• (GFD-2020-4571) [SALAH] Data Pertumbuhan Ekonomi Aceh

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 07/08/2020

    Berita

    Melalui media sosial Facebook beredar informasi seputar data pertumbuhan ekonomi per tahun Kabupaten Kota di Aceh Periode 2017-2019 oleh BPS Provinsi Aceh. Dengan narasi :
    Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Per Tahun Kota Di Aceh Periode : 2017 – 2019
    Kota Sabang No. 1 tertinggi laju Pertumbuhan Ekonomi di bawah Pimpinan NASU
    By. Sumber : BPS, 2020.

    Hasil Cek Fakta

    Menanggapi informasi yang beredar, pihak Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat menyatakan bahwa data tersebut merupakan informasi palsu.

    Kepala BPS Kabupaten Aceh Barat, Mughlisuddin menegaskan jika data pertumbuhan ekonomi terhadap 23 Kabupaten/Kota di Aceh tersebut adalah hoaks. Ia menjelaskan bahwa data BPS yang benar, hanyalah data yang terdapat dalam website resmi BPS yakni aceh.bps.go.id.

    “Intinya data BPS hanya yang ada di website resmi,” jelas Mughlisuddin.

    Lanjut Mughlisuddin menegaskan, apabila terdapat pihak yang melakukan pengolahan data dari BPS, maka hal tersebut menjadi tanggung jawab pelaku penyebar data dalam mempublikasikannya. Ia juga menambahkan bahwa persebaran konten itu sendiri juga perlu ditelusuri, baik pihak pembuat atau pun yang menyebarkan.

    “Perlu di telusuri yang mempublikasikan,” katanya menegaskan.

    Kesimpulan

    Pihak BPS Provinsi Aceh menyatakan bahwa data yang beredar mengatasnamakan BPS merupakan informasi palsu. Masyarakat diimbau untuk mengecek segala data terkait BPS Provinsi Aceh di website resmi aceh.bps.go.id.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4570) [SALAH] “99, 9% Tingkat Kesembuhan Covid dan vaksin dengan tingkat efek merugikan 80%”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 07/08/2020

    Berita

    Akun Facebook Liberty Bella membagikan story dengan narasi,
    “It’s a tough call. Do I risk getting Covid with its 99,9% recovery rate, Or do I get the vaccine with its 80% Adverse Reaction rate, and has killed 5 people so far in the trials? What a predicament 🤦‍♀”.
    Jika diterjemahkan: “Ini panggilan yang sulit. Apakah saya berisiko mendapatkan tingkat kesembuhan Covid 99, 9% Atau apakah saya mendapatkan vaksin dengan tingkat efek merugikan 80%, dan telah menewaskan 5 orang sejauh ini dalam persidangan? Apa yang menjadi kesulitan 🤦”.

    Hasil Cek Fakta

    Klaim bahwa tingkat kesembuhan Covid-19 mencapai 99,9 persen tidak benar. Dikutip dari PRFM News tingkat kesembuhan di Indonesia pada Maret tercatat mencapai 8,33 persen dengan rata-rata 3,84 persen, lalu April mencatat persentase kesembuhan maksimum pada 15,04 persen dengan rata-rata 9,79 persen, Mei persentase sebesar 27,61 persen dengan rata-rata 21,97 persen, Juni mencapai 43,99 persen dengan rata-rata di angka 37,19 persen dan terakhir pada Juli persentase mencapai 55,70 persen dengan rata-rata 47,08 persen.

    Dilansir dari Liputan6, Profesor Guy Marks, dari University of NSW menyatakan “Dengan asumsi orang yang tidak meninggal dunia pulih, maka tingkat kesembuhan takkan lebih dari 96 atau 97 persen. Bahkan ada beberapa orang yang pernah terinfeksi Covid-19 masih punya gejala yang sama yang terus bertahan hingga tak tahu kapan,”.

    USA Today juga menulis artikel bahwa kematian akibat Covid-19 tergantung pada usia, penyebaran penyakit.

    Terkait vaksin yang disebut dalam story Liberty Bella, Menurut Profesor Kedokteran pernapasan di University of NSW Guy Marks dalam Artikel “Misinformation and fake “predicament” in claims about COVID-19 and a vaccine that isn’t available”, klaim tentang vaksin tingkat reaksi merugikan 80 persen adalah palsu. Tidak ada vaksin dengan 80 persen efek samping yang buruk selama dia menggunakan.

    Sedangkan klaim 5 orang meninggal akibat uji coba tidak punya dasar yang jelas. Hanya ada satu media di Ukraina memberitakan, sementara itu media berbahasa Inggris Ukraina, Kyiv Post pernah melaporkan di bulan Juni kalau negaranya bukan bagian dari tempat uji coba vaksin apapun. Apalagi menguji coba vaksin pada manusia.

    Berdasarkan penelusuran fakta yang ada, klaim tentang Covid-19 terkait tingkat kesembuhan mencapai 99,9 persen, efek buruk vaksin mencapai 80% dan kematian 5 orang saat uji coba adalah menyesatkan. Tidak ada statistik dan data yang kuat untuk mendukung klaim tersebut.

    Kesimpulan

    Klaim tentang Covid-19 terkait tingkat kesembuhan mencapai 99,9 persen adalah informasi menyesatkan, vaksin dengan 80 persen efek samping yang buruk adalah palsu dan kematian 5 orang saat uji coba adalah menyesatkan. Tidak ada data statistik yang kuat untuk mendukung klaim tersebut

    Rujukan

  • (GFD-2020-4569) [SALAH] Video “Ledakan pabrik kembang api di pelabuhan Beirut Lebanon sudah pernah diprediksi oleh The Simpson”

    Sumber: twitter.com
    Tanggal publish: 07/08/2020

    Berita

    Akun Twitter Nara Shikamakmur (twitter.com/alatreproduksi) mengunggah sebuah video dengan narasi:

    “Ledakan pabrik kembang api di pelabuhan Beirut Lebanon sudah pernah diprediksi oleh The Simpson.”

    Video itu memperlihatkan karakter utama The Simpson, Homer membeli bahan peledak di sebuah toko. Adegan berikutnya, Homer memanaskan sumbu bahan peledak itu di kompor yang kemudian terjadi ledakan hebat. Ledakannya membentuk asap berbentuk jamur.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim adanya video film The Simpson yang memprediksikan ledakan di pelabuhan Beirut, Lebanon adalah klaim yang salah.

    Faktanya, video itu adalah video hasil editan atau suntingan. Adegan di video itu berasal dari 2 video film The Simpson yang berbeda, yaitu video berjudul “Illegal Fireworks (Summer of 4 Ft. 2)” dan video “The Ned Zone (Treehouse of Horror XV)”

    Pada video yang salah satunya diunggah oleh kanal Youtube eman4240 pada Agustus 2011 dengan judul “Illegal Fireworks”, adegan yang sebenarnya terjadi ketika Homer menyulut sumbu peledak itu di kompor bukan langsung meledak dan membentuk asap berbentuk jamur.

    Namun, Homer panik, mondar-mandir di dapur lalu melempar peledak tersebut ke dalam kulkas. Tidak sampai di sana saja. Homer mengambil peledak itu kembali dan meletakkan di mesin pencuci piring. Ledakan dahsyat tidak terjadi. Peledak itu hanya menyebabkan mesin pencuci piring dan saluran air di wastafel rusak.

    Sementara ledakan besar di bagian akhir video di sumber klaim, adalah adegan di film The Simpson “The Ned Zone (Treehouse of Horror XV)” yang salah satunya diunggah kanal Youtube Shahan Ali pada Mei 2012.

    Dalam video tersebut, ledakan besar itu terjadi karena Homer menekan tombol penghancur dengan lidahnya, menyebabkan pembangkit listrik meledak dan sebagian besar pusat Springfield hancur.

    Selain itu, Pemerintah Lebanon meyakini biang keroknya adalah gudang di pelabuhan yang terbakar. Gudang itu menyimpan sekitar 2.750 ton amonium nitrat yang tersimpan di gudang lokasi ledakan besar Beirut. Perdana Menteri (PM) Lebanon, Hassan Diab, mengatakan ada sekitar 2.750 ton amonium nitrat tersimpan di gudang lokasi ledakan besar Beirut. Hassan menyebut pengiriman bahan pemicu ledakan itu tersimpan di gudang selama 6 tahun.

    Pakar nuklir punya pendapat yang tegas: ledakan di Beirut bukan efek dari bom nuklir. Tak ada tanda-tanda proses pelepasan radiasi sama sekali.

    “Jelas bukan nuklir. Ledakan di Beirut tak ada seujung kukunya dari efek bom nuklir kecil,” kata Jeffrey Lewis kepada Motherboard, selaku Direktur Middlebury Institute of International Studies yang rutin mengkaji proses pelucutan nuklir di berbagai negara.

    “Selain itu, proses ledakan nuklir tidak diawali dengan asap membumbung seperti di Beirut, sebagaimana kita saksikan dari rekaman amatir di media sosial.”

    Kesimpulan

    Video editan / suntingan. Adegan di video itu berasal dari 2 video film The Simpson yang berbeda, yaitu video berjudul “Illegal Fireworks (Summer of 4 Ft. 2)” dan video “The Ned Zone (Treehouse of Horror XV)”

    Rujukan

  • (GFD-2020-4568) [SALAH] Pesan Berantai “Sebuah peringatan !! Sekarang ada yang baru dan sedang terjadi. Orang datang dari pintu ke pintu dan membagikan masker”

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 06/08/2020

    Berita

    Beredar pesan berantai melalui Whatsapp yang menyatakan bahwa terjadi modus kejahatan pembagian masker gratis dengan obat bius. Dalam pesan berantai diimbau untuk berhati-hati akan modus tersebut.

    Berikut kutipan narasinya:

    “Ass Wr Wb,
    Bpk/ibu Ketua RT dan RW. Mohon diinformasikan ke Warga, Saudara. Keluarga dan kenalan Anda !!!
    Baru saja mendapat pesan. Sebuah peringatan !!
    Sekarang ada yang baru dan sedang terjadi. Orang datang dari pintu ke pintu dan membagikan masker. Mereka mengatakan: "Ini ada pembagian masker dari pemerintah". ( Hal itu tidak benar) Mereka meminta Anda mengenakan masker untuk difoto/ dilihat apakah masker tersebut cocok untuk Anda. ( Sebagai laporan klo masker sudah sampai alamat ) masker yg sudah diberi bius, lalu mereka merampok !! Tolong jangan ambil masker dari orang asing. Ingat, teman-teman, ini adalah waktu yang kritis, orang-orang putus asa, tingkat kejahatan meningkat selama periode Covid-19. Harap berhati-hati !!! setidaknya informasi ini mungkin bisa berguna dan bermanfaat, mohon maaf bila ada salah kata🙏🙏🙏Waspada waspada lah pada siapapun yg kita belum mengenalnya ..”
    rampok modus masker
    modus merampok pembagian masker
    bius masker
    Masker mengandung bius

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa ada modus kejahatan masker dengan obat bius merupakan informasi yang keliru. Isu itu diketahui sempat beredar sejak Mei 2020. Kala itu, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Yusri Yunus menegaskan bahwa pesan berantai tersebut merupakan hoaks.

    "Iya, itu informasinya hoaks," ujarnya pada Kamis (7/5).

    Menurutnya, isi pesan berantai itu cukup meresahkan masyarakat. Sebab, informasi yang menyebar itu menyebut, masker gratis yang diberikan sudah diberi obat bius. Kemudian, saat korban pingsan, orang yang membagikan masker itu akan melakukan perampokan.

    Meski demikan, Yusri meminta masyarakat agar lebih waspada dan tidak mudah percaya dengan berbagai informasi yang belum diketahui kebenarannya.

    Adapun, melalui penelusuran lebih lanjut, diketahui bahwa kejahatan dengan modus pembagian masker gratis memang sempat terjadi namun bukan masker bius. Kejadian yang pernah terjadi ialah modus kejahatan hipnotis. Dilansir dari detik.com, diketahui bahwa kejahatan hipnotis tersebut terjadi di Ponorogo dan menimpa Sinarwati (45), warga Desa Wilangan, Kecamatan Sambit, Ponorogo.

    Kapolsek Sambit AKP Sutriatno mengatakan, pada Selasa (7/4) sekitar pukul 10.15 WIB, korban tengah mengupas jagung di halaman rumahnya. Kemudian datang dua orang pelaku, satu perempuan dan satu laki-laki.

    "Keduanya mengaku dari Dinkes mau membagikan masker gratis. Setelah masuk rumah, korban langsung ditepuk tangannya," tutur Tri kepada detikcom, Rabu (8/4/2020).

    Tri menambahkan, kemudian korban yang dalam pengaruh gendam menuruti keinginan pelaku yang meminta tas. Akhirnya korban pun mengeluarkan uang Rp 500 ribu dan cincin emas 2 gram.

    Lalu, isu mengenai modus masker bius pun sempat disebutkan terjadi di Bekasi. Akan tetapi, diketahui bahwa kasus di Bekasi pada bulan Mei 2020 juga termasuk modus kejahatan hipnotis, bukan masker bius. Dilansir dari kumparan.com, Kapolsek Bekasi Timur Kompol Sutoyo menyebutkan kasus kejadian di Bekasi bukan modus masker bius, melainkan modus hipnotis.

    Kesimpulan

    Isu pembagian masker dengan obat bius sebagai modus kejahatan baru tidak benar. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus memastikan itu merupakan pesan hoaks. Adapun, kasus kejahatan terkait modus pembagian masker bukan terkait masker bius melainkan kejahatan hipnotis yang terjadi di Ponorogo.

    Rujukan