Hasil Cek Fakta
Beredar sebuah video dengan kalim petinju wanita Aljazair, Imane Khelif, yang juga transgender, mengalahkan petinju asal Italia, Angela Carini dalam Olimpiade Paris 2024.
Dikutip dari pemeriksa fakta Italia, Facta.News, kontroversi mengenai identitas gender Imane Khelif ini bermula dari rekam jejaknya yang pernah didiskualifikasi dari Kejuaraan Dunia Tinju di New Delhi tahun 2023 silam. Kala itu, Khelif bertanding melawan Yang Liu. Penyelenggaranya, International Boxing Association/Asosiasi Tinju Internasional (IBA), melalui web resmi menyatakan “kadar testosteronnya yang tinggi, tidak memenuhi syarat kelayakan”.
Tindakan diskualifikasi tersebut menyebabkan gelombang misinformasi tentang jenis kelamin atlet. Dengan cepat masyarakat awam menyebut Khelif sebagai “transgender”. Padahal di laman profil resminya, atlet Aljazair kelahiran 1999 itu selalu bertanding di kategori wanita sejak mulai berlatih tinju.
Bahkan di putaran pertama Olimpiade Tokyo 2020, ia pernah kalah melawan atlet tinju asal Irlandia, Kellie Harrington. Informasi mengenai identitasnya sebagai transgender pun tidak ada dalam dokumen resmi apa pun.
Dilansir dari Facta.News, Mark Adams, juru bicara IOC, juga meyakinkan pers bahwa semua yang bersaing dalam kategori wanita memenuhi kriteria kelayakan. Paspor mereka bertuliskan bahwa mereka adalah wanita. Terlepas dari apa yang dikabarkan secara publik tentang jenis kelamin Imane Khelif, yang penting adalah keputusan Unit Tinju Paris : atlet Aljazair memenuhi syarat untuk kopetisi.
Melalui hal tersebut maka dapat disimpulkan klaim atlet Aljazair, Imane Khelif sebagai transgender adalah tidak benar. Informasi mengenai identitasnya sebagai transgender pun tidak ada dalam dokumen resmi apa pun. Dalam berbagai laman profil resmi, Khelif telah berkompetisi dalam kompetisi tinju internasional selama bertahun-tahun di kategori wanita, termasuk Olimpiade Tokyo 2020.
Dikutip dari pemeriksa fakta Italia, Facta.News, kontroversi mengenai identitas gender Imane Khelif ini bermula dari rekam jejaknya yang pernah didiskualifikasi dari Kejuaraan Dunia Tinju di New Delhi tahun 2023 silam. Kala itu, Khelif bertanding melawan Yang Liu. Penyelenggaranya, International Boxing Association/Asosiasi Tinju Internasional (IBA), melalui web resmi menyatakan “kadar testosteronnya yang tinggi, tidak memenuhi syarat kelayakan”.
Tindakan diskualifikasi tersebut menyebabkan gelombang misinformasi tentang jenis kelamin atlet. Dengan cepat masyarakat awam menyebut Khelif sebagai “transgender”. Padahal di laman profil resminya, atlet Aljazair kelahiran 1999 itu selalu bertanding di kategori wanita sejak mulai berlatih tinju.
Bahkan di putaran pertama Olimpiade Tokyo 2020, ia pernah kalah melawan atlet tinju asal Irlandia, Kellie Harrington. Informasi mengenai identitasnya sebagai transgender pun tidak ada dalam dokumen resmi apa pun.
Dilansir dari Facta.News, Mark Adams, juru bicara IOC, juga meyakinkan pers bahwa semua yang bersaing dalam kategori wanita memenuhi kriteria kelayakan. Paspor mereka bertuliskan bahwa mereka adalah wanita. Terlepas dari apa yang dikabarkan secara publik tentang jenis kelamin Imane Khelif, yang penting adalah keputusan Unit Tinju Paris : atlet Aljazair memenuhi syarat untuk kopetisi.
Melalui hal tersebut maka dapat disimpulkan klaim atlet Aljazair, Imane Khelif sebagai transgender adalah tidak benar. Informasi mengenai identitasnya sebagai transgender pun tidak ada dalam dokumen resmi apa pun. Dalam berbagai laman profil resmi, Khelif telah berkompetisi dalam kompetisi tinju internasional selama bertahun-tahun di kategori wanita, termasuk Olimpiade Tokyo 2020.
Kesimpulan
Klaim bahwa atlet Aljazair, Imane Khelif sebagai transgender adalah tidak benar. Informasi mengenai identitasnya sebagai transgender pun tidak ada dalam dokumen resmi apa pun.
Rujukan
(GFD-2024-21674) [SALAH] Pertolongan Pertama Penyakit Stroke dengan Menekan Bagian Bawah Hidung
Sumber: Facebook.comTanggal publish: 07/08/2024
Berita
Tekan dibawah hidung membuat penderita akan segera sadar kembali.
Buat tambahan pengetahuan Semoga bermanfaat.
INGAT YA KASI TAU KELUARGA & SEMUA KENALAN…
SEMOGA MENOLONG BANYAK ORANG YG MEMBUTUHKAN PERTOLONGAN PERTAMA
#fyp
Buat tambahan pengetahuan Semoga bermanfaat.
INGAT YA KASI TAU KELUARGA & SEMUA KENALAN…
SEMOGA MENOLONG BANYAK ORANG YG MEMBUTUHKAN PERTOLONGAN PERTAMA
#fyp
Hasil Cek Fakta
Beredar sebuah konten yang diklaim sebagai cara pertolongan pertama mengatasi serangan stroke dengan menekan bagian bawah hidung penderita. Konten tersebut berisi video yang memperlihatkan seorang penumpang kereta pingsan dan segera disadarkan penumpang lainnya dengan menekan bagian bawah hidungnya.
Faktanya, klaim yang menyatakan bahwa menekan bagian bawah hidung merupakan pertolongan pertama bagi orang yang kehilangan kesadaran adalah tidak benar. Melalui akun twitternya, dr. Asa Ibrahim Sp.OT. mengatakan bahwa tindakan menekan atau menampar orang yang kehilangan kesadaran tidak akan memperbaiki kondisi yang dialaminya.
Lebih lanjut, dirinya menjelaskan bahwa langkah yang harus dilakukan sebagai pertolongan pertama adalah dengan cara membaringkan di lantai, beri ruang, dan tidak dikerubungi. Selanjutnya bisa lakukan cek nadi leher. Jika tidak ada denyut nadi, mulai kompresi dada dan jika ada denyut nadi, lanjut cek napas.
Dikutip dari situs resmi Universitas Gadjah Mada, Dr. dr. Ismail Setyopranoto Sp.S(K), dari Departemen Neurologi, FK-KMK UGM, menjelaskan ada dua macam faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang terkena stroke, yaitu faktor risiko yang dapat dikendalikan dan yang tak dapat dikendalikan.
Faktor risiko yang tidak bisa dikendalikan antara lain umur, jenis kelamin tertentu, keturunan, dan orang yang pernah terkena stroke. Faktor risiko yang bisa dikendalikan antara lain diabetes, obesitas, hipertensi, kurang aktivitas dan olahraga, merokok, alkohol, dsb.
Melalui hal tersebut maka dapat disimpulkan klaim bahwa menekan bagian bawah hidung dapat menyadarkan dan menyelamatkan seseorang yang pingsan karena serangan stroke adalah salah.
Faktanya, klaim yang menyatakan bahwa menekan bagian bawah hidung merupakan pertolongan pertama bagi orang yang kehilangan kesadaran adalah tidak benar. Melalui akun twitternya, dr. Asa Ibrahim Sp.OT. mengatakan bahwa tindakan menekan atau menampar orang yang kehilangan kesadaran tidak akan memperbaiki kondisi yang dialaminya.
Lebih lanjut, dirinya menjelaskan bahwa langkah yang harus dilakukan sebagai pertolongan pertama adalah dengan cara membaringkan di lantai, beri ruang, dan tidak dikerubungi. Selanjutnya bisa lakukan cek nadi leher. Jika tidak ada denyut nadi, mulai kompresi dada dan jika ada denyut nadi, lanjut cek napas.
Dikutip dari situs resmi Universitas Gadjah Mada, Dr. dr. Ismail Setyopranoto Sp.S(K), dari Departemen Neurologi, FK-KMK UGM, menjelaskan ada dua macam faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang terkena stroke, yaitu faktor risiko yang dapat dikendalikan dan yang tak dapat dikendalikan.
Faktor risiko yang tidak bisa dikendalikan antara lain umur, jenis kelamin tertentu, keturunan, dan orang yang pernah terkena stroke. Faktor risiko yang bisa dikendalikan antara lain diabetes, obesitas, hipertensi, kurang aktivitas dan olahraga, merokok, alkohol, dsb.
Melalui hal tersebut maka dapat disimpulkan klaim bahwa menekan bagian bawah hidung dapat menyadarkan dan menyelamatkan seseorang yang pingsan karena serangan stroke adalah salah.
Kesimpulan
Klaim bahwa menekan bagian bawah hidung dapat menyadarkan dan menyelamatkan seseorang yang pingsan karena serangan stroke adalah salah.
Rujukan
(GFD-2024-21673) [SALAH] Pemerintah Swiss Tidak Akui Islam dan Melarang Penggunaan Jilbab
Sumber: Facebook.comTanggal publish: 07/08/2024
Berita
Swiss melarang hijab dan tidak lagi mengakui Islam sebagai agama resmi melalui referendum. Apakah Anda ingin referendum yang sama diadakan di semua negara Eropa?
Hasil Cek Fakta
Pada 18 Juli 2024 beredar narasi di media sosial Facebook berisikan klaim Pemerintah Swiss melarang muslimah di negara tersebut mengenakan hijab atau jilbab. Pemerintah Swiss juga diklaim tidak mengakui Islam sebagai agama resmi di negara mereka setelah adanya referendum.
Faktanya, Pemerintah Swiss tidak melarang hijab. Referendum pada 2023 menetapkan larangan atas pemakaian penutup wajah penuh seperti burka, masker ski, dan bandana yang hanya menyisakan sedikit celah pada bagian mata.
Dilansir Associated Press, aturan itu ditetapkan setelah referendum pada 2021. Saat itu, pemilih Swiss menyetujui proposal untuk melarang penggunaan penutup wajah di tempat umum. Akhirnya, pada 2023 Parlemen Swiss memutuskan denda hingga 1.000 franc Swiss atau sekitar Rp 18,5 juta bagi pelanggarnya.
Kendati demikian, referendum tersebut tidak menyangkal Islam sebagai agama resmi di negara tersebut. Pemerintah Swiss mengakui Islam sebagai agama yang boleh dianut warganya, atas dasar kebebasan dan beragama dalam konstitusinya.
Malui penelusuran tersebut maka dapat disimpulkan klaim mengenai Pemerintah Swiss tidak mengakui Islam dan melarang penggunaan hijab adalah salah.
Faktanya, Pemerintah Swiss tidak melarang hijab. Referendum pada 2023 menetapkan larangan atas pemakaian penutup wajah penuh seperti burka, masker ski, dan bandana yang hanya menyisakan sedikit celah pada bagian mata.
Dilansir Associated Press, aturan itu ditetapkan setelah referendum pada 2021. Saat itu, pemilih Swiss menyetujui proposal untuk melarang penggunaan penutup wajah di tempat umum. Akhirnya, pada 2023 Parlemen Swiss memutuskan denda hingga 1.000 franc Swiss atau sekitar Rp 18,5 juta bagi pelanggarnya.
Kendati demikian, referendum tersebut tidak menyangkal Islam sebagai agama resmi di negara tersebut. Pemerintah Swiss mengakui Islam sebagai agama yang boleh dianut warganya, atas dasar kebebasan dan beragama dalam konstitusinya.
Malui penelusuran tersebut maka dapat disimpulkan klaim mengenai Pemerintah Swiss tidak mengakui Islam dan melarang penggunaan hijab adalah salah.
Kesimpulan
Klaim mengenai Pemerintah Swiss tidak mengakui Islam dan melarang penggunaan hijab adalah salah. Faktanya, Pemerintah Swiss tidak melarang hijab. Referendum pada 2023 menetapkan larangan penggunaan penutup wajah penuh. Pemerintah Swiss mengakui Islam sebagai agama yang boleh dianut oleh warganya.
Rujukan
Halaman: 515/5306