• (GFD-2020-5886) [SALAH] “untuk pertama kalinya pohon Natal di pasang di halaman Istana Negara Indonesia”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 22/12/2020

    Berita

    Akun Niken Yati (fb.com/niken.yati.7) mengunggah sebuah gambar pada 18 Desember 2020 dengan narasi sebagai berikut:

    “Di setiap hari besar ke’agamaan 6 agama yg di sahkan di Indonesia, semoga di setiap simbol” ke’agamaan di pasang di depan istana negara, sebagai bentuk toleransi antar umat ber’agama”

    Di gambar yang memperlihatkan foto yang diklaim sebagai foto pohon Natal yang dipasang di halaman Istana Negara itu terdapat narasi “PUJI TUHAN UNTUK PERTAMA KALINYA POHON NATAL DI PASANG DI HALAM ISTANA NEGARA INDONESIA! Semenjak Indonesia Merdeka di tahun 1945! Pemerintahan JOKOWI HEBAATT”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim adanya foto pohon Natal yang dipasang di halaman Istana Negara adalah klaim yang salah.

    Faktanya, bukan di halaman Istana Negara melainkan halaman Balai Kota DKI Jakarta pada tahun 2014. Pemasangan dua pohon Natal di halaman Balai Kota DKI Jakarta ini terjadi ketika Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

    Foto yang sama, salah satunya diunggah di artikel berjudul “Ada Pohon Natal Setinggi 3 Meter di Kantor Ahok” yang dimuat di situs Portal Islam pada 22 Desember 2014.

    Dilansir dari Tempo.co, foto-foto halaman dengan pohon Natal yang serupa pernah dimuat oleh situs media Aktual.com pada 16 Desember 2014. Foto itu terdapat dalam berita yang berjudul “Jakarta Dipimpin Ahok, Halaman Kantor Gubernur Berdiri 2 Pohon Natal”.

    Dilansir dari Merdeka.com, Ahok mengaku, pemasangan pohon itu merupakan permintaan dari panitia perayaan Hari Natal yang digagas oleh sejumlah PNS di DKI Jakarta.

    “Kalau pohon yang ini dari panitia Natal. Mereka izin sama saya, saya bilang ya dipasang saja. Bagus dong kelip-kelip kalau malam. Soalnya saya enggak suka kalau pohon-pohon yang ada dikasih lampu,” kata Ahok di Balai Kota DKI, Senin (22/12/2014).

    Ahok menegaskan, pemasangan pohon Natal itu tidak berlaku lama. Setelah perayaan Natal selesai, maka pohon dan pernak-pernik Natal akan dibersihkan.

    “Tapi ini enggak boleh lama-lama. Kalau lama dipasangnya, lampu jadi mati. Kalau asal seminggu boleh, lebih dari seminggu enggak boleh,” ujarnya.

    Kesimpulan

    BUKAN di halaman Istana Negara melainkan halaman Balai Kota DKI Jakarta pada tahun 2014. Pemasangan dua pohon Natal di halaman Balai Kota DKI Jakarta ini terjadi ketika Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

    Rujukan

  • (GFD-2020-5885) [SALAH] Tak dapat Bansos, Keluarga Ilma Kerap Makan Tepung Goreng

    Sumber: instagram.com
    Tanggal publish: 22/12/2020

    Berita

    “Tak Dapat Bansos, Cerita Keluarga Ilma Kerap Makan Tepung Goreng.

    Di tengah ramainya pemberitaan korupsi bantuan sosial (bansos), Ilma Ferzia Handayani (22) justru berjuang imbas bansos yang tak merata.

    Usai Menteri Sosial (Mensos) Juliari P Batubara ditangkap Komisi Pembrantasan Korupsi (KPK), sejumlah masyarakat mengungkapkan kekecewaan mereka.

    Tak hanya warga net, beberapa masyarakat juga meluapkan kekesalan mereka. Ilma contohnya. Secara terang-terangan ia mengaku kecewa.

    Pasalnya, di luaran sana banyak masyarakat yang menanti-nantikan bansos untuk keberlangsung hidup keluarganya.

    Terutama mereka yang hidup mengontrak”

    Hasil Cek Fakta

    Telah beredar sebuah informasi berkaitan dengan kurang meratanya pembagian Bansos yang mengakibatkan satu keluarga di Depok hanya memakan tepung untuk dikonsumsi sehari-hari.

    Setelah ditelusuri, informasi tersebut tidak benar. Asep sang Kepala Keluarga yang berprofesi sebagai tukang ojek online dan Ilma istrinya adalah seorang penjual tepung terigu, sebagaimana klarifikasi yang dilakukan Asep dan Ilma. Mereka mengaku hanya diperintahkan untuk membenarkan pernyataan dan pertanyaan dari si penanya.

    Dalam narasi video yang beredar, dijelaskan jika keluarga Asep tidak pernah mendapat bantuan sosial (bansos) sembako dari Pemerintah Kota (Pemkot) Depok.

    Video yang beredar luas di media sosial (medsos) tersebut sampai diberitakan media daring hingga mengundang kehebohan di masyarakat.

    Kabar tersebut langsung direspon petugas Dinas Sosial (Dinsos) Kota Depok, Kelurahan PGS, Kecamatan Cimanggis, Polsek Cimanggis, dan Polrestro Depok. Lurah PGS, Supriyatun mengklarifikasi perihal video tersebut.

    Menurut Supriyatun, Asep merupakan keluarga yang terdaftar mendapat bansos. Supriyatin selaku lurah juga sudah memberikan bantuan, baik berupa sembako atau pun uang tunai secara pribadi.

    Dengan demikian informasi yang beredar di Instagram berkaitan dengan sekeluarga yang hanya makan tepung selama sepekan tersebut tidak benar sehingga informasi tersebut masuk dalam kategori konten yang menyesatkan.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Fachrun Nisa (Universitas Muhammadiyah Luwuk).

    Faktanya, Ilma merupakan seorang penjual tepung terigu serta sebelumnya telah mendapatkan bansos sebanyak dua kali dari pemerintah setempat.

    Rujukan

  • (GFD-2020-5884) [SALAH] Video Kehidupan Keras Penduduk Asli Hutan Amazon

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 22/12/2020

    Berita

    Kehidupan Keras Penduduk Asli Hutan Amazon”

    (Video berdurasi 3 menit 43 detik)

    Hasil Cek Fakta

    Beredar postingan di Facebook berupa video yang disebarkan oleh akun Facebook “Marupok”, telah dilihat 6,5 juta kali, mendapat 2,8 ribu likes dan disebarkan sebanyak 14 ribu kali. Dalam video tersebut diperlihatkan penduduk berkulit hitam yang tampak sebagai sebuah suku yang mendiami suatu daerah. Postingan tersebut diberi judul “Kerasnya Kehidupan Penduduk Asli Hutan Amazon”, dalam videonya diiringi alunan musik bernada mengharukan.

    Setelah dilakukan penelusuran fakta, diketahui bahwa penduduk yang ditampilkan dalam video adalah Suku Suri dan Hamar. Mereka adalah suku yang menempati kawasan pedalaman Barat Daya Ethiopia, Afrika Timur, dan sebagian lagi ada di Sudan Selatan.

    Dilansir dari website survivalinternational.org, sebuah lembaga NGO internasional yang bergerak di bidang perlindungan suku asli, menyatakan bahwa terdapat sekitar 400 suku yang mendiami hutan Amazon. Ada banyak suku yang tidak diketahui dan belum terjamah penduduk luar. Meski begitu berbagai penelitian di bidang kebudayaan dan lembaga konservasi alam, membuktikan bahwa Suku Suri dan Hamar sebagaimana yang tampak dalam video berasal dari Afrika, tepatnya di pedalaman Barat Daya Ethiopia bukan hutan Amazon Brazil.

    Dikutip dari situs resmi National Geographic (nationalgeographic.com), Suku Suri dan Hamar tinggal di tepi Barat Sungai Omo bersama suku-suku lainnya, yang dahulu tidak terjamah kolonialisasi Eropa, sehingga masih mempertahankan cara hidup tradisional selama berabad-abad. Mereka bertahan hidup dengan beternak terutama sapi dan memiliki lahan ternak di Lembah Omo.

    Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa penduduk asli sebagaimana yang ditampilkan pada video adalah Suku Suri dan Hamar yang mendiami pedalaman Barat Daya Ethiopia, Afrika. Mereka masih mempertahankan cara hidup tradisional karena hampir tidak pernah terjamah penduduk luar. Sehingga klaim akun Marupok bahwa videonya menampilkan penduduk asli hutan Amazon adalah HOAX dan termasuk kategori FALSE CONTEXT.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Ani Nur MR (Universitas Airlangga).

    Informasi yang salah. Faktanya, penduduk asli yang ditunjukkan dalam video adalah Suku Suri dan Hamar dari Afrika Timur. Hingga saat ini suku tersebut masih mempertahankan tradisi nenek moyang mereka, hidup di alam bebas, dan sedikit terjamah modernitas. Meski begitu mereka termasuk suku yang dilindungi keaslian dan habitatnya.

    Rujukan

  • (GFD-2020-5883) [SALAH] Akun WhatsApp Wakil Walikota Malang Meminta Transfer Sejumlah Dana

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 22/12/2020

    Berita

    “Ini saya Ir. H. Sofyan edi jarwoko pak. Saya selaku wakil walikota malang
    Ini saya mau menyampaikan. Bahwa saya dan juga jajaran para staf saya ada sedikit rejeki yang akan kami berikan ke masjid besar raya donomulyo dan anak yatim. Semoga bpk dan beserta pengurus masjin lain nya bersedia menerima dan membantu kami menyalurkan nya ke anak yatim pak
    Ini staf saya sudah berangkat ke mesin atm nya pak. Nanti dana yang akan di kirimkan sebesar rp. 15.500.000
    Itu nanti tolong bpk bagikan buat masjid besar raya 4jt,buat anak yatim 4jt,dan buat keluarga almarhum ibu resty 7jt. Dan itu yang 500rb tanda terima kasih kami kepada bpk yahya yang sudah mau mewakilkan kami menyerahkan ke keluarga almarhum ya pak”

    Hasil Cek Fakta

    Beredar akun WhatsApp yang mengatasnamakan Wakil Walikota Malang, Sofyan Edi Jarwoko. Akun tersebut menggunakan foto profil Edi dan melakukan komunikasi dengan salah satu pengurus Masjid Besar Raya Donomulyo dengan modus donasi. Pada mulanya, akun tersebut menyatakan keinginannya untuk memberikan dana bantuan sejumlah Rp15.500.000 dengan rincian Rp4 juta untuk pembangunan masjid, Rp4 juta untuk anak yatim, Rp7 juta untuk dana berobat seseorang yang sedang sakit, serta Rp500 ribu sebagai tanda terima kasih. Akun tersebut juga mengirimkan alamat dan nomor rekening seseorang yang sedang sakit dan meminta agar dana berobat sebesar Rp7 juta segera ditransfer ke nomor rekening tersebut.

    Pemerintah Kota Malang melalui akun Instagram resminya, pemkotmalang, telah menegaskan bahwa akun WhatsApp tersebut bukan merupakan milik Wakil Walikota Malang. Melansir dari Tribun Jatim, Edi juga menyatakan bahwa akun WhatsApp yang mengatasnamakan dirinya merupakan penipuan. Edi meminta masyarakat agar lebih berhati-hati dan waspada.

    Dengan demikian, akun WhatsApp yang mengatasnamakan Wakil Walikota Malang, Sofyan Edi Jarwoko tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten Tiruan/Imposter Content.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini (Universitas Diponegoro).

    Informasi yang salah. Pemerintah Kota Malang melalui akun Instagram resminya, pemkotmalang, telah menegaskan bahwa akun WhatsApp tersebut bukan milik Wakil Walikota Malang, Sofyan Edi Jarwoko.

    Rujukan