• (GFD-2019-3118) [SALAH] Mahasiswa UINSU meninggal dunia saat melaksanakan demo di kota medan

    Sumber: www.facebook.com
    Tanggal publish: 25/09/2019

    Berita

    Kapolrestabes Medan menegaskan tidak ada pendemo yang meninggal dunia. Polda Sumatera Utara mengatakan akan melakukan penyelidikan terhadap dugaan petugas polisi yang melakukan pengeroyokan terhadap mahasiswa seperti yang terekam di video yang viral.

    Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI

    =============================================
    Kategori : Konten yang Menyesatkan
    =============================================

    Beredar isu yang menyatakan adanya mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara yang meninggal saat melaksanakan aksi demo di kota Medan, Selasa 24 Agustus 2019. Isu ini disertai penyebaran video yang menampilkan seorang mahasiswa beralmamater warna hijau yang dikeroyok sejumlah aparat kepolisian saat digelandang masuk ke dalam sebuah gedung. Di video itu terlihat mahasiswa berjas almamater warna hijau dipukul menggunakan pentungan, bogem mentah, dan tendangan oleh sejumlah petugas yang menggunakan seragam kepolisian.

    Salah satu sumber : https://perma.cc/FNH5-R7GE (Arsip) – Akun Mouein Harahap (fb.com/muin.harahap.1) – Sudah dibagikan 8 kali saat tangkapan layar diambil.

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    Kapolrestabes Medan Kombes Dadang Hartanto mengatakan peringatan agar tidak menyebarkan hoax supaya informasi tidak simpang siur di masyarakat.

    “Perlu saya ingatkan jangan ada hoax. Tidak ada yang meninggal dunia. Tidak ada. Semuanya dalam keadaan baik,” kata Dadang di depan gedung DPRD Sumut, Jalan Imam Bonjol, Medan, Selasa (24/9/2019).

    Akun instagram @uinsu juga menyatakan isu ini hoaks.

    Polisi berhasil mengendalikan situasi di kawasan DPRD Sumut pascaricuh. Mahasiswa sebelumnya melempari batu ke gedung DPRD lalu dipukul mundur.

    Mahasiswa kembali menyerang di luar kawasan gedung DPRD. Sejumlah orang ditangkap.
    Polda Sumatera Utara mengatakan akan melakukan penyelidikan terhadap dugaan petugas polisi yang melakukan pengeroyokan terhadap mahasiswa pengunjuk rasa tolak RKUHP dan sejumlah RUU kontroversial lain di Medan.

    Kabid Humas Polda Sumut Kombes Tatan Dirzan Atmaja mengaku akan melakukan penyelidikan untuk mengetahui apakah peristiwa yang terekam dalam video itu benar terjadi atau tidak.

    “Kita sedang selidiki, dan kita setiap melaksanakan tugas ada SOP,” ujarnya saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (24/9).

    Penyelidikan itu disebut bakal dilakukan karena pengeroyokan terhadap mahasiswa tidak sesuai dengan prosedur operasi standar (SOP) pengamanan yang berlaku.

    Tatan mengatakan jika video itu terbukti benar terjadi, pihaknya akan memberikan sanksi kepada petugas yang melakukan pengeroyokan.

    “Lidik, proses yang tidak sesuai SOP,” tuturnya.

    Tatan belum dapat menyebutkan berapa banyak mahasiswa yang diamankan dalam ricuh tersebut.

    “Lagi didata,” tuturnya.

    Sebelumnya, aksi mahasiswa menolak RKUHP dan RUU kontroversial lainnya di Medan, berujung ricuh. Mahasiswa melempari aparat keamanan yang berjaga di depan Gedung DPRD Sumut dengan batu. Mereka juga menjebol pagar gedung DPRD. Mereka meminta agar pemerintah dan DPR membatalkan pengesahan RKUHP dan menolak pengesahan UU KPK.

    Rujukan

  • (GFD-2019-3117) [KLARIFIKASI] BEM Unindra Bantah Menerima Dana untuk Mengikuti Aksi Unjuk Rasa di Depan Gedung DPR

    Sumber: Media Online
    Tanggal publish: 25/09/2019

    Berita

    Ketua Umum BEM Unindra, Mukhlas membantah kabar dari beberapa situs yang mengatakan aksi mahasiswa dari kampusnya yang menolak Revisi UU KPK di depan Gedung DPR adalah dibayar. “Sejumlah media tersebut menuliskan itu tanpa konfirmasi ke kami terlebih dahulu. Sementara aksi unjuk rasa ini merupakan aksi murni yang digerakkan dari hati nurani,” ujar Ketua BEM Unindra, Mukhlas, Selasa (24/9).

    “Saya akan menuntut secara hukum media-media yang mempublikasikan berita hoaks tersebut,” tegas Mukhlas.

    NARASI:

    1. “Sejumlah media tersebut menuliskan itu tanpa konfirmasi ke kami terlebih dahulu. Sementara aksi unjuk rasa ini merupakan aksi murni yang digerakkan dari hati nurani,” ujar Ketua BEM Unindra, Mukhlas, Selasa (24/9).

    2. “Saya akan menuntut secara hukum media-media yang mempublikasikan berita hoaks tersebut,” tegas Mukhlas.

    Hasil Cek Fakta

    Aksi demonstrasi mahasiswa dihampiri kabar tak sedap. Kali ini Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) disebut dibayar dalam melakukan aksi menolak Revisi UU KPK di depan Gedung DPR.

    Beberapa situs yang mengabarkan ini diantaranya, redaksikota.com dengan tajuk “Demo Tolak Revisi UU KPK, Mahasiswa UNINDRA Mengaku Dibayar” dan tribunrakyat.com dengan judul “Terbongkar! Ikut Aksi Tolak Revisi UU KPK, Mahasiswa UNINDRA Dapat Kucuran Dana.”

    Pada judul artikel dari kedua website tersebut, tidak disebutkan secara terperinci siapa narasumber yang memberikan pernyataan itu. Dijelaskan dalam artikel tersebut, hanya inisial nama yakni AHM.

    Menanggapi kabar itu, Ketua Umum Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unindra, Mukhlas menyatakan kabar tersebut tidak benar.

    “Sejumlah media tersebut menuliskan itu tanpa konfirmasi ke kami terlebih dahulu. Sementara aksi unjuk rasa ini merupakan aksi murni yang digerakkan dari hati nurani,” ujar Mukhlas, Selasa (24/9).

    Ia pun menegaskan, pemberitaan terkait kucuran dana tersebut merupakan berita bohong atau hoaks. “Saya akan menuntut secara hukum media-media yang mempublikasikan berita hoaks tersebut,” tegas Mukhlas.

    Diketahui seruan aksi tuntaskan reformasi gencar disuarakan pihak BEM sejak Senin (23/9/2019). Sekitar 1.500 mahasiswa Unindra sudah mengikuti aksi unjuk rasa tersebut dengan menggunakan 18 bus atau metro mini.

    Kemudian, pada hari ini, Selasa (24/9/2019), Mukhlas menjelaskan jumlah massa semakin bertambah meskipun nama baik kampus mereka sedang tercoreng akibat pemberitaan miring.

    Mukhlas juga mengatakan bahwa kemarin, ia membaca sejumlah media massa yang menjelaskan bahwa massa dari Unindra adalah massa bayaran.

    Ribuan massa ini dijelaskannya diberitakan mendapatkan sejumlah uang untuk turun aksi.

    Padahal menurut Mukhlas untuk persediaan logistik dan transportasi adalah dana personal dari masing-masing mahasiswa yang mengikuti unjuk rasa.

    Rujukan

  • (GFD-2019-3116) [KALRIFIKASI] Polisi Pastikan Tak Ada Korban Meninggal dalam Aksi Mahasiswa di Solo

    Sumber: www.whatsapp.com
    Tanggal publish: 25/09/2019

    Berita

    Kapolresta Solo, AKBP Andy Rifai memastikan tidak ada mahasiswa yang meninggal dalam kericuhan yang terjadi di depan gedung DPRD Solo, Selasa (24/9/2019) siang. Meski begitu, Andy tidak menampik bahwa ada korban yang harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami sesak napas.

    Hasil Cek Fakta

    Polresta Surakarta memastikan bahwa foto mahasiswa meninggal dalam kericuhan unjuk rasa yang beredar di media sosial (medsos) adalah hoaks.

    Hal tersebut disampaikan Kapolresta Surakarta AKBP Andy Rifai ketika dihubungi Kompas.com di Solo, Jawa Tengah, Selasa (24/9/2019) malam.

    Meski begitu, Andy tidak menampik bahwa ada korban yang harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami sesak napas.

    “Tidak ada korban yang meninggal. Kabar meninggal yang menyebar itu hoaks atau palsu,” katanya saat dihubungi Suara.com, Selasa (24/9/2019) malam.

    Sementara itu, ditanya terkait jumlah mahasiswa yang terluka, Kapolresta menyampaikan bahwa hanya ada seorang mahasiswa yang terluka. Mahasiswa tersebut mengalami sesak napas sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.

    “Tadi ada satu mahasiswa yang sesak napas, dan dilarikan ke rumah sakit. Tapi sekarang sudah membaik dan diperbolehkan pulang,” tandasnya.

    Andy menambahkan, saat ini polisi akan mencari pihak yang sengaja menyebarkan kabar tersebut. Pasalnya, kabar ini dinilai telah membuat kondisi jadi tidak baik.
    “Jelas kami akan mengejar pelaku yang menyebarkan kabar ini,” ucapnya.

    Seperti diberitakan sebelumnya, aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh ribuan mahasiswa di depan gedung DPRD Solo berakhir ricuh. Mahasiswa sempat memprovokasi petugas keamanan dengan melakukan pelemparan botol air mineral ke arah petugas.

    Aksi itu lantas membuat petugas menembakkan gas air mata ke arah mahasiswa. Mahasiswa pun kemudian lari tunggang langgang meninggalkan lokasi dalam suasana ricuh.

    Rujukan

  • (GFD-2019-3115) [SALAH] “Zainal mahasiswa yg demo di dpn Gedung DPR”

    Sumber: Media Online
    Tanggal publish: 24/09/2019

    Berita

    Yang berada di foto pertama bukan Zainal tetapi Ikhsan, keponakan dari almarhum Zainal Abidin yang meninggal karena diduga berkelahi dengan Polisi setelah ditilang. Untuk foto kedua, dokumentasi peristiwa demo pada tahun 2014 di Kalbar.

    NARASI

    “Innaa lillaahi Wa innaa ilayhi.rooji’uun.
    Adik mahasiswa (Zainal )yg demo di dpn Gedung DPR
    smlm telah meninggal dunia akibat di pukulin ole polisi.
    Smoga Husnul khothimah adik…????????.

    Knpa polisi tdk bs mengayomi rakyat nya
    Dia bkn.musuhmu.. Dia adlh seorg mahasiswa yg sdg meminta keadilan ..”

    Hasil Cek Fakta

    (1) http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S, First Draft News: “Konten yang Salah

    Ketika konten yang asli dipadankan dengan konteks informasi yang salah”.

    * SUMBER membagikan foto Ikhsan, keponakan dari almarhum Zainal Abidin yang meninggal karena diduga berkelahi dengan Polisi setelah ditilang.

    * SUMBER menambahkan narasi yang tidak sesuai dengan fakta sehingga membangun premis pelintiran, selain salah menyebut Ikhsan sebagai Zainal menambahkan narasi/klaim yang menghubung-hubungkan dengan peristiwa demo.

    (2) Salah satu sumber foto pertama, TRIBUNNEWS(dot)COM: “Terkuak, Tewasnya Pemuda Desa di Lombok Timur Usai Berkelahi Polisi di Lapangan Apel Polres”

    Deskripsi foto: “Ikhsan didampingi kuasa Hukum dalam agenda memberikan Kesaksian terhadap kasus meninggalnya Zaenal yang diduga oleh oknum Polisi Polres Lombok Timur.”

    Selengkapnya di http://bit.ly/2m9gtH3 / http://bit.ly/2mc9mh6 (arsip cadangan).

    Rujukan