• (GFD-2019-1283) BPJS Hentikan Meng-cover Biaya Pengobatan Kanker

    Sumber: Debat Cawapres Pilpres 2019
    Tanggal publish: 17/03/2019

    Berita

    Calon wakil presiden nomor urut 2, Sandiaga Uno menyebutkan bahwa defisit BPJS telah menyebabkan pengobatan seorang ibu di Sragen harus dihentikan.

    “Saya teringat kisah ibu Lis yang pengobatannya harus disetop karena BPJS tidak lagi meng-cover. Di bawah Prabowo Sandi kami pastikan dalam dua ratus hari pertama akar permasalahan BPJS dan JKN kita selesaikan. Kita pastikan defisit ditutup dengan penghitungan melibatkan putra putri terbaik bangsa,” kata Sandiaga dalam debat Cawapres 17 Maret 2019.

    Hasil Cek Fakta

    Pernyataan Sandiaga Uno itu sebelumnya pernah disampaikan saat ia berkampanye di Sragen, Jawa Tengah. Sandiaga kemudian mengunggah video yang berisi keluhan dari Ibu Liswati di Sragen lewat twitternya, Ahad, 30 Desember 2018.

    Di video berdurasi 58 detik itu, Liswati mengaku sebagai pasien kanker payudara yang tidak ditanggung biaya pengobatannya oleh pemerintah.

    Deputi Direksi Bidang Pelayanan Peserta BPJS Kesehatan Arief Syaifuddin mengatakan lembaganya masih menanggung sebagian dari obat untuk penderita kanker payudara.

    "Selama obatnya mengikuti ketentuan dalam formularium obat nasional (fornas)," kata Arief saat dihubungi di Jakarta, Rabu, 2 Januari 2019. Formularium ini ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan yang disusun bersama tim pakar.

    Hanya saja, menurut Arief, memang tidak semua obat ditanggung untuk BPJS. Ini terjadi karena BPJS tidak bisa memutuskan sendiri, tapi harus mengacu pada keputusan Dewan Pertimbangan Klinis. Salah satunya adalah ketika BPJS tidak lagi menjamin obat kanker payudara Trastuzumab atau Herceptin per 1 April 2018.

    Lebih jauh, Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Maya Amiarny Rusady mengatakan jaminan Trastuzumab sebenarnya masih diberikan, tetapi hanya untuk pasien anker stadium awal. Nah, belum diketahui apakah Liswati yang curhat kepada Sandi adalah penderita kanker stadium ?awal atau metastasis (suatu kondisi di mana sel kanker menyebar ke sejumlah organ tubuh lainnya).

    Sebab, Dewan Pertimbangan Klinis telah memutuskan bahwa Trastuzumab atau Herceptin pada pasien kanker stadium metastasis tidaklah efektif. Sehingga, pasien bakal diarahkan untuk mengkonsumsi jenis obat yang lebih efektif. Itu sebabnya, BPJS pun mengeluarkan Trastuzumab dari daftar obat yang mendapat jaminan.
    Lewat juru bicara Nopie Hidayat, BPJS Kesehatan memberikan penjelasan terkait keputusannya untuk menghentikan penjaminan obat Traztuzumab. "Terkait dengan tidak dijaminnya obat Traztuzumab, hal ini sudah sesuai dengan keputusan Dewan Pertimbangan Klinis yang menyatakan obat ini tidak memiliki dasar indikasi medis untuk digunakan bagi pasien kanker payudara metastatik walaupun dengan restriksi," demikian Nopie.

    Nopie melanjutkan, keputusan itu memang berlaku awal April, tetapi untuk peserta JKN-KIS yang masih menjalani terapi Trastuzumab dengan resep sebelum tanggal 1 April 2018 masih dijamin BPJS Kesehatan.

    "Pengobatan dijamin BPJS kesehatan hingga siklus pengobatannya selesai sesuai peresepan maksimal Formularium Nasional," tambah Nopie.

    Dengan langkah ini, Nopie melanjutkan, tak dimasukkannya Traztuzumab dari paket manfaat program JKN-KIS tidak menghambat proses pengobatan peserta. Sebab, masih menurut Nopie, masih banyak obat pilihan yang tercantum dalam Formularium Nasional.

    "Dokter penanggung jawab pasien akan memilih obat untuk terapi kanker payudara pasien sesuai dengan pertimbangan kondisi klinis pasien," dia menegaskan.

    Namun, hingga berita ini diturunkan, BPJS Kesehatan belum menanggapi rencana gugatan hukum yang akan dilakukan Edy Haryadi.

    Sebelumnya, Edy Hidayat, warga Jakarta Timur, mengunggah kisah istrinya, Yuniarti Tanjung, yang divonis menderita kanker payudara ke media sosial. Selama ini, Edy menggunakan BPJS Kesehatan untuk proses pengobatan istrinya. Namun, sejak awal April lalu, BPJS Kesehatan tak lagi menjamin obat Traztuzumab. Edy amat berharap BPJS Kesehatan mengubah kebijakannya karena harga obat ini di pasaran amat mahal, yaitu mencapai Rp 25 juta.

    Rujukan

  • (GFD-2019-1281) [SALAH] Foto di cuitan “Saudari kita ini…” oleh @pedjoeang_islam

    Sumber: twitter.com
    Tanggal publish: 17/03/2019

    Berita

    “Saudari kita ini adalah Hafizah Al-Quran yang syahid pertama di masjid New Zealand, ..
    #Selandia_Baru_insiden_teroris”

    Hasil Cek Fakta

    Salah satu foto yang digunakan diambil dari akun Instagram “Syma Beauty”, berdasarkan klarifikasi dari pemilik foto dia BUKAN termasuk korban. Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.

    Rujukan

  • (GFD-2019-1280) [SALAH] Poster Launching Pusat Poligami PKS Cikarang Utara

    Sumber: Media Sosial Facebook
    Tanggal publish: 16/03/2019

    Berita

    PKS ingin dikenal di Indonesia dengan program andalannya Poligami sejahtera.

    Hasil Cek Fakta

    Poster “Launching Pusat Poligami PKS Cikarang Utara” merupakan hasil suntingan. Poster aslinya berjudul “Launching Pusat Khidmat PKS Cikarang Utara” ada di laman art.pks.id. Poster asli tersebut sudah ada sejak 25 Mei 2016.

    Rujukan

  • (GFD-2019-1279) [SALAH] Foto di Cuitan “Jumlah korban meninggal…” Oleh @pedjoeang_islam

    Sumber: twitter.com
    Tanggal publish: 16/03/2019

    Berita

    “Info: Jumlah korban meninggal total 49 orang, 41 orang di masjid An-Nur, 7 orang di masjid Linwood dan 1 meninggal setelah kritis di rumah sakit. Semoga Jama’ah yang Wafat dalam peristiwa ini diganjar oleh Alloh dengan sebaik-baiknya ganjaran insyaAllahHusnul Khotimah). Aaamiin”.

    Hasil Cek Fakta

    Foto yang digunakan lokasi kejadiannya adalah di Suriah, bukan Selandia Baru. Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.

    Rujukan