• (GFD-2021-8800) Keliru, Anies Baswedan Raih Gelar Pahlawan Internasional 2021

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 03/11/2021

    Berita


    Tangkapan layar dari kanal Youtube berjudul “Hanya Anies yang bisa raih gelar pahlawan internasional, disambut hangat setelah dinobatkan pahlawan dunia” beredar di Facebook, 27 Oktober 2021. 
    Akun yang menyebarkan tangkapan layar tersebu t memberikan narasi, “buzzer receh kalo liat prestasi pak anies pasti auto cacingan dan kejang, nahan sakit hati.”
    Dalam tangkapan layar itu tampak Presiden Jokowi menjabat tangan Anies Baswedan. Namun benarkah Anies Baswedan menerima gelar pahlawan internasional 2021?
    Tangkapan layar unggahan dnegan klaim Anies Baswedan dinobatkan sebagai pahlawan internasional

    Hasil Cek Fakta


    Tempo menggunakan reverse image tool milik Google untuk memverifikasi foto Anies Baswedan bersama Jokowi tersebut. Hasilnya, foto itu tidak terkait dengan penobatan Anies Baswedan sebagai pahlawan dunia. 
    Tempo mendapatkan bahwa foto yang identik pernah dimuat oleh situs media cnnindonesia.com pada artikel berjudul Jokowi Beri Gelar Pahlawan Nasional pada Kakek Anies Baswedan, edisi 8 November 2018. Foto tersebut adalah karya jurnalis CNN Indonesia, Christie Stefanie.
    Dalam keterangan foto tertulis, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hadir di Istana Kepresidenan menerima penganugerahan gelar Pahlawan Nasional dari Presiden RI Joko Widodo kepada kakeknya, AR Baswedan.  
    Konteks acara tersebut, seperti dalam berita CNN Indonesia, dijelaskan, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada enam tokoh. Satu di antaranya adalah kakek dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Abdurrahman Baswedan alias AR Baswedan, menjadi salah satu Pahlawan Nasional.
    Penganugerahan itu disambut baik Anies Baswedan yang mewakili kakeknya menerima anugerah itu. Menurutnya, kebijakan Presiden Jokowi ini menjadi penyemangat bagi dirinya dan generasi muda melanjutkan perjuangan. 
    Penyerahan anugerah gelar Pahlawan Nasional untuk AR Baswedan itu, juga dimuat oleh Inews. Dalam video yang ditayangkan pada 10 November 2018 itu, momen saat Presiden Jokowi menjabat tangan Anies Baswedan berada dalam menit ke 1:45. 
    Dalam video itu juga terlihat banyak undangan yang hadir saat acara tersebut. Hal ini tampak berbeda dengan gambar dalam tangkapan layar di mana terlihat deretan kursi kosong di belakang Presiden Jokowi dan Anies Baswedan. 
    Tangkapan layar video Anies Baswedan dan Presiden Jokowi saat penyerahan anugerah gelar Pahlawan Nasional untuk AR Baswedan

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, foto dan narasi yang diklaim Anies Baswedan Raih Gelar Pahlawan Internasional 2021, adalahkeliru. Foto saat Anies Baswedan berjabat tangan dengan Presiden Jokowi itu terjadi saat Anies menerima penganugerahan gelar Pahlawan Nasional yang diberikan kepada kakeknya, Abdurrahman Baswedan alias AR Baswedan pada November 2018.
    Tim Cek Fakta Tempo

    Rujukan

  • (GFD-2021-8799) Menyesatkan, Foto Presiden Jokowi Bersama Pemimpin Negara-Negara Anggota G-20

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 02/11/2021

    Berita


    Foto Presiden Joko Widodo dirangkul oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron saat bersama pemimpin negara lainnya, beredar di Twitter, Selasa 2 November 2021. Salah satu akun yang membagikan foto itu memberikan narasi, “Saat sorotan mata beberapa pemimpin negara2 anggota G-20 mengarah pada Presiden RI.”
    Unggahan itu mendapatkan banyak respon dari warganet, dibagikan ulang sebanyak 310 kali hingga pukul 16.37 WIB dan disukai 2.416 akun. Beberapa akun memberikan komentar bahwa foto itu terjadi pada peristiwa KTT G-20 pada 2019. 
    Foto itu dibagikan di tengah pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 di Roma, Italia. Presiden Jokowi sendiri hadir dalam event tersebut pada 30-31 Oktober 2021. 

    Hasil Cek Fakta


    Dengan menggunakan reverse image tool dari Google, menunjukkan, foto saat Presiden Prancis Emmanuel Macron merangkul Presiden Jokowi tersebut, terjadi saat KTT G-20 yang berlangsung di Osaka, Jepang, pada 2019.  
    Foto tersebut adalah jepretan Biro Pers Sekretariat Presiden Laily Rachev yang dimuat oleh beberapa media. Salah satunya dipublikasikan oleh Deutsche Welle (DW) pada artikel berjudul Ucapan Selamat dari Pemimpin Dunia Mengalir ke Presiden Jokowi di KTT G20 Osaka, 28 Juni 2019. 
    Konteks foto tersebut termuat dalam keterangan yang tertulis: Presiden Prancis memberi selamat kepada Jokowi di KTT G20. Ucapan selamat itu terkait dengan terpilihnya Jokowi kembali sebagai Presiden Republik Indonesia untuk periode 2019-2024.
    Dalam berita itu, Deutsche Welle (DW) menulis, ucapan ke Jokowi disampaikan dalam berbagai kesempatan di sela-sela perhelatan KTT G20, seperti pada saat menunggu untuk berfoto ketika para kepala negara/kepala pemerintahan akan memulai Leader's Side Event.
    Biro Pers Sekretariat Presiden Laily Rachev juga memotret versi lengkap dari sesi menjelang berfoto tersebut yang berisi lebih banyak pemimpin negara lainnya. Dalam foto yang dimuat di CNBC Indonesia pada 28 Juni 2019, terlihat Presiden Jokowi berdiri dalam barisan bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdo?an dan Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump. 
    Foto Jokowi saat KTT G20 2019
    Berbeda saat hadir di KTT G-20 dua tahun sebelumnya, di KTT G-20 di Roma tahun ini Jokowi menggunakan jas abu-abu dan dasi biru gelap navy
    Foto Jokowi saat KTT G20 Italy

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan, foto Jokowi bersama pemimpin negara G-20 tersebut terjadi saat KTT G-20 di Osaka, Jepang, 2019. Foto tersebut dapat menyesatkan publik karena tidak memuat konteks waktu, karena bersamaan dengan pelaksanaan KTT G-20 di Roma, Italia, yang dihadiri Presiden Jokowi pada 30-31 Oktober 2021. 
    Tim Cek Fakta Tempo

    Rujukan

  • (GFD-2021-8798) Keliru, Video Wawancara Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan Presiden Jokowi saat KTT G20 2021 di Italia

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 01/11/2021

    Berita


    Sebuah video yang memperlihatkan Menteri Keuangan Sri Mulyani melakukan wawancara dengan Presiden Joko Widodo beredar di media sosial. Video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa Menteri Keuangan Sri Mulyani mewawancarai Presiden Jokowi saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 2021 di Roma, Italia.
    Di Twitter, video tersebut dibagikan akun ini pada 1 November 2021. Akun inipun menuliskan narasi, “Semangat pagi. Reporter spesial Menteri Keuangan Sri Mulyani mewawancarai Presiden @jokowi yang menjadi tokoh sentral KTT G20 karena Indonesia memegang keketuaan G20, menggantikan Italy. Laporan langsung dari Roma!”.
    Dalam video berdurasi 56 detik tersebut Sri Mulyani bertanya kepada Jokowi perihal agenda pertemuan di hari kedua pertemuan tersebut.
    Hingga artikel ini dimuat video tersebut telah diretweets sebanyak 223 kali dan mendapat 40 quote. Apa benar ini video wawancara Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan Presiden Jokowi saat KTT G20 2021 di Roma, Italia?
    Tangkapan layar klaim Video Wawancara Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan Presiden Jokowi saat KTT G20 2021 di Italia

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula menyaksikan video tersebut dari awal hingga akhir. Hasilnya, pada detik ke 0:48 hingga 0:50 terlihat backdrop dalam ruangan tersebut yang bertuliskan, “G20 Osaka Summit 2019”.
    Selanjutnya, Tim CekFakta Tempo juga memfragmentasi video tersebut dengan menggunakan tool Invid. Gambar-gambar fragmentasi ditelusuri jejak digitalnya dengan menggunakan reverse image Google dan Yandex. Hasilnya, video tersebut telah beredar di internet sejak Juni 2019, tepatnya saat hari kedua KTT G20 Leders yang membahas Inequalities and Realizing Inclusive and Sustainable World.
    Video yang identik dengan kualitas yang lebih baik pernah diunggah ke Instagram oleh akun terverifikasi @smindrawati pada 29 Juni 2019.
    “Saya menyempatkan diri ngevlog dengan Presiden RI Joko Widodo @jokowi. Disamping itu juga membahas tentang pentingnya Women Empowerment. Sesuai dengan temanya, saya mengajak Presiden RI Joko Widodo @jokowi , untuk foto bersama wanita yang hadir antara lain: Menlu Retno Marsudi @retno_marsudi, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde @christinelagarde , Permaisuri Belanda Ratu Maxima dan Ivanka Trump. Osaka, 29 Juni 2019,” tulis akun @smindrawati.
    Video yang identik pernah diunggah ke Youtube oleh kanal Indonesia PANCASILA pada 29 Juni 2019 dengan judul, “ Wawancara Singkat Pak De ”.
    Video identik lainnya juga pernah diunggah ke Youtube oleh kanal MEGAWIN TV pada 30 Juni 2019 dengan judul, “ Pak jokowi di wawancarai oleh wartawan dadakan ”.
    Saat menghadiri pertemuan KTT G20 di Osaka, Jepang, Sri Mulyani memang menyempatkan diri untuk ngevlog bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi).
    Dilansir dari Liputan6.com, dalam unggahan tersebut, Sri Mulyani menyebutkan pada hari kedua KTT G20 Leaders membahas inequalities and realizing insclusive and suistanable world.
    Sri Mulyani menuturkan, dirinya menyempatkan diri ngevlog dengan Presiden Joko Widodo saat hari kedua KTT G20.
    "Saya menyempatkan diri ngevlog dengan Presiden Joko Widodo," tulis Sri Mulyani seperti dikutip dari laman instagram @smindrawati.
    Pada video singkat berdurasi hampir satu menit di instagram, Sri Mulyani menuturkan, kalau Presiden Jokowi telah bertemu dengan banyak tokoh-tokoh terutama perempuan pada hari kedua KTT G20 Leader Summit. Hal ini juga berkaitan dengan tema yang dibahas mengenai pentingnya women empowerment.
    "Hari ini Bapak Presiden G20 leader summit, tadi pagi bertemu dengan banyak tokoh-tokoh terutama perempuan-perempuan," tutur Sri Mulyani.
    Sri Mulyani pun menanyakan kepada Presiden Jokowi mengenai agenda kedua KTT G20. Jokowi mengatakan, kalau pertemuan hari kedua KTT G20 sangat penting terutama dengan pertumbuhan ekonomi dunia.
    "Berhubungan dengan perang dagang sampai detik ini belum ada jalan keluar, pemberdayaan ekonomi untuk perempuan," Jokowi menambahkan.
    Indonesia Terima Presidensi G20
    Berdasarkan arsip berita Tempo, Indonesia resmi meneruskan estafet presidensi G20 dari Italia dan untuk pertama kalinya akan memegang presidensi G20 pada tahun 2022. Penyerahan presidensi tersebut dilakukan pada sesi penutupan KTT G20 Roma yang berlangsung di La Nuvola, Roma, Italia, pada Ahad, 31 Oktober 2021.
    Perdana Menteri Italia Mario Draghi secara simbolis menyerahkan palu kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang kemudian mengetukkan palu tersebut. Dalam intervensinya, Jokowi mengapresiasi Italia yang telah berhasil memegang presidensi G20 tahun 2021.
    "Saya sampaikan selamat kepada Italia yang telah sukses menjalankan presidensi G20 di tahun 2021. Indonesia merasa terhormat untuk meneruskan presidensi G20 di tahun 2022," ujar Jokowi.
    Jokowi menjelaskan bahwa presidensi G20 Indonesia akan mendorong upaya bersama untuk pemulihan ekonomi dunia dengan tema besar 'Recover Together, Recover Stronger'. Pertumbuhan yang inklusif, people-centered, serta ramah lingkungan dan berkelanjutan, menjadi komitmen utama kepemimpinan Indonesia di G20.
    "Upaya tersebut harus dilakukan dengan cara luar biasa, terutama melalui kolaborasi dunia yang lebih kokoh, dan inovasi yang tiada henti. G-20 harus menjadi motor pengembangan ekosistem yang mendorong kolaborasi dan inovasi ini. Hal ini yang harus terus kita perdalam pada pertemuan-pertemuan kita ke depan," kata Jokowi.
    Pada kesempatan tersebut, Jokowi juga secara langsung mengundang para pemimpin dunia yang hadir untuk melanjutkan diskusi pada KTT G20 di Indonesia yang rencananya digelar di Bali pada 30-31 Oktober 2022.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video dengan klaim wawancara Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan Presiden Jokowi saat KTT G20 2021 di Italia, keliru. Video tersebut merupakan wawancara Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan Presiden Jokowi saat KTT G20 di Osaka Jepang pada Juni 2019.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8797) Keliru, WHO Sebut Covid-19 Sama dengan Flu Biasa dan 500 Orang Amerika Meninggal karena Vaksin

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 01/11/2021

    Berita


    Dua klaim yang menyebut Badan Kesehatan Dunia atau WHO mengakui bahwa virus Covid-19 sama dengan virus flu biasa serta 500 ribu orang Amerika meninggal setelah divaksin, menyebar di Facebook. 
    Klaim itu dibagikan salah satu akun pada 12 Oktober 2021 dengan menyertakan tangkapan layar video dari situs www.bitchute.com berjudul WHO concedes the covid virus is just like the common flu - 500,000 americans dead from vaccine
    Di situs www.bitchute.com video tersebut sudah ditonton 76.377 kali dan disukai 326. 
    Benarkah WHO mengakui virus Covid sama dengan flu biasa dan kematian warga Amerika setelah vaksin mencapai 500 ribu orang?
    Tangkapan layar unggahan dengan klaim WHO Sebut Covid-19 Sama dengan Flu Biasa dan 500 Orang Amerika Meninggal karena Vaksin.

    Hasil Cek Fakta


    Hasil verifikasi Tim Cek Fakta Tempo, menunjukkan, WHO tidak pernah menyatakan bahwa Covid-19 sama dengan virus flu biasa. Selain itu, kematian warga Amerika setelah vaksin mencapai 500 ribu orang, tidak sesuai fakta.
    Seorang pria yang sedang berpidato dalam video yang diunggah di situs bitchute.com tersebut, adalah seorang pengacara asal Jerman, Reiner Fuellmich. Video Reiner menjadi bagian dari aksi demonstrasi anti-vaksin dan anti-lockdown yang berlangsung pada 24 Juli di Trafalgar Square, London. Selain Reiner, sejumlah tokoh yang menentang vaksinasi juga berbicara di aksi tersebut.
    Tempo mendapatkan petunjuk tersebut melalui akun Twitter Shayan Sardarizadeh, seorang jurnalis investigasi disinformasi BBC yang melaporkan demonstrasi itu melalui unggahannya pada 24 Juli waktu Indonesia. 
    Berita mengenai demonstrasi anti-vaksin dan anti lockdown itu juga diberitakan oleh situs independent.co.uk
    Klaim 1: WHO mengakui bahwa virus Covid-19 sama dengan virus flu biasa
    Pada menit 1:25, Reiner Fuellmich mengatakan,  WHO menyebutkan bahwa virus penyebab Covid-19, lepas apakah itu sepenuhnya alami atau semi buatan, tidak lebih berbahaya dari flu biasa.  Tempo telah memeriksa klaim ini dan tidak menemukan keterangan yang membenarkan pernyataan Reiner tersebut.
    Sebaliknya, WHO mempublikasikan artikel yang menjelaskan, selain memiliki persamaan, tapi ada perbedaan antara Covid-19 dengan flu biasa atau influenza. Menurut WHO, Covid-19 dan influenza disebabkan oleh virus yang berbeda, dan ada beberapa perbedaan dalam hal siapa yang paling rentan terhadap keparahan penyakit.  
    Selain itu, vaksin yang dikembangkan untuk COVID-19 tidak melindungi terhadap influenza, dan demikian pula, vaksin flu tidak melindungi dari COVID-19.  
    Dari segi tingkat kematian, WHO memperkirakan bahwa 290.000 hingga 650.000 orang meninggal karena terkait flu setiap tahun di seluruh dunia.
    Sedangkan menurut data Worldometer, jumlah kematian karena Covid-19 telah mencapai lebih dari 5 juta (5.014.985) orang di seluruh dunia, sejak pandemi terjadi hingga 1 November 2021. 
    Klaim 2: 500 ribu orang Amerika meninggal setelah divaksin 
    Reiner juga menyebut 500 ribu orang Amerika yang meninggal setelah vaksinasi Covid-19. Faktanya, angka 500 ribu orang ini adalah jumlah total warga Amerika mereka yang meninggal karena Covid-19 hingga Februari 2021. 
    Tempo mendapatkan angka ini dari pemberitaan yang dimuat The New York Times. Kematian karena Covid-19 tersebut melampaui jumlah yang meninggal di medan perang Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan Perang Vietnam jika digabungkan.
    Kematian Covid-19 pertama di negara itu terjadi di Santa Clara County, California, pada 6 Februari 2020, dan pada akhir Mei, 100.000 orang telah meninggal. Butuh empat bulan bagi Amerika untuk mencatat 100.000 kematian lagi; berikutnya, sekitar tiga bulan; berikutnya, hanya lima minggu.
    Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC), Laporan kematian setelah vaksinasi COVID-19 jarang terjadi. Lebih dari 414 juta dosis vaksin COVID-19 diberikan di Amerika Serikat dari 14 Desember 2020 hingga 25 Oktober 2021. Selama waktu ini, Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) menerima 9.143 laporan kematian (0,0022%) di antara orang-orang yang menerima COVID-19 vaksin.
    FDA mewajibkan penyedia layanan kesehatan untuk melaporkan kematian apa pun setelah vaksinasi COVID-19 kepada VAERS, meskipun tidak jelas apakah vaksin itu penyebabnya. Laporan efek samping kepada VAERS setelah vaksinasi, termasuk kematian, tidak selalu berarti bahwa vaksin menyebabkan masalah kesehatan. Tinjauan informasi klinis yang tersedia, termasuk sertifikat kematian, otopsi, dan catatan medis, belum menetapkan hubungan sebab akibat dengan vaksin COVID-19. 
    Namun, laporan terbaru menunjukkan hubungan kausal yang masuk akal antara Vaksin J&J/Janssen COVID-19 dan TTS, efek samping yang jarang dan serius—pembekuan darah dengan trombosit rendah—yang telah menyebabkan kematian. 

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa Badan Kesehatan Dunia atau WHO mengakui bahwa virus Covid-19 sama dengan virus flu biasa serta 500 ribu orang Amerika meninggal setelah divaksin, adalah keliru. Sejauh ini Covid-19 menyebabkan kematian lebih banyak dibandingkan flu biasa. Sedangkan terkait klaim 500 ribu orang yang meninggal di Amerika Serikat adalah data total kematian warga karena Covid-19 --bukan akibat vaksinasi, hingga Februari 2021.
    Tim Cek Fakta Tempo

    Rujukan