• (GFD-2020-3704) [SALAH] “Novel Terbitan 1981 Ini Sudah Prediksi Kemunculan Corona di Wuhan”

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 19/03/2020

    Berita

    Meski ada tulisan Wuhan, tidak ada kesamaan lain antara Wuhan-400 dengan Virus Corona Covid-19. Periode inkubasi, tingkat kematian, dan sebagainya, sangat berbeda dengan pandemi yang terjadi saat ini.

    Beredar artikel berjudul “Novel Terbitan 1981 Ini Sudah Prediksi Kemunculan Corona di Wuhan” yang dimuat di situs bukamatanews[dot]id pada Selasa, 17 Maret 2020 08:32.

    Dalam artikel ini ditulis :

    “Sebuah karya sastra novel, sudah memprediksi adanya serangan virus corona di Wuhan pada 2020. Novel itu berjudul “The Eyes of Darkness”. Ditulis Dean Koontz.
    Novel yang diterbitkan pada 1981 itu, juga pernah diterbitkan The New York Times. Penulisnya, termasuk penulis best seller. Pada halaman 181 novel itu, sudah disebutkan tentang kemunculan senuah virus dari Wuhan. Dalam novel itu, virus tersebut tidak dinamakan corona. Melainkan Wuhan-400. Dibuat ilmuwan China bernama Li Chen.
    Virus itu disebutkan sebagai senjata biologi yang sangat berbahaya dalam satu dekade. Virus itu akan berkembang biak dalam tubuh manusia, dan tidak akan tahan lama jika berada di luar tubuh. Di halaman lainnya disebutkan, pada tahun 2020, virus itu akan mewabah dari Lab Biologi di kota Wuhan. Dinyatakan juga kalau virus itu akan cepat hilang, tapi akan muncul kembali 10 tahun kemudian, lalu lenyap seterusnya.”

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Liputan6 dan Tempo, klaim bahwa novel “The Eye of Darkness” telah memprediksi kemunculan virus Corona Covid-2019 sebagai senjata biologis dari Wuhan, Cina, adalah klaim yang salah.

    Hanya terdapat satu kesamaan mengenai virus dalam novel ini dengan virus Corona Covid-19, yakni nama Wuhan, di mana virus Corona Covid-19 pertama kali dilaporkan di Wuhan, Cina dan nama virus ‘Wuhan-400’ di novel itu.

    Selebihnya, mengenai periode inkubasi, tingkat kematian, dan sebagainya, sangat berbeda dengan pandemi yang terjadi saat ini.

    Dilansir dari situs media asing CNN, dalam edisi pertama novel “The Eyes of Darkness” yang terbit pada 1981, senjata biologis tersebut diberi nama Gorki-400 dan diciptakan oleh Rusia.

    Saat itu, seperti dikutip dari South China Morning Post, buku tersebut diterbitkan dengan nama samaran Dean Koontz, Leigh Nichols. Nama senjata biologis itu diubah menjadi Wuhan-400 ketika buku itu dirilis kembali pada 1989 dengan nama asli Koontz. Tahun rilis ulang buku ini bersamaan dengan berakhirnya Perang Dingin dan runtuhnya Uni Soviet.

    Perubahan dari Gorki-400 menjadi Wuhan-400 dalam buku itu pun benar-benar hanya “cut-and-paste”. Namun, tidak diketahui apakah Koontz sendiri yang meminta perubahan itu atau penerbitnya yang membuatnya. Surat elektronik yang dikirim oleh South China Morning Post ke Koontz, agen sastra, maupun penerbit novel “The Eye of Darkness” tidak dijawab.

    Menurut laporan CNN, gagasan bahwa virus Corona Covid-19 dibuat di sebuah laboratorium di Wuhan hanyalah teori konspirasi yang telah dibantah oleh ilmuwan, baik dari Cina maupun dari Barat. Hingga kini, ahli masih mencari tahu sumber pasti virus itu. Sejauh ini, penelitian menunjukkan bahwa virus itu kemungkinan berasal dari kelelawar dan ditransmisikan ke hewan perantara sebelum melompat ke manusia.

    Selain itu, novel “The Eye of Darkness” menyebut bahwa seseorang bisa terinfeksi virus Wuhan-400 hanya dalam waktu empat jam. Hal ini sangat berbeda dengan virus Corona Covid-19. Menurut penelitian, seseorang yang terinfeksi virus Corona Covid-19 cenderung menunjukkan gejala setelah sekitar lima hari terpapar, atau dalam waktu dua minggu.

    Novel tersebut juga menyatakan bahwa virus Wuhan-400 memiliki tingkat kematian hingga 100 persen. Untuk virus Corona Covid-19, tingkat kematiannya jauh dari angka 100 persen. Para pejabat memperkirakan tingkat kematian virus Corona Covid-19 sekitar 3-4 persen secara global, yang kemungkinan akan turun.

    Wuhan-400 disebut hanya menginfeksi manusia, tidak ada makhluk hidup lain yang bisa membawanya.

    Juga disebut, seperti halnya sifilis, Wuhan-400 tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia hidup selama lebih dari satu menit, yang berarti tidak dapat mencemari objek secara permanen atau seluruh tempat seperti anthrax dan mikroorganisme ganas lainnya.

    Sifat ketiga adalah, ketika manusia yang menjadi inang (host) meninggal, Wuhan-400 dalam dirinya lenyap tak lama kemudian, begitu suhu jasad turun di bawah 86 derajat Fahrenheit.

    Organisasi cek fakta AS, Snopes, juga telah membantah klaim bahwa novel “The Eye of Darkness” telah memprediksi kemunculan virus Corona Covid-2019 sebagai senjata biologis dari Wuhan. Menurut Snopes, tingkat kematian virus Corona Covid-19 adalah 2 persen, sangat berbeda dengan isi novel itu yang menyebut bahwa virus Wuhan-400 memiliki tingkat kematian hingga 100 persen.

    Sifat-sifat Wuhan-400 tak cocok dengan definisi virus corona yang disampaikan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

    Novel itu pun tergolong sebagai karya fiksi thriller yang ditulis jauh sebelum munculnya virus Corona Covid-19. Knootz telah melahirkan 105 novel bergenre thriller, horor, fantasi, fiksi sains, misteri, dan satire.

    Teori konspirasi
    Sebelum spekulasi mengenai novel “The Eye of Darkness” beredar, tuduhan bahwa virus Corona Covid-19 adalah senjata biologis Cina juga pernah muncul. Tuduhan itu bermula dari berita di The Washington Times, surat kabar terbit di Washington DC, AS, yang kerap memuat konten propaganda. Media inilah yang pertama kali menurunkan wawancara dengan Dany Shoham, ahli perang biologis Israel, terkait konspirasi di balik virus Corona.

    Wawancara itu dimuat pada 24 Januari 2020 dalam artikel yang berjudul “Virus-hit Wuhan has two laboratories linked to Chinese bio-warfare program”. Berita ini kemudian ditulis ulang oleh sejumlah situs dan media. Dalam wawancara itu, Shoham menjelaskan bahwa virus Corona kemungkinan berasal dari Institut Virologi Wuhan yang terkait dengan program senjata biologis rahasia Cina.

    Tim CekFakta Tempo telah memverifikasi konspirasi itu dan membantahnya. Kami mengirimkan pertanyaan kepada Shoham terkait virus Corona sebagai senjata biologis Cina itu. Namun, Shoham menyatakan tidak memiliki bukti atau indikasi terjadinya infiltrasi virus Corona dari laboratorium di Wuhan. “So far, there is no evidence or indication for such incident,” katanya dalam surat elektronik pada 27 Januari 2020.

    Rujukan

  • (GFD-2020-3703) [SALAH] “Corona sudah masuk ke TB telaga Bestari , pramugari lion air sdh terinfeksi dan saat ini di rawat di RS Annisa”

    Sumber: Media Online
    Tanggal publish: 19/03/2020

    Berita

    Pihak Lion Air dan RS AN-NISA Tangerang sudah membantah kabar tersebut. Tidak ada Pramugari Lion Air terinfeksi virus corona atau Covid-19 sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Annisa.

    Akun Bella Sikin (fb.com/bella.sopiah.1) mengunggah sebuah gambar tangkapan layar percakapan Whatsapp dengan narasi :

    “Dapet info dari suami,trus nga jadi ke tangerang nya karna ada virus corona semoga cepet mereda wabah virus corona nya”

    Di gambar itu terdapat narasi:
    “Info terbaru…Corona sudah masuk ke TB telaga Bestari , pramugari lion air sdh terinfeksi dan saat ini di rawat di RS Annisa Di himbau untuk tdk jln2 ke TB dan juga Citra raya Udh masuk tangerang”

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Liputan6, klaim bahwa ada Pramugari Lion Air terinfeksi virus corona atau Covid-19 yang sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Annisa adalah salah.

    Corporate Communications Strategic of Lion Air, Danang Mandala Prihantoro menyatakan, tidak ada Pramugari Lion Air yang terkonfirmasi positif Covid-19. Dia pun membantah kabar seorang Pramugari Lion Air terkonfirmasi positif Covid-19 sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Annisa.

    “Lion Air menyatakan tidak benar adanya info yang menyatakan pramugari terkena virus,” kata Danang, saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (17/3/2020).

    Menurut Danang, Lion Air sudah mengimbau seluruh pegawainya untuk tetap menjaga kesehatan, lingkungan, makan teratur dan memberikan rekomendasi lainnya. Tujuannya, agar terhindar dari Covid-19.

    “Dalam upaya menjaga kesehatan, yang bertujuan untuk keselamatan dan keamanan penerbangan,” tuturnya.

    Manajemen Rumah Sakit AN-Nisa Tangerang pun telah membantah kabar sedang merawat pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Informasi bantahan tersebut melalui akun resmi Instagram rsannisatangerang.

    Berikut isinya:
    “Manajemen RS AN-NISA TANGERANG menghimbau bahwa sampai saat ini kami tidak merawat pasien positif COVID-19. Dan tidak ada tenaga kesehatan kami yang diduga maupun positif COVID-19. Saat ini kami juga memiliki tim COVID RS AN-NISA yang merupakan tim kesiapsiagaan mencegah penularan COVID-19 yang intens melakukan pemeriksaan terhadap setiap pengunjung dan komunikasi serta koordinasi dengan
    Dinkes Tangerang dan Rumah Sakit Rujukan.

    Jika ada indikasi pasien dengan gejala mengarah kepada COVID-19, maka akan segera dirujuk ke rumah sakit rujukan yang telah ditentukan Kementrian Kesehatan RI untuk menangani pasien sesuai prosedur yang berlaku.

    Segala pemberitaan yang bukan berasal dari Manajemen RS AN-NISA TANGERANG adalah diluar tanggung jawab kami. Demikian himbauan ini disampaikan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

    update : Sabtu, 14 Maret 2020 MANAJEMEN RS AN-NISA TANGERANG”

    Rujukan

  • (GFD-2020-3702) [SALAH] “ikan humanoid dengan tangan dan kaki ditangkap di Laut Cina Selatan”

    Sumber: www.whatsapp.com
    Tanggal publish: 19/03/2020

    Berita

    Pelintiran daur ulang. Robot animatronik, BUKAN ikan humanoid.

    NARASI

    “TV Vietnam melaporkan bahwa seekor ikan humanoid ditangkap di Laut Cina Selatan, dengan tangan dan kaki, dan seseorang dengan dada dan perut yang sama, dan para nelayan ketakutan dengan keringat dingin. Sekarang telah diserahkan ke departemen penelitian ilmiah untuk melihat apakah itu adalah makhluk atau spesies mutan yang belum pernah ditemukan manusia. ????

    Dunia nyata sedang berubah”.

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN


    (1) First Draft News: “Konten yang Salah

    Ketika konten yang asli dipadankan dengan konteks informasi yang salah”.

    Selengkapnya di http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S.

    * SUMBER membagikan video dokumentasi robot animatronik.

    * SUMBER menambahkan narasi yang membangun kesimpulan yang tidak sesuai dengan fakta.




    (2) Snopes: “Rahasia sesungguhnya di balik video adalah, karena itu adalah karya seni yang dibuat oleh seorang seniman. Berita yang diterbitkan di Myanmar menyatakan bahwa itu adalah seorang seniman dari Myanmar yang menciptakan sebuah mahakarya dengan menggunakan kayu dan serat dan karya seni ini terbuat dari sebuah motor di tenggorokannya untuk membuatnya terlihat alami.”

    Google Translate, selengkapnya di http://bit.ly/2Y9krS6 / http://archive.fo/dOJSG (arsip cadangan).


    (3) Wikipedia: “Animatronics

    Animatronics adalah penggunaan perangkat atau motor yang ditarik kabel untuk menghidupkan replika manusia atau hewan, atau membawa karakteristik seperti manusia hidup ke benda mati. Animatronics pertama kali diperkenalkan oleh Disney pada tahun 1962 untuk film Mary Poppins (dirilis pada tahun 1964) yang menampilkan burung animatronik. Ini dikendalikan sepenuhnya oleh kabel sepeda. Animatronik modern cenderung menggunakan robotika dan telah menemukan aplikasi luas dalam efek khusus film dan taman hiburan dan, sejak awal, telah digunakan terutama sebagai tontonan hiburan. [1] [2] Robot yang dirancang untuk menjadi tiruan manusia yang meyakinkan lebih spesifik dilabeli sebagai android . [3][4] [5]

    Animatronics adalah bidang multi-disiplin yang mengintegrasikan anatomi , robot, mekatronik , dan boneka yang menghasilkan animasi seperti manusia. [6] [7] Tokoh animatronik sering ditenagai oleh pneumatik, hidrolika, dan / atau dengan cara listrik, dan dapat diimplementasikan menggunakan kontrol komputer dan kontrol manusia, termasuk teleoperasi . Aktuator gerak sering digunakan untuk meniru gerakan otot dan menciptakan gerakan realistis pada anggota tubuh. Figur-figur ditutupi dengan cangkang tubuh dan kulit fleksibel yang terbuat dari bahan plastik keras dan lunak dan dilengkapi dengan detail seperti warna, rambut dan bulu serta komponen lainnya untuk membuat sosok itu lebih seperti hidup. …”

    Google Translate, selengkapnya di http://bit.ly/2YdiWm2.

    ======

    Rujukan

  • (GFD-2020-3701) [SALAH] “Coronavirus akan hancur dengan air”

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 19/03/2020

    Berita

    Ahli kesehatan mengatakan air biasa tidak bisa membunuh virus, dan pedoman dari lembaga kesehatan merekomendasikan agar orang-orang mencuci tangan dengan air dan sabun untuk dapat membunuh virus.

    Beredar informasi yang mengklaim bahwa Virus Corona akan hancur dengan air.

    Informasi ini pertama kali beredar dalam bentuk artikel berjudul “Dr Luthfi Parewangi Sebut Wudhu Dapat Hancurkan Coronavirus” yang dimuat di situs gosulsesl[dot]com Pada Senin, 27 Januari 2020 | 22:22 Wita.

    Berikut cuplikan isi artikel tersebut;

    “Menanggapi hal tersebut, salah seorang dokter spesialis penyakit dalam di Kota Makassar, Dr. dr Luthfi Parewangi, SpPD mengatakan bahwa masyarakat Indonesia tidak perlu terlalu khawatir dengan virus tersebut.

    Menurutnya wilayah Indonesia salah satu negara yang kaya akan air. Ia menjelaskan bahwa Coronavirus akan hancur dengan air. Salah satu yang bisa dilakukan khususnya untuk umat Muslim adalah dengan menjaga air wudhu.

    “Mengenai virus Corona kita di Indonesia tidak perlu terlalu was-was, pertama kita kaya dengan air. Virus-virus itu akan cepat hancur dengan air apalagi kaum muslimin berwudhu 5 kali sehari semalam membersihkan mulut hidung itu adalah rahmat tersendiri di luar dari nilai ibadah yang ada di dalam Islam. Virus virus itu akan mati ketika kita berwudhu, jagalah wudhu anda,” ujarnya.”

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Medcom.id dan Tim Periksa Fakta AFP, klaim bahwa Virus Corona akan hancur dengan air adalah klaim yang salah.

    Ahli kesehatan mengatakan air biasa tidak bisa membunuh virus, dan pedoman dari lembaga kesehatan merekomendasikan agar orang-orang mencuci tangan dengan air dan sabun untuk dapat membunuh virus.

    Dilansir Detik.com, Vaksinolog dari OMNI Hospitals Pulomas dr Dirga Sakti Rambe, SpPD, menegaskan informasi tersebut keliru.

    “Tidak benar. Sampai saat ini tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa virus corona bisa mati dengan air biasa. Disinfektan yang dapat membunuhnya: alkohol dengan kadar minimal 70%, klorin, hidrogen peroksida, dan kloroform. Virus ini juga mati pada pemanasan dengan suhu 56 C minimal selama 30 menit,” jelasnya, Minggu 2 Februari 2020.

    Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) juga mengatakan kepada AFP melalui email pada tanggal 12 Maret 2020 bahwa “untuk membunuh virus, WHO merekomendasikan agar anda mencuci tangan dengan sabun dan air atau membersihkannya secara teratur dengan pembersih tangan berbahan alkohol.”

    WHO juga merekomendasikan orang-orang “membersihkan permukaan perabotan dengan disinfektan – misalnya bangku dapur dan meja kerja.”

    WHO telah menerbitkan pedoman tentang cara menghindari infeksi virus corona di situs resmi mereka, yang berisikan tips cara mencuci tangan yang benar.

    “Mencuci tangan menggunakan sabun dan air atau menggunakan pembersih tangan berbahan alkohol akan membunuh virus yang berada di tanganmu,” tulis WHO dalam pedoman itu.

    Kementerian Kesehatan RI juga mengunggah video di Twitter tentang cara mencegah penularan virus corona, termasuk “mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir”.

    Kemenkes juga menganjurkan masjid dan mushalla untuk “menjaga kebersihan tempat wudhu dan toilet dengan cairan disinfektan”.

    Sebelumnya, pada 27 Januari 2020 beredar artikel berjudul “Dr Luthfi Parewangi Sebut Wudhu Dapat Hancurkan Coronavirus” yang dimuat di situs gosulsesl[dot]com. Berikut isi lengkap artikel tersebut:

    Akhir-akhir ini muncul sebuah virus yang diketahui sebagai virus jenis baru. Kemunculan virus dengan nama Coronavirus (2019-nCoV) atau Virus Corona menyita perhatian dunia termasuk di Indonesia.
    Virus ini diketahui pertama kali muncul di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, Tiongkok sejak Desember 2019 lalu. Novel Coronavirus masih merupakan satu rumpun dengan virus penyebab SARS dan MERS.
    Menanggapi hal tersebut, salah seorang dokter spesialis penyakit dalam di Kota Makassar, Dr. dr Luthfi Parewangi, SpPD mengatakan bahwa masyarakat Indonesia tidak perlu terlalu khawatir dengan virus tersebut.
    Menurutnya wilayah Indonesia salah satu negara yang kaya akan air. Ia menjelaskan bahwa Coronavirus akan hancur dengan air. Salah satu yang bisa dilakukan khususnya untuk umat Muslim adalah dengan menjaga air wudhu.
    “Mengenai virus Corona kita di Indonesia tidak perlu terlalu was-was, pertama kita kaya dengan air. Virus-virus itu akan cepat hancur dengan air apalagi kaum muslimin berwudhu 5 kali sehari semalam membersihkan mulut hidung itu adalah rahmat tersendiri di luar dari nilai ibadah yang ada di dalam Islam. Virus virus itu akan mati ketika kita berwudhu, jagalah wudhu anda,” ujarnya.
    Selain air, paparan sinar matahari yang di wilayah Indonesia menurut dr Luthfi akan membuat virus-virus cepat mati. Walaupun demikian, ada juga beberapa yang perlu diperhatikan agar terhindar dari Virus Corona, seperti menjaga makanan.
    “Nah adapun mengenai persiapan diri kita, adalah yang pertama cuci tangan, makan makanan yang dimasak dan banyak protein karena sumber imunitas tubuh dalam melawan virus itu adalah protein. Perbanyak protein mulai dari telur, ikan dan daging itu adalah modalitas kita untuk mempersiapkan ketika kita terpapar oleh virus,” jelasnya.
    Ia menambahkan bahwa efek yang paling buruk dari Coronavirus tersebut adalah radang paru yang mengakibatkan perfusi dari pada oksigen ke dalam tubuh menjadi menurun.
    “Radang paru ini akan memudahkan infeksi lain atau meluasnya infeksi yang sudah ada, jadi orang tua yang punya penyakit-penyakit penyerta, perokok itu adalah orang-orang yang potensial memberat ketika terinveksi oleh Virus Corona,” tambahnya.”

    Rujukan