Akun Facebook Toni Immanuel mengunggah sebuah gambar ilustrasi orang-orang yang memakai masker di laman pribadinya pada 12 Juli 2020. Di dalam unggahan tersebut, disebutkan beberapa dampak dari masker wajah, seperti mengurangi oksigen yang akan masuk ke dalam tubuh, berisiko keracunan CO2 dan virus serta bakteri yang memenuhi masker dapat terhirup kembali ke dalam tubuh. Unggahan tersebut telah mendapatkan respon sebanyak 12 reaksi, 3 komentar, dan telah dibagikan sebanyak 16 kali.
Berikut kutipan narasinya:
“Face Masks:
- Reduces oxygen up to 60%
- Increases risk of CO2 poisoning
- Viruses and bacteria saturate the mask and get reinhaled
- FRESH AIR is vital for immune health!”
“Masker Wajah:
- Mengurangi oksigen sampai 60%
- Meningkatkan risiko keracunan CO2
- Virus dan bakteri memenuhi masker dan dapat terhirup kembali
- Udara segar sangat penting untuk kesehatan kekebalan tubuh!”
(GFD-2020-4444) [SALAH] Beberapa Dampak Negatif dari Menggunakan Masker
Sumber: facebook.comTanggal publish: 25/07/2020
Berita
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim mengenai dampak masker wajah dalam unggahan tersebut tidak tepat. WHO, organisasi kesehatan dunia, dalam unggahannya di Instagram pada 11 Juni 2020 menegaskan bahwa penggunaan masker medis yang berkepanjangan ketika digunakan secara tepat tidak akan menyebabkan keracunan CO2 maupun pengurangan oksigen. WHO juga menyarankan untuk tidak menggunakan kembali masker sekali pakai dan selalu menggantinya ketika sudah basah.
Dikutip dari hasil periksa fakta AFP, Vinita Dubey, Petugas Kesehatan Asosiasi Medis dari Toronto Public Health mengatakan bahwa jika dikenakan dengan benar, masker kain mungkin tidak mengurangi oksigen yang cukup sehingga pemakainya akan pingsan.
"Secara umum, masker kain itu tidak ketat menutup wajah, masih ada ruang terbuka kecil di sekeliling masker dan juga pori-pori kain yang bisa melewatkan oksigen sambil menghalangi partikel pembawa virus,” katanya.
Klaim bahwa mengenakan masker “meningkatkan risiko keracunan CO2" juga dibantah oleh Dubey.
“Penggunaan masker wajah untuk waktu yang lama, termasuk N95, belum terbukti menyebabkan keracunan karbon dioksida pada orang sehat. Jika CO2 perlahan-lahan menumpuk di dalam masker dari waktu ke waktu, kadarnya rendah dan sebagian besar dapat ditoleransi," ujar Dubey.
Namun, ada keadaan khusus ketika beberapa orang mungkin tidak nyaman mengenakan masker.
“Kecemasan atau panik dapat menyebabkan hiperventilasi (pernapasan cepat) yang dapat menyebabkan kadar CO2 turun dan gejala sakit kepala ringan, pusing serta kebingungan," tambah Dubey.
Dikutip dari helloSehat, hiperventilasi adalah keadaan dimana seseorang akan lebih banyak mengeluarkan CO2 sehingga kadar CO2 dalam tubuh berkurang. Hal ini memicu terjadinya penyempitan pembuluh darah yang memasok darah ke otak dan dapat menyebabkan gejala sakit kepala, perubahan pengelihatan, dan hilang kesadaran.
Sebagai informasi tambahan, seorang pelari maraton asal Oregon, Amerika Serikat bernama Galen Rupp berhasil memenangkan kejuaraan Track & Field Amerika Serikat pada nomor lari 10.000 meter di tahun 2011. Ia mengenakan sebuah masker medis pada hari pertama kejuaraan tersebut diselenggarakan untuk menyaring serbuk sari yang pada saat itu jumlahnya sedang melonjak.
Klaim bahwa virus dan bakteri memenuhi masker dibantah oleh Hyo-Jick Choi, Asisten Profesor di Departemen Teknik Kimia dan Material di Universitas Alberta. Choi mengatakan semua itu tergantung pada tingkat risiko lingkungan, waktu yang dihabiskan, dan dimana masker tersebut dibuka.
Dikutip dari hasil periksa fakta AFP, Vinita Dubey, Petugas Kesehatan Asosiasi Medis dari Toronto Public Health mengatakan bahwa jika dikenakan dengan benar, masker kain mungkin tidak mengurangi oksigen yang cukup sehingga pemakainya akan pingsan.
"Secara umum, masker kain itu tidak ketat menutup wajah, masih ada ruang terbuka kecil di sekeliling masker dan juga pori-pori kain yang bisa melewatkan oksigen sambil menghalangi partikel pembawa virus,” katanya.
Klaim bahwa mengenakan masker “meningkatkan risiko keracunan CO2" juga dibantah oleh Dubey.
“Penggunaan masker wajah untuk waktu yang lama, termasuk N95, belum terbukti menyebabkan keracunan karbon dioksida pada orang sehat. Jika CO2 perlahan-lahan menumpuk di dalam masker dari waktu ke waktu, kadarnya rendah dan sebagian besar dapat ditoleransi," ujar Dubey.
Namun, ada keadaan khusus ketika beberapa orang mungkin tidak nyaman mengenakan masker.
“Kecemasan atau panik dapat menyebabkan hiperventilasi (pernapasan cepat) yang dapat menyebabkan kadar CO2 turun dan gejala sakit kepala ringan, pusing serta kebingungan," tambah Dubey.
Dikutip dari helloSehat, hiperventilasi adalah keadaan dimana seseorang akan lebih banyak mengeluarkan CO2 sehingga kadar CO2 dalam tubuh berkurang. Hal ini memicu terjadinya penyempitan pembuluh darah yang memasok darah ke otak dan dapat menyebabkan gejala sakit kepala, perubahan pengelihatan, dan hilang kesadaran.
Sebagai informasi tambahan, seorang pelari maraton asal Oregon, Amerika Serikat bernama Galen Rupp berhasil memenangkan kejuaraan Track & Field Amerika Serikat pada nomor lari 10.000 meter di tahun 2011. Ia mengenakan sebuah masker medis pada hari pertama kejuaraan tersebut diselenggarakan untuk menyaring serbuk sari yang pada saat itu jumlahnya sedang melonjak.
Klaim bahwa virus dan bakteri memenuhi masker dibantah oleh Hyo-Jick Choi, Asisten Profesor di Departemen Teknik Kimia dan Material di Universitas Alberta. Choi mengatakan semua itu tergantung pada tingkat risiko lingkungan, waktu yang dihabiskan, dan dimana masker tersebut dibuka.
Kesimpulan
Dengan demikian, klaim masker dapat menimbulkam dampak negatif dalam unggahan akun Facebook Toni Immanuel dapat masuk ke dalam kategori konten yang menyesatkan. Hal ini dikarenakan WHO dan para ahli menyatakan fakta bahwa tidak ada dampak negatif dari penggunaan masker apabila dipakai secara tepat.
Rujukan
- https://turnbackhoax.id/2020/07/25/salah-beberapa-dampak-negatif-dari-menggunakan-masker/
- https://www.instagram.com/p/CBSkpAbIyaj/?igshid=1g0w42ig81fyj
- https://factcheck.afp.com/misleading-social-media-posts-claim-adverse-health-effects-face-masks
- https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/napas-berlebihan-hiperventilasi/#gref
- https://www.oregonlive.com/trackandfield/2011/06/what_in_the_world_is_galen_rup.html
(GFD-2020-4443) [SALAH] Petani dipukuli Polisi yang dibayar oleh PT Sadoka di Sulawesi Selatan
Sumber: facebook.comTanggal publish: 25/07/2020
Berita
Beredar informasi dari akun Facebook Bucin Area dengan melampirkan foto dari sebuah postingan Facebook berisikan foto dan narasi yang diklaim penyiksaan petani oleh polisi yang dibayar oleh PT Sadoka. Postingan ini sudah disebarkan sekitar 22000 kali.
Berikut kutipan narasinya:
“Pak Presiden Bisa jelaskan Kenapa Para Petani Ini Di Pukul Sama Polisi?
Jangan Cuman Di Kasih Gaji Buta
#Jangan Cuman Diliat Doang, Harus di Sebarkan Pesan Ini Jangan Sampai Berhenti Di Beranda Anda, sebar Supaya Masyarkat Yg Lain Juga Tau☹️
#Terima Kasih”
Berikut kutipan narasinya:
“Pak Presiden Bisa jelaskan Kenapa Para Petani Ini Di Pukul Sama Polisi?
Jangan Cuman Di Kasih Gaji Buta
#Jangan Cuman Diliat Doang, Harus di Sebarkan Pesan Ini Jangan Sampai Berhenti Di Beranda Anda, sebar Supaya Masyarkat Yg Lain Juga Tau☹️
#Terima Kasih”
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelurusan foto yang digunakan oleh postingan tersebut ternyata adalah foto bentrok antara warga adat Pamona dan polisi yang terjadi pada tanggal 29 Juni 2014. Kejadian ini diawali dari munculnya konflik warga dengan PT Sindoka (Sinar Indonesia Merdeka) yang merupakan anak perusahaan Sintesa Grup.
Secara kronologis, PT Sindoka medapatkan HGU di Luwu Timur pada tahun 1997 yang sudah berakhir tahun 2017 sehingga warga sekitar mulai menggarap lahan tersebut mulai tahun 1998 karena warga menilai PT Sindoka menelantarkan lahan itu, kemudian perusahaan berusaha untuk mengambil alih lahan tersebut dan menutup akses lahan tersebut. Hal ini memicu kemarahan warga dan akhirnya membakar pos keamanan perusahaan itu dan berbuntut terjadinya kekerasan polisi terhadap warga.
Kasus ini ditindaklanjuti oleh DPRD Luwu Timur dan memanggil PT Sindoka terkait keluhan warga perihal kegiatan PT Sindoka untuk mengosongkan lahan serta mencabut tanaman diatas lahan HGU tersebut. Pihak PT Sindoka melakukan mengosongan lahan sebagai tindakan pencegahan dikarenakan diduga adanya oknum warga luar masuk ke wilayah HGU dan menggunakan lahan itu.
Dapat disimpulkan bahwa kejadian ini terjadi pada tahun 2014 yang diakibatkan oleh pembakaran pos keamanan PT Sindoka oleh warga sehingga terjadinya kekerasan oleh polisi terhadap warga.
Secara kronologis, PT Sindoka medapatkan HGU di Luwu Timur pada tahun 1997 yang sudah berakhir tahun 2017 sehingga warga sekitar mulai menggarap lahan tersebut mulai tahun 1998 karena warga menilai PT Sindoka menelantarkan lahan itu, kemudian perusahaan berusaha untuk mengambil alih lahan tersebut dan menutup akses lahan tersebut. Hal ini memicu kemarahan warga dan akhirnya membakar pos keamanan perusahaan itu dan berbuntut terjadinya kekerasan polisi terhadap warga.
Kasus ini ditindaklanjuti oleh DPRD Luwu Timur dan memanggil PT Sindoka terkait keluhan warga perihal kegiatan PT Sindoka untuk mengosongkan lahan serta mencabut tanaman diatas lahan HGU tersebut. Pihak PT Sindoka melakukan mengosongan lahan sebagai tindakan pencegahan dikarenakan diduga adanya oknum warga luar masuk ke wilayah HGU dan menggunakan lahan itu.
Dapat disimpulkan bahwa kejadian ini terjadi pada tahun 2014 yang diakibatkan oleh pembakaran pos keamanan PT Sindoka oleh warga sehingga terjadinya kekerasan oleh polisi terhadap warga.
Kesimpulan
Melihat dari penjelasan tersebut, informasi tersebut tidak benar dan termasuk dalam Konten yang Menyesatkan/Misleading Content.
Rujukan
- https://turnbackhoax.id/2020/07/25/salah-petani-dipukuli-polisi-yang-dibayar-oleh-pt-sadoka-di-sulawesi-selatan/
- https://turnbackhoax.id/2017/01/21/disinformasi-bentrokan-warga-dan-pt-sindoka/
- https://www.mongabay.co.id/2014/07/22/konflik-lahan-luwu-timur-polisi-dan-warga-adat-pamona-bentrok/
- https://dprd-luwutimurkab.go.id/2019/10/15/terkait-permasalahan-lahan-hgu-amran-harap-perusahaan-dan-warga-saling-beri-rasa-aman-dan-nyaman/
- http://kpa.or.id/media/baca2/siaran_pers/165/Ilegal__PT_Sinar_Indonesia_Merdeka_–_Sindoka_Luwu_Timur_Bersama_BRIMOB_Terus_Menghancurkan_Garapan_Petani_Di_Tengah_Wabah_Corona_Covid-19/
- https://www.mongabay.co.id/2020/04/05/tanpa-hgu-pt-sindoka-mulai-tanam-sawit-di-luwu-timur/
(GFD-2020-4442) [SALAH] “zodiak baru dari NASA_ Ophiuchus: 30 November – 17 Desember”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 25/07/2020
Berita
Akun Poetrawansjah Sjabirin (fb.com/poetrawansjah.sjabirin) mengunggah sebuah gambar dengan narasi “zodiak baru dari NASA_”. Di gambar yang terdapat daftar zodiak itu, terdapat zodiak dengan nama “Ophiuchus”, yang ada di antara tanggal 30 November – 17 Desember.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran Tim Periksa Fakta AFP Indonesia, klaim bahwa NASA merilis zodiak baru yaitu “Ophiuchus”, yang ada di antara tanggal 30 November – 17 Desember adalah klaim yang salah.
Melalui akun Twitternya, NASA membantah klaim itu. NASA menyatakan mereka belum merilis rasi bintang baru. NASA mempelajari astronomi, bukan astrologi. NASA tidak mengubah tanda zodiak. Klaim itu adalah hoaks yang telah dibagikan ribuan kali di media daring setidaknya sejak tahun 2011.
“We see your comments about a zodiac story that re-emerges every few years. No, we did not change the zodiac.” atau yang jika diterjemahkan: “Kami melihat komentar Anda tentang kisah zodiak yang muncul kembali setiap beberapa tahun. Tidak, kami tidak mengubah zodiak.” tulis NASA.
NASA sebelumnya telah mengklarifikasi kesimpangsiuran mengenai “Ophiuchus” di artikel blog bulan September 2016. Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, klarifikasi itu berbunyi: “Di sini di NASA, kami mempelajari astronomi, bukan astrologi. Kami tidak mengubah tanda zodiak. Astronomi adalah studi ilmiah tentang segala sesuatu di luar angkasa. Astrologi, sementara itu, adalah sesuatu yang lain. Itu adalah keyakinan bahwa posisi bintang dan planet dapat memengaruhi hal ihwal manusia. Astrologi tidak dianggap sebagai sains.”
NASA mengatakan orang-orang Babilonia memilih 12 rasi bintang di zodiak dan menetapkan setiap zodiak pada bulan tertentu dalam kalender 12 bulan mereka. “Menurut cerita kuno bangsa Babilonia sendiri, ada 13 rasi bintang di zodiak. Jadi mereka memilih satu, Ophiuchus, untuk keluar,” tambah NASA.
Badan antariksa itu menjelaskan meskipun Ophiuchus dihilangkan oleh orang Babilonia demi “pencocokan yang rapi dengan kalender 12 bulan mereka”, bagaimanapun juga Ophiuchus selaras dengan matahari selama sekitar 18 hari setiap tahun.
Misinformasi tentang zodiak ke-13 telah beredar online setidaknya sejak tahun 2011, seperti dilansir oleh BBC.
Melalui akun Twitternya, NASA membantah klaim itu. NASA menyatakan mereka belum merilis rasi bintang baru. NASA mempelajari astronomi, bukan astrologi. NASA tidak mengubah tanda zodiak. Klaim itu adalah hoaks yang telah dibagikan ribuan kali di media daring setidaknya sejak tahun 2011.
“We see your comments about a zodiac story that re-emerges every few years. No, we did not change the zodiac.” atau yang jika diterjemahkan: “Kami melihat komentar Anda tentang kisah zodiak yang muncul kembali setiap beberapa tahun. Tidak, kami tidak mengubah zodiak.” tulis NASA.
NASA sebelumnya telah mengklarifikasi kesimpangsiuran mengenai “Ophiuchus” di artikel blog bulan September 2016. Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, klarifikasi itu berbunyi: “Di sini di NASA, kami mempelajari astronomi, bukan astrologi. Kami tidak mengubah tanda zodiak. Astronomi adalah studi ilmiah tentang segala sesuatu di luar angkasa. Astrologi, sementara itu, adalah sesuatu yang lain. Itu adalah keyakinan bahwa posisi bintang dan planet dapat memengaruhi hal ihwal manusia. Astrologi tidak dianggap sebagai sains.”
NASA mengatakan orang-orang Babilonia memilih 12 rasi bintang di zodiak dan menetapkan setiap zodiak pada bulan tertentu dalam kalender 12 bulan mereka. “Menurut cerita kuno bangsa Babilonia sendiri, ada 13 rasi bintang di zodiak. Jadi mereka memilih satu, Ophiuchus, untuk keluar,” tambah NASA.
Badan antariksa itu menjelaskan meskipun Ophiuchus dihilangkan oleh orang Babilonia demi “pencocokan yang rapi dengan kalender 12 bulan mereka”, bagaimanapun juga Ophiuchus selaras dengan matahari selama sekitar 18 hari setiap tahun.
Misinformasi tentang zodiak ke-13 telah beredar online setidaknya sejak tahun 2011, seperti dilansir oleh BBC.
Kesimpulan
Hoaks Lama Bersemi Kembali. NASA menyatakan mereka belum merilis rasi bintang baru. NASA mempelajari astronomi, bukan astrologi. NASA tidak mengubah tanda zodiak. Klaim itu adalah hoaks yang telah dibagikan ribuan kali di media daring setidaknya sejak tahun 2011.
Rujukan
- https://periksafakta.afp.com/hoaks-lama-muncul-kembali-di-media-daring-tentang-nasa-yang-merilis-zodiak-ke-13-ophiuchus
- https://twitter.com/NASA/status/1283918088723935234
- https://spaceplace.nasa.gov/starfinder2/en/
- https://nasa.tumblr.com/post/150688852794/zodiac?linkId=94146490
- https://www.bbc.com/news/magazine-12207811
(GFD-2020-4441) [SALAH] Kutipan Kim Bok Dong Sebelum Dibunuh oleh Aktifis China
Sumber: facebook.comTanggal publish: 25/07/2020
Berita
“BILA NEGERI MU TAK INGIN HANCUR, JANGAN PERNAH KAU BERIKAN KEPERCAYAAN KEPADA SIAPAPUN BERMATA SIPIT YANG SUARA YANG SUARA BICARANYA KERAS, KARENA SETIAP UCAPANNYA ADALAH KEBOHONGAN DAN ISI FIKIRANNYA PENUH PENGKHIANATAN”, KIM BOK-DONG PAHLAWAN KOREA SEBELUM DIBUNUH AKTIFIS CHINA,” kutipan yang terdapat dalam foto seorang perempuan, diunggah oleh akun Facebook Tony Andhika atau @tony.andhika.1, Rabu (1/7).
Hasil Cek Fakta
Akun Facebook Tony Andhika atau @tony.andhika.1 mengunggah sebuah foto perempuan yang di dalamnya terdapat kutipan bernada rasis dengan inti narasi bahwa jangan memberikan kepercayaan kepada mereka yang bermata sipit dan suaranya keras. Alasannya, setiap ucapan mereka adalah kebohongan dan isi pikirannya penuh pengkhianatan.
Kutipan tersebut dikabarkan berasal dari pahlawan Korea, Kim Bok-dong sebelum dibunuh oleh aktifis China.
Setelah melakukan penelusuran melalui mesin pencari, diketahui unggahan akun Facebook Tony Andhika yang terdiri dari gambar dan kutipan adalah salah atau keliru.
Sebelumnya, unggahan yang termasuk ke dalam hoaks yang dibagikan oleh akun Facebook Tony Andhika sudah diperiksa faktanya oleh situs turnbackhoax.id pada tahun 2017.
Diketahui foto perempuan dalam unggahan akun Facebook Tony Andhika ialah Kim Bok-dong. “Kim Bok Dong adalah seorang wanita korea yang semasa perang dunia kedua dipaksa menjadi wanita penghibur bagi militer Jepang. Jadi, konflik yg dia alami adalah dengan Jepang, bukan dengan China, dan konflik yg dihadapi adalah kekerasan seksual, bukan masalah kekuasaan/kepemimpinan seperti yang ingin dikesankan oleh meme tersebut. Apalagi bangsa korea sendiri juga tergolong bergenetika mata sipit,” tulis turnbackhoax.id.
Selain itu, Kim Bok-dong meninggal bukan karena dibunuh aktifis China atau sebelum hoaksnya muncul pada tahun 2017, tetapi Ia meninggal pada 28 Januari 2019 di Severance Hospital, Seoul, Korea Selatan.
Dengan begitu, unggahan akun Facebook Tony Andhika menurut kategori Misinformasi dan Disinformasi dari First Draft dapat disebut sebagai Misleading Content atau Konten yang Menyesatkan dengan arti penggunaan informasi yang sesat untuk membingkai sebuah isu atau individu.
Kutipan tersebut dikabarkan berasal dari pahlawan Korea, Kim Bok-dong sebelum dibunuh oleh aktifis China.
Setelah melakukan penelusuran melalui mesin pencari, diketahui unggahan akun Facebook Tony Andhika yang terdiri dari gambar dan kutipan adalah salah atau keliru.
Sebelumnya, unggahan yang termasuk ke dalam hoaks yang dibagikan oleh akun Facebook Tony Andhika sudah diperiksa faktanya oleh situs turnbackhoax.id pada tahun 2017.
Diketahui foto perempuan dalam unggahan akun Facebook Tony Andhika ialah Kim Bok-dong. “Kim Bok Dong adalah seorang wanita korea yang semasa perang dunia kedua dipaksa menjadi wanita penghibur bagi militer Jepang. Jadi, konflik yg dia alami adalah dengan Jepang, bukan dengan China, dan konflik yg dihadapi adalah kekerasan seksual, bukan masalah kekuasaan/kepemimpinan seperti yang ingin dikesankan oleh meme tersebut. Apalagi bangsa korea sendiri juga tergolong bergenetika mata sipit,” tulis turnbackhoax.id.
Selain itu, Kim Bok-dong meninggal bukan karena dibunuh aktifis China atau sebelum hoaksnya muncul pada tahun 2017, tetapi Ia meninggal pada 28 Januari 2019 di Severance Hospital, Seoul, Korea Selatan.
Dengan begitu, unggahan akun Facebook Tony Andhika menurut kategori Misinformasi dan Disinformasi dari First Draft dapat disebut sebagai Misleading Content atau Konten yang Menyesatkan dengan arti penggunaan informasi yang sesat untuk membingkai sebuah isu atau individu.
Kesimpulan
Tidak ditemukan di pemberitaan media daring kutipan Kim Bok-dong yang bernada rasis, sebelum dirinya meninggal yang diunggah oleh akun Facebook Tony Andhika. Diketahui hoaks kutipan Kim Bok-dong tersebut pernah muncul di tahun 2017, sementara Ia meninggal pada Januari 2019.
Rujukan
- https://archive.fo/FgarC 2.
- https://www.facebook.com/tony.andhika.1/posts/1346768612188476?_rdc=1&_rdr
- https://turnbackhoax.id/2017/04/15/hoax-hasut-beredar-meme-perempuan-korea-dibunuh-oleh-aktivis-cina
- https://news.wqcs.org/post/activist-and-former-sex-slave-kim-bok-dong-dies-92-still-fighting-reparations
- https://www.liputan6.com/global/read/3886378/kisah-eks-korban-budak-seks-jepang-melawan-hingga-ajal-menjemput
Halaman: 4983/5544