(GFD-2020-8315) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto TKA Cina Berseragam yang Baru Datang di Bandara Soetta?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 07/10/2020
Berita
Foto yang memperlihatkan rombongan pria berseragam krem dan mengenakanface shielddi Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, beredar di media sosial. Foto ini diklaim sebagai foto rombongan TKA Cina berseragam yang baru mendarat di Terminal 3 Bandara Soetta.
Di Facebook, foto tersebut dibagikan oleh akun Sinhaji Sin Aji, yakni pada 2 Oktober 2020. Akun ini pun menulis narasi sebagai berikut:
“Rombongan TKA China illegal berseragam ini, tadi pagi mendarat Terminal-3 Bandara Soetta, PKI akan semakin berani beraksi krn tlh diback up oleh tentara merah yg jmlhny sekarang sdh bnyk, mereka masuk ke tanah air kita dgn bebasnya, aprt kita diam aja, pura pura buta mata, dan buta hati thdp rkyt Ind, spt negeri ini sbg negeri mereka sendiri, dan mereka akn membaur dg polisi/satpol PP, apbl ada keributan massa, yg sengaja mereka sulut, pasukan merah akn turut serta membantu dg begitu cpt dan dan tepat dlm menghabisi Islam, sedang TNI sdh dimandulkan krn persenjataannya lbh canggih polisi, hal ini memang tlh sdh dibuat demikian oleh rezim, krn komunis tlh menaruh dendam pd TNI, jadi sewaktu waktu ada pergerakan rakyat ut melawan PKI, tentara tdk bisa bnyk berbuat ut rakyat, wlpn bgt rkyt tdk boleh menyerah, TNI akan tetap memback up rakyat, dgn kemampuan persenjataan apa yg dimiliki sampai titik darah penghabisan. Ummat islam selalu waspada jangan mudah digesek oleh mrk.”
Hingga artikel ini dimuat, foto tersebut telah mendapatkan lebih dari 400 reaksi dan 500 komentar serta telah dibagikan lebih dari 500 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Sinhaji Sin Aji.
Apa benar foto tersebut merupakan foto rombongan TKA Cina berseragam yang baru mendarat di terminal kedatangan Bandara Soetta?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto itu denganreverse image toolSource dan Google. Hasilnya, ditemukan informasi bahwa rombongan pria berseragam krem dalam foto tersebut tidak berada di terminal kedatangan Bandara Soekarno-Hatta, melainkan di terminal keberangkatan. Mereka pun bukan tentara Cina.
Foto ini pernah dimuat oleh Detik.com pada 3 Oktober 2020 dalam beritanya yang berjudul "Geger Isu Kedatangan 'Tentara' di Soetta, Faktanya Penumpang Biasa". Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bandara Soetta Komisaris Akhmad Alexander Yurikho meragukan kebenaran informasi yang viral itu. Dari analisisnya, lokasi dalam foto itu bukan terminal kedatangan internasional, melainkan terminal keberangkatan internasional.
Dihubungi secara terpisah, Manager Branch Communication Bandara Soetta, Haerul Anwar, pun mengatakan bahwa sekelompok pria berseragam krem itu adalah penumpang yang hendak terbang ke luar negeri. Dia juga menjelaskan bahwa mereka adalah penumpang biasa yang merupakan warga negara Cina. "Itu penumpang biasa yang mau berangkat ke luar," ujar Haerul.
Viralnya foto ini juga diberitakan oleh Tempo pada 5 Oktober 2020. Komisaris Akhmad Alexander Yurikho, Kasat Reskrim Polresta Bandara Soetta, memastikan puluhan warga negara Cina yang terdapat dalam foto itu merupakan penumpang pesawat biasa.
Sebelumnya, Kepala Imigrasi Bandara Soetta Romi Yudianto pun telah memastikan puluhan warga negara Cina dalam foto tersebut adalah para pekerja tambang. "Bukan tentara," ujar Romi saat dihubungi Tempo pada 3 Oktober 2020.
Romi juga menjelaskan foto tersebut merupakan foto saat keberangkatan, bukan kedatangan. Meskipun begitu, dia tidak menjelaskan secara detail di mana puluhan warga negara Cina itu berasal. Dia juga tidak menyebut jadwal keberangkatan mereka di Bandara Soetta.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas adalah foto rombongan TKA Cina berseragam yang baru mendarat di terminal kedatangan Bandara Soekarno-Hatta, menyesatkan. Pertama, para pria itu memang merupakan warga negara Cina, tapi mereka adalah pekerja dan penumpang biasa, bukan tentara. Kedua, mereka berada di terminal keberangkatan Bandara Soetta dan hendak terbang ke luar negeri, bukan baru saja mendarat.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/tka-cina
- https://archive.ph/nrl6o
- https://www.tempo.co/tag/tentara-cina%20
- https://news.detik.com/berita/d-5198073/geger-isu-kedatangan-tentara-di-soetta-faktanya-penumpang-biasa/1
- https://metro.tempo.co/read/1393080/polisi-selidiki-foto-viral-wna-cina-berseragam-di-bandara-soekarno-hatta/full&view=ok
- https://www.tempo.co/tag/bandara-soetta
- https://www.tempo.co/tag/bandara-soekarno-hatta
(GFD-2020-8314) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto Anggota PKI yang Telah Dipersenjatai?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 06/10/2020
Berita
Foto yang memperlihatkan belasan orang mengenakan penutup wajah bergambar palu arit dan sedang mengangkat senjata beredar di media sosial. Di belakang belasan orang itu, berkibar pula bendera merah bergambar palu arit. Foto ini diklaim sebagai foto para anggota Partai Komunis Indonesia atau PKI.
Di Facebook, foto tersebut dibagikan salah satunya oleh akun Atira Atira, yakni pada 4 Oktober 2020. Akun ini pun menulis narasi, “Betulkah PKI tidak ada ??? Lalu siapa mereka ini yg bersenjata dgn lambang PKI ???” Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah dibagikan sebanyak 262 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Atira Atira.
Apa benar orang-orang dalam foto tersebut merupakan anggota PKI yang telah dipersenjatai?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto tersebut denganreverse image toolYandex dan Google. Hasilnya, ditemukan informasi bahwa belasan orang bersenjata dengan atribut palu arit dalam foto tersebut merupakan gerilyawan New People's Army (NPA), sayap bersenjata Partai Komunis Filipina (CPP).
Foto ini pernah diunggah oleh blog Jatibarang Blogger pada Oktober 2017. Selain foto itu, dimuat pula sejumlah foto lain yang diambil dari kegiatan dan lokasi yang sama. Dalam keterangannya, blog ini menulis bahwa foto-foto itu diambil di Filipina.
Tempo kemudian menelusuri foto lain yang dimuat oleh blog itu, dan menemukan bahwa foto tersebut pernah dimuat oleh media independen yang berbasis di Brasil, Renovamidia, pada 28 November 2018. Foto ini terdapat dalam berita yang berjudul "Duterte ingin membentuk pasukan untuk membunuh gerilyawan komunis".
Berita ini berisi informasi bahwa ancaman Presiden Filipina Rodrigo Duterte membentuk pasukan khusus untuk melawan gerilyawan Maois dari NPA menuai banyak kecaman. Kritikan tersebut antara lain disuarakan oleh anggota CPP, anggota parlemen, kelompok kiri, serta pembela hak asasi manusia.
Pada 27 November 2018, kepada para tentara Filipina, Duterte berkata, "Saya mungkin terpaksa membuat unit 'Sparrow' saya sendiri, pasukan kematian Duterte, untuk mengakhiri para pembunuh Maois ini." Sparrow merujuk pada milisi yang dibentuk oleh NPA selama masa pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos (1965-1986) untuk membunuh para penegak hukum.
"Saya akan mencari orang-orang dengan bakat yang sama untuk membunuh," kata Duterte, yang mengklaim bahwa dia telah mencoba melakukan dialog secara damai dengan NPA, tapi mereka menanggapinya dengan membunuh para polisi dan personel militer.
Salah satu foto yang terdapat dalam blog Jatibarang Blogger pun pernah dimuat oleh The New York Times pada 29 November 2017. Foto itu diberi keterangan: "Para pejuang NPA, pasukan komunis, menandai ulang tahun mereka yang ke-48 di bulan April. Pemberontakan Filipina adalah salah satu yang terlama di Asia. Dondi Tawatao/Getty Images."
Berdasarkan arsip berita Tempo, pada Februari 2017, CPP sempat mengungkapkan rasa kecewanya terhadap pemerintahan Duterte yang dianggap ingkar janji. Sudah tujuh bulan menjabat sebagai presiden, Duterte belum memenuhi janji-janji kampanyenya. Alhasil, gencatan senjata yang dibuat sejak 26 Agustus 2016 dihentikan secara sepihak oleh CPP. Perang gerilya pun kembali dilakukan.
Bagaimana sebenarnya sejarah lahirnya CPP yang dikenal dengan perang gerilyanya ini? CPP mendasarkan gerakan mereka pada paham Maoisme, yakni paham yang berasal dari ajaran pemimpin komunis Cina, Mao Zedong, yang berakar pada Marxisme. CPP telah dibentuk sejak lama, bahkan sebelum Filipina merdeka.
CPP awalnya dibentuk untuk melawan invasi Jepang dalam Perang Dunia II. Namun, setelah Filipina mendapat kemerdekaan dari Amerika Serikat, kelompok kiri itu kian tersudut, bahkan terancam dibasmi. Sejak itu, mereka terus bergerilya di daerah-daerah pinggiran dan hutan untuk memberontak.
Pada Desember 1968, bersamaan dengan ulang tahun pemimpin revolusi Cina, Mao Zedong, CPP yang tidak terorganisir secara baik kembali dibentuk. CPP kemudian bertahan hingga kini di bawah pimpinan Jose Maria Sison. Dalam mendukung gerakannya, CPP mendirikan sayap militer yang disebut New People's Army pada 1969, tiga bulan setelah Sison mendirikan CPP.
Sejak itu, CPP dan NPA terus melakukan pergerakan untuk melawan pemerintah Filipina yang dituduh telah dikendalikan oleh AS. Kekuatan NPA bertambah besar setelah Ferdinand Marcos berkuasa dan memberlakukan darurat militer di Filipina pada 1972. NPA kemudian mendirikan kamp di hutan-hutan dan meluncurkan serangan yang menargetkan militer dan polisi serta pasukan AS.
Selama pemberontakannya, tercatat sebanyak 150 ribu orang, baik dari militer, polisi, NPA, dan warga sipil tewas. Pemberontakan yang membuat Sison ditangkap tersebut dikatakan sebagai penghambat laju pertumbuhan ekonomi Filipina. CPP sempat berjaya setelah berhasil memboikot pemilu pada 1986 dan menggulingkan Marcos. Kekuasaan Filipina kemudian berpindah ke tangan Presiden Corazon Aquino.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, kalim bahwa foto di atas merupakan foto anggota Partai Komunis Indonesia atau PKI yang telah dipersenjatai, keliru. Belasan orang bersenjata dengan atribut bergambar palu arit dalam foto tersebut merupakan gerilyawan New People's Army (NPA), sayap bersenjata Partai Komunis Filipina (CPP).
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/pki
- https://archive.ph/innjm
- https://bit.ly/3ljhUvO
- https://renovamidia.com.br/duterte-quer-criar-esquadrao-para-matar-guerrilheiros-comunistas/
- https://www.tempo.co/tag/rodrigo-duterte
- https://nyti.ms/30Foyo9
- https://dunia.tempo.co/read/842937/partai-komunis-filipina-1-setelah-merdeka-kian-tersudut/full&view=ok
- https://www.tempo.co/tag/komunis
- https://www.tempo.co/tag/filipina
(GFD-2020-8313) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Keluarga Peserta BPJS Kesehatan Dapat BLT Rp 4 Juta Per Orang?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 06/10/2020
Berita
Gambar tangkapan layar sebuah unggahan di Facebook yang berisi tautan artikel berjudul "Cek Fakta: Keluarga yang Miliki BPJS Dikabarkan Akan Dapat BLT Sebesar Rp 4 Juta" beredar di media sosial. Artikel tersebut berasal dari situs Detiksatuinfo.xyz.
Artikel ini dilengkapi dengan foto Kartu Indonesia Sehat. Kemudian, di atas tautan artikel yang berasal dari situs Detiksatuinfo.xyz itu, terdapat narasi yang berbunyi "Alhamdulillah Keluarga yang Miliki BPJS Dikabarkan Akan Dapat BLT Sebesar Rp 4 Juta per anggota".
Di Facebook, gambar tangkapan layar tersebut dibagikan salah satunya oleh akun Selari Mala Laris, yakni pada 2 Oktober 2020. Akun itu pun menulis narasi, "Yg punya kartu in siap2 aja." Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah dibagikan lebih dari 400 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Selari Mala Laris.
Apa benar keluarga peserta BPJS Kesehatan bakal mendapatkan bantuan langsung tunai (BLT) sebesar Rp 4 juta per anggota?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri situs yang memuat artikel tersebut, yakni Detiksatuinfo.xyz. Hasilnya, ditemukan bahwa situs ini memang pernah memuat artikel dengan judul "Cek Fakta: Keluarga yang Miliki BPJS Dikabarkan Akan Dapat BLT Sebesar Rp 4 Juta per anggota" pada 2 Oktober 2020.
Namun, artikel tersebut merupakan artikel pemeriksaan fakta terhadap hoaks yang beredar ketika itu, bahwa "keluarga yang memiliki kartu BPJS Kesehatan akan mendapatkan BLT sebesar Rp 4 juta per anggota". Artikel ini menyadur artikel di situs Pikiran Rakyat yang berjudul sama, yang dikutip dari situs cek fakta Turnbackhoax.id.
Menurut artikel cek fakta Turnbackhox.id, Kepala Humas BPJS Kesehatan Iqbal Anas Maruf menyatakan informasi itu keliru. "Ini hoaks. Selama ini, tidak ada bantuan-bantuan seperti itu", kata Iqbal. Hoaks serupa dengan nama bantuan yang berbeda pernah beredar pada 2019. Ketika itu, bantuan yang diklaim diberikan adalah tunjangan hari raya (THR) bagi peserta BPJS Kesehatan dengan nominal Rp 2 juta per kartu keluarga (KK).
Klaim palsu yang menyebut "keluarga yang memiliki kartu BPJS Kesehatan akan mendapatkan BLT sebesar Rp 4 juta per anggota" juga telah diverifikasi oleh sejumlah media, seperti Viva.co.id, Liputan6.com, Merdeka.com, dan Antara. Keempatnya pun menyatakan informasi itu keliru.
Tempo kemudian mengkonfirmasi kembali isu tersebut ke Humas BPJS Kesehatan Palembang, Hendra Kurniawan. Dia juga menyebut bahwa informasi yang beredar itu hoaks. Menurut dia, pemerintah melalui BPJS Kesehatan tidak pernah mengeluarkan kebijakan demikian. "Itu hoaks. Enggak benar informasinya. Tidak ada kebijakan demikian," katanya.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "keluarga peserta BPJS Kesehatan bakal mendapatkan BLT sebesar Rp 4 juta per anggota" keliru. Kepala Humas BPJS Kesehatan Iqbal Anas Maruf telah menyatakan bahwa klaim tersebut hoaks. Menurut dia, selama ini, tidak ada bantuan semacam itu yang diberikan oleh BPJS Kesehatan.
IBRAHIM ARSYAD
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/badan-penyelenggara-jaminan-sosial-bpjs
- https://www.tempo.co/tag/blt
- https://archive.ph/LPD9x
- https://www.detiksatuinfo.xyz/2020/10/cek-fakta-keluarga-yang-miliki-bpjs.html
- https://bekasi.pikiran-rakyat.com/cek-fakta/pr-12790315/cek-fakta-keluarga-yang-miliki-bpjs-dikabarkan-akan-dapat-blt-sebesar-rp4-juta-per-anggota
- https://www.viva.co.id/ragam/cek-fakta/1307539-pemilik-kartu-bpjs-dapat-blt-rp4-juta-cek-faktanya
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4368892/cek-fakta-hoaks-bantuan-rp-4-juta-untuk-keluarga-anggota-bpjs
- https://www.merdeka.com/cek-fakta/cek-fakta-hoaks-setiap-kk-yang-terdaftar-bpjs-dapat-blt-rp4-juta.html
- https://jogja.antaranews.com/nasional/berita/1756957/cek-fakta-bpjs-berikan-bantuan-rp4-juta-per-keluarga
- https://www.tempo.co/tag/bpjs-kesehatan
(GFD-2020-8312) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Pesepeda di Denpasar Ini Meninggal Karena Pakai Masker?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 06/10/2020
Berita
Klaim bahwa seorang pesepeda meninggal karena memakai masker kembali beredar di Facebook. Kali ini, peristiwa itu disebut terjadi di Denpasar, Bali. Klaim ini dibagikan bersama sejumlah foto yang memperlihatkan seorang pesepeda sedang tergeletak di trotoar, dan maskernya yang berwarna hijau sudah diturunkan ke dagu.
Salah satu akun yang membagikan klaim beserta foto-foto tersebut adalah akun Made In Bali, tepatnya pada 3 Oktober 2020. Akun ini pun menulis narasi sebagai berikut:
"AMOR ING ACINTYABERSEPEDA PAKAI MASKER, MAKAN KORBAN JIWA DI DENPASAR.Diduga bermasker saat bersepeda, seorang pengendara sepeda meregang nyawa di jalan.Orqngnya jatuh sendiri di depan banjar Panti Sanur, dinyatakan telah meninggal dunia.Kejadian pada Sabtu 03/10/20 pkl. 06.40 wita, selanjutnya korbanatas nama ***. Alamat; ***, Br. Danginpeken Sanur-Denpasar Selatan, dievakuasi menggunakan bantuan dari Ambulans BPBD kota Denpasar."
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Made In Bali.
Apa benar pesepeda di Denpasar itu meninggal karena memakai masker?
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, pengendara sepeda yang berinisial INS, 56 tahun, itu memang ditemukan meninggal di Jalan Danau Beratan, tepatnya di depan Banjar Pantai Sanur, Denpasar, pada 3 Oktober 2020 usai terjatuh dari sepedanya. Namun, hal itu disebabkan oleh adanya riwayat penyakit jantung yang dimiliki oleh INS.
Dilansir dari Kumparan.com, Koordinator Ambulans Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Denpasar, Dewa Mahendra, mengatakan INS meninggal setelah terjatuh dari sepedanya sekitar pukul 06.30 WITA. INS pun dievakuasi oleh petugas ambulans Public Safety Center (PSC) BPBD Pos Juanda. "Setelah dilakukan pemeriksaan, rupanya korban terserang penyakit jantung," ujar Dewa.
INS kemudian dibawa ke kediamannya yang terletak di Sanur, Bali. "Atas permintaan dari keluarga, korban langsung dievakuasi ke kediamannya," kata Dewa. Menurut keterangan keluarga korban, INS memang memiliki riwayat penyakit jantung. "Kemarin masih aktif kontrol ke rumah sakit," tuturnya.
Peristiwa ini juga diberitakan oleh Tribun Bali. Dilansir dari Tribun Bali, menurut Ni Putu Isma Diarthi, petugas medis PSC BPBD Denpasar yang menangani korban di lokasi kejadian, menjelaskan bahwa korban memang memiliki riwayat penyakit jantung.
Hal itu dibenarkan oleh pihak keluarga. Sebelum meninggal pun, korban masih aktif kontrol ke rumah sakit. "Informasi dari keluarga, almarhum INS memiliki riwayat sakit jantung, kemarin masih aktif kontrol ke rumah sakit," katanya. Sebelum meninggal, INS sempat mengalami napas tersendat dan mengap-mengap.
Isu soal adanya orang yang meninggal ketika bersepeda menggunakan masker bukan kali ini saja beredar. Pada awal Juni 2020, terdapat isu serupa yang menyebar. Pesepeda yang meninggal ketika itu pun memiliki riwayat penyakit jantung. Menanggapi isu ini, dilansir dari Kompas.com, dokter spesialis kedokteran olahraga Michael Triangto menjelaskan, jika memang ada gangguan jantung yang dimiliki oleh pesepeda tersebut, kemungkinkan terbesar itulah penyebabnya, bukan karena penggunaan masker.
Menurut Michael, orang dengan riwayat gangguan jantung tentu berisiko terkena serangan jantung kapan pun, terlepas menggunakan masker atau tidak. Bahkan, ia bisa mengalami serangan jantung ketika tidur maupun sedang berolahraga. Michael menyatakan, ketimbang berdiam diri saja, risiko kematian bagi orang dengan riwayat penyakit jantung tentu akan meningkat ketika melakukan aktivitas seperti berolahraga. Ini dikarenakan jantung bekerja lebih berat untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Namun, bukan berarti orang dengan gangguan jantung tidak bisa berolahraga. Sebaliknya, menurut Michael, mereka diwajibkan berolahraga, dengan catatan disesuaikan dengan kapasitas tubuh sehingga tidak memicu kerja jantung yang terlalu berat. Michael menjelaskan menggunakan masker ketika berolahraga memang akan mempengaruhi sirkulasi udara. Namun, bukan berarti seseorang bakal meninggal karena kehabisan napas lantaran berolahraga menggunakan masker.
Jika merasa tidak nyaman, seseorang pasti akan merespons dengan melepas masker tersebut. "Kalau mulai pusing (karena sulit bernapas), kenapa enggak dibuka? Masak kamu enggak mampu untuk buka masker sendiri yang jadi penyebab itu (sulit bernapas)," katanya. Michael pun menambahkan, di tengah pandemi Covid-19, kita tetap bisa berolahraga menggunakan masker selama itu ringan. Menurut dia, olahraga berat umumnya hanya dilakukan oleh atlet, yang tentunya berada di lokasi khusus dan tidak perlu mengenakan masker.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa pesepeda di Denpasar dalam foto di atas meninggal karena memakai masker, keliru. Pengendara sepeda yang berinisial INS itu meninggal usai terjatuh dari sepedanya karena mengalami serangan jantung. Menurut pihak keluarga, INS memang memiliki riwayat penyakit jantung. Menurut ahli, risiko kematian bagi orang dengan riwayat penyakit jantung akan meningkat ketika melakukan aktivitas seperti berolahraga.
SITI AISAH
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/pesepeda
- https://web.facebook.com/permalink.php?story_fbid=3024523430986617&id=169859196453069
- https://www.tempo.co/tag/sepeda
- https://kumparan.com/kanalbali/jatuh-dari-sepeda-seorang-pria-di-denpasar-meninggal-dunia-1uJmaVsyuuN/full
- https://www.tempo.co/tag/bali
- https://jakarta.tribunnews.com/2020/10/03/pesepeda-56-tahun-mendadak-meninggal-usai-terjatuh-di-sanur-sempat-megap-megap-saat-kenakan-masker
- https://www.kompas.com/sains/read/2020/06/02/203033223/bersepeda-pakai-masker-sebabkan-kematian-benarkah
- https://www.tempo.co/tag/denpasar
Halaman: 4691/6186