• (GFD-2020-8184) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Hasil Quick Count Pilpres 2019 Diubah dengan Kemenangan Pasangan Jokowi-Ma'ruf?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 15/07/2020

    Berita


    Akun Facebook Taufik Bule mengunggah gambar berisi dua foto terkait Pemilihan Presiden atau Pilpres 2019 ke halaman Manusia Merdeka pada 13 Juli 2020. Foto pertama memperlihatkan infografis hasil hitung cepat atau quick count dari enam lembaga survei yang ditayangkan oleh MetroTV.
    Dalam gambar itu, terlihat bahwa quick count pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dari setiap lembaga survei menunjukkan hasil yang lebih tinggi ketimbang pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Namun, dalam hasil akhirnya, pasangan Jokowi-Ma’ruf lebih unggul dengan suara sebesar 54,81 persen.
    Adapun foto kedua memperlihatkan Jokowi yang sedang duduk bersama Ma’ruf serta beberapa tokoh pendukungnya, seperti Erick Thohir, Jusuf Kalla, dan Megawati Soekarnoputri. Jokowi-Ma'ruf memakai pakaian berwarna putih. Di depannya, terlihat beberapa air minum yang kemasannya berwarna hijau.
    Oleh akun Taufik Bule, gambar itu ia beri narasi sebagai berikut: “Viralkan lagi. Menolak lupa, wajah sedih diubah menjadi gembira oleh kebohongannya.”
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Taufik Bule.
    Unggahan ini beredar setelah Mahkamah Agung (MA) mengunggah Putusan MA Nomor 44 Tahun 2019 di situs resminya yang isinya mengabulkan permohonan pengujian hak materiil dari tujuh pemohon, salah satunya politikus Partai Gerindra Rachmawati Soekarnoputri.
    Di poin ketiga, MA menyatakan ketentuan Pasal 3 Ayat 7 Peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nomor 5 Tahun 2019 entang Penetapan Pasangan Calon Terpilih, Penetapan Perolehan Kursi, dan Penetapan Calon Terpilih dalam Pemilihan Umum tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. 
    Namun, putusan MA ini tidak mempengaruhi hasil Pilpres 2019. Putusan itu tidak berlaku surut, di mana terbit setelah Jokowi-Ma'ruf dilantik sebagai presiden dan wakil presiden. Hasil Pilpres 2019 pun telah sesuai dengan Pasal 6A UUD 1945.
    Apa benar hasil quick count Pilpres 2019 diubah dengan kemenangan pasangan Jokowi-Ma’ruf?

    Hasil Cek Fakta


    Terkait foto pertama, Tim CekFakta Tempo pernah menurunkan artikel terkait hasil quick count di MetroTV tersebut. Infografis hasil quick count itu ditampilkan saat MetroTV menggelar talkshow yang berjudul “Live Event Presiden Pilihan Kita” pada 17 April 2019.
    Dalam talkshow itu, MetroTV sempat menampilkan infografis hasil quick count yang memenangkan pasangan Prabowo-Sandi. Namun, beberapa menit kemudian, MetroTV memberikan klarifikasi bahwa terdapat kesalahan teknis pada infografis hasil quick count yang menampilkan kemenangan Prabowo-Sandi.
    “Terdapat kesalahan teknis dalam penayangan grafis data hasil sementara penghitungan cepat Pilpres 2019 pada pukul 15.12 WIB. Di dalam tayangan tersebut, terdapat perbedaan data grafis dengan election ticker yang muncul di layar,” tulis MetroTV dalam video klarifikasinya saat itu.
    Dalam video klarifikasi itu, MetroTV juga telah menampilkan infografis hasil quick count yang benar di mana pasangan Jokowi-Ma'ruf lebih unggul ketimbang pasangan Prabowo-Sandi.
    Sementara terkait foto kedua, foto tersebut diambil saat Jokowi-Ma’ruf beserta tim kampanyenya memantau jalannya hitung cepat di Djakarta Theater pada 17 April 2019. Foto itu identik dengan foto yang pernah dimuat oleh IDN Times dalam beritanya yang berjudul "Jokowi-Ma'ruf dan Tokoh TKN Pantau Quick Count di Djakarta Theater".
    Beberapa tokoh hadir dalam acara pemantauan quick count sore ini, seperti Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Kepala Staf Presiden Moeldoko, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, serta Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto.
    Adapun ketua umum partai pendukung Jokowi yang hadir antara lain adalah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Perindo Harry Tanoesoedibjo, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKPI Diaz Hendropriyono.
    Hasil quick count bukan hasil resmi pemilu
    Meskipun hasil quick count tidak berbeda jauh dengan hasil pemilu, yang perlu dicatat adalah hasil quick count bukanlah hasil resmi yang menjadi penentu hasil pilpres. Pemenang pilpres ditentukan oleh penghitungan manual (real count) oleh KPU berdasarkan data yang dihitung dan direkap secara berjenjang dari tingkat Tempat Pemungutan Suara (TPS) sampai tingkat nasional.
    Sementara quick count dilakukan dengan mengumpulkan hasil penghitungan suara pada beberapa sampel TPS. Penetapan sampel tidak dilakukan secara asal, melainkan dengan kajian matang agar hasil quick count bisa memberikan gambaran keseluruhan TPS dengan akurasi yang tinggi. Karena dilakukan tidak di semua TPS, quick count bisa lebih cepat dari real count KPU. Quick count dilakukan oleh lembaga survei independen. Jadi, hasilnya pun tidak ada hubungannya dengan penghitungan yang dilakukan oleh KPU.
    Melalui hasil real count, KPU telah menetapkan pasangan Jokowi-Ma'ruf sebagai pemenang Pilpres 2019 pada 21 Mei 2019. Berdasarkan rekapitulasi KPU, pasangan Jokowi-Ma'ruf mendapatkan 85.607.362 suara atau sebesar 55,50 persen. Sedangkan pasangan Prabowo-Sandi mendapatkan 68.650.239 suara atau sebesar 44,50 persen.
    Kemenangan Jokowi-Ma’ruf itu pun telah dikukuhkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) yang menyidangkan sengketa hasil Pilpres 2019 yang diajukan oleh kubu Prabowo-Sandi. MK menyatakan klaim kemenangan Prabowo-Sandi dengan perolehan 52 persen suara tidak dilengkapi dengan bukti yang lengkap.
    "Selain dalil pemohon tidak lengkap dan tidak jelas karena tidak menunjukkan secara khusus di mana ada perbedaan, pemohon juga tidak melampirkan bukti yang cukup untuk meyakinkan mahkamah," ujar Hakim MK Arief Hidayat dalam sidang di Gedung MK, Jakarta, pada 27 Juni 2019.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa hasil quick count Pilpres 2019 diubah dengan kemenangan pasangan Jokowi-Ma’ruf keliru. Infografis hasil quick count di MetroTV yang digunakan untuk menyebarkan klaim itu, yang berasal dari enam lembaga survei, sempat mengalami kesalahan teknis. Hal ini telah diklarifikasi oleh MetroTV yang kemudian menunjukkan hasil quick count yang benar di mana pasangan Jokowi-Ma'ruf lebih unggul ketimbang pasangan Prabowo-Sandi. Selain itu, hasil quick count bukanlah hasil resmi yang menjadi penentu pemenang pilpres. Hasil pilpres ditentukan oleh penghitungan manual (real count) oleh KPU. Berdasarkan hasil real count, KPU telah menetapkan pasangan Jokowi-Ma'ruf sebagai pemenang Pilpres 2019. Kemenangan ini juga telah dikukuhkan oleh MK.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8183) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Pembacok Sopir Truk di Rancaekek yang Ditembak Tim Buser?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 15/07/2020

    Berita


    Sebuah video yang memperlihatkan penembakan terhadap dua pria di jalanan beredar di media sosial. Video tersebut diklaim sebagai video pelaku perampokan dan pembacokan terhadap seorang sopir truk di Rancaekek, Bandung, yang ditembak mati oleh tim buser kepolisian.
    Dalam video tersebut, terlihat seorang pria yang mengenakan topi dan rompi berwarna hitam yang menembak dua pria lainnya hingga tersungkur. Meski kedua pria itu sudah tak berdaya, pria bertopi dan berompi hitam itu terus melepaskan tembakan ke arah keduanya.
    Di Facebook, video itu diunggah salah satunya oleh akun Markonah, yakni pada 6 Juli 2020. Akun ini menulis narasi, “Pelaku perampokan & pembacokan sopir truk di daerah Ranca ekek – bandung di tembak mati team Buser.” Hingga artikel ini dimuat, video itu telah ditonton lebih dari 22 ribu kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Markonah.
    Apa benar video tersebut merupakan video penembakan terhadap pelaku perampokan dan pembacokan sopir truk di Rancaekek?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengantoolInVID. Selanjutnya, gambar itu ditelusuri jejak digitalnya denganreverse image toolGoogle. Hasilnya, ditemukan bahwa video itu bukanlah video penembakan terhadap pelaku perampokan dan pembacokan sopir truk di Rancaekek.
    Salah satu potongan gambar dari video penembakan itu pernah dimuat oleh situs media Kolombia, Semana.com, pada 31 Januari 2020. Menurut laporan Semana.com, peristiwa dalam video tersebut merupakan peristiwa pembunuhan oleh sekelimpok preman terhadap dua pria di El Santuario, Antioquia, Kolombia.
    Penembakan ini direkam dan disebarkan di media sosial dan WhatsApp oleh kelompok yang sama. Pembunuhan tersebut terjadi pada 28 Januari 2020 dini hari. Kedua korban adalah orang Venezuela, berusia 19 tahun dan 21 tahun. Menurut laporan pemerintah setempat, kelompok preman itu mendekati kedua pria tersebut dan, tanpa mengatakan apa-apa, menembak mereka.
    Peristiwa penembakan tersebut juga diberitakan oleh situs media Teleantioquia Noticias pada 29 Januari 2020. Menurut laporan Teleantioquia Noticias, beberapa jam sebelum terjadinya penembakan itu, pelaku juga menyerang sejumlah pemilik kendaraan yang berada di jalan yang mengarah ke Carmen de Viboral.
    Melalui sebuah pernyataan, Wali Kota El Santuario, Juan David Zuluaga mengkonfirmasi pembunuhan dua warga negara Venezuela itu. "Pada 28 Januari dini hari, dua orang berkebangsaan Venezuela ditembak dengan senjata api di daerah Puente Centenario," kata Zuluaga. Menurut dia, pihak berwenang sedang menyelidiki kemungkinan keterkaitan pelaku dengan beberapa tindak kejahatan yang terjadi di berbagai kota di Antioquia timur.
    Di YouTube, peristiwa itu pun dilaporkan oleh kanal Sky Colombia pada 31 Januari 2020 dengan judul “Las amenazas que se publicitan por Instagram en Antioquia”. Dalam keterangan video ini disebutkan bahwa pembunuhan dua orang di El Santuario direkam dan disiarkan di jejaring sosial oleh kelompok preman yang sama. Di akun media sosialnya, mereka juga mengunggah berbagai ancaman serta menampilkan senjata mereka.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas merupakan video penembakan terhadap pelaku perampokan dan pembacokan sopir truk di Rancaekek, Bandung, keliru. Video tersebut adalah video pembunuhan oleh sekelompok preman terhadap dua pria asal Venezuela di El Santuario, Antioquia, Kolombia, pada 28 Januari 2020. Video tersebut direkam dan diunggah ke media sosial oleh kelompok yang sama.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8182) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Pembuangan Jenazah Korban Covid-19 di Laut Meksiko?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 14/07/2020

    Berita


    Video berdurasi 18 detik yang memperlihatkan sebuah helikopter yang melontarkan puluhan orang dari udara beredar di media sosial. Video itu diklaim sebagai video pembuangan jenazah korban infeksi virus Corona Covid-19 di laut Meksiko.
    Salah satu akun yang membagikan video itu adalah akun Facebook Komar Komarudin, yakni pada 25 Juni 2020. Akun ini menulis, "Video pembuangan jenazah-jenazah korban Covid-19 di laut Meksiko." Dalam unggahannya, akun tersebut juga menyertakan tautan dari kanal Telegram Islam News. Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah ditonton lebih dari 2 ribu kali.
    Gambar tangkapan layar akun Facebook Komar Komarudin.
    Apa benar video tersebut adalah video pembuangan jenazah korban Covid-19 di laut Meksiko?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memeriksa klaim itu, Tim CekFakta Tempo mula-mula mengambil gambar tangkapan layar bagian awal video di atas. Gambar tersebut kemudian ditelusuri jejak digitalnya denganreverse image toolGoogle dan Yandex.
    Hasilnya, ditemukan petunjuk dari akun Twitter Sukhoi Su-57 Felon, @I30mki, yang pernah membagikan video itu pada 21 April 2020. Menurut keterangannya, video itu merupakan video helikopter Mi-26 milik Rusia yang mendapatkan Guiness World Record karena berhasil menerjunkan 226 anggota tim terjun payung dari ketinggian 6.500 meter.
    Berdasarkan penelusuran lanjutan, video itu telah beredar di YouTube sejak 2018. Kanal VimanX India pernah mengunggah video tersebut pada 27 Juli 2018 dengan judul "Para Comondos jumping out of MI 26 Helicopter". Kanal Flacrum juga pernah mengunggah video tersebut pada 3 Agustus 2018 dengan keterangan "Mi 26 Halo gets rid of paratroopers".
    Dilansir dari kanal USA Military Documentaries, helikopter Mi-26 milik Rusia ini dikenal sebagai helikopter terbesar dan terkuat yang pernah diproduksi. Mi-26 dirancang sebagai helikopter angkat berat untuk keperluan militer dan sipil. Versi ini menggantikan helikopter angkat berat Mi-6 dan Mi-12, dengan ruang kabin dua kali lipat lebih besar dari Mi-6.
    Produk Mi-26 pertama diterbangkan pada 14 Desember 1977, dan produksi pertama helikopter ini diluncurkan pada 4 Oktober 1980. Pembangunan helikopter tersebut rampung pada 1983, dan Mi-26 mulai beroperasi di pangkalan militer Soviet dan layanan komersial lainnya pada 1985.
    Klaim keliru bahwa video di atas merupakan video pembuangan jenazah korban Covid-19 di laut Meksiko tidak hanya beredar di Indonesia, tapi juga di India. Organisasi cek fakta India, Boom Live, menulis bahwa video itu merupakan video kegiatan terjun payung oleh sekolah penerbangan DZ Kolomna Aerograd di Moskow, Rusia.
    Dalam jawabannya melalui e-mail kepada Boom Live, DZ Kolomna Aerograd mengatakan acara tersebut diselenggarakan sebagai upaya untuk memecahkan rekor dunia dengan menyatukan 270 atlet profesional di Rusia, dan beberapa operator udara terbaik yang melakukan foto udara.
    Menurut laporan Boom Live, lompatan itu dilakukan dari ketinggian sekitar 6 ribu meter dari tiga helikopter raksasa dunia, Mi-26. Situs resmi DZ Aerograd Kolomna pun pernah mengunggah artikel dan video tentang kegiatan yang digelar pada 15 Juli 2018 tersebut.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video tersebut adalah video pembuangan jenazah korban Covid-19 di laut Meksiko keliru. Video itu merupakan video kegiatan terjun payung dari helikopter Mi-26 oleh sekolah penerbangan DZ Kolomna Aerograd di Moskow pada 15 Juli 2018 yang menyatukan 270 atlet profesional Rusia.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8181) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto-foto Orang Belanda di Kamp Pendudukan Jepang di Indonesia?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 14/07/2020

    Berita


    Akun Facebook Franci membagikan 14 foto lawas ke halaman Masa Hindia Belanda (Nederlands-Indië) pada Minggu 13 Juli 2020. Seluruh foto itu diklaim sebagai foto-foto orang Belanda yang mengalami penderitaan di kamp-kamp Jepang saat menjajah Indonesia.
    Belasan foto itu memang memperlihatkan suasana di kamp-kamp pengungsian. Terlihat sejumlah pria, wanita, dan anak-anak keturunan warga asing yang hidup di ruangan-ruangan yang sempit dan tak layak. Akun Franci pun menuliskan narasi sebagai berikut:
    “Keadaan yang paling menderita bagi orang-orang Belanda adalah pada saat pendudukan Jepang tahun 1942-1945. Kekalahan Belanda dari Jepang membuat banyak orang Belanda yang lahir dan besar di Indonesia (Hindia Belanda) harus mengungsi ke negeri Belanda. Para laki-laki ditangkap, dijadikan tawanan perang dan disiksa dengan kejam. Tentara Belanda yang tertangkap banyak yang dipenggal kepalanya. Sementara kaum wanita dan anak-anak dikarantina di kamp Tjideng Batavia dalam keadaan yang kumuh dan kurang makanan. Tercatat sekitar 300 wanita Belanda dijadikan budak seks para tentara Jepang dan mengalami siksaan yang berat.”
    Apa benar foto-foto unggahan akun Franci adalah foto-foto orang Belanda di kamp-kamp Jepang saat menjajah Indonesia?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menggunakan sejumlah reverse image tool untuk menelusuri jejak digital foto-foto tersebut. Hasilnya, ditemukan bahwa beberapa foto bukanlah foto suasana di kamp-kamp Jepang di Indonesia. Berikut ini fakta-faktanya:
    Foto 1
    Fakta:
    Sesuai arsip di situs The Historical Marker Database, foto ini adalah foto interniran atau kamp konsentrasi Jepang di Santo Tomas, Filipina. Foto ini diambil oleh pasukan Amerika Serikat, Signal Corps, pada Februari 1945. Disebut interniran karena kamp tersebut diisi oleh sejumlah tahanan yang berasal dari berbagai bangsa atau etnis. Pada Februari 1942, interniran ini berisi 3.200 orang Amerika, 900 orang Inggris (termasuk orang Kanada, orang Australia, dan lain-lain), 40 orang Polandia, 30 orang Belanda, dan beberapa orang dari Spanyol, Meksiko, Nikaragua, Kuba, Rusia, Belgia, Swedia, Denmark, Cina, dan Burma. Sekitar 100 di antaranya adalah orang Filipina atau sebagian Filipina, terutama pasangan dan anak dari orang Amerika. Foto tersebut juga pernah menjadi sampul buku karya Frances B. Cogan, "Captured: The Japanese Internment of American Civilians in the Philippines". Perlu diketahui bahwa, selama Perang Dunia II, banyak interniran yang dibuat oleh negara-negara yang berkonflik, seperti Jerman, Uni Soviet, AS, dan Jepang. Khusus di wilayah kekuasaan Kekaisaran Jepang, yang menempati interniran kebanyakan adalah warga negara AS, Inggris, dan Belanda.
    Sumber: The Historical Marker Database dan Amazon
    Foto 2
    Fakta:
    Foto ini ditemukan sebagai arsip di situs Australian War Memorial milik pemerintah Australia. Menurut keterangannya, foto ini adalah foto saat Mayor A.M. Hutson memberikan perawatan kepada Kapten Anderson dari Inggris yang menderita kekurangan gizi. Perawatan dilakukan di Kuching Civil Hospital, Serawak, Malaysia, yang sebelumnya menjadi rumah sakit militer Jepang. Foto diambil oleh SGT F.A.C. Burke pada 16 September 1945.
    Sumber: Australian War Memorial
    Foto 3
    Fakta:
    Foto ini juga merupakan koleksi Australian War Memorial yang diambil di Aitape, Papua Nugini, pada 24 Oktober 1943. Foto ini adalah foto Sersan NX143314 Leonard G. Siffleet dari Unit Khusus "M" yang akan dipenggal dengan pedang oleh Yasuno Chikao. Eksekusi ini merupakan perintah dari Wakil Laksamana Kamada, Komandan Angkatan Laut Jepang di Aitape. Sersan Siffleet ditangkap bersama Pte Pattiwahl dan Pte Reharin, anggota Pasukan Hindia Belanda di Ambon, ketika terlibat dalam pengintaian di belakang garis Jepang. Sementara Yasuno meninggal sebelum perang berakhir.
    Sumber: Australian War Memorial
    Foto 4
    Fakta:
    Foto ini dimuat di situs NOS Jeugdjournaal, program berita televisi yang diproduksi oleh siaran publik Belanda NOS. Dalam keterangannya, tertulis bahwa foto ini adalah foto suasana interniran Jepang di Brastagi, Sumatera. Terdapat ratusan orang Belanda yang dikurung di kamp tersebut pada November 1944. 
    Sumber: NOS Jeugdjournaal
    Foto 5
    Fakta:Foto ini memperlihatkan suasana sebuah kamp di masa pendudukan Jepang di Indonesia. Selama lebih dari tiga tahun, perempuan dan anak-anak tinggal di kamp Jepang yang kotor dan penuh sesak di Cideng, Batavia.
    Sumber: Pinterest
    Foto 6
    Fakta:Foto ini adalah koleksi Imperial War Museum dengan nomor SE 4863. Dalam situsnya, foto ini diberi keterangan: "Para tahanan sipil di kamp Cideng, Batavia."
    Sumber: Imperial War Museum
    Foto 7
    Fakta:Foto ini adalah koleksi Tropen Museum di Belanda yang didokumentasikan pada 1945. Situs tersebut memberikan keterangan bahwa foto ini adalah foto para perempuan dan anak-anak yang mandi di kamp perempuan Kampung Makassar, Batavia, setelah pendudukan Jepang.
    Sumber: Tropen Museum
    Foto 8
    Fakta:
    Foto ini adalah koleksi Australian War Memorial, yang diberi keterangan: "Seorang perempuan dan enam anak di interniran Kampung Makassar, Batavia, pada 1945. Ada 10 ribu wanita dan anak yang hidup dalam kamp Jepang tersebut."
    Sumber: Australian War Memorial
    Foto 9
    Fakta: Foto ini pernah dimuat di ABC News Australia pada 27 Juli 2017. ABC memberikan keterangan bahwa foto ini adalah foto para tahanan di kamp perempuan Bulu, Semarang, pada 1945. Foto didapat dari Nikola Drakulic dan Valentin Schreiber dari Europeana Collections.
    Sumber: ABC
    Foto 10
    Fakta:
    Foto ini pernah dimuat oleh Kompas.com yang diambil dari buku "Konflik Bersejarah-Ensiklopedi Pendudukan Jepang" terbitan 2013. Foto ini diberi keterangan: "Rakyat Indonesia sedang melakukan seikerei. Seikerei adalah penghormatan setiap pagi pada Tenno Heika (Kaisar Jepang) dengan cara membungkuk ke arah Tokyo."
    Sumber: Kompas.com
    Foto 11
    Fakta:
    Melalui Pinterest, didapatkan petunjuk bahwa foto ini adalah foto suasana kamp konsentrasi yang dibuat Jepang di Jawa. Di salah satu blog yang bercerita tentang kesaksian seorang penyintas, terdapat keterangan bahwa foto ini diambil pada 1946, saat para tahanan perempuan di Semarang menyiapkan makanan.
    Sumber: Pinterest dan blog Just Add Love
    Foto 12
    Fakta:
    Berdasarkan petunjuk di Pinterest, foto ini adalah foto suasana kamp Cideng, Batavia, yang diambil November 1945.
    Sumber: Pinterest
    Foto 13
    Fakta:
    Foto ini adalah arsip Spaarnestad. Keterangan yang tertera untuk foto ini terbatas, yakni: "Keluarga di kamp." Menurut petunjuk lain di Pinterest, foto ini diambil di salah satu kamp di Indonesia.
    Sumber: Atria dan Pinterest
    Foto 14
    Fakta:
    Berdasarkan petunjuk di Pinterest, foto ini adalah foto suasana kamp di Cideng, Batavia.
    Sumber: Pinterest

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim yang ditulis oleh akun Facebook Franci, bahwa foto-foto di atas adalah foto-foto orang Belanda di kamp-kamp Jepang saat menjajah Indonesia, sebagian benar. Terdapat tiga foto yang bukan foto suasana kamp pendudukan Jepang di Indonesia yang diisi oleh orang-orang Belanda. Tiga foto tersebut diambil di Filipina, Papua Nugini, dan Malaysia.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan