• (GFD-2020-3909) [SALAH] “Setelah adanya Virus Covid-19. Umat Islam Arab banyak yg Murtad”

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 12/05/2020

    Berita

    Melalui situs web berbagi video Youtube, beredar sebuah video berjudul “Massyaallah pembukaan gereja di makkah”. Video tersebut lantas dibagikan oleh para pengguna media sosial Facebook dengan keterangan bahwa banyak umat islam yang memutuskan berpindah agama di tengah persebaran virus corona atau Covid-19. Namun setelah dilakukan penelusuran, klaim yang diberikan tersebut diketahui tidak sesuai dengan fakta alias hoaks.

    NARASI:

    “Puji Tuhan. Setelah adanya Virus Covid-19. Umat Islam Arab banyak yg Murtad.”

    “Massyaalah pembukaan gereja di makkah”

    ===

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN: Beredar sebuah video yang disebarkan melalui situs web berbagi video Youtube berjudul “Massyaallah pembukaan gereja di makkah”. Video tersebut diunggah pada 15 Januari 2020 dan telah disaksikan oleh 90 ribu pengguna Youtube lainnya. Video tersebut lantas juga turut dibagikan oleh para pengguna media sosial Facebook, yang disertai dengan keterangan bahwa banyak umat islam yang memutuskan untuk berpindah agama di tengah persebaran wabah Covid-19.

    Namun setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, klaim tersebut diketahui tidak sesuai dengan fakta. Pasalnya video tersebut bukan terjadi di Mekah seperti yang terdapat di dalam klaim. Coba melakukan penelusuran lebih lanjut, ditemukan video serupa yang juga diunggah melalui Youtube. Video tersebut diunggah oleh Emirates News Agency dengan judul menggunakan Bahasa Arab yang apabila diartikan melalui mesin terjemahan milik Google berarti “Gereja Ortodoks Koptik di Abu Dhabi Menghargai Metodologi Emirates Tengah”.

    Namun tak berhenti sampai di situ, pencarian juga dilakukan menggunakan kata kunci berbahasa Arab, sesuai dengan judul pada unggahan di kanal Youtube Emirates News Agency. Ditemukan fakta bahwa video dengan klaim “pembukaan gereja di makkah” adalah tidak tepat. Melansir dari pemberitaan milik media UEA alroeya.com, diketahui bahwa video tersebut merupakan kejadian di Gereja St Anthony Coptic Orthodox Cathedral di Abu Dhabi, UEA.

    Saat itu alroeya.com menerbitkan pemberitaan dengan judul berbahasa Arab sesuai dengan ketentuan kaidah pemberitaan setempat yang apabila diartikan menggunakan mesin penerjemah milik google berarti “Gereja Ortodoks Koptik di Abu Dhabi menghargai metodologi negara tengah”.

    Pemberitaan serupa juga diterbitkan oleh media setempat, yakni albayan.ae. Saat itu albayan.ae menerbitkan pemberitaan yang juga dengan judul menggunakan bahasa Arab yang apabila diterjemahkan dengan mesin penerjemah milik Google yang berarti “Geraja Ortodoks Koptik di Abu Dhabi menghargai metodologi negara tengah. Nahyan bin Mubarak: UEA adalah model konsistensi dan perdamaian”.

    Jika merujuk kepada media-media tersebut, tentunya klaim yang menyebut “Massyaallah pembukaan gereja di makkah” adalah tidak sesuai dengan fakta alias hoaks. Unggahan tersebut masuk ke dalam kategori false context. False context sendiri merupakan konten yang disajikan dengan narasi dan konteks yang salah. Biasanya, false context memuat pernyataan, foto, atau video peristiwa yang pernah terjadi pada suatu tempat, namun secara konteks yang ditulis tidak sesuai dengan fakta yang ada.

    ===

    Rujukan

  • (GFD-2020-3908) [SALAH] “Tenaga Medis Covid-19 RSUD Purworejo Ditagih Biaya Rp. 150 Ribu/Malam Oleh Pemkab Karena Telah Tinggal Di Hotel Ganesha”

    Sumber: Media Online
    Tanggal publish: 08/05/2020

    Berita

    Tenaga medis covid 19 RSUD Purworejo ditagih biaya

    BUKAN karena dibebani pembayaran biaya sewa mandiri sebesar Rp 125 ribu perhari. Mereka dipindahkan sementara di RSU RAA Tjokronegoro, karena Hotel Ganesha akan disterilisasi. Setelah itu mereka akan kembali ke Hotel Ganesha. Dipilihnya lokasi sementara di RSU RAA Tjokronegoro karena lokasinya lebih dekat daripada di Pusdiklat Kutoarjo.

    Akun Shinta Sk (fb.com/shinta.sk.5) mengunggah sebuah foto dengan narasi sebagai berikut:

    “Apes…
    Semula Dikira Gratis, Seperti Kebijakan DKI Jakarta,
    Ternyata Tenaga Medis Covid-19
    RSUD Purworejo Ditagih Biaya Rp. 150 Ribu/Malam Oleh Pemkab Karena Telah Tinggal Di Hotel Ganesha (Milik Pemkab Purworejo) Jawa Tengah.”

    Selain itu, sumber klaim juga mencantumkan tautan artikel berjudul “Dikira Fasilitas Gratis, Sejumlah Nakes RSUD Purworejo, Disuruh Bayar Rp 150 Ribu oleh Pemkab Purworejo” yang dimuat di situs beritamerdekaonline.com

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa tenaga kesehatan COVID-19 RSUD Purworejo keluar dari lokasi transit di Hotel Ganesha karena ditagih biaya Rp150.000 per malam adalah klaim yang salah.

    Mereka dipindahkan sementara di RSU RAA Tjokronegoro, karena Hotel Ganesha akan disterilisasi. Setelah itu mereka akan kembali ke Hotel Ganesha. Dipilihnya lokasi sementara di RSU RAA Tjokronegoro karena lokasinya lebih dekat daripada di Pusdiklat Kutoarjo.

    Klarifikasi tersebut disampaikan Sekretaris Daerah Kabupaten Purworejo Drs. Said Ramadhon, Selasa (05/05/2020) menanggapi pemberitaan di sejumlah media, terkait keluarnya para tenaga kesehatan dari Hotel Ganesha. “Hotel Ganesha tidak hanya ditempati para tenaga kesehatan, tetapi juga ada tamu atau konsumen dari masyarakat umum. Sehingga untuk kenyamanan semuanya, perlu dilakukan sterilisasi secara berkala,” ungkapnya.

    Lebih lanjut dikatakan bahwa anggaran penanganan Covid-19 di Kabupaten Purworejo masih mencukupi, termasuk untuk kebutuhan sumberdaya tenaga kesehatan. “Karena itu saya tegaskan bahwa tidak benar kalau para tenaga kesehatan yang transit di Hotel Ganesha disuruh membayar,” tandasnya.

    Dijelaskan bahwa pemindahan ini hanya sementara sampai proses sterilisasi selesai, setelah itu mereka akan kembali ke Hotel Ganesha. Dipilihnya lokasi sementara di RSU RAA Tjokronegoro, karena lokasinya lebih dekat daripada di Pusdiklat Kutoarjo. “Oleh karena itu, rekan-rekan tenaga kesehatan tidak perlu khawatir. Tidak mungkin para pejuang kesehatan dibebani membayar biaya sewa tempat transit yang memang disediakan Pemerintah Daerah,” jelasnya.

    Sterilisasi tidak hanya dilakukan di Hotel Ganesha, tapi juga di tempat lain seperti ruang rawat inap RSUD. “Ruangan itu tidak boleh dipakai terus menerus sehingga perlu disterilisasi. Makanya BOR (bed occupancy ratio/angka penggunaan tempat tidur) RSUD harus kurang dari 75%, bila melebihi itu kurang bagus,” katanya.

    Menurut Sekda, Pemkab juga sedang mempersiapkan tiga tempat lain untuk jaga-jaga apabila dibutuhkan. Yaitu GOR Sarwo Edhie Wibowo, Gedung Kesenian WR Soepratman dan Gedung Wanita A Yani, agar masyarakat terlayani dan bila sedang disterilisasi bisa saling menggantikan. ”Selain itu, desa juga harus menyiapkan tempat isolasi mandiri di wilayah masing-masing,” katanya.

    Sekda menambahkan, kita memang harus satu pemahaman bahwa salah satu upaya melindungi masyarakat adalah dengan pengendalian orang mudik, melakukan pemeriksaan rapid test dan swab, agar bisa ditemukan sedini mungkin warga yang ODP, PDP dan positif, sehingga mudah penanganannya.

    “Dengan langkah itu tentu datanya jadi melonjak tapi bisa terkendali. Sedangkan kalau kita pasif, data ODP, PDP dan positif mungkin sangat kecil, tapi suatu saat bisa meledak dan tak terkendali,” jelasnya.

    Rujukan

  • (GFD-2020-3907) [SALAH] Satgas Covid-19 Kabupaten Pangkep Semprot Jemaah Shalat Tarawih di Masjid

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 07/05/2020

    Berita

    Seorang pemuda mengunggah status pada media sosial Facebook miliknya dengan menyebut jika petugas satgas Covid-19 melakukan penyemprotan saat jemaah tengah melangsungkan shalat tarawih. Akibat unggahan miliknya yang diketahui tidak benar alias hoaks tersebut, pemuda dengan inisial MH pun diamankan pihak berwajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

    ===

    NARASI:

    Sp mau bertanggung jawab in atas pada shalat penyemprotan area sanrangan adkabar pada shalat di semprot kan ad kbijakan slesai shalat Bru bisa di semprot in pada shalat di semprot

    ===

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN: Masyarakat Kabupaten Pangkep, Sulawesi Setalan dikejutkan dengan unggahan status seorang pemuda yang menyebut jika Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Pangkep melakukan penyemprotan kepada jemaah yang tengah melaksanakan shalat tarawih di masjid wilayah Sanrangan, Kecataman Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan.

    Informasi tersebut pertama kali diunggah oleh seorang pemuda berinisial MH pada akun media sosial Facebook miliknya. Pasca unggahannya viral, dan diketahui tidak sesuai dengan fakta. Petugas kepolisian wilayah Pangkep pun akhirnya mengamankan MH.

    Melansir dari makassar.terkini.id, pihak kepolisian mengamankan MH lantaran mengunggah informasi palsu alias hoaks. Kabag Ops Polres Pangkep, Kompol A Muhammad Zakir menegaskan bahwa satgas Covid-19 tidak melakukan penyemprotan seperti apa yang disampaikan MH pada statusnya.

    “Ini kita amankan setelah yang bersangkutan menyebarkan berita bohong dengan menyebut tim melakukan penyemprotan di masjid. Padahal hal itu sama sekali tidak benar. Kami dari tim gugus Covid tidak pernah melakukan penyemprotan di dalam masjid,” pungkasnya.

    Lebih lanjut Zakir menjelaskan, dalam sosialisasi kepada warga, tim gugus tugas yang terdiri dari berbagai instansi selalu mengedepankan aksi preventif. Zakir juga turut menghimbau masyarakat agar lebih waspada dan bijak dalam menggunakan media sosial.

    Sementara itu MH yang telah diamankan oleh Mapolres Pangkep mengaku menyesal atas unggahannya di Facebook. MH juga meminta maaf kepada tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Pengkep atas kegaduhan yang dilakukannya belum lama ini.

    “Saya meminta maaf kepada tim Gugus Covid-19 Pangkep atas beredarnya status Facebook saya, yang menyebut tim melakukan penyemprotan dan menimbulkan kegaduhan di public,” tegasnya.

    ===

    Rujukan

  • (GFD-2020-3906) [SALAH] “menteri kesehatan America sdh menandatangani persetujuan penggunaan chip 666 untuk virus corona”

    Sumber: Sosial Media
    Tanggal publish: 03/05/2020

    Berita

    Hoaks lama beredar kembali dan dikaitkan dengan wabah virus Corona COVID-19. Klaim tersebut berasal dari teori liar yang dihembuskan oleh para pecinta teori konspirasi, kemudian berkembang dengan menghubungkannya dengan agama (menambahkan angka 666). Teknologi chip RFID pun tidak terkait dengan gerakan Illuminati atau anti-Kristen karena sejak lama telah digunakan dalam berbagai bidang, mulai dari militer, pertanian, medis, hingga komunikasi dan informasi.

    Akun Eyda Ed (fb.com/eyda.ed) mengunggah sebuah postingan yang berisi klaim sebagai berikut:

    “Jangan main2 lagi menteri kesehatan America sdh menanda tangani persetujuan penggunaan chip 666

    Sekarang dg virus Corona.
    Memasuki tahun 2020. Percepatan New world order.
    One system government,one religion,one Financial system.
    Virus covid 19.
    Lock down.
    Semua orang mau pergi wajib isi formulir.
    Supaya terdata.
    Semua orang wajib discan dahi suhu tubuh .agar terbiasa dg kehidupan digital scan.
    Semua orang masuk mall,gereja,rumah sakit, gedung pemerintahan,pabrik wajib scan dahi ,tubuh.
    Latihan utk terbiasa di scan. Menjadi gaya hidup.
    Ada covid 19 semua orang dibikin takut mati, diteror.
    Solusinya scan dahi mu.
    Jadi tanpa sadar strategi sangat hebat utk mengiring semua orang menerima sistem 666 tanpa sadar . Ini solusinya. Ketika kasus covid 19 selesai. Masyarakat sudah diedukasi gaya hidup scan dahi. Masyarakat sdh bisa menerima.
    Cara edukasi terbaik utk menyambut sistem 666.
    Alkitab sudah menubuatkannya ribuan Tahun. Sekarang pengenapannya.
    Dari sini kita BS pelajari pola menuju one system society.
    Hidup anda sdg terikat semua. Data anda sudah terekam di komputer sistem.
    Covid 19 bikin orang ketakutan. Solusi semua orang didata kesehatan nya . Data semua orang direkam ke sistem.
    Uang kertas ada kumannya. Manusia digiring ke sistem digital .
    Ibadah di gereja,masjid,pura,vihara. Awas tertular. Semua digiring ke sistem digital. Edukasi digital solution.
    Sekolah diliburkan.
    Edukasi belajar online. Edukasi anak2 system’ digital. Digital children society.
    Pekerja,buruh,pejabat pemerintah.
    Kerja sistem based digital online. Edukasi persiapan masuk ke sistem 666.
    Ketika kasus covid 19 sudah selesai. Masyarakat sdh teredukasi dan siap menerima sistem baru. Semua orang terdata , terkontrol.
    You cannot run.”
    apakah benar virus Corona di buat oleh illuminati?
    Microchips 666
    Vaksin Covid 19 mengandung microchips 666

    Hasil Cek Fakta

    PENJELASAN

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim terkait adanya Chip RFID 666 ini merupakan klaim yang sudah lama beredar dan dinyatakan sebagai klaim yang salah. Saat ini, klaim tersebut kembali diedarkan dan dikaitkan dengan wabah virus Corona COVID-19.

    Pada tahun 2014, rumor chip RFID pernah ramai diperbincangkan di AS, 1 dari 3 orang Amerika telah tertanam chip RFID dan sebagian besar tidak menyadarinya. Dalam laporan yang beredar mengatakan bahwa kebanyakan chip ditanamkan saat perawatan gigi.

    Pada pertengahan tahun 2017, rumor chip 666 RFID beredar di Indonesia melalui pesan berantai. Umat Kristen Indonesia saat itu dihebohkan dengan kabar adanya demo pemasangan chip ini yang digelar di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, akhir Juli 2017 lalu.

    Pihak ICE akhirnya membantah dan menjelaskan bahwa acara di ICE BSD City tidak ada kaitannya dengan chip 666 RFID. Mereka mejelaskan bahwa telah terjadi kesalahpahaman dimana saat tayangan di RCTI yang membahas mickrochip implan, dalam waktu bersamaan muncul tayangan iklan acara IIPE. Dengan itu, yang menyebarkan informasi salah menduga acara IIPE adalah acara demo pemasangan chip RFID 666.

    Bahkan cerita itu dihembuskan oleh situs satir untuk mengolok-olok teori konspirasi yang menuduh pemerintah mencoba mengendalikan warganya dari jarak jauh dengan menggunakan microchip.

    Penggunaan mikrochip yang ditanam di bawah kulit tidak menutup kemungkinan akan dilakukan suatu hari nanti, tetapi fungsinya untuk menyimpan informasi riwayat medis penting yang nantinya akan digunakan oleh dokter untuk tindakan lebih lanjut.

    Cerita tentang chip implan 666 RFID yang ditanamkan pada tangan kanan dan dahi tidak terbukti alias hoax, berasal dari teori liar yang dihembuskan oleh para pecinta teori konspirasi, kemudian berkembang dengan menghubungkannya dengan agama, dengan mengatakan bahwa angka 666 merupakan simbol dari kejahatan anti-Kristus.

    Situs Obamacarefacts.com menjelaskan, dalam Obamacare atau HR3590, tidak terdapat kata-kata terkait kewajiban implan chip RFID maupun pengumpulan data dari chip RFID. Rumor implan chip RFID ini kemungkinan muncul dari kesalahan dalam menafsirkan Affordable Care Act versi lawas yang tidak disahkan, Affordable Health Choices Act atau HR3200.

    HR3200 memang menyinggung pengumpulan data terkait obat-obatan dan sejumlah perangkat, termasuk perangkat kelas II seperti chip RFID yang dapat diimplan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk membantu melacak perangkat implan yang rusak. Meskipun begitu, tidak terdapat kewajiban implan chip dalam naskah ketentuan tersebut.

    Affordable Health Choices Act adalah RUU yang gagal disahkan di Kongres Amerika pada 14 Juli 2009. Ketentuan soal pengumpulan data dari perangkat kelas II, yang merupakan hasil amandemen Pasal 519 UU Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetik Amerika, tercantum di halaman 1001 HR3200. Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan Amerika (FDA) mengklasifikasikan chip FRID sebagai perangkat kelas II.

    Organisasi cek fakta Snopes juga menyatakan hal serupa. Menurut laporan mereka, tidak ada ketentuan wajib implan chip bagi warga Amerika dalam Obamacare. Klaim yang beredar mengutip halaman serta narasi dalam HR3200. Namun, HR3200 merupakan versi awal undang-undang reformasi perawatan kesehatan yang tidak pernah disahkan oleh Kongres Amerika.

    Menurut Snopes, rumor serupa pernah dimuat dalam sebuah artikel pada 28 Juli 2013. Artikel itu menyinggung tentang penanaman microchip yang diuji coba terhadap warga Hanna, Wyoming. Oleh banyak pembaca, artikel ini dianggap sebagai kisah asli. Padahal, artikel itu hanyalah tipuan yang dibuat oleh situs satire National Report.

    RFID bukan teknologi baru
    Sejatinya, menurut Charles Smith dalam makalahnya di Journal of Technology Management and Innovation yang berjudul “Human Microchip Implantation”, teknologi RFID bukanlah teknologi baru. Menurut Smith, teknologi RFID muncul sejak Perang Dunia II dalam bentuk sistem “Early Identification Friend or Foe (IFF)”. Sistem ini memungkinkan tentara sekutu dan sistem anti-pesawat mengidentifikasi pengebom mereka sendiri yang dikirim balik dengan pesawat musuh.

    Kemudian, pada 1960, teknologi RFID digunakan untuk mengidentifikasi dan memantau bahan berbahaya serta tenaga nuklir. Aplikasi komersial RFID pertama adalah Electronic Article Surveillance yang dibuat untuk tujuan anti-pencurian. Pada 1970-an dan 1980-an, para peneliti, universitas, dan juga lembaga pemerintah mulai menggunakan teknologi RFID untuk membuat chip berukuran kecil.

    Salah satu penggunaan pertama chip RFID adalah pada industri pertanian. Chip ditanamkan ke ternak dengan tujuan untuk melacak dan membedakan hewan mereka dari ternak orang lain. Adapun dalam bidang medis, chip RFID dapat digunakan untuk melacak peralatan di dalam rumah sakit. Selain itu, chip RFID bisa dipakai oleh produsen obat untuk mengelola rantai pasokan.

    Dilansir dari BBC, dalam satu dekade terakhir, chip RFID mulai tren ditanam di bawah permukaan kulit manusia. Chip ini berfungsi layaknya kartu pintar yang berjalan tanpa perlu kontak langsung. Menanamkan chip seperti ini memberikan kenyamanan, karena seseorang bisa membawanya ke mana pun tanpa perlu khawatir hilang atau lupa.

    Pada 2016, salah satu produsen chip, Dangerous Things, berhasil menjual lebih dari 10 ribu unit bersama dengan kit yang diperlukan untuk memasangnya di bawah kulit. Namun, mereka bukan satu-satunya perusahaan yang melakukannya. Perusahaan pengawasan video CityWatcher menyematkan gadget di bawah kulit dua karyawannya pada 2006.

    Kevin Warwick, profesor cybernetics dan deputi wakil rektor di Universitas Coventry, menjelaskan teknologi RFID sudah lebih dulu dipakai pada kargo, bagasi pesawat, produk toko, bahkan hewan peliharaan. Banyak pula dari kita yang membawanya setiap hari mengingat sebagian besar ponsel modern telah dilengkapi dengan teknologi RFID.

    Dengan demikian, chip RFID tidak berkaitan dengan klaim yang mengaitkannya dengan kelompok Illuminati atau anti-Kristen.

    Isu chip RFID di tengah pandemi Covid-19
    Isu chip RFID yang ditanam ke tubuh manusia di tengah pandemi Covid-19 beredar bersama narasi bahwa Bill Gates membuat vaksin Covid-19 yang dipasang microchip. Dilansir dari Reuters, rumor itu bermula dari munculnya artikel di situs Biohackinfo yang berjudul “Bill Gates will use microchip implants to fight coronavirus”.

    Artikel tersebut mengutip penjelasan Gates soal dampak Covid-19 terhadap bisnis dan “sertifikat digital” dalam wawancara di Reddit. Menurut artikel itu, sertifikat digital yang dimaksud adalah yang ditanamkan ke tubuh manusia, yakni quantum doy dye. Padahal, dalam wawancara itu, Gates tidak menyinggung soal implan microchip.

    Salah satu penulis utama makalah penelitian mengenai quantum dot dye, Kevin McHugh, mengatakan kepada Reuters, “Teknologi quantum dot dye bukan berbentuk microchip atau kapsul yang bisa diimplan ke manusia, dan setahu saya tidak ada rencana menggunakan teknologi ini untuk memerangi pandemi Covid-19.”

    Dikutip dari organisasi cek fakta FactCheck, studi mengenai quantum dot dye memang didanai oleh Gates Foundation. Quantum dot dye merupakan tinta invisible yang bisa bertahan selama lima tahun dan dapat dibaca dengan ponsel pintar. Tinta ini dibuat untuk menyediakan catatan vaksinasi. “Namun, teknologi ini tidak memiliki kemampuan untuk melacak pergerakan siapa pun,” ujar McHugh.

    Profesor bioengineering di Rice University ini menambahkan, “Teknologi ini hanya mampu menyediakan data yang sangat terbatas. Teknologi ini juga membutuhkan pencitraan secara langsung dalam jarak kurang dari satu kaki. Pelacakan jarak jauh atau terus-menerus tidak mungkin dilakukan karena berbagai alasan teknis.”

    Sementara terkait sertifikat digital, hal ini masih merupakan gagasan Gates. Menurut dia, seperti dilansir dari Snopes yang mengutip tayangan wawancara TED pada Maret 2020, sertifikat tersebut dibutuhkan dalam konteks ekonomi global pasca pandemi Covid-19. Berikut pernyataan Gates:

    “Akhirnya, yang harus kita miliki adalah sertifikat tentang siapa orang yang sudah sembuh dan siapa orang yang sudah divaksin. Tentunya, An

    Rujukan