BMKG telah membantah bahwa klaim mengenai gempa Lombok yang akan memicu aktifnya gempa megathrust Selatan Jawa – Selat Sunda itu adalah hoaks pada 2 Agustus 2018. Selain itu, pada November 2018, salah satu pelaku penyebar hoaks foto lautan retak dan potensi gempa besar di Jawa ditangkap oleh Polres Tegal Kota.
Akun Muhammad Alexander Zen (fb.com/silvestre.stalone.7186) mengunggah sebuah gambar dengan kalimat awal
“Nestapa Lombok blm Berakhir laut mulai Retak2 Sudah..
Buat yg lg d pulau Jawa atau ada keluarga d pulau Jawa..”
Selain itu, sumber juga menyertakan tautan video dari kanal Youtube milik BeritaSatu yang berjudul “Lempeng Jawa Terus Bergerak, LIPI Ingatkan Potensi Gempa” yang diunggah pada 24 Januari 2018.
Narasi diakhir dengan kalimat : “Kirim kepada 3 group saja. Lihat apakah anda mempunyai waktu untuk ALLAH atau tidak???”
(GFD-2019-3466) [KLARIFIKASI] “Nestapa Lombok blm Berakhir laut mulai Retak2 Sudah”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 27/12/2019
Berita
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
Berdasarkan hasil penelurusan terhadap narasi dan foto yang diunggah oleh sumber, faktanya klaim tersebut pernah dibantah oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada 2 Agustus 2018 melalui situs resminya.
BMKG menegaskan isu mengenai gempa Lombok yang akan memicu aktifnya gempa megathrust Selatan Jawa – Selat Sunda adalah kabar bohong (hoax). Kedua gempa tersebut dinilai memiliki sumber gempa yang berbeda dengan jarak yang sangat jauh.
“Itu Hoax, jangan percaya. Tidak benar kalau gempa Lombok akan memicu gempa megathrust Selatan Jawa. Video yang banyak beredar merupakan video lama dan tidak ada hubungannya dengan gempa Lombok,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Kamis (2/82018).
Dwikorita menerangkan, gempa Lombok merupakan gempa yang mempunyai aktifitas yang berbeda dengan gempa Megathrust. Gempa Lombok dibangkitkan oleh patahan aktif, sedangkan gempa Megathrust dibangkitkan oleh aktifitas tumbukan lempeng di zona subduksi.
Menurut Dwikorita, kabar bohong tersebut sengaja dihembuskan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menciptakan kepanikan di masyarakat. Hingga saat ini, kata dia, belum ada cara ataupun teknologi untuk memprediksi secara tepat kapan, dimana, dan berapa kekuatan gempa yang akan terjadi.
“Potensi gempa kuat di zona megathrust selatan Jawa Barat – Selat Sunda seperti halnya zona Megathust Mentawai adalah hasil kajian yang siapapun tidak tau kapan terjadinya,” tuturnya.
Lebih lanjut, Dwikorita menghimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mempercayai kabar bohong yang banyak beredar lewat media sosial. BMKG sendiri, tambah dia, terus mengupdate prakiraan cuaca, maritim, penerbangan, iklim, kualitas udara, gempabumi, dan tsunami selama 24 jam penuh.
BMKG juga menyayangkan adanya berita yang memelintir informasi yang disampaikan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) perihal potensi gempa besar di Pulau Jawa.
“Setelah kami (BMKG-red) cek, ini adalah berita lama dan disebarkan ulang. Yang disayangkan, ada pihak yang mengemas dan membumbui pesan ilmiah tersebut sehingga diinterpretasikan sebagai ramalan. Perlu kami tegaskan kembali bahwa hingga saat ini belum ada satupun teknologi yang mampu memprediksi gempabumi secara presisi mengenai kapan dan berapa kekuatannya,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, di Jakarta, Senin (13/82018).
Dwikorita mengatakan, tidak ada yang salah dengan imbauan LIPI agar masyarakat tetap waspada terhadap peluang terjadinya bencana gempabumi di Indonesia setiap saat. Hal ini karena Indonesia terletak berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi oleh Cincin Api Pasifik dan berada di atas tiga tumbukan lempeng benua, yakni, Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari timur. Akan tetapi, lanjut dia, penjelasan kapan dan dimana tempatnya secara lebih rinci masih tanda tanya besar.
“Indonesia adalah satu dari sedikit negara di dunia yang sepenuhnya terletak di dalam kawasan “cincin api” sehingga bencana bisa terjadi sewaktu-waktu. Fakta inilah yang perlu dipahami oleh masyarakat Indonesia,” imbuhnya.
Menurut Dwikorita, yang paling penting saat ini adalah bagaimana kita membangun harmoni hidup bersama dengan gempabumi melalui mitigasi bencana untuk meningkatkan perlindungan dan pertolongan mandiri dalam menghadapi bencana. Daripada, kata dia, larut dalam diskusi, perhitungan, ramalan, dan perkiraan mengenai kapan lagi gempabumi akan terjadi.
“Gempa bisa terjadi sewaktu-waktu, kapanpun dan dimanapun. Namun kita berupaya jangan sampai ada korban, dengan cara tidak panik dan paham apa yg harus disiapkan sebelum, saat, dan setelah gempabumi,” terangnya.
Terkait informasi hoaks yang muncul dan viral di medsos, Dwikorita mengatakan sudah sepatutnya para netizen dapat menyaring secara bijak aneka kabar berupa teks, foto dan video yang begitu gampang diakses publik.
“Perlu proses saring sebelum sharing sehingga (informasi hoaks) tidak menjadi viral. Jangan membuat masyarakat resah dengan kabar yang dapat menyesatkan,” tuturnya.
“Kami mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak mudah percaya informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan “tergoda” dengan ramalan-ramalan atau prediksi. Pastikan informasi terkait gempabumi bersumber dari BMKG. Silahkan akses info BMKG melalui website maupun media sosial bukan yang lain. Kami terus memantau selama 24 jam,” tambah dia.
Sementara itu, pada 15 November 2018, Polres Tegal Kota mengamankan Dian Purwanto, warga Kelurahan Keturen Kecamatan Tegal Selatan. Gara-gara menyebarkan informasi tentang gempa dahsyat yang cukup membuat banyak orang resah melalui facebook, pemuda 25 tahun itu kini harus meringkuk di sel tahanan Mapolres Tegal Kota. Diketahui, melalui postingannya di FB, dia membuat status soal gempa tak lama setelah musibah gempa bumi di Lombok.
Kapolres Tegal Kota AKBP Jon Wesly Arianto menyatakan, dalam informasi bohong yang dibagikan, tersangka menggunakan pernyataan dari hasil wawancara satu stasiun televisi swasta dengan peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
“Namun dalam postingan itu, dia melintir informasi tersebut sehingga menimbulkan kegaduhan dan keresahan di masyarakat,” kata Jon.
Tersangka menulis di akun tersebut tentang ‘nestapa Lombok belum berakhir’. Laut mulai retak-retak sudah. Buat yang lagi di pulau Jawa atau ada keluarga di pulau Jawa. Perbanyak doa dan tetap waspada’.
Dalam postingannya, pelaku juga menuliskan ‘LIPI mewaspadai akan terjadinya gempa dengan kekuatan skala besar khususnya di Pulau Jawa beberapa waktu ke depan’.
”Termasuk diantaranya, dia (pelaku) juga menambahkan tulisan angka-angka yang saling dihubungkan dengan ayat-ayat suci,” jelasnya.
Sementara, pengungkapan kasus ini bermula ketika ada patroli siber oleh anggotanya. Setelah ditelusuri, akhirnya tim menangkap tersangka di rumahnya di Keturen Tegal Selatan.
”Dian Purwanto kami amankan pada Kamis (15/11). Dan atas tindakannya itu, pelaku terbukti melanggar perbuatan yang dilarang dan dijerat Pasal 15 UU 1946 tentang hukum pidana,” jelas Jon.
Disebutkan, barang siapa menyiarkan kabar yang tidak pasti atau yang tidak lengkap, sedangkan dia mengerti kabar tersebut akan menimbulkan keonaran di masyarakat diancam dengan hukuman penjara maksimal 2 tahun.
”Karenanya, kepada masyarakat yang suka memposting di medsos, agar berhati-hati. Saring dulu sebelum di share,” bebernya.
Sementara tersangka Dian mengaku bahwa dirinya memperoleh informasi itu dari akun Facebook lain.
“Saya dapat itu hasil copy-paste dari akun lain yang muncul di beranda Facebook. Selanjutnya, saya copy paste dan diunggah di postingan FB saya,” akunya.
Atas postingannya itu, Dian juga mengaku tidak tahu bahwa tindakannya itu melawan hukum.
“Baru sekali ini saya melakukannya. Dan saya menyesal sekali,” pungkasnya.
Berdasarkan hasil penelurusan terhadap narasi dan foto yang diunggah oleh sumber, faktanya klaim tersebut pernah dibantah oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada 2 Agustus 2018 melalui situs resminya.
BMKG menegaskan isu mengenai gempa Lombok yang akan memicu aktifnya gempa megathrust Selatan Jawa – Selat Sunda adalah kabar bohong (hoax). Kedua gempa tersebut dinilai memiliki sumber gempa yang berbeda dengan jarak yang sangat jauh.
“Itu Hoax, jangan percaya. Tidak benar kalau gempa Lombok akan memicu gempa megathrust Selatan Jawa. Video yang banyak beredar merupakan video lama dan tidak ada hubungannya dengan gempa Lombok,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Kamis (2/82018).
Dwikorita menerangkan, gempa Lombok merupakan gempa yang mempunyai aktifitas yang berbeda dengan gempa Megathrust. Gempa Lombok dibangkitkan oleh patahan aktif, sedangkan gempa Megathrust dibangkitkan oleh aktifitas tumbukan lempeng di zona subduksi.
Menurut Dwikorita, kabar bohong tersebut sengaja dihembuskan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menciptakan kepanikan di masyarakat. Hingga saat ini, kata dia, belum ada cara ataupun teknologi untuk memprediksi secara tepat kapan, dimana, dan berapa kekuatan gempa yang akan terjadi.
“Potensi gempa kuat di zona megathrust selatan Jawa Barat – Selat Sunda seperti halnya zona Megathust Mentawai adalah hasil kajian yang siapapun tidak tau kapan terjadinya,” tuturnya.
Lebih lanjut, Dwikorita menghimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mempercayai kabar bohong yang banyak beredar lewat media sosial. BMKG sendiri, tambah dia, terus mengupdate prakiraan cuaca, maritim, penerbangan, iklim, kualitas udara, gempabumi, dan tsunami selama 24 jam penuh.
BMKG juga menyayangkan adanya berita yang memelintir informasi yang disampaikan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) perihal potensi gempa besar di Pulau Jawa.
“Setelah kami (BMKG-red) cek, ini adalah berita lama dan disebarkan ulang. Yang disayangkan, ada pihak yang mengemas dan membumbui pesan ilmiah tersebut sehingga diinterpretasikan sebagai ramalan. Perlu kami tegaskan kembali bahwa hingga saat ini belum ada satupun teknologi yang mampu memprediksi gempabumi secara presisi mengenai kapan dan berapa kekuatannya,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, di Jakarta, Senin (13/82018).
Dwikorita mengatakan, tidak ada yang salah dengan imbauan LIPI agar masyarakat tetap waspada terhadap peluang terjadinya bencana gempabumi di Indonesia setiap saat. Hal ini karena Indonesia terletak berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi oleh Cincin Api Pasifik dan berada di atas tiga tumbukan lempeng benua, yakni, Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari timur. Akan tetapi, lanjut dia, penjelasan kapan dan dimana tempatnya secara lebih rinci masih tanda tanya besar.
“Indonesia adalah satu dari sedikit negara di dunia yang sepenuhnya terletak di dalam kawasan “cincin api” sehingga bencana bisa terjadi sewaktu-waktu. Fakta inilah yang perlu dipahami oleh masyarakat Indonesia,” imbuhnya.
Menurut Dwikorita, yang paling penting saat ini adalah bagaimana kita membangun harmoni hidup bersama dengan gempabumi melalui mitigasi bencana untuk meningkatkan perlindungan dan pertolongan mandiri dalam menghadapi bencana. Daripada, kata dia, larut dalam diskusi, perhitungan, ramalan, dan perkiraan mengenai kapan lagi gempabumi akan terjadi.
“Gempa bisa terjadi sewaktu-waktu, kapanpun dan dimanapun. Namun kita berupaya jangan sampai ada korban, dengan cara tidak panik dan paham apa yg harus disiapkan sebelum, saat, dan setelah gempabumi,” terangnya.
Terkait informasi hoaks yang muncul dan viral di medsos, Dwikorita mengatakan sudah sepatutnya para netizen dapat menyaring secara bijak aneka kabar berupa teks, foto dan video yang begitu gampang diakses publik.
“Perlu proses saring sebelum sharing sehingga (informasi hoaks) tidak menjadi viral. Jangan membuat masyarakat resah dengan kabar yang dapat menyesatkan,” tuturnya.
“Kami mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak mudah percaya informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan “tergoda” dengan ramalan-ramalan atau prediksi. Pastikan informasi terkait gempabumi bersumber dari BMKG. Silahkan akses info BMKG melalui website maupun media sosial bukan yang lain. Kami terus memantau selama 24 jam,” tambah dia.
Sementara itu, pada 15 November 2018, Polres Tegal Kota mengamankan Dian Purwanto, warga Kelurahan Keturen Kecamatan Tegal Selatan. Gara-gara menyebarkan informasi tentang gempa dahsyat yang cukup membuat banyak orang resah melalui facebook, pemuda 25 tahun itu kini harus meringkuk di sel tahanan Mapolres Tegal Kota. Diketahui, melalui postingannya di FB, dia membuat status soal gempa tak lama setelah musibah gempa bumi di Lombok.
Kapolres Tegal Kota AKBP Jon Wesly Arianto menyatakan, dalam informasi bohong yang dibagikan, tersangka menggunakan pernyataan dari hasil wawancara satu stasiun televisi swasta dengan peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
“Namun dalam postingan itu, dia melintir informasi tersebut sehingga menimbulkan kegaduhan dan keresahan di masyarakat,” kata Jon.
Tersangka menulis di akun tersebut tentang ‘nestapa Lombok belum berakhir’. Laut mulai retak-retak sudah. Buat yang lagi di pulau Jawa atau ada keluarga di pulau Jawa. Perbanyak doa dan tetap waspada’.
Dalam postingannya, pelaku juga menuliskan ‘LIPI mewaspadai akan terjadinya gempa dengan kekuatan skala besar khususnya di Pulau Jawa beberapa waktu ke depan’.
”Termasuk diantaranya, dia (pelaku) juga menambahkan tulisan angka-angka yang saling dihubungkan dengan ayat-ayat suci,” jelasnya.
Sementara, pengungkapan kasus ini bermula ketika ada patroli siber oleh anggotanya. Setelah ditelusuri, akhirnya tim menangkap tersangka di rumahnya di Keturen Tegal Selatan.
”Dian Purwanto kami amankan pada Kamis (15/11). Dan atas tindakannya itu, pelaku terbukti melanggar perbuatan yang dilarang dan dijerat Pasal 15 UU 1946 tentang hukum pidana,” jelas Jon.
Disebutkan, barang siapa menyiarkan kabar yang tidak pasti atau yang tidak lengkap, sedangkan dia mengerti kabar tersebut akan menimbulkan keonaran di masyarakat diancam dengan hukuman penjara maksimal 2 tahun.
”Karenanya, kepada masyarakat yang suka memposting di medsos, agar berhati-hati. Saring dulu sebelum di share,” bebernya.
Sementara tersangka Dian mengaku bahwa dirinya memperoleh informasi itu dari akun Facebook lain.
“Saya dapat itu hasil copy-paste dari akun lain yang muncul di beranda Facebook. Selanjutnya, saya copy paste dan diunggah di postingan FB saya,” akunya.
Atas postingannya itu, Dian juga mengaku tidak tahu bahwa tindakannya itu melawan hukum.
“Baru sekali ini saya melakukannya. Dan saya menyesal sekali,” pungkasnya.
Rujukan
(GFD-2019-3465) [SALAH] Video “Polisi china telah menganiaya wanita uighur lehernya di cekik pake kaki”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 27/12/2019
Berita
Tidak terkait dengan aksi kekerasan terhadap etnis Uighur. Video yang diunggah pertama kali pada Desember 2018 itu adalah kejadian ketika seorang polisi tengah berupaya menahan seorang wanita yang diduga melakukan pelanggaran hukum di Shenzhen, Guangdong, China.
Akun Rezafzrz12 (fb.com/rezachanel12) mengunggah sebuah video pada 18 Desember 2019 pukul 16.56 dengan narasi :
“Polisi china telah menganiaya wanita uighur lehernya di cekik pake kaki ,melek tu yg bilang tidak ada penganiayaan Dan Ham diam seribu bahasa … Seolah” polisi itu berkata liat nanti giliran anda sama orang di sekitarnya biadab”
Narasi ini diubah oleh akun Rezafzrz12 pada 19 Desember 2019 pukul 18.53 dengan menghilangkan kata “uighur”
Akun Rezafzrz12 (fb.com/rezachanel12) mengunggah sebuah video pada 18 Desember 2019 pukul 16.56 dengan narasi :
“Polisi china telah menganiaya wanita uighur lehernya di cekik pake kaki ,melek tu yg bilang tidak ada penganiayaan Dan Ham diam seribu bahasa … Seolah” polisi itu berkata liat nanti giliran anda sama orang di sekitarnya biadab”
Narasi ini diubah oleh akun Rezafzrz12 pada 19 Desember 2019 pukul 18.53 dengan menghilangkan kata “uighur”
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh anggota grup Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH) dan Tim CekFakta Liputan6, faktanya video tersebut sama tidak ada kaitannya dengan aksi kekerasan terhadap etnis Uighur.
Video yang diunggah pertama kali pada Desember 2018 itu adalah kejadian ketika seorang polisi tengah berupaya menahan seorang wanita yang diduga melakukan pelanggaran hukum di Shenzhen, Guangdong, China.
Video tersebut kemudian mendapat kecaman, lantaran si polisi yang dianggap tidak manusiawi saat mengamankan wanita tersebut.
A police officer in south China has been caught pinning down a woman by the neck with his knee in an attempt to restrain her, sparking anger and accusations of police brutality.
The woman posted the shocking video and photos of her injured neck on social media on Saturday after the incident, saying she was traumatised physically and mentally after being violently treated by the policeman in Shenzhen, Guangdong.
However, the 23-year-old woman, identified by her surname Cheng, swiftly deleted the post and on Sunday published a statement thanking the Luohu district police for their ‘sincere communication and assistance’.
She added in her Weibo post that the issue had been resolved, asking people to stop commenting on the matter.
Cheng had called the police after a security guard at her hotel had been taking photographs of her, according to her now-deleted post.
However, the police refused to allow review surveillance footage with them and threatened her with a stun gun, demanding her leave the room, she claimed.
The video clip Cheng posted shows her being pinned down by the neck while she screamed out in pain and struggled to push the unnamed policeman off.
Another woman, identified as Cheng’s friend, tried to pull her away from him. The woman was left with a red and swollen face as she lay on the floor, out of breath.
The officer was heard yelling: ‘Get her out of here!’
The Luohu district police published a statement for the incident on Sunday, saying that the officer did not let Cheng review the CCTV footage with them due to privacy reasons.
However, Cheng, who was drunk, then pushed and hit the officer, who then retrained her with ‘his bare hands’ after she failed to stop attacking the policeman.
Cheng was later ‘educated on common law’ and ‘expressed understanding’, according to the police statement. The policeman’s actions were not addressed in the statement.
A separate CCTV footage published on Tuesday shows the verbal argument between the woman and the police officer escalating into a physical altercation as they pushed and hit each other.
The incident drew thousands of angry comments on Weibo, with net users accusing Chinese police of brutality.
‘This is one of the most shameless, hypocritical and evasive police statements I have ever read in my life,’ one top comment wrote.
‘I wouldn’t dare call the police in the future,’ another user said.
‘She almost suffocated! This is too much even if she was at fault,’ one user said.
In June 2016, a woman in Shenzhen claimed that an officer had beaten her up in when she went to report her missing bag. The police said the woman was drunk and had insulted the officer.
Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh anggota grup Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH) dan Tim CekFakta Liputan6, faktanya video tersebut sama tidak ada kaitannya dengan aksi kekerasan terhadap etnis Uighur.
Video yang diunggah pertama kali pada Desember 2018 itu adalah kejadian ketika seorang polisi tengah berupaya menahan seorang wanita yang diduga melakukan pelanggaran hukum di Shenzhen, Guangdong, China.
Video tersebut kemudian mendapat kecaman, lantaran si polisi yang dianggap tidak manusiawi saat mengamankan wanita tersebut.
A police officer in south China has been caught pinning down a woman by the neck with his knee in an attempt to restrain her, sparking anger and accusations of police brutality.
The woman posted the shocking video and photos of her injured neck on social media on Saturday after the incident, saying she was traumatised physically and mentally after being violently treated by the policeman in Shenzhen, Guangdong.
However, the 23-year-old woman, identified by her surname Cheng, swiftly deleted the post and on Sunday published a statement thanking the Luohu district police for their ‘sincere communication and assistance’.
She added in her Weibo post that the issue had been resolved, asking people to stop commenting on the matter.
Cheng had called the police after a security guard at her hotel had been taking photographs of her, according to her now-deleted post.
However, the police refused to allow review surveillance footage with them and threatened her with a stun gun, demanding her leave the room, she claimed.
The video clip Cheng posted shows her being pinned down by the neck while she screamed out in pain and struggled to push the unnamed policeman off.
Another woman, identified as Cheng’s friend, tried to pull her away from him. The woman was left with a red and swollen face as she lay on the floor, out of breath.
The officer was heard yelling: ‘Get her out of here!’
The Luohu district police published a statement for the incident on Sunday, saying that the officer did not let Cheng review the CCTV footage with them due to privacy reasons.
However, Cheng, who was drunk, then pushed and hit the officer, who then retrained her with ‘his bare hands’ after she failed to stop attacking the policeman.
Cheng was later ‘educated on common law’ and ‘expressed understanding’, according to the police statement. The policeman’s actions were not addressed in the statement.
A separate CCTV footage published on Tuesday shows the verbal argument between the woman and the police officer escalating into a physical altercation as they pushed and hit each other.
The incident drew thousands of angry comments on Weibo, with net users accusing Chinese police of brutality.
‘This is one of the most shameless, hypocritical and evasive police statements I have ever read in my life,’ one top comment wrote.
‘I wouldn’t dare call the police in the future,’ another user said.
‘She almost suffocated! This is too much even if she was at fault,’ one user said.
In June 2016, a woman in Shenzhen claimed that an officer had beaten her up in when she went to report her missing bag. The police said the woman was drunk and had insulted the officer.
Rujukan
(GFD-2019-3464) [KLARIFIKASI] Spanduk “LARANGAN BERSHOLAWAT”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 27/12/2019
Berita
Kata “Larangan” di spanduk yang ada di foto tersebut bukan berarti tidak diperbolehkan melainkan nama salah satu kecamatan di wilayah Tangerang, Banten. Foto tersebut sudah pernah diunggah pada Desember 2017. Dan pada Mei 2019, foto itu kembali muncul. Foto ini seringkali digunakan untuk konten satire atau parodi oleh warganet.
Akun twitter Dobleh (twitter.com/musa_herlangga) mengunggah sebuah gambar dengan narasi :
“Udah mulai terang2an larangan bersholawat”
Di gambar itu, terdapat tulisan “LARANGAN BERSHOLAWAT” dengan warna kuning.
Akun twitter Dobleh (twitter.com/musa_herlangga) mengunggah sebuah gambar dengan narasi :
“Udah mulai terang2an larangan bersholawat”
Di gambar itu, terdapat tulisan “LARANGAN BERSHOLAWAT” dengan warna kuning.
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
Ternyata, foto tersebut sudah pernah diunggah pada Desember 2017. Dan pada Mei 2019, foto itu kembali muncul. Dan pada 16 Desember 2019, foto tersebut diunggah lagi dan menjadi perbincangan warganet.
Ustaz Yusuf Mansur pun pernah mengunggah foto tersebut di akun Instagramnya pada 16 Desember 2017. Di dalam kolom penjelasan foto, dia menuliskan “Hahahaha. Paham ga? Paham lah ya? Salam buat kwn2 sekota Larangan,” demikian unggahan yang telah disukai 47.995 akun itu.
Mengacu laporan Direktorat Pengendalian Aplikasi Informatika Kementerian Informasi dan Informatika, kata “Larangan” di spanduk yang ada di foto tersebut bukan berarti tidak diperbolehkan melainkan nama salah satu kecamatan di wilayah Tangerang, Banten.
“Larangan Bersholawat” adalah rangkaian acara yang digagas oleh Kecamatan Larangan untuk mengajak warga Kota Tangerang berselawat bersama.
Larangan adalah sebuah kecamatan di Kota Tangerang, Banten, Indonesia. Kecamatan Larangan terletak di bagian tenggara Kota Tangerang dan berbatasan langsung dengan Jakarta Selatan dan Kota Tangerang Selatan. Kecamatan ini merupakan pemekaran dari kecamatan Kecamatan Ciledug.
Ternyata, foto tersebut sudah pernah diunggah pada Desember 2017. Dan pada Mei 2019, foto itu kembali muncul. Dan pada 16 Desember 2019, foto tersebut diunggah lagi dan menjadi perbincangan warganet.
Ustaz Yusuf Mansur pun pernah mengunggah foto tersebut di akun Instagramnya pada 16 Desember 2017. Di dalam kolom penjelasan foto, dia menuliskan “Hahahaha. Paham ga? Paham lah ya? Salam buat kwn2 sekota Larangan,” demikian unggahan yang telah disukai 47.995 akun itu.
Mengacu laporan Direktorat Pengendalian Aplikasi Informatika Kementerian Informasi dan Informatika, kata “Larangan” di spanduk yang ada di foto tersebut bukan berarti tidak diperbolehkan melainkan nama salah satu kecamatan di wilayah Tangerang, Banten.
“Larangan Bersholawat” adalah rangkaian acara yang digagas oleh Kecamatan Larangan untuk mengajak warga Kota Tangerang berselawat bersama.
Larangan adalah sebuah kecamatan di Kota Tangerang, Banten, Indonesia. Kecamatan Larangan terletak di bagian tenggara Kota Tangerang dan berbatasan langsung dengan Jakarta Selatan dan Kota Tangerang Selatan. Kecamatan ini merupakan pemekaran dari kecamatan Kecamatan Ciledug.
Rujukan
(GFD-2019-3463) [SALAH] Kartu Identitas Mossad Hendro Priyono
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 27/12/2019
Berita
Gambar hasil suntingan, menggunakan gambar dan atau foto yang sudah beredar sebelumnya di Internet.
NARASI
* “Sudah saya duga dia memang kaum pengikut Dajjal makanya menyerang islam secara membabi buta ketika Dajjal keluar dia jadi hamba Dajjal dn iblis naudzubillah
Manusia laknatullah penghuni neraka jahanam” (di post).
–
* “Semoga Orang Ini Sadar !! Inilah Pengkhianat Bangsa Sesungguhnya” (di dalam gambar).
–
* “Waawwww dunia apa kabar ni. Jejak digital memang kejam Jendral kacung China komunis. Gila iya Guys baru dapat kiriman indentitasnya @amhendropriyono gila parah bgt dan terbukti Hendro ini spesialis intelijen pasukan Yahudi astagfirullah alazim ia Allah SWT la robbkuu” (narasi di post sumber tangkapan layar).
NARASI
* “Sudah saya duga dia memang kaum pengikut Dajjal makanya menyerang islam secara membabi buta ketika Dajjal keluar dia jadi hamba Dajjal dn iblis naudzubillah
Manusia laknatullah penghuni neraka jahanam” (di post).
–
* “Semoga Orang Ini Sadar !! Inilah Pengkhianat Bangsa Sesungguhnya” (di dalam gambar).
–
* “Waawwww dunia apa kabar ni. Jejak digital memang kejam Jendral kacung China komunis. Gila iya Guys baru dapat kiriman indentitasnya @amhendropriyono gila parah bgt dan terbukti Hendro ini spesialis intelijen pasukan Yahudi astagfirullah alazim ia Allah SWT la robbkuu” (narasi di post sumber tangkapan layar).
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
(1) http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S, First Draft News: “Konten yang dimanipulasi
Ketika informasi atau gambar yang asli dimanipulasi untuk menipu”.
* SUMBER membagikan gambar hasil suntingan menggunakan gambar/foto yang sudah beredar sebelumnya di Internet.
* SUMBER menambahkan narasi pelintiran untuk membangun premis yang salah yang tidak sesuai dengan konteks dari foto Hendro Priyono yang asli.
(2) Salah satu sumber gambar “kartu identitas Mossad”, BERITA NEVSKY: “Kelompok intelijen Israel Mossad muncul di VKontakte, berjanji untuk mengungkapkan kebenaran kepada dunia”
Google Translate, selengkapnya di http://bit.ly/373aIg8 / http://archive.md/EFdYB (arsip cadangan).
(3) Salah satu sumber foto Hendro Priyono, Liputan Islam: “Hendropriyono Bela Densus 88”
Selengkapnya di http://bit.ly/39ardbV / http://archive.md/EmuUf (arsip cadangan).
(1) http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S, First Draft News: “Konten yang dimanipulasi
Ketika informasi atau gambar yang asli dimanipulasi untuk menipu”.
* SUMBER membagikan gambar hasil suntingan menggunakan gambar/foto yang sudah beredar sebelumnya di Internet.
* SUMBER menambahkan narasi pelintiran untuk membangun premis yang salah yang tidak sesuai dengan konteks dari foto Hendro Priyono yang asli.
(2) Salah satu sumber gambar “kartu identitas Mossad”, BERITA NEVSKY: “Kelompok intelijen Israel Mossad muncul di VKontakte, berjanji untuk mengungkapkan kebenaran kepada dunia”
Google Translate, selengkapnya di http://bit.ly/373aIg8 / http://archive.md/EFdYB (arsip cadangan).
(3) Salah satu sumber foto Hendro Priyono, Liputan Islam: “Hendropriyono Bela Densus 88”
Selengkapnya di http://bit.ly/39ardbV / http://archive.md/EmuUf (arsip cadangan).
Rujukan
Halaman: 4985/5334