Akun Tian Kinos (fb.com/tian.kinos.9) mengunggah gambar tangkapan layar artikel berjudul “Sah, DPR Tetapkan RUU Cipta Kerja Jadi Undang-Undang” dengan narasi sebagai berikut:
“Cie ga pake masker cie berdekatan cie lupa ada corona.. cie cie cie selfi bareng cie cie ada yg lupa cieeeee witttwiiiewwwww”
Dalam foto tersebut, para menteri yang terlihat, seperti Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, serta Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, dan Ketua DPR Puan Maharani serta Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin tidak mengenakan masker. Airlangga dan Puan pun tampak membawa segepok dokumen.
(GFD-2020-5179) [SALAH] “Cie ga pake masker cie berdekatan cie lupa ada corona cie selfi bareng”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 08/10/2020
Berita
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa foto para menteri dan anggota DPR yang tidak bermasker diambil saat UU Cipta Kerja disahkan pada 5 Oktober 2020 adalah klaim yang salah.
Faktanya, bukan foto saat UU Cipta Kerja disahkan pada 5 Oktober 2020. Foto tersebut merupakan foto yang diambil pada 12 Februari 2020, sebelum adanya kasus pertama positif Covid-19 di Indonesia. Ketika itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan sejumlah menteri lainnya menyerahkan surat presiden serta draf RUU Omnibus Law Cipta Kerja kepada Ketua DPR Puan Maharani di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.
Dilansir dari Tempo, foto-foto tersebut terdapat dalam berita foto yang berjudul “Pemerintah Serahkan Draf RUU Omnibus Law Cipta Kerja ke DPR”. Foto-foto itu diberi keterangan, “Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyerahkan surat presiden dan draf RUU Omnibus Law Cipta Kerja kepada Ketua DPR Puan Maharani di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu, 12 Februari 2020.”
Tempo kemudian menelusuri berita di Liputan6.com yang berjudul “Sah, DPR Tetapkan RUU Cipta Kerja Jadi Undang-Undang”. Berita dengan judul ini memang pernah dimuat oleh Liputan6.com pada 5 Oktober 2020. Namun, fotonya memperlihatkan foto ketika UU Cipta Kerja diketok di DPR pada 5 Oktober 2020. Dalam foto itu, para menteri dan anggota DPR terlihat mengenakan masker. Motif pakaian batik yang mereka kenakan pun berbeda dengan yang dipakai dalam foto unggahan akun Baim.
Meskipun begitu, pada 5 Oktober 2020, halaman Facebook Liputan6 memang membagikan tautan berita dengan judul itu yang dilengkapi dengan foto seperti yang terdapat dalam unggahan akun Baim. Namun, saat tautannya diklik, foto tersebut tidak ditemukan dan sudah berganti dengan foto para menteri dan anggota DPR yang bermasker.
Tempo pun menelusuri berita di Liputan6.com yang menggunakan foto seperti yang terdapat dalam unggahan akun Baim. Foto itu salah satunya digunakan dalam berita yang berjudul “Akan Disahkan DPR, Ekonom Sebut RUU Omnibus Law Tak Mampu Dongkrak Investasi” pada 5 Oktober 2020. Namun, foto tersebut telah diberi keterangan bahwa diambil pada 12 Februari 2020, sebelum adanya kasus pertama positif Covid-19 di Indonesia. Berikut ini keterangan foto itu:
“Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah) menyerahkan draft RUU Omnibus Law kepada Ketua DPR Puan Maharani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (12/2/2020). Pemerintah mengajukan RUU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja dan RUU Omnibus Law Perpajakan. (Liputan6.com/Johan Tallo)”
Faktanya, bukan foto saat UU Cipta Kerja disahkan pada 5 Oktober 2020. Foto tersebut merupakan foto yang diambil pada 12 Februari 2020, sebelum adanya kasus pertama positif Covid-19 di Indonesia. Ketika itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan sejumlah menteri lainnya menyerahkan surat presiden serta draf RUU Omnibus Law Cipta Kerja kepada Ketua DPR Puan Maharani di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.
Dilansir dari Tempo, foto-foto tersebut terdapat dalam berita foto yang berjudul “Pemerintah Serahkan Draf RUU Omnibus Law Cipta Kerja ke DPR”. Foto-foto itu diberi keterangan, “Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyerahkan surat presiden dan draf RUU Omnibus Law Cipta Kerja kepada Ketua DPR Puan Maharani di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu, 12 Februari 2020.”
Tempo kemudian menelusuri berita di Liputan6.com yang berjudul “Sah, DPR Tetapkan RUU Cipta Kerja Jadi Undang-Undang”. Berita dengan judul ini memang pernah dimuat oleh Liputan6.com pada 5 Oktober 2020. Namun, fotonya memperlihatkan foto ketika UU Cipta Kerja diketok di DPR pada 5 Oktober 2020. Dalam foto itu, para menteri dan anggota DPR terlihat mengenakan masker. Motif pakaian batik yang mereka kenakan pun berbeda dengan yang dipakai dalam foto unggahan akun Baim.
Meskipun begitu, pada 5 Oktober 2020, halaman Facebook Liputan6 memang membagikan tautan berita dengan judul itu yang dilengkapi dengan foto seperti yang terdapat dalam unggahan akun Baim. Namun, saat tautannya diklik, foto tersebut tidak ditemukan dan sudah berganti dengan foto para menteri dan anggota DPR yang bermasker.
Tempo pun menelusuri berita di Liputan6.com yang menggunakan foto seperti yang terdapat dalam unggahan akun Baim. Foto itu salah satunya digunakan dalam berita yang berjudul “Akan Disahkan DPR, Ekonom Sebut RUU Omnibus Law Tak Mampu Dongkrak Investasi” pada 5 Oktober 2020. Namun, foto tersebut telah diberi keterangan bahwa diambil pada 12 Februari 2020, sebelum adanya kasus pertama positif Covid-19 di Indonesia. Berikut ini keterangan foto itu:
“Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah) menyerahkan draft RUU Omnibus Law kepada Ketua DPR Puan Maharani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (12/2/2020). Pemerintah mengajukan RUU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja dan RUU Omnibus Law Perpajakan. (Liputan6.com/Johan Tallo)”
Kesimpulan
Bukan foto saat UU Cipta Kerja disahkan pada 5 Oktober 2020. Foto tersebut merupakan foto yang diambil pada 12 Februari 2020, sebelum adanya kasus pertama positif Covid-19 di Indonesia. Ketika itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan sejumlah menteri lainnya menyerahkan surat presiden serta draf RUU Omnibus Law Cipta Kerja kepada Ketua DPR Puan Maharani di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.
Rujukan
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/1044/fakta-atau-hoaks-benarkah-foto-para-menteri-dan-anggota-dpr-yang-tak-bermasker-ini-diambil-saat-uu-cipta-kerja-diketok
- https://foto.tempo.co/read/78296/pemerintah-serahkan-draf-ruu-omnibus-law-cipta-kerja-ke-dpr#foto-1
- https://www.facebook.com/liputan6online/posts/10159235630751435 (Arsip : archive.md/6nKFp)
- https://www.liputan6.com/bisnis/read/4374475/sah-dpr-tetapkan-ruu-cipta-kerja-jadi-undang-undang
- https://www.liputan6.com/bisnis/read/4374414/akan-disahkan-dpr-ekonom-sebut-ruu-omnibus-law-tak-mampu-dongkrak-investasi
(GFD-2020-5178) [SALAH] Video “Kereta api peluru Jepun yang baru mencapai 4.800 km / jam”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 08/10/2020
Berita
Akun Muhammad Aizat (fb.com/aizat.mamat) mengunggah sebuah video dengan narasi sebagai berikut:
“Kereta api peluru Jepun yang baru mencapai 4.800 km / jam yang tidak dapat dibayangkan, perjalanan dari stesen Shin Osaka ke Tokyo (502.3 km) hanya mengambil masa dalam 10 minit.”
“Kereta api peluru Jepun yang baru mencapai 4.800 km / jam yang tidak dapat dibayangkan, perjalanan dari stesen Shin Osaka ke Tokyo (502.3 km) hanya mengambil masa dalam 10 minit.”
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Liputan6, klaim adanya video kereta peluru di Jepang yang memiliki kecepatan menembus 4.800 km/jam di jalur yang menghubungkan Tokyo dan Osaka adalah klaim yang salah.
Faktanya, video itu adalah video simulasi fiksi dengan cara dipercepat secara artifisial alias editing. Menurut web Japan Rail Pass, kecepatan tertinggi Japan Rail di jalur yang menghubungkan Tokyo dan Osaka adalah 320 km/jam atau 199 mph.
Dialnsir dari Liputan6, hasil penelusuran menemukan video yang identik dan mengarahkan ke Channel YouTube atas nama FERMATA STUDIO. FERMATA STUDIO membagikan video tersebut di YouTube pada 2 Agustus 2020 dengan judul: “Simulation of Window View of Shinkansen Bullet Train Operating from Osaka to Tokyo (515km) in 10 min”. Sejak diunggah di YouTube, video tersebut sudah dilihat lebih dari 2,5 juta kali.
Sebagai keterangan video, FERMATA STUDIO menyebut itu hanya sebuah karya fiksi. Channel YouTube itu menyebut dirinya seolah-olah sedang melihat pemandangan dari jendela Kereta Peluru Shinkansen.
“Ini adalah video fiksi. Simulasi tampilan jendela Kereta Peluru Shinkansen yang beroperasi dari Osaka ke Tokyo (515 km) dalam waktu 10 menit. Video menggunakan teknik yang disebut selang waktu (dipercepat secara artifisial).”
Hasil penelusuran pencarian gambar terbalik juga mengarahkan ke situs AFP dengan judul: “This timelapse video shows a 150-minute bullet train journey between Osaka and Tokyo”. Artikel itu sudah dipublikasikan pada 22 September 2020.
Dalam artikel yang ada di AFP, pemilik Channel YouTube FERMATA STUDIO mengungkap fakta sesungguhnya dari video kecepatan kereta peluru di Jepang menembus 4.800 km/jam.
“Saya mendeskripsikan kata-kata simulasi, fiksi, hyper-lapse / time-lapse’ dalam judul dan deskripsi video asli agar tidak menyesatkan. Saya telah merekam pemandangan jendela dari kereta dan pesawat selama tujuh tahun terakhir. Dengan menggunakan video itu, saya ingin membuat video fiksi ilmiah yang memungkinkan orang mengalami kecepatan ekstrem yang tidak mungkin terjadi dalam kenyataan,” ujarnya menambahkan.
Sementara itu, menurut web Japan Rail Pass, rel yang menghubungkan Tokyo dan Osaka terhubung dengan jalur dua kereta tercepat, Tokaido Shinkansen dan Nozomi. Dua kereta itu bisa menyelesaikan perjalanan Tokyo ke Osaka selama 2 jam 30 menit. Masih menurut web Japan Rail Pass, kecepatan tertinggi Japan Rail di jalur tersebut adalah 320 km/jam atau 199 mph.
Faktanya, video itu adalah video simulasi fiksi dengan cara dipercepat secara artifisial alias editing. Menurut web Japan Rail Pass, kecepatan tertinggi Japan Rail di jalur yang menghubungkan Tokyo dan Osaka adalah 320 km/jam atau 199 mph.
Dialnsir dari Liputan6, hasil penelusuran menemukan video yang identik dan mengarahkan ke Channel YouTube atas nama FERMATA STUDIO. FERMATA STUDIO membagikan video tersebut di YouTube pada 2 Agustus 2020 dengan judul: “Simulation of Window View of Shinkansen Bullet Train Operating from Osaka to Tokyo (515km) in 10 min”. Sejak diunggah di YouTube, video tersebut sudah dilihat lebih dari 2,5 juta kali.
Sebagai keterangan video, FERMATA STUDIO menyebut itu hanya sebuah karya fiksi. Channel YouTube itu menyebut dirinya seolah-olah sedang melihat pemandangan dari jendela Kereta Peluru Shinkansen.
“Ini adalah video fiksi. Simulasi tampilan jendela Kereta Peluru Shinkansen yang beroperasi dari Osaka ke Tokyo (515 km) dalam waktu 10 menit. Video menggunakan teknik yang disebut selang waktu (dipercepat secara artifisial).”
Hasil penelusuran pencarian gambar terbalik juga mengarahkan ke situs AFP dengan judul: “This timelapse video shows a 150-minute bullet train journey between Osaka and Tokyo”. Artikel itu sudah dipublikasikan pada 22 September 2020.
Dalam artikel yang ada di AFP, pemilik Channel YouTube FERMATA STUDIO mengungkap fakta sesungguhnya dari video kecepatan kereta peluru di Jepang menembus 4.800 km/jam.
“Saya mendeskripsikan kata-kata simulasi, fiksi, hyper-lapse / time-lapse’ dalam judul dan deskripsi video asli agar tidak menyesatkan. Saya telah merekam pemandangan jendela dari kereta dan pesawat selama tujuh tahun terakhir. Dengan menggunakan video itu, saya ingin membuat video fiksi ilmiah yang memungkinkan orang mengalami kecepatan ekstrem yang tidak mungkin terjadi dalam kenyataan,” ujarnya menambahkan.
Sementara itu, menurut web Japan Rail Pass, rel yang menghubungkan Tokyo dan Osaka terhubung dengan jalur dua kereta tercepat, Tokaido Shinkansen dan Nozomi. Dua kereta itu bisa menyelesaikan perjalanan Tokyo ke Osaka selama 2 jam 30 menit. Masih menurut web Japan Rail Pass, kecepatan tertinggi Japan Rail di jalur tersebut adalah 320 km/jam atau 199 mph.
Kesimpulan
Video itu adalah video simulasi fiksi dengan cara dipercepat secara artifisial alias editing. Menurut web Japan Rail Pass, kecepatan tertinggi Japan Rail di jalur yang menghubungkan Tokyo dan Osaka adalah 320 km/jam atau 199 mph.
Rujukan
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4375241/cek-fakta-hoaks-video-kecepatan-kereta-peluru-di-jepang-tembus-4800-kmjam
- https://www.youtube.com/watch?v=NpsKi9485Xg
- https://factcheck.afp.com/timelapse-video-shows-150-minute-bullet-train-journey-between-osaka-and-tokyo
- https://www.jrailpass.com/blog/osaka-to-tokyo
(GFD-2020-5177) [SALAH] “BERSEPEDA PAKAI MASKER, MAKAN KORBAN JIWA DI DENPASAR”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 06/10/2020
Berita
Akun Made In Bali (fb.com/169859196453069) mengunggah beberapa foto dengan klaim sebagai berikut:
“AMOR ING ACINTYA :cry::cry::cry:
BERSEPEDA PAKAI MASKER, MAKAN KORBAN JIWA DI DENPASAR.
.
Diduga bermasker saat bersepeda, seorang pengendara sepeda meregang nyawa di jalan.
Orqngnya jatuh sendiri di depan banjar Panti Sanur, dinyatakan telah meninggal dunia.
Kejadian pada Sabtu 03/10/20 pkl. 06.40 wita, selanjutnya korban atas nama I Nyoman Sumarta, SH. Alamat ; Jl. Danau Tondano No. 35, Br. Danginpeken Sanur – Denpasar Selatan, dievakuasi menggunakan bantuan dari Ambulans BPBD kota Denpasar.
#bpbd#bpbddenpasar
VIA @info jagat maya”
“AMOR ING ACINTYA :cry::cry::cry:
BERSEPEDA PAKAI MASKER, MAKAN KORBAN JIWA DI DENPASAR.
.
Diduga bermasker saat bersepeda, seorang pengendara sepeda meregang nyawa di jalan.
Orqngnya jatuh sendiri di depan banjar Panti Sanur, dinyatakan telah meninggal dunia.
Kejadian pada Sabtu 03/10/20 pkl. 06.40 wita, selanjutnya korban atas nama I Nyoman Sumarta, SH. Alamat ; Jl. Danau Tondano No. 35, Br. Danginpeken Sanur – Denpasar Selatan, dievakuasi menggunakan bantuan dari Ambulans BPBD kota Denpasar.
#bpbd#bpbddenpasar
VIA @info jagat maya”
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran Tim CekFakta Tempo, klaim adanya pesepeda di Denpasar yang meninggal karena memakai masker adalah klaim yang salah.
Faktanya, bukan karena memakai masker. Pengendara sepeda yang berinisial INS itu meninggal usai terjatuh dari sepedanya karena mengalami serangan jantung. Menurut pihak keluarga, INS memang memiliki riwayat penyakit jantung.
Dilansir dari Kumparan.com, Koordinator Ambulans Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Denpasar, Dewa Mahendra, mengatakan INS meninggal setelah terjatuh dari sepedanya sekitar pukul 06.30 WITA. INS pun dievakuasi oleh petugas ambulans Public Safety Center (PSC) BPBD Pos Juanda. “Setelah dilakukan pemeriksaan, rupanya korban terserang penyakit jantung,” ujar Dewa.
INS kemudian dibawa ke kediamannya yang terletak di Sanur, Bali. “Atas permintaan dari keluarga, korban langsung dievakuasi ke kediamannya,” kata Dewa. Menurut keterangan keluarga korban, INS memang memiliki riwayat penyakit jantung. “Kemarin masih aktif kontrol ke rumah sakit,” tuturnya.
Peristiwa ini juga diberitakan oleh Tribun Bali. Dilansir dari Tribun Bali, menurut Ni Putu Isma Diarthi, petugas medis PSC BPBD Denpasar yang menangani korban di lokasi kejadian, menjelaskan bahwa korban memang memiliki riwayat penyakit jantung.
Hal itu dibenarkan oleh pihak keluarga. Sebelum meninggal pun, korban masih aktif kontrol ke rumah sakit. “Informasi dari keluarga, almarhum INS memiliki riwayat sakit jantung, kemarin masih aktif kontrol ke rumah sakit,” katanya. Sebelum meninggal, INS sempat mengalami napas tersendat dan mengap-mengap.
Isu soal adanya orang yang meninggal ketika bersepeda menggunakan masker bukan kali ini saja beredar. Pada awal Juni 2020, terdapat isu serupa yang menyebar. Pesepeda yang meninggal ketika itu pun memiliki riwayat penyakit jantung. Menanggapi isu ini, dilansir dari Kompas.com, dokter spesialis kedokteran olahraga Michael Triangto menjelaskan, jika memang ada gangguan jantung yang dimiliki oleh pesepeda tersebut, kemungkinkan terbesar itulah penyebabnya, bukan karena penggunaan masker.
Menurut Michael, orang dengan riwayat gangguan jantung tentu berisiko terkena serangan jantung kapan pun, terlepas menggunakan masker atau tidak. Bahkan, ia bisa mengalami serangan jantung ketika tidur maupun sedang berolahraga. Michael menyatakan, ketimbang berdiam diri saja, risiko kematian bagi orang dengan riwayat penyakit jantung tentu akan meningkat ketika melakukan aktivitas seperti berolahraga. Ini dikarenakan jantung bekerja lebih berat untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Namun, bukan berarti orang dengan gangguan jantung tidak bisa berolahraga. Sebaliknya, menurut Michael, mereka diwajibkan berolahraga, dengan catatan disesuaikan dengan kapasitas tubuh sehingga tidak memicu kerja jantung yang terlalu berat. Michael menjelaskan menggunakan masker ketika berolahraga memang akan mempengaruhi sirkulasi udara. Namun, bukan berarti seseorang bakal meninggal karena kehabisan napas lantaran berolahraga menggunakan masker.
Jika merasa tidak nyaman, seseorang pasti akan merespons dengan melepas masker tersebut. “Kalau mulai pusing (karena sulit bernapas), kenapa enggak dibuka? Masak kamu enggak mampu untuk buka masker sendiri yang jadi penyebab itu (sulit bernapas),” katanya. Michael pun menambahkan, di tengah pandemi Covid-19, kita tetap bisa berolahraga menggunakan masker selama itu ringan. Menurut dia, olahraga berat umumnya hanya dilakukan oleh atlet, yang tentunya berada di lokasi khusus dan tidak perlu mengenakan masker.
Faktanya, bukan karena memakai masker. Pengendara sepeda yang berinisial INS itu meninggal usai terjatuh dari sepedanya karena mengalami serangan jantung. Menurut pihak keluarga, INS memang memiliki riwayat penyakit jantung.
Dilansir dari Kumparan.com, Koordinator Ambulans Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Denpasar, Dewa Mahendra, mengatakan INS meninggal setelah terjatuh dari sepedanya sekitar pukul 06.30 WITA. INS pun dievakuasi oleh petugas ambulans Public Safety Center (PSC) BPBD Pos Juanda. “Setelah dilakukan pemeriksaan, rupanya korban terserang penyakit jantung,” ujar Dewa.
INS kemudian dibawa ke kediamannya yang terletak di Sanur, Bali. “Atas permintaan dari keluarga, korban langsung dievakuasi ke kediamannya,” kata Dewa. Menurut keterangan keluarga korban, INS memang memiliki riwayat penyakit jantung. “Kemarin masih aktif kontrol ke rumah sakit,” tuturnya.
Peristiwa ini juga diberitakan oleh Tribun Bali. Dilansir dari Tribun Bali, menurut Ni Putu Isma Diarthi, petugas medis PSC BPBD Denpasar yang menangani korban di lokasi kejadian, menjelaskan bahwa korban memang memiliki riwayat penyakit jantung.
Hal itu dibenarkan oleh pihak keluarga. Sebelum meninggal pun, korban masih aktif kontrol ke rumah sakit. “Informasi dari keluarga, almarhum INS memiliki riwayat sakit jantung, kemarin masih aktif kontrol ke rumah sakit,” katanya. Sebelum meninggal, INS sempat mengalami napas tersendat dan mengap-mengap.
Isu soal adanya orang yang meninggal ketika bersepeda menggunakan masker bukan kali ini saja beredar. Pada awal Juni 2020, terdapat isu serupa yang menyebar. Pesepeda yang meninggal ketika itu pun memiliki riwayat penyakit jantung. Menanggapi isu ini, dilansir dari Kompas.com, dokter spesialis kedokteran olahraga Michael Triangto menjelaskan, jika memang ada gangguan jantung yang dimiliki oleh pesepeda tersebut, kemungkinkan terbesar itulah penyebabnya, bukan karena penggunaan masker.
Menurut Michael, orang dengan riwayat gangguan jantung tentu berisiko terkena serangan jantung kapan pun, terlepas menggunakan masker atau tidak. Bahkan, ia bisa mengalami serangan jantung ketika tidur maupun sedang berolahraga. Michael menyatakan, ketimbang berdiam diri saja, risiko kematian bagi orang dengan riwayat penyakit jantung tentu akan meningkat ketika melakukan aktivitas seperti berolahraga. Ini dikarenakan jantung bekerja lebih berat untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Namun, bukan berarti orang dengan gangguan jantung tidak bisa berolahraga. Sebaliknya, menurut Michael, mereka diwajibkan berolahraga, dengan catatan disesuaikan dengan kapasitas tubuh sehingga tidak memicu kerja jantung yang terlalu berat. Michael menjelaskan menggunakan masker ketika berolahraga memang akan mempengaruhi sirkulasi udara. Namun, bukan berarti seseorang bakal meninggal karena kehabisan napas lantaran berolahraga menggunakan masker.
Jika merasa tidak nyaman, seseorang pasti akan merespons dengan melepas masker tersebut. “Kalau mulai pusing (karena sulit bernapas), kenapa enggak dibuka? Masak kamu enggak mampu untuk buka masker sendiri yang jadi penyebab itu (sulit bernapas),” katanya. Michael pun menambahkan, di tengah pandemi Covid-19, kita tetap bisa berolahraga menggunakan masker selama itu ringan. Menurut dia, olahraga berat umumnya hanya dilakukan oleh atlet, yang tentunya berada di lokasi khusus dan tidak perlu mengenakan masker.
Kesimpulan
Bukan karena memakai masker. Pengendara sepeda yang berinisial INS itu meninggal usai terjatuh dari sepedanya karena mengalami serangan jantung. Menurut pihak keluarga, INS memang memiliki riwayat penyakit jantung.
Rujukan
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/1040/fakta-atau-hoaks-benarkah-pesepeda-di-denpasar-ini-meninggal-karena-pakai-masker
- https://kumparan.com/kanalbali/jatuh-dari-sepeda-seorang-pria-di-denpasar-meninggal-dunia-1uJmaVsyuuN
- https://jakarta.tribunnews.com/2020/10/03/pesepeda-56-tahun-mendadak-meninggal-usai-terjatuh-di-sanur-sempat-megap-megap-saat-kenakan-masker
- https://www.kompas.com/sains/read/2020/06/02/203033223/bersepeda-pakai-masker-sebabkan-kematian-benarkah
(GFD-2020-5176) [SALAH] “Pesan Telak KOPASSUS Untuk PKI Yang Sekarang Mulai Bangkit”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 06/10/2020
Berita
Akun Hazard (fb.com/attan.mail) mengunggah sebuah gambar ke grup Simpatisan KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) (fb.com/groups/942718382806877) dengan narasi “Bravo TNI”
Di gambar yang diunggah, terdapat prajurit Kopassus berbaret merah. Terdapat narasi sebagai berikut:
“”Siap menghancurkan PKI. jgnkan di balik partai politik, di sarang harimau atau di istana setan kalian bersembunhyipun kalian akan kami jemput. Camkan itu…!! GEMPAR.. SEGERA DIBACA SEBELUM DIHAPUS..!! Pesan Telak KOPASSUS Untuk PKI Yang Sekarang Mulai Bangkit!!..”
Di gambar yang diunggah, terdapat prajurit Kopassus berbaret merah. Terdapat narasi sebagai berikut:
“”Siap menghancurkan PKI. jgnkan di balik partai politik, di sarang harimau atau di istana setan kalian bersembunhyipun kalian akan kami jemput. Camkan itu…!! GEMPAR.. SEGERA DIBACA SEBELUM DIHAPUS..!! Pesan Telak KOPASSUS Untuk PKI Yang Sekarang Mulai Bangkit!!..”
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Medcom, klaim adanya pesan dari Kopassus untuk PKI adalah klaim yang keliru.
Faktanya, bukan dari Kopassus. Kepala Penerangan Kopassus Letkol Inf Tri Hadimatoyo menyatakan pesan tersebut hoaks.
Dilansir dari akun twitter resmi @penkopassus yang telah bercentang biru telah membantah informasi tersebut. Bantahan dari Kopassus diunggah pada 28 September 2017.
“Pemberitaan ini HOAX!!!, kepada semua masyakarat harus lebih bijak dalam menanggapi pemberitaan di sosial media.”
“Kopassus kan punya Twitter resmi, punya semua yang berkaitan dengan media resmi. Kalau itu kan gambar biasa itu, banyak di YouTube, orang ambil kan gampang saja. Ambil, terus tulis kata-kata,” ujar Tri kepada detikcom, Kamis (28/9/2017).
Tri mengatakan pihaknya enggan menanggapi kabar hoaks tersebut lebih jauh. Pesan tersebut dibuat oleh orang tidak bertanggung jawab yang tidak suka dengan TNI, khususnya Kopassus.
“Nggaklah (dari Kopassus), Kopassus kan tidak pernah keluarkan WA (menyebar) seperti itu. Itu kan kalau media sosial kita tidak pernah keluarkan WA, Telegram, dan sebagainya. Itu kan model-model yang kayaknya tidak terlalu penting untuk ditanggapi,” kata Tri.
“Itu kan gambar, jadi kita lihat ada gambar dimanfaatkan sama orang, ya kita tulis ‘hoax’ tengahnya. Kita ngapain memperkeruh suasana, nggak mungkinlah Kopassus membuat dan memperkeruh suasana. Kalau sudah ada tulisan ‘hoax’ di tengahnya, pasti bukan dari Kopassus,” tambah Tri.
Menurutnya, berita palsu Kopassus yang menulis kebangkitan PKI tersebut tidak perlu diperbesar. Namun pihaknya meminta untuk terus waspada dan memantau kemungkinan bangkitnya PKI di Indonesia.
“Jadi, menurut saya, tidak usah diperbesar yang seperti (berita palsu) itu. Yang jelas, seperti yang disampaikan Panglima, kita cukup mengamati, pasti ada, sudah jelas di mana tempatnya, kita amati saja gerakannya,” ungkapnya.
Faktanya, bukan dari Kopassus. Kepala Penerangan Kopassus Letkol Inf Tri Hadimatoyo menyatakan pesan tersebut hoaks.
Dilansir dari akun twitter resmi @penkopassus yang telah bercentang biru telah membantah informasi tersebut. Bantahan dari Kopassus diunggah pada 28 September 2017.
“Pemberitaan ini HOAX!!!, kepada semua masyakarat harus lebih bijak dalam menanggapi pemberitaan di sosial media.”
“Kopassus kan punya Twitter resmi, punya semua yang berkaitan dengan media resmi. Kalau itu kan gambar biasa itu, banyak di YouTube, orang ambil kan gampang saja. Ambil, terus tulis kata-kata,” ujar Tri kepada detikcom, Kamis (28/9/2017).
Tri mengatakan pihaknya enggan menanggapi kabar hoaks tersebut lebih jauh. Pesan tersebut dibuat oleh orang tidak bertanggung jawab yang tidak suka dengan TNI, khususnya Kopassus.
“Nggaklah (dari Kopassus), Kopassus kan tidak pernah keluarkan WA (menyebar) seperti itu. Itu kan kalau media sosial kita tidak pernah keluarkan WA, Telegram, dan sebagainya. Itu kan model-model yang kayaknya tidak terlalu penting untuk ditanggapi,” kata Tri.
“Itu kan gambar, jadi kita lihat ada gambar dimanfaatkan sama orang, ya kita tulis ‘hoax’ tengahnya. Kita ngapain memperkeruh suasana, nggak mungkinlah Kopassus membuat dan memperkeruh suasana. Kalau sudah ada tulisan ‘hoax’ di tengahnya, pasti bukan dari Kopassus,” tambah Tri.
Menurutnya, berita palsu Kopassus yang menulis kebangkitan PKI tersebut tidak perlu diperbesar. Namun pihaknya meminta untuk terus waspada dan memantau kemungkinan bangkitnya PKI di Indonesia.
“Jadi, menurut saya, tidak usah diperbesar yang seperti (berita palsu) itu. Yang jelas, seperti yang disampaikan Panglima, kita cukup mengamati, pasti ada, sudah jelas di mana tempatnya, kita amati saja gerakannya,” ungkapnya.
Kesimpulan
BUKAN dari Kopassus. Kepala Penerangan Kopassus Letkol Inf Tri Hadimatoyo menyatakan pesan tersebut hoaks.
Rujukan
Halaman: 4883/5615