(GFD-2020-8311) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Dua Pemuda Ini Ditangkap di Sukabumi Karena Robek Alquran dan Gunting Sajadah?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 05/10/2020
Berita
Foto dan video yang memperlihatkan penangkapan dua pemuda beredar di Facebook. Foto dan video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa kedua pemuda tersebut ditangkap Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat, karena tepergok merobek Alquran dan menggunting sajadah.
Dalam video yang beredar itu, setelah ditangkap, dua pemuda yang merupakan saudara kembar ini dihajar dan diikat oleh warga. Sebagian warga lain berusaha menghalangi aksi main hakim sendiri tersebut. Kedua pemuda itu pun kemudian diamankan oleh polisi.
Salah satu akun yang membagikan foto dan video tersebut adalah akun Key Karmia, yakni pada 1 Oktober 2020. Akun ini pun menulis narasi sebagai berikut:
“Malam ini, terjadi di Kampung Susukan Bojong Parungkuda, Sukabumi, Jabar. Mereka mencari Ustad, kemudian ditanya keperluannya,malah ngotot dan ngajak berantem. Dua anak muda tersebut, kemudian beraksi merobek² Al-Qur'an, Kitab dan menggunting sajadah. Dengan sigap santri disana bertindak, tak lama kemudian santri dan warga setempat datang, keduanya habis di hakimi warga setempat !! RAPAT KAN BARISAN,JAGA ULAMA !!”
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Key Karmia.
Apa benar dua pemuda di video itu ditangkap oleh warga di Sukabumi karena telah merobek Alquran dan menggunting sajadah ?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto dua pemuda tersebut denganreverse image toolSource dan Google. Hasilnya, ditemukan informasi bahwa dua pemuda tersebut ditangkap dan dihakimi oleh warga yang salah paham. Mereka bermaksud mencari ustaz untuk melakukan rukiah terhadap keluarganya. Dua pemuda ini pun tidak merobek Alquran maupun menggunting sajadah.
Salah satu media yang memuat foto dua pemuda itu adalah Radarsukabumi.com, yakni pada 1 Oktober 2020, dalam beritanya yang berjudul "Hoak, Dua Pemuda Sukabumi Dituduh Bunuh Ustaz, Ini Fakta Sebenarnya". Jawapos.com juga memuat foto dua pemuda tersebut pada 3 Oktober 2020 dalam beritanya yang berjudul "Hoax Perobekan Alquran di Sukabumi".
Menurut kedua berita itu, pemuda kembar bernama Yaman dan Yamin, 26 tahun, tersebut berniat untuk berobat ke salah satu tokoh agama di Kampung Susukan, Desa Bojongkokosan, Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat. Mereka diantar oleh Dudi Supriyadi, Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) setempat. Namun, ustaz yang dicari oleh kedua pemuda itu tidak berada di rumah.
Dudi lantas bertanya lebih detail soal maksud Yaman dan Yamin. Karena curiga dengan gelagat keduanya, Dudi membawa mereka keluar rumah. Apalagi, keduanya mendadak berkata-kata kasar. Salah satu dari mereka pun tiba-tiba berusaha kabur sehingga memancing kemarahan masyarakat sekitar. Ketua RW setempat kemudian menghubungi Polsek Parungkuda.
Menurut Dudi, dikutip dari Detik.com, setelah mengetahui bahwa ustaz yang kedua pria itu cari tidak berada di rumah, terjadi dialog antara mereka. Namun, kedua pria tersebut kemudian melontarkan kata-kata kasar. "Pemikiran saya berubah, ini tamu kok seperti ini bahasanya. Saya tanya, 'Dari mana?'. Dia jawab, 'Dari Warungceri'. Ketika saya tanya lagi, dia jawab, 'Cicing sia.' (diam kamu)," ujarnya.
Dudi pun mengajak kedua pria itu keluar dari rumah ustaz tersebut. Ternyata, di luar, sudah berkumpul para pemuda kampung. Saat ditanya oleh para pemuda itu, kedua pria tersebut kembali melontarkan kalimat yang sama dengan nada membentak. "Para pemuda tersulut emosinya, pelaku berjalan meninggalkan lokasi, diikuti. Si pelaku lari, terjadi kejar-kejaran sampai terjadi pemukulan," kata Dudi.
Dilansir dari Jawapos.com, Kapolres Sukabumi Ajun Komisaris Besar Lukman Syarif pun menyatakan bahwa informasi yang menyebut kedua pemuda itu melakukan penusukan atau merobek Alquran dan menggunting sajadah tidak benar. "Wah, hoax itu, enggak benar. Tidak ada penusukan atau perobekan Alquran. Keduanya tidak membawa senjata tajam," ujar Lukman.
Warga setempat pun telah mengklarifikasi bahwa tidak ada penusukan atau perusakan seperti isu yang beredar di media sosial. Menurut Lukman, kedua pemuda tersebut hanya ingin berobat kepada salah satu ustaz di sana. Namun, ustaz yang dicari tidak berada di tempat.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa dua pemuda dalam video di atas ditangkap oleh warga Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat, karena telah merobek Alquran dan menggunting sajadah, keliru. Keduanya mendatangi Kampung Susukan, Desa Bojongkokosan, Parungkuda, Sukabumi, untuk mencari ustaz yang bisa melakukan rukiah. Namun, terjadi kesalahpahaman sehingga dua pemuda itu dihakimi warga. Dua pemuda ini pun tidak terbukti merobek Alquran maupun menggunting sajadah. Keduanya tidak membawa senjata tajam.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/sukabumi
- https://archive.ph/flWaS
- https://www.tempo.co/tag/sajadah
- https://radarsukabumi.com/berita-utama/hoak-dua-pemuda-sukabumi-dituduh-bunuh-ustaz-ini-fakta-sebenarnya/ %20
- https:/www.jawapos.com/hoax-atau-bukan/03/10/2020/hoax-perobekan-alquran-di-sukabumi/
- https://www.tempo.co/tag/jawa-barat
- https://news.detik.com/berita/d-5195022/kembar-di-sukabumi-dikeroyok-saat-cari-ustaz-gegara-bilang-cicing-sia
- https://www.jawapos.com/hoax-atau-bukan/03/10/2020/hoax-perobekan-alquran-di-sukabumi/
- https://www.tempo.co/tag/alquran
(GFD-2020-8310) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Koran Ini Terbitkan Berita Berjudul Sudah Jadi Tabiat PKI Memutarbalikkan Fakta?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 02/10/2020
Berita
Sebuah foto surat kabar yang memuat berita berjudul "Sudah Jadi Tabiat PKI Memutar Balikkan Fakta" beredar di Twitter. Dalam koran itu, terdapat pula foto tokoh Partai Komunis Indonesia ( PKI ) Dipa Nusantara Aidit. Namun, dalam koran tersebut, hanya judul itu yang ditulis dalam bahasa Indonesia. Tulisan lainnya berbahasa Inggris.
Akun yang membagikan foto surat kabar itu adalah akun @MayaFarrell21, tepatnya pada 30 September 2020. Akun tersebut menulis, "Ini pasti sejarawan dr pihak PKI." Cuitan ini mengomentari unggahan akun milik media CNN Indonesia yang berisi tautan berita yang berjudul "Sejarawan: PKI Dukung Pancasila, Partai-partai Islam Tidak".
Gambar tangkapan layar unggahan akun Twitter @MayaFarrell21 yang mengomentari cuitan akun milik CNN Indonesia.
Apa benar koran dalam foto di atas menerbitkan berita yang berjudul “Sudah Jadi Tabiat PKI Memutar Balikkan Fakta”?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memeriksa komentar dari akun Twitter lain terhadap unggahan akun @MayaFarrell21 tersebut. Salah satu akun, @indrabayuf_, membalas dengan mengunggah dua foto surat kabar yang memiliki kesamaan tata letak dengan foto surat kabar dalam unggahan akun @MayaFarrell21, namun dengan judul berita serta gambar yang berbeda.
Akun @indrabayuf_ menulis, "Korannya mirip.” Akun @adityaarfan_ pun membalas cuitan akun @indrabayuf_ tersebut, “Rotinya jg sama. Kok bisa gt ya.” Sementara sejumlah akun lain mempertanyakan judul berita tersebut yang berbahasa Indonesia, padahal isi beritanya berbahasa Inggris.
Berbekal petunjuk ini, Tempo menelusuri jejak digital foto surat kabar itu denganreverse image toolSource, Google, dan Yandex. Hasilnya, juga ditemukan foto koran dengan tata letak yang sama, namun dengan judul berita serta gambar yang berbeda. Rupanya, foto koran itu merupakantemplateyang kerap digunakan untuk membuat meme. Template ini bisa ditemukan di sejumlah situs, salah satunya Photofunia.com.
Situs Exeterskatingclub.ca juga pernah memakaitemplateitu dalam foto di artikenya pada 12 November 2012 yang berjudul "Skate Canada WO Section Championships". Foto tersebut diberi keterangan “Exeter SC competitive-level skaters made us proud at the Skate Canada Western Ontario Championships (Sectionals).”
Adapun foto tokoh PKI DN Aidit dalam foto surat kabar yang diunggah oleh akun @MayaFarell21 pernah dimuat situs Sejarahjakarta.com pada 9 September 2020 dalam artikelnya yang berjudul "Aidit di Malam 30 September 1965". Foto itu diberi keterangan sebagai berikut: "Aidit berbicara di depan massa dalam program Turba PKI, 1965."
Berita CNN Indonesia
Berita yang berjudul “Sejarawan: PKI Dukung Pancasila, Partai-partai Islam Tidak” memang pernah dimuat oleh CNN Indonesia, yakni pada 30 September 2020. Berita ini berisi pernyataan sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam bahwa PKI mendukung Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dalam Sidang Konstituante 1957.
Asvi menjelaskan agenda sidang Konstituante kala itu adalah merancang Undang-Undang Dasar yang definitif, termasuk di dalamnya penentuan dasar negara Indonesia. Penentuan dilakukan melaluivoting. Dalam momen itu, kata Asvi, sejumlah partai seperti PNI, PKI, dan lainnya memilih Pancasila sebagai dasar negara. Sementara partai-partai berasaskan Islam memiliki pilihan yang berbeda.
"Saya tidak ingin ini jadi kehebohan baru lagi. PKI dalam Sidang Konstituante 1957 menetapkan dasar negara memang mendukung Pancasila, sementara partai-partai Islam memilih Islam sebagai dasar negara," kata Asvi kepada CNN Indonesia pada 30 September 2020.
Meski demikian, Sidang Konstituante berakhir buntu dan gagal menghasilkan keputusan karenavotingtidak memenuhi kuorum. Konstituante akhirnya dibubarkan Presiden Sukarno melalui Dekrit 5 Juli 1959, sekaligus menandai kembali berlakunya UUD 1945 dengan dasar negara Pancasila. "Tidak ada pihak yang mendapat jumlah suara dua pertiga dari keseluruhan," kata Asvi.
Senada dengan Asvi, sejarawan Satriono Priyo Utomo juga menyatakan bahwa PKI memang mendukung Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dalam Sidang Konstituante 1957. Penulis buku "Politik Dipa Nusantara" ini menjelaskan PKI mendukung dasar negara Pancasila sebagai strategi politik DN Aidit mendekati Sukarno dan sebagai langkah suksesi konsep Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (Nasakom).
"Jadi, representasi dari politik kompromistis yang kemudian dijalankan PKI, DN Aidit khususnya, bicaragrand designdari kampanye politiknya Bung Karno soal Nasakom," kata Satrio.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, koran dalam foto di atas tidak menerbitkan berita yang berjudul “Sudah Jadi Tabiat PKI Memutar Balikkan Fakta”. Foto tersebut merupakan hasil suntingan. Foto koran itu merupakantemplateyang kerap digunakan untuk membuat meme.
ZAINAL ISHAQ
Catatan redaksi: Artikel ini diubah di bagian pemeriksaan fakta untuk menambahkan sumber pada 2 September 2020 pukul 20.00 WIB. Redaksi mohon maaf.
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/pki
- https://twitter.com/MayaFarrell21/status/1311306423448420352
- https://bit.ly/3lj7pJ1
- https://m.photofunia.com/categories/all_effects/morning_news
- https://bit.ly/3irYGSB
- https://sejarahjakarta.com/2020/09/09/aidit-di-malam-30-september-1965/
- https://bit.ly/2EQjky6
- https://www.tempo.co/tag/dn-aidit
- https://www.tempo.co/tag/bung-karno
(GFD-2020-8309) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Tak Ada Analis Laboratorium yang Terkena Covid-19?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 02/10/2020
Berita
Klaim bahwa tidak ada peneliti atau analis laboratorium yang terkena Covid-19 beredar di Facebook. Klaim itu diunggah oleh akun Andrezeko pada 28 September 2020. Selain klaim tersebut, unggahan akun ini juga berisi sejumlah pertanyaan, mulai dari obat untuk pasien Covid-19 hingga penderita Covid-19 yang memiliki penyakit penyerta dan tanpa gejala.
"Kenapa mereka yg 'nguthek²' virus di laboratorium (peneliti, analis laboraorium), tidak ada yang terkena corona. Perawat sedikit menjadi " korban." Tetapi malah dokter yang justru paling jarang berinteraksi dng pasien katanya banyak korban ?” demikian bunyi salah satu pertanyaan dalam unggahan tersebut.
Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah direspons lebih dari 200 kali dan dibagikan lebih dari 400 kali. Dalam artikel pertama terkait unggahan ini, Tempo akan memverifikasi klaim soal tidak adanya peneliti atau analis laboratorium yang terkena Covid-19, termasuk jumlah perawat yang lebih sedikit terinfeksi Covid-19 dibandingkan dokter.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Andrezeko.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, tercatat sejumlah analis laboratorium dan perawat yang terinfeksi Covid-19. Bahkan, beberapa di antaranya meninggal. Dilansir dari Merdeka.com, terdapat 492 analis kesehatan yang positif Covid-19, di mana empat di antaranya meninggal.
Menurut Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia, Widodo, analis kesehatan yang meninggal karena Covid-19 tersebut berasal dari empat provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Daerah Istimewa Aceh.
Hal yang sama dialami oleh perawat, terutama perawat di Jawa Timur. Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Timur, Nursalam, menyebut jumlah perawat di Jawa Timur yang terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 550 orang per Juli 2020. Sementara jumlah perawat yang meninggal akibat Covid-19, per awal September, mencapai 77 orang.
Dikutip dari BBC Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat sebanyak 115 dokter meninggal karena Covid-19 per 13 September 2020. Dari jumlah itu, sebanyak 60 orang adalah dokter umum, 53 dokter spesialis, dan dua dokter residen.
Berdasarkan catatan IDI, risiko yang menyebabkan kasus kematian akibat Covid-19 pada dokter selalu berulang. IDI menduga penyebabnya antara lain minimnya alat pelindung diri (APD), kurangnya skrining pasien di fasilitas kesehatan, kelelahan yang dialami oleh para tenaga medis karena jumlah pasien Covid-19 terus bertambah, jam kerja yang panjang, serta tekanan psikologis.
Meninggalnya para dokter ini merupakan pukulan besar bagi sektor kesehatan Indonesia. Pasalnya, rasio dokter dan penduduk di Indonesia saat ini 1:2.500. Artinya, satu dokter harus menangani 2.500 pasien. Dengan meninggalnya 115 dokter selama pandemi, hampir 300 ribu penduduk Indonesia kehilangan akses dokter.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "tidak ada peneliti atau analis laboratorium yang terkena Covid-19" keliru. Data Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia menyebut sebanyak 492 analis kesehatan terinfeksi Covid-19, di mana empat di antaranya meninggal. Jumlah perawat yang terinfeksi pun cukup besar. Di Jawa Timur saja, jumlahnya mencapai 550 orang. Adapun jumlah perawat yang meninggal akibat Covid-19 di seluruh Indonesia sudah menyentuh 77 orang.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.merdeka.com/peristiwa/492-analis-kesehatan-positif-covid-19-4-orang-meninggal-dunia.html
- https://regional.kompas.com/read/2020/07/21/16342491/550-perawat-jatim-terinfeksi-covid-19-tertinggi-di-indonesia-ini-5?page=all
- https://prfmnews.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-13718125/banyak-dokter-dan-perawat-meninggal-akibat-covid-19-ppni-kami-prihatin-dan-khawatir
- https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-54156899
(GFD-2020-8308) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Hotman Paris Ingatkan Keluarga Cendana dan Cikeas Hati-Hati Jika Jokowi Marah?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 01/10/2020
Berita
Gambar yang memuat foto pengacara Hotman Paris Hutapea serta narasi yang berisi peringatan terhadap keluarga Cendana dan Cikeas soal kemarahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi beredar di media sosial. Keluarga Cendana merujuk pada keluarga Presiden ke-2 RI, Soeharto. Sementara keluarga Cikeas merujuk pada keluarga Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY.
“Saya khawatir jika Pak Jokowi bila dipancing-pancing emosinya. Hati-hati saja keluarga Cendana dan keluarga Cikeas, harta gono gini kalianlah jadi pertaruhannya. KPK dan Intelijen sudah dari 2014 mengumpulkan data dan faktanya. Yaaa tinggal menunggu perintahnya Presiden saja, langsung eksekusi tanah negara yang dikuasi mereka. Gawat itu, Saya sudah pasti bela Negara. Hotman Paris," demikian narasi dalam gambar itu.
Di Facebook, gambar tersebut dibagikan salah satunya oleh akun Kopok, yakni pada 27 September 2020. Akun ini pun menulis, "Siap2 aja."
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Kopok.
Apa benar Hotman Paris ingatkan keluarga Cendana dan keluarga Cikeas untuk berhati-hati terhadap kemarahan Jokowi?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital gambar tersebut dengan reverse image tool Source dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa pernyataan dalam gambar itu bukanlah pernyataan Hotman Paris. Gambar tersebut telah beredar di internet sejak 2018 lalu. Salah satu akun yang pernah membagikannya adalah akun Twitter Wong Pinggiran, tepatnya pada 11 Desember 2018.
Hotman Paris, dalam akun Instagram pribadinya, @hotmanparisofficial, telah membantah klaim dalam gambar itu. Bantahan tersebut diunggahnya pada 29 Mei 2019. Hotman membagikan gambar itu, yang telah diberi tanda silang dan teks "hoax". Ia pun menulis keterangan,"Hoax menggila! Dasar pengecut sebarkan hoax ini! Gus Hotman ngak tertarik politik."
Ketika gambar itu lagi-lagi beredar, Hotman Paris kembali mengunggah gambar itu, yang telah diberi tanda silang dan teks "hoax", pada 30 September 2020. Ia menulis keterangan, “Ini berita Bohong! Tangkap para pelaku yg edarkan berita bohong ini!! Hotman tdk tau ttg selebaran ini.”
Beredar setelah pemberitaan tentang dana Yayasan Supersemar
Gambar hoaks tersebut beredar setelah, pada November 2018, muncul pemberitaan soal upaya Presiden Jokowi untuk memaksa Yayasan Supersemar, yayasan yang didirikan oleh Soeharto pada 1974, mengembalikan uang negara yang diselewengkan. Berita tersebut dimuat salah satunya oleh Detik.com, yakni pada 25 November 2018.
Menurut laporan Detik.com, setelah sejak 2007 bertarung di pengadilan, uang negara yang diselewengkan ke perusahaan keluarga Cendana itu perlahan kembali. Yayasan Supersemar sempat mengajukan perlawanan eksekusi. Namun, pada 19 Oktober 2017, Mahkamah Agung menolak perlawan eksekusi itu. Menurut MA, perlawanan eksekusi tersebut nebis in idem. "Sehingga, putusan perkara a quo nebis in idem," ujar majelis hakim dengan suara bulat.
Mengantongi putusan itu, Kejaksaan Agung mengajukan permohonan eksekusi. Pada Maret 2018, Kejagung melaksanakan pemulihan keuangan negara dari beberapa rekening Yayasan Supersemar di bank dengan total Rp 241,87 miliar. Lalu, Kejaksaan Agung menyita tanah, termasuk yang berada di Megamendung, Bogor, dan Gedung Granadi di Jalan Rasuna Said, Jakarta, milik Yayasan Supersemar.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "Hotman Paris ingatkan keluarga Cendana dan keluarga Cikeas untuk berhati-hati terhadap kemarahan Jokowi" keliru. Klaim tersebut telah beredar sejak Desember 2018. Hotman Paris telah membantah klaim itu dan menyatakannya sebagai hoaks. Tidak ditemukan pula pemberitaan di media kredibel bahwa Hotman Paris pernah melontarkan pernyataan tersebut.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/hotman-paris
- https://www.tempo.co/tag/sby
- https://www.facebook.com/photo/?fbid=384516596270314&set=gm.1296460757367475
- https://bit.ly/30qCcLE
- https://bit.ly/3jmVWax
- https://bit.ly/3jmxTZd
- https://news.detik.com/berita/d-4316132/jalan-sunyi-jokowi-rebut-kembali-uang-negara-dari-supersemar
- https://en.tempo.co/tag/keluarga-cendana
- https://www.tempo.co/tag/jokowi
Halaman: 4692/6186