(GFD-2021-8490) Keliru, Klaim Ini Video Warga Prancis yang Berbondong-bondong Masuk Islam
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 09/02/2021
Berita
Video berdurasi sekitar 2,5 menit yang diklaim memperlihatkan warga Prancis yang berbondong-bondong masuk Islam beredar di media sosial. Dalam video itu, tampak seorang pria berpeci dan berjubah putih yang sedang berada di atas sebuah panggung dan beberapa kali menyerukan takbir.
Pria ini kemudian memimpin belasan orang yang juga naik ke atas panggung untuk mengucapkan syahadat. Di sekeliling panggung tersebut, ribuan orang berkumpul. Mereka mengikuti pria berpeci dan berjubah putih tersebut ketika meneriakkan takbir maupun membacakan syahadat.
Di Facebook, video beserta narasi tersebut dibagikan salah satunya oleh akun ini pada 5 Januari 2021. Akun itu pun menulis, “Warga Perancis berbondong bondong masuk Islam.” Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah mendapatkan 36 reaksi dan 13 komentar serta dibagikan 9 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait video yang diunggahnya.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengan toolInVID. Gambar-gambar itu kemudian ditelusuri denganreverse image toolYandex. Hasilnya, ditemukan bahwa video tersebut telah beredar sejak 2011. Peristiwa dalam video itu pun bukan terjadi di Prancis, melainkan di Jerman.
Awalnya, Tempo mendapatkan beberapa petunjuk dari kanal YouTube berbahasa Arab, Abdulaziz Mohammed, yang mengunggah video yang identik dengan durasi yang lebih panjang pada 12 Januari 2012. Judul video itu, jika diterjemahkan, berarti “Tujuh belas orang mendeklarasikan Islam mereka di depan semua orang di Jerman pada 2011”.
Terdapat pula petunjuk lain, yakni tulisan berjalan yang muncul pada menit 1:16, yang berbunyi “www.jugendnetz-wetzlar.de”. Lewat pencarian di Google, ditemukan bahwa situs tersebut dikhususkan bagi komunitas anak muda dari Wetzlar dan sekitarnya. Wetzlar adalah sebuah kota di negara bagian Hessen di Jerman.
Petunjuk ketiga dalam video tersebut adalah tulisan dalam bahasa Jerman, yakni “Mochtest du Schuler von Dr. Bilal Philips werden?”, pada spanduk yang terpasang di bagian depan panggung acara itu. Apabila diterjemahkan, tulisan tersebut memiliki arti: “Apakah Anda ingin menjadi murid Dr. Bilal Philips?”.
Dengan ketiga petunjuk itu, Tempo kemudian melakukan pencarian lanjutan di kanal YouTube milik situs Jugendnetz-wetzlar. Tempo memasukkan kata kunci “Dr Bilal Philips” di kolom pencarian kanal tersebut. Hasilnya, ditemukan setidaknya tiga video yang berasal dari peristiwa yang sama yang dipublikasikan pada 23 April 2011.
Tiga video berjudul Pierre Vogel in Frankfurt (2011) itu, pada bagian kedua, terdapat keterangan "17 junge Menschen traten dem Islam bei" atau "17 anak muda masuk Islam". Seperti yang terlihat dalam video, acara tersebut digelar di depan patung Gutenberg-Denkmal dan kantor Ecommerzbank. Di Google Maps, patung dan kantor ini memang berada di Frankfurt, Jerman.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video tersebut adalah video warga Prancis yang berbondong-bondong masuk Islam, keliru. Video tersebut tidak diambil di Prancis. Video ini adalah rekaman peristiwa pada 2011, ketika 17 anak muda di Frankfurt, Jerman, masuk Islam.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/prancis
- https://archive.is/veHcK
- https://www.tempo.co/tag/islam
- https://www.tempo.co/tag/jerman
- https://www.tempo.co/tag/arab
- https://www.youtube.com/watch?v=vg7UO0hSETI
- https://www.google.com/maps/@50.1121887,8.6765799,3a,55.1y,48.32h,97.28t/data=!3m8!1e1!3m6!1sAF1QipNTT6jtpakHBCDnAC9x3oVUqcTOFPMzcZWOq8jB!2e10!3e11!6s
- https:%2F%2Flh5.googleusercontent.com%2Fp%2FAF1QipNTT6jtpakHBCDnAC9x3oVUqcTOFPMzcZWOq8jB%3Dw203-h100-k-no-pi0-ya273.66833-ro-0-fo100!7i9728!8i4032
- https://www.tempo.co/tag/frankfurt
(GFD-2021-8489) Keliru, Tak Ada Warga Vietnam yang Meninggal Akibat Covid-19 Karena Minum Teh Panas Campur Lemon
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 09/02/2021
Berita
Klaim bahwa tidak ada warga Vietnam yang meninggal karena Covid-19 beredar di media sosial. Menurut klaim tersebut, tidak ada kasus kematian akibat Covid-19 di Vietnam karena warganya rutin mengkonsumsi teh panas yang dicampur dengan perasan lemon. Di Facebook, klaim tersebut dibagikan oleh akun ini pada 8 Februari 2021. Berikut narasi lengkapnya:
“Kabar gembira dan istimewa.. Vietnam korban covid 19 tidak ada yng mati...Berita super.. obat virus covid 19 sudah tercapai informasi dari negara Vietnam.. virus covid 19 tidak menyebabkan kematian.. ternyata resepnya sangat sederhana tapi sangat ampuh.. hanya 1 teh..2 lemon..minumlah teh panas setelah di campur perasan lemon..dapat segera membunuh virus covid 19..dan dapat sepenuhnya menghilangkan virus covid 19 dari tubuh...2 bahan ini membuat sistem kekebalan tubuh menjadi bersifat basa.. karena ketika malam tiba sistem tubuh menjadi asam.. kemampuan detensif juga akan berkurang.. itulah sebabnya orang Vietnam santai saja dengan menyebarnya virus covid 19... Di Vietnam rata2 semua orang minum segelas air panas dengan sedikit lemon di malam hari... Karena telah terbukti membunuh virus covid 19 secara total...”
Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru bahwa tidak ada warga Vietnam yang meninggal akibat Covid-19 karena mengkonsumsi teh panas yang dicampur dengan perasan lemon.
Hasil Cek Fakta
Menurut data Worldometer per 9 Februari 2021, kasus Covid-19 di Vietnam mencapai 2.050 kasus, di mana 35 orang di antaranya meninggal. Sementara itu, pasien Covid-19 di Vietnam yang telah dinyatakan sembuh sebanyak 1.472 orang. Sementara menurut data Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) per 8 Februari 2021, kasus Covid-19 di Vietnam mencapai 2.005 kasus, di mana 35 orang di antaranya meninggal.
Dilansir dari BBC, Vietnam mencatatkan kematian pertama akibat Covid-19 baru pada 31 Juli 2020. Pasien yang meninggal tersebut berjenis kelamin laki-laki dan berusia 70 tahun. Ia berasal dari Hoi An. Kematian kedua, seorang pria berusia 61 tahun, dilaporkan kemudian di hari yang sama. Kedua pasien yang meninggal tersebut memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya. Ketika itu, di Vietnam, kasus Covid-19 baru mencapai 546 kasus.
Menurut BBC, tidak seperti banyak negara lain, Vietnam bertindak bahkan sebelum ada kasus Covid-19 yang dikonfirmasi. Pemerintah menutup perbatasannya lebih awal bagi hampir semua pelancong, kecuali warga negara yang kembali dari luar negeri. Siapa pun yang memasuki negara tersebut juga harus dikarantina di fasilitas pemerintah selama 14 hari dan menjalani pengujian Covid-19.
Dikutip dari Liputan6.com, Vietnam merupakan salah satu negara di ASEAN yang dinilai dapat menangani pandemi Covid-19 dengan cukup baik di masa kritis, di saat negara lain masih bergulat untuk melawan virus tersebut. Duta Besar Vietnam untuk Indonesia Pham Vinh Quang memaparkan bahwa salah satu hal yang dilakukan oleh pemerintah Vietnam adalah cepat dan tanggap dalam merespons Covid-19.
Bukti nyata pemerintah Vietnam bertindak cepat dan tanggap dalam penanganan pandemi Covid-19 adalah bahwa mereka segera membentuk komite penanganan pandemi, hanya 7 hari setelah ditemukannya kasus pertama pada Januari 2020. "Selain itu, aturan pembatasan ketat juga menjadi salah satu kunci dalam menangani Covid-19," kata Pham dalam sesi bincang santai siang virtual bersama awak media pada 22 Desember 2020.
Teh panas dan lemon untuk Covid-19
Klaim bahwa mengkonsumsi teh panas serta lemon bisa membunuh virus Corona Covid-19 pernah beredar pada April 2020 lalu. Ketika itu, Tim CekFakta Tempo telah melakukan verifikasi, dan menyatakan bahwa klaim tersebut keliru. Mengutip laporan organisasi cek fakta FactCheck, dokter penyakit menular Krutika Kuppalli mengatakan, "Tidak ada data yang menunjukkan bahwa lemon atau teh panas akan membunuh virus."
Terkait klaim bahwa teh panas bisa mematikan virus Corona Covid-19, pernah beredar sebelumnya pada akhir Maret 2020. Informasi tersebut berasal dari peneliti Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Zhejiang, Cina. Dalam sebuah percobaan dengan sel yang dikultur secara in vitro, mereka menemukan bahwa teh, yang kaya polifenol, bekerja dengan baik dalam membunuh virus Corona secara ekstraseluler dan menekan proliferasi intraselulernya.
Namun, hal itu telah dibantah oleh seorang ahli imunologi yang diwawancara oleh China Daily. Menurut dia, virus Corona menginfeksi sel epitel alveolar di paru-paru. Sementara teh yang diminum tidak akan mencapai paru-paru. Bahkan, kalau pun percobaan in vitro menunjukkan bahwa teh dapat membunuh virus Corona, tidak berarti bahwa mengkonsumsi teh bisa menghasilkan efek yang sama.
Menurut ahli tersebut, setelah tes in vitro pun, uji coba pada hewan harus dilakukan, kemudian dipertimbangkan untuk uji klinis pada manusia. Hasil tes in vitro tidak cukup untuk menyimpulkan bahwa minum teh dapat membantu mencegah penularan Covid-19. Saat ini, artikel yang dipublikasikan lewat akun WeChat CDC Zhejiang tersebut juga sudah dihapus. Staf CDC Zhejiang mengatakan temuan dari penelitian terbaru akan dipublikasikan melalui WeChat setelah prosedur-prosedur yang diperlukan diselesaikan.
Sementara terkait klaim bahwa lemon bisa membunuh virus Corona Covid-19, pernah beredar pada awal April 2020. Narasi yang menyebar ketika itu menyatakan bahwa virus Corona memiliki derajat keasaman (pH) 5,5-8,5. Dengan derajat keasaman tersebut, virus Corona bisa dibunuh dengan mengkonsumsi makanan alkali, termasuk lemon, yang mengandung pH yang lebih tinggi ketimbang pH virus.
Sebagai informasi, semakin rendah pH, suatu unsur akan semakin bersifat asam. Sementara makanan alkali mengandung pH basa atau pH di atas 7 (pH yang dianggap netral). Lemon memiliki pH sekitar 2, bukan 9,9 seperti dalam narasi itu. Menurut Euronews, mengkonsumsi makanan tertentu yang memiliki pH di bawah ataupun di atas 7 tidak akan mengubah derajat keasaman dalam tubuh. Pasalnya, tubuh telah mengatur derajat keasamannya dalam kisaran yang sangat sempit, terbatas pada pH 7,37-7,43, agar sel-sel tetap berfungsi.
Ahli virus Shaheed Jameel pun mengatakan virus tidak memiliki derajat keasaman. Karena itu, pernyataan yang mengaitkan makanan yang diklaim memiliki pH tinggi dengan virus Corona tidak berdasar. "Tidak ada organisme hidup yang memiliki nilai pH," katanya. Oyewale Tomori, profesor virologi WHO, juga mengatakan bahwa klaim tentang pH pada virus Corona keliru. "Virus Corona tidak ada hubungannya dengan perut. Jadi, bagaimana 'makanan alkali' mengalahkan virus? Klaim ini harus diabaikan," ujarnya.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa tidak ada warga Vietnam yang meninggal akibat Covid-19 karena rutin mengkonsumsi teh panas yang dicampur dengan perasan lemon, keliru. Meski kasus Covid-19 di Vietnam terbilang rendah, hingga saat ini, sebanyak 35 warga di negara itu yang meninggal akibat penyakit tersebut. Selain itu, tidak ada bukti yang menunjukkan teh panas atau lemon bisa mencegah atau menyembuhkan Covid-19.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/vietnam
- https://archive.vn/H8zBf
- https://bit.ly/3jvpsff
- https://covid19.who.int/region/wpro/country/vn
- https://www.bbc.com/news/world-asia-53606917
- https://www.tempo.co/tag/covid-19
- https://bit.ly/3aO1JTt
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/734/fakta-atau-hoaks-benarkah-minum-teh-panas-yang-dicampur-perasan-lemon-bisa-bunuh-corona
- https://www.tempo.co/tag/virus-corona
- https://www.tempo.co/tag/teh
- https://www.tempo.co/tag/lemon
(GFD-2021-8488) Keliru, Pria Ini Syok saat Siuman dari Koma Setahun Karena Keluarganya Meninggal Akibat Covid-19
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 09/02/2021
Berita
Narasi bahwa seorang pria asal Inggris, Joseph Flavill, syok saat siuman dari koma selama setahun karena mengetahui anggota keluarganya meninggal akibat Covid-19, beredar di media sosial. Klaim itu terdapat dalam sebuah artikel yang berjudul "Setahun Koma di Rumah Sakit, Begitu Siuman Pria Ini Syok Orang-orang Tercinta Meninggal karena Covid".
Artikel tersebut salah satunya dimuat oleh situs ini pada 7 Februari 2021. Menurut artikel itu, informasi tersebut dikutip dari media Inggris The Sun. Artikel itu kemudian dibagikan ke media sosial, salah satunya oleh akun Facebook ini pada tanggal yang sama. Artikel tersebut juga memuat foto seorang pria yang tergolek di ranjang rumah sakit.
Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook berupa tautan artikel yang berisi klaim keliru soal pria asal Inggris yang koma selama pandemi Covid-19.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto yang tercantum dalam artikel di atas denganreverse image toolGoogle. Hasilnya, ditemukan sejumlah berita yang memuat foto itu, termasuk yang diterbitkan oleh The Sun, yang dikutip oleh situs di atas. Namun, dalam berita itu, tidak terdapat informasi bahwa anggota keluarga Joseph Flavill meninggal karena Covid-19.
Berita The Sun ini berjudul "Pelajar 19 tahun, dalam keadaan koma selama 11 bulan setelah tabrakan mobil, akhirnya bangun tanpa mengetahui pandemi Covid". Menurut berita itu, pelajar 19 tahun yang bernama Joseph Flavill tersebut tertabrak mobil saat berjalan kaki di daerah Burton, Staffordshire, Inggris, pada 1 Maret 2020. Akibat kecelakaan ini, dia menderita cedera otak parah dan dirawat di Rumah Sakit Umum Leicester.
Joseph mengalami koma tiga minggu sebelum Inggris menerapkan lockdown nasional pertamanya untuk mengerem penyebaran Covid-19 pada 23 Maret 2020. Dia pun sempat terjangkit Covid-19 dua kali di rumah sakit, tapi saat ini telah pulih. Joseph juga sudah siuman dari koma. Namun, dia tidak memiliki pengetahuan tentang pandemi Covid-19. Saat ini, dia hanya berhubungan dengan orang-orang tercintanya lewat panggilan video di Facetime.
Hanya ibu Joseph, Sharon Priestley, yang diizinkan berkunjung di bawah pembatasan karena pandemi Covid-19. Kerabatnya pun kini bertanya-tanya bagaimana menjelaskan betapa terpuruknya dunia akibat pandemi kepada Joseph. Bibinya, Sally Flavill-Smith, mengatakan dia telah mengalami kemajuan pesat dalam beberapa minggu terakhir. Joseph sudah bisa berkedip dan tersenyum ketika menanggapi perkataan seseorang serta mengangkat kaki sesuai instruksi.
"Sangat sulit bagi ibunya untuk tidak bisa menemuinya. Kami juga tidak tahu seberapa banyak yang dia pahami karena kecelakaannya terjadi sebelum lockdown nasional pertama, dan itu artinya dia telah tertidur selama pandemi. Sulit karena kami tahu dia sudah semakin sadar, tapi bagaimana Anda menjelaskan pandemi kepada seseorang yang berada dalam kondisi koma sebelumnya?" ujar Sally.
Sekitar empat bulan lalu, Joseph dipindahkan ke Rumah Perawatan Adderley Green di Stoke untuk rehabilitasi neurologis, fisik, dan kognitif. Ibunya diizinkan untuk menghabiskan waktu bersamanya di rumah perawatan itu di hari ulang tahun Joseph yang ke-19, meskipun tetap harus menjaga jarak. Menurut Sally, wajah Joseph bersinar ketika dia melihat teman dan keluarganya lewat Facetime.
Berita tentang Joseph Flavill ini juga dimuat oleh media-media lain, baik luar maupun dalam negeri, seperti CNN, The Guardian, BBC, Reuters, CNN Indonesia, Detik.com, dan Merdeka.com. Namun, dalam berita-berita tersebut, juga tidak ditemukan informasi bahwa anggota keluarga Joseph meninggal karena Covid-19 selama dia berada dalam kondisi koma di rumah sakit akibat tertabrak mobil.
Dilansir dari Reuters, selama Joseph Flavill dirawat di rumah sakit, sebagian besar keluarganya tidak bisa berada di dekatnya karena pembatasan akibat pandemi Covid-19. Mereka berkomunikasi hanya melalui panggilan video. "Baru-baru ini Joseph mulai menunjukkan tanda-tanda kecil pemulihan. Kami tahu sekarang dia bisa mendengar kami, dia menanggapi perintah kecil," kata Sally Flavill Smith, bibi Joseph, pada 8 Februari 2021.
“Ketika kami mengatakan kepadanya, 'Joseph, kami tidak bisa bersamamu, tapi kamu aman, ini tidak akan selamanya', dia mengerti, dia mendengarmu, dia hanya tidak bisa berbicara,” katanya. Sally menambahkan bahwa Joseph sekarang bisa memberi isyarat 'ya' dengan satu kedipan dan 'tidak' dengan dua kedipan. Namun, Sally menyatakan masih tidak tahu bagaimana Joseph akan memahami cerita mereka tentang lockdown selama pandemi Covid-19.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa seorang pria asal Inggris, Joseph Flavill, syok saat siuman dari koma selama setahun karena mengetahui anggota keluarganya meninggal akibat Covid-19, keliru. Menurut artikel yang memuat klaim itu, informasi tersebut berasal dari The Sun. Namun, dalam berita yang dimuat oleh The Sun, tidak terdapat informasi bahwa anggota keluarga Joseph meninggal karena Covid-19. Begitu pula dalam pemberitaan di berbagai media lain. Dalam berita-berita itu, hanya disebutkan bahwa keluarga Joseph bingung bagaimana menjelaskan pandemi Covid-19 kepadanya karena ia mengalami koma sejak awal Maret 2021, sebelum Inggris mengalami lockdown dan kasus Covid-19 menyebar di seluruh dunia.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/covid-19
- https://archive.vn/GUkB3
- https://archive.vn/SGkN2
- https://www.thesun.co.uk/news/13917552/student-coma-car-crash-covid/
- https://www.tempo.co/tag/inggris
- https://www.tempo.co/tag/pandemi-covid-19
- https://www.tempo.co/tag/lockdown
- https://edition.cnn.com/2021/02/03/uk/joseph-flavill-coma-pandemic-scli-gbr-intl/index.html
- https://www.theguardian.com/uk-news/2021/feb/02/teenager-emerges-after-10-month-coma-with-no-knowledge-of-pandemic
- https://www.bbc.com/news/av/uk-55922431
- https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-britain-coma-idUSKBN2A80JS
- https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210208152251-134-603716/sadar-usai-setahun-koma-remaja-inggris-2-kali-positif-covid
- https://health.detik.com/true-story/d-5364485/koma-10-bulan-remaja-ini-tak-tahu-ada-pandemi-meski-pernah-kena-corona
- https://www.merdeka.com/dunia/bangun-dari-koma-10-bulan-remaja-inggris-tidak-tahu-ada-pandemi.html
(GFD-2021-8487) Keliru, Klaim Ini Foto-foto Karyawan J&T Mogok Kerja Akibat Potong Gaji
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 08/02/2021
Berita
Sejumlah foto yang memperlihatkan ribuan paket yang tersebar berantakan di sebuah gudang beredar di media sosial. Beberapa truk yang tampak dalam foto-foto tersebut bertuliskan J&T Express. Tertera pula narasi bahwa peristiwa dalam foto-foto itu terkait dengan karyawan J&T Express yang mogok kerja akibat dipotongnya gaji mereka.
Di Facebook, foto-foto itu dibagikan salah satunya oleh akun ini pada 7 Februari 2021. Hingga kini, unggahan tersebut telah mendapatkan 38 reaksi dan 12 komentar serta dibagikan sebanyak 79 kali.
Foto-foto yang diunggah di Facebook yang mencantumkan klaim keliru soal kondisi sebuah gudang milik J&T Express.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto-foto di atas denganreverse image toolSource dan Google. Hasilnya, ditemukan sejumlah pemberitaan bahwa peristiwa dalam foto-foto itu bukan terjadi di Indonesia, melainkan di Malaysia. Karyawan J&T melempar paket-paket itu karena menuntut pembagian bonus, bukan karena dipotongnya gaji mereka.
Foto-foto itu berasal dari video milik akun TikTok asal Malaysia, @nonihassan7, pada 7 Februari 2021. Akun ini menulis narasi, “Cepat atau lambat. Harap barang aku selamat #foryourpage #viral #jnt.” Namun, sehari kemudian, pemilik akun ini mengunggah video yang berisi penjelasan bahwa peristiwa dalam video itu terjadi di Malaysia, bukan di Indonesia. Ia juga mengatakan peristiwa itu tidak terjadi di semua gudang J&T di Malaysia.
Kanal YouTube milik Kompas.com, Kompascom Reporter on Location, pun pernah memuat rekaman milik akun @nonihassan7 tersebut dalam video beritanya pada 8 Februari 2021. Menurut penjelasan dalam video ini, video yang viral itu memperlihatkan kurir pengiriman barang J&T Express Perak, Malaysia, yang mengobrak-abrik paket di gudang. Dilansir dari media Malaysia, Sinar Harian, pihak J&T Express Perak telah meminta maaf pada 7 Februari 2021.
"Kami dari pihak J&T Express Perak. Belakangan ini, beredar sebuah video di media sosial tentang pekerja yang tidak mengikuti SOP dan melempar paket pelanggan. Kami ingin memohon maaf dan menjelaskan bahwa tidak ada isu pemotongan gaji antara pihak perusahaan dan pekerja J&T Express Perak. Kami ingin menjelaskan bahwa kami tidak ada melakukan tindakan mogok kerja," demikian penjelasan dari pihak J&T Express Perak.
Video permintaan maaf berdurasi 57 detik itu juga diunggah ke Facebook oleh akun resmi J&T Express Perak pada 7 Februari 2021. Permintaan maaf pun disampaikan oleh manajemen J&T Express Malaysia lewat keterangan pers yang diunggah ke akun Facebook resminya pada tanggal yang sama. "Pertama-tama, kami menyampaikan permintaan maaf yang terdalam kepada semua warga Malaysia," demikian narasi awal dalam keterangan pers itu.
Menurut J&T Express Malaysia, perusahaan telah memberi karyawan bonus akhir tahun sesuai ketentuan terkait serta Undang-Undang Ketenagakerjaan Malaysia. Bonus penuh dibayarkan kepada karyawan yang telah bekerja selama minimal 1 tahun. "Bagi karyawan yang bekerja kurang dari 1 tahun, bonus diberikan sesuai dengan lamanya waktu kerja. Sayangnya, beberapa karyawan tidak mengetahui dengan jelas skema pembayaran ini."
Ketidaktahuan itu pun berujung pada pelemparan paket-paket pelanggan pada 4 Februari 2021. Ada karyawan yang menghasut beberapa karyawan lain untuk membuat keributan bersama dan mengunggah video tersebut ke media sosial. "Manajemen kami di Perak segera menangani dan mengklarifikasi indisen itu. Pada 5 Februari 2021, para karyawan telah kembali ke status kerja normal mereka dan secara aktif memilih dan memproses paket pelanggan."
Terkait klaim bahwa J&T Express Malaysia melakukan pemotongan gaji karyawan, mereka juga mengklarifikasi bahwa J&T tidak akan memotong atau berhutang kepada karyawan. "Dan dengan ini menyatakan bahwa kami bersedia menerima pengawasan dan inspeksi oleh publik atau lembaga terkait," demikian penjelasan dari J&T Malaysia.
Manajemen J&T Express Indonesia juga telah mengklarifikasi video tersebut. Elena, juru bicara J&T Express Indonesia, menjelaskan bahwa peristiwa dalam video yang viral itu bukan terjadi di Indonesia, melainkan di Malaysia. Elena mengklaim seluruh pengiriman paket pelanggan J&T Express Indonesia saat ini berjalan lancar dan sesuai prosedur operasional. “J&T Express berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan terbaik,” katanya seperti dilansir dari Kompas.com.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto-foto di atas adalah foto-foto karyawan J&T yang mogok kerja akibat dipotongnya gaji mereka, keliru. Foto-foto itu berasal dari video yang memperlihatkan kurir pengiriman barang J&T Express Perak, Malaysia, yang mengobrak-abrik paket di gudang. Dalam video permintaan maafnya, mereka menyatakan tidak pernah melakukan mogok kerja. Insiden yang terjadi pada 4 Februari 2021 tersebut pun dipicu oleh masalah pembagian bonus, bukan pemotongan gaji.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/jt
- https://archive.vn/VeqZK
- https://www.tempo.co/tag/malaysia
- https://www.tiktok.com/@nonihassan7/video/6926033858936769793
- https://www.tiktok.com/@nonihassan7/video/6926139148164271361
- https://bit.ly/39ZN0pk
- https://www.tempo.co/tag/mogok-kerja
- https://bit.ly/3rAEX8e
- https://bit.ly/3aHN2l0
- https://www.tempo.co/tag/pemotongan-gaji
- https://bit.ly/3aIreWb
- https://www.tempo.co/tag/kurir
Halaman: 4625/6164