• (GFD-2021-7922) [SALAH] Terdapat Parasit yang Mematikan di Dalam Vaksin Covid-19

    Sumber: Website
    Tanggal publish: 30/11/2021

    Berita

    “There is a Living Creature Inside The Vaccine. It Is Immortal. The “Hydra Vulgaris” See Description.”

    “Ada makhluk hidup di dalam vaksin. Itu kematian. “Hydra Vulgaris” lihat deskripsi”

    Hasil Cek Fakta

    Beredar sebuah video yang mengklaim bahwa vaksin Covid-19 mengandung parasit yang dapat tumbuh di dalam tubuh orang yang disuntik. Video tersebut beredar dari sebuah situs berbagi video, bichute.com. Akun bernama Jim_Crenshaw membagikan video itu pada 4 Oktober 2021.

    Dalam video tersebut memperlihatkan dialog dalam sebuah acara telewicara dengan seseorang yang diklaim sebagai pakar kesehatan. Video itu mengajak orang yang divaksinasi untuk menggunakan obat anti parasit Ivermectin.

    Informasi tersebut salah. Berdasarkan hasil penelusuran, dilansir dari AFP, Profesor Kim Shin-woo, epidemiolog dari Kyungpook National University menjelaskan bahwa vaksin Covid-19 justru tidak mengandung parasit apa pun karena ada sistem ketat yang diterapkan selama proses pembuatan untuk mencegah kontaminasi. Proses pembuatan vaksin Covid-19 di lingkungan yang steril dan tidak mengandung parasit sebagai bahannya.

    Hal senada diungkapkan oleh Profesor Jung Jae-hun, dari Fakultas Kedokteran dan Sains Universitas Gachon, Ia menjelaskan bahwa semua vaksin diproduksi di lingkungan yang steril, tidak tercemar patogen atau virus lain, apalagi parasit. Sebab jika prosedur tersebut tidak dilakukan maka vaksin tidak akan disetujui untuk digunakan.

    Ia juga mengimbau agar tidak sembarangan menggunakan obat Ivermectin jika tidak ada parasit dalam tubuh dengan alasan risiko kesehatan. Hal itu dikarenakan obat seperti Ivermectin bisa membuat tubuh menjadi tegang.

    Dilansir dari Reuters, Dr Amesh Adalja, Sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan John Hopkins, mengatakan tidak mungkin vaksin mengandung parasit hidup “Ini adalah klaim yang sewenang-wenang dan mengabaikan langkan sterilitas yang ada,” ujar Dr Amesh.

    Dengan demikian, klaim vaksin Covid-19 mengandung parasit adalah hoaks dengan kategori konten yang menyesatkan.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Fathia IS.

    Informasi tersebut salah. Professor Kim Shin-woo, epidemiolog dari Kyungpook National University menjelaskan bahwa vaksin Covid-19 justru tidak mengandung parasit apa pun karena ada sistem ketat yang diterapkan selama proses pembuatan untuk mencegah kontaminasi.

    Rujukan

  • (GFD-2021-7921) [SALAH] Sayur Pakis Bisa Menyebabkan Kanker

    Sumber: Facebook.com
    Tanggal publish: 30/11/2021

    Berita

    “Mohon share agar makn banyak orang yg tau! Pengetahuan itu berharga. Pakis berbahaya. Pakis adlh tumbuhan penyebab cancer, tumbuhan ini sangat racun, tak ada serangga yg berani makan. Mohon tdk lg makan tumbuhan ini, tumbuhan ini akan menyebabkan cancer lambung. Akibat makan miding atau paku/pakis, orang-orang Sarawak pengidap cancer lambung paling tinggi. Paku-pakuan adlh tumbuhan spora berpembuluh. Dalam proses metabolisma menghasilkan terpenol-glucoside, yg dipastikan sbg zat penyebab utama cancer tumbuhan spora berpembuluh.”

    Hasil Cek Fakta

    Beredar sebuah informasi yang mengklaim bahwa sayur pakis berbahaya karena menyebabkan kanker lambung. Dalam narasi yang beredar, pakis disebut mengandung spora berpembuluh, yang bisa menghasilkan terpenol glucoside penyebab kanker lambung.

    Setelah ditelusuri, informasi tersebut salah. Dilansir dari Kompas.com, ahli gizi FKKMK UGM Dr. Toto Sudargo, SKM., M.Kes, menjelaskan, sejauh ini belum ada penelitian yang membuktikan adanya kandungan terpineol glucoside dalam tumbuhan paku atau pakis.

    Lebih lanjut, Dr. Toto menjelaskan bahwa ada berbagai macam tumbuhan paku atau pakis. Pada beberapa jenis pakis terdapat kandungan ptaquilosida (PTA).

    “Beberapa pendapat menyebutukan bahwa sayur pakis menyebabkan kanker, kemungkinan karena kesalahan dalam proses pengolahan, maupun kesalahan memilih jenis pakis,” terang Toto, selasa (16/11/2021), kepada Tim Cek Fakta Kompas.com.

    Mengutip di laman Enviromental Sciences Europe, PTA memang normal ditemukan di tumbuhan paku-pakuan di atas maupun di bawah permukaan tanah. Namun, secara alami hujan akan membersihkan PTA yang dilepaskan dari populasi tumbuhan paku yang seringkali meluas hingga ratusan hektar, yang dapat mengakibatkan kontaminasi tanah dan air tanah. PTA pada pakis sensitif terhadap air dan PH sehingga jika merendam pakis dengan air dan garam, maka kemungkinan PTA akan berkurang.

    Sementara, paku sayur Dizplazium Esculentum pernah dibahas secara khusus dalam jurnal Bioeksperimen, oleh Anggun Wulandari dkk. Dalam jurnal tersebut, mereka menyebutkan paku sayur (Dizplazium Esculentum) merupakan sejenis paku/pakis yang banyak dikonsumsi masyarakat karena memiliki rasa yang cukup enak. Bahkan orang terdahulu memanfaatkan tumbuhan ini untuk menyembukan berbagai macam penyakit.

    Untuk pakis sayur atau Dizplazium Esculentum yang biasa dikonsumsi manusia, Dr. Toto juga mengatakan bahwa pakis jenis ini aman. Ia juga menambahkan bahwa sayur pakis ternyata memiliki kandungan vitamin A tinggi.

    Dengan demikian, informasi yang mengklaim bahwa sayur pakis menyebabkan kanker lambung adalah hoaks dengan kategori konten yang menyesatkan.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Fathia IS.

    Informasi tersebut salah. Faktanya, dilansir dari Kompas.com, ahli gizi FKKMK UGM Dr. Toto Sudargo, SKM., M.Kes, menjelaskan, sejauh ini belum ada penelitian yang membuktikan adanya kandungan terpineol glucoside dalam tumbuhan paku atau pakis.

    Rujukan

  • (GFD-2021-7920) [SALAH] Air Laut Asin Karena Bercampur dengan Sperma Paus

    Sumber: Facebook.com
    Tanggal publish: 30/11/2021

    Berita

    “Air laut campur karo spermane paus to layak asin”

    “Paus jantan berjakulasi sekitar 40 galon sperma saat kawin. Hanya 10% saja yang berhasil masuk ke dalam rahim paus betina. Dan kalian masih penasaran kenapa air laut rasanya asin?”

    Hasil Cek Fakta

    Beredar sebuah informasi di media sosial yang mengklaim bahwa air laut asin karena ada campuran sperma paus biru. Informasi tersebut tersebar luas di media sosial, salah satunya Facebook.

    Setelah ditelusuri, informasi tersebut salah. Dilansir dari AFP, penyebab utama konsentrasi garam dalam air laut atau salinitas laut adalah ion mineral yang larut dalam air hujan setelah jatuh di darat. Ion-ion mineral ini mengalir ke sungai dan akhirnya masuk ke laut.

    Banyak ion terlarut digunakan oleh organisme di laut dan dikeluarkan di air. Lainnya tidak dihilangkan sehingga konsentrasi meningkat seiring waktu.

    Tidak ada sumber yang kredibel untuk mendukung klaim bahwa “sperma paus” berkontribusi pada salinitas laut.

    Berdasarkan penelitian sebuah organisasi di Kanada yang berfokus pada studi mamalia laut mengatakan bahwa informasi tersebut tidak berdasar “Pernyataan tentang membuat air laut asin ini benar-benar omong kosong. Ini tampaknya hanya fantasi yang tidak berpendidikan,” kata Richard Seats, presiden Studi Catacean Pulau Mingan.

    Selain itu, Laman National Ocean Services Amerika Serikat, menyebutkan, garam laut berasal dari dua sumber yaitu limpasan dari darat dan bukaan dari dasar laut. Batuan di darat menjadi sumber utama garam terlarut dalam air laut. Air hujan yang jatuh di darat sedikit asam sehingga mengikis batuan. Kemudian, melepaskan ion yang terbawa ke sungai dan akhirnya bermuara di laut.

    Survei Geologi AS (USGS) juga mencantumkan sumber salinitas laut lainnya adalah ventilasi hidrotermal di dasar laut dan letusan gunung berapi bawah laut.

    Kemudian, berkaitan dengan sperma paus, para ahli menyatakan belum diketahui secara jelas berapa banyak sperma yang biasanya dikeluarkan oleh paus ketika kawin.

    Ilmuwan satwa liar di Departemen Ilmu Biologi Universitas Macquarie di Australia, Dr Vanessa pirotta, menyebutkan, angka 40 galon yang disebutkan dalam unggahan tersebut belum terbukti secara ilmiah.

    “Paus biru mamalia besar dan orang akan menganggap potensi produksi sperma mereka cukup besar,” ujar Pirotta.

    Sementara itu, menurut Cetologist dari James Cook University Australia Dr Putu Liza Mustika, mengutip AFP, mengumpulkan sperma paus biru sulit dan dikarenakan habitatnya di laut, maka segala sesuatu mengenai hewan ini benar-benar didasarkan pada perkiraan.

    Dengan demikian, informasi yang mengklaim bahwa air laut asin karena tercampur oleh sperma ikan paus saat kawin adalah hoaks dengan kategori konten yang menyesatkan.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Fathia IS.

    Informasi tersebut salah. Faktanya, dilansir dari AFP, penyebab utama konsentrasi garam dalam air laut atau salinitas laut adalah ion mineral yang larut dalam air hujan setelah jatuh di darat. Ion-ion mineral ini mengalir ke sungai dan akhirnya masuk ke laut.

    Rujukan

  • (GFD-2021-7919) [SALAH] Darah Orang yang Sudah Divaksin COVID-19 Tidak Sehat

    Sumber: Facebook
    Tanggal publish: 30/11/2021

    Berita

    Klaim tentang darah orang yang sudah divaksin COVID-19 menjadi tidak sehat beredar di media sosial. Klaim tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 24 November 2021.

    Akun Facebook tersebut mengunggah video berisi pernyataan seorang wanita yang diklaim sebagai dokter, yakni Zandre Botha. Dia menyebut bahwa darah orang yang sudah divaksin COVID-19 mengalami perubahan dan menjadi rusak.

    "Sel-sel darah merahnya tida dapat berfungsi sama sekali," demikian pernyataan Zandre dalam video.

    Akun Facebook tersebut kemudian mengaitkan bahwa darah orang yang sudah divaksin COVID-19 menjadi tidak sehat dan rusak.

    "Kini di Luar Negeri telah diteliti Sampel Darah yang belum di fuck-seen & Sudah di fuck-seen.

    Ternyata Sampel Darah yang belum di fuck-seen itu SEHAT,

    Tapi yang sudah kena fuck-seen malah darahnya Rusak Berantakan Tak Karuan ‼️

    Semoga ada cara untuk normal kembali 🤲🤦," tulis salah satu akun Facebook.

    Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 502 kali ditonton dan mendapat 16 komentar warganet.

    Hasil Cek Fakta

    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim tentang darah orang yang sudah divaksin COVID-19 menjadi tidak sehat dan rusak. Penelusuran dilakukan dengan menghubungi Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi.

    Menurut Nadia, klaim tentang darah orang yang sudah divaksin COVID-19 menjadi tidak sehat adalah hoaks.

    "Ini hoax ya," ungkap Nadia kepada Liputan6.com, Sabtu (27/11/2021).

    Nadia menyebut, darah orang yang sudah divaksin COVID-19 justru memiliki antibodi yang dapat mencegah penularan virus corona.

    "Jadi justru (darah orang yang sudah divaksin) punya antibodi," ucap Nadia.

    Kesimpulan

    Klaim tentang darah orang yang sudah divaksin COVID-19 menjadi tidak sehat adalah hoaks. Juru Bicara Vaksin COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi menyebut, darah orang yang sudah divaksin justru memiliki antibodi terhadap virus corona.

    Rujukan