• (GFD-2021-8600) Keliru, Klaim Ini Video Orang Bergelimpangan di India karena Tsunami Covid

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 26/04/2021

    Berita


    KLAIM
    Video yang diklaim sebagai video kondisi terkini di India beredar di media sosial dan WhatsApp. Video yang merupakan gabungan dari empat cuplikan itu memperlihatkan suasana kacau di sebuah daerah di mana terdapat sejumlah warga yang bergelimpangan, baik di jalan maupun di trotoar. Tampak pula sebuah ambulans dan mobil polisi dengan suara sirine yang meraung-raung.
    Seperti diketahui, dalam beberapa hari terakhir, India diterjang "tsunami Covid". Karena melonjaknya kasus infeksi virus Corona di sana, berbagai rumah sakit di New Delhi, ibukota India, hingga pelosok daerah terpaksa menolak pasien karena kehabisan ranjang dan persediaan oksigen. Kekurangan oksigen pun dialami oleh ambulans-ambulans.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video itu menjadi sejumlah gambar dengantool InVID. Lalu, gambar-gambar ini ditelusuri dengan reverse image tool Google dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa video-video itu tidak terkait dengan pandemi  Covid-19. Berikut fakta atas empat cuplikan itu:
    Cuplikan 1, 2, dan 3

    Cuplikan-cuplikan ini memperlihatkan peristiwa bocornya gas kimia di lokasi industri LG Polymers di Desa Venkatapuram, Visakhapatnam, India, pada 6 Mei 2020. Cuplikan-cuplikan yang identik terdapat dalam video berita yang dimuat oleh kanal YouTube milik media India, Times Now, pada 7 Mei 2020 yang berjudul "Deadly gas leak at LG Polymers factory in Visakhapatnam; Over 250 hospitalized".
    Dalam keterangannya, Times Now menulis: "Kebocoran gas kimia dilaporkan terjadi di area industri LG Polymers di Desa Venkatapuram, Visakhapatnam. Enam orang tewas dan lebih dari 250 orang dirawat di rumah sakit. Tim NDRF (National Disaster Response Force) tiba tepat waktu dan gas telah dinetralkan. FIR (First Information Report) juga telah terdaftar. Proses evakuasi masih berlangsung."
    Cuplikan-cuplikan itu juga identik dengan yang terlihat dalam video berita yang diunggah oleh kanal YouTube milik media India, Indian Express Online, pada 7 Mei 2020. Video tersebut berjudul "Gas leaks from Visakhapatnam's LG Polymers plant, area vacated". Menurut laporan Indian Express Online, warga mengeluhkan bahwa kebocoran gas itu menyebabkan sensasi terbakar di mata, ruam di badan, dan sesak napas.
    Cuplikan 4

    Cuplikan ini juga terdapat dalam video berita yang diunggah oleh kanal YouTube Indian Express Online pada 7 Mei 2020 dengan judul "Gas leaks from Visakhapatnam's LG Polymers plant, area vacated". Sama seperti cuplikan lainnya, cuplikan ini pun memperlihatkan peristiwa kebocoran gas kimia di area industri LG Polymers di Desa Venkatapuram, Visakhapatnam, India, pada 6 Mei 2020.
    Pernah beredar sebelumnya
    Cuplikan-cuplikan tersebut pernah beredar sebelumnya, pada pertengahan Mei 2020, namun dengan narasi yang berbeda. Ketika itu, video-video ini diklaim sebagai video serangan serangan serangga beracun di India. Tim CekFakta Tempo telah memverifikasi klaim tersebut pada 15 Mei 2020 dan menyatakannya keliru, karena video itu menunjukkan peristiwa kebocoran gas di Visakhapatnam, India.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video tersebut adalah video kondisi terkini di India, yang sedang mengalami "tsunami Covid" akibat melonjaknya kasus infeksi virus Corona di sana, keliru. Video itu merupakan gabungan dari empat cuplikan yang semuanya menunjukkan peristiwa kebocoran gas di Visakhapatnam, India, pada Mei 2020.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8599) Keliru, Somalia Cetak Uang Koin Bergambar KH Hasyim Asyari

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 26/04/2021

    Berita


    Klaim bahwa Somalia pernah mencetak uang koin bergambar wajah pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Kiai Haji Hasyim Asyari beredar di media sosial. Klaim itu dilengkapi dengan foto koin emas yang bergambar KH Hasyim Asyari. Terdapat pula sebuah tulisan Arab, angka tahun "1871" dan "1947", serta nama "KHM Hasyim Asy'ari".
    Di Facebook, akun ini membagikan klaim beserta foto itu pada 21 April 2021. Akun tersebut menulis narasi sebagai berikut:
    "Taukah Anda..?? Khususnya warga Kultur NU (Nahdlatul Ulama 1926 ). Bahwa negara SOMALIA pernah mencetak bentuk Mata uang Koin bergambar Wajah Pendiri (NU) NAHDLATUL ULAMA,Kyai Haji Hasyim Asy'ari. Somalia (bahasa Somali: Soomaaliya; bahasa Arab: ???????), dahulu bernama Republik Demokratik Somali, adalah sebuah negara yang terletak di Tanduk Afrika. Negara ini berbatasan dengan Djibouti di barat laut, Kenya di barat daya, Teluk Aden dan Yaman di utara, Samudra Hindia di sebelah timur, dan Ethiopia di sebelah barat."
    Klaim dan foto koin emas serupa juga diunggah oleh akun ini di Twitter pada 25 April 2021. Hingga artikel ini dimuat, cuitan tersebut telah mendapatkan 1.061retweetdan 3.191like.
    ambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait foto koin emas bergambar Kiai Haji Hasyim Asyari yang diunggahnya.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, koin emas bergambar KH Hasyim Asyari tersebut bukanlah mata uang yang pernah dicetak oleh Somalia. Koin emas tersebut merupakan koin buatan perusahaan multi-level marketing (MLM) PT Gold Quest Indonesia (GQI) pada 2003.
    Tempo menemukan bahwa koin emas bergambar KH Hasyim Ashari itu dijual seharga Rp 250 ribu di situs jual-belionline OLX. Dalam keterangannya, penjual koin ini menjelaskan bahwa koin tersebut merupakan koleksi "Gold Quest" yang terbuat dari emas murni bersertifikat Mayer's Mint Jerman.
    Dikutip dari situs resmi NU, NU Online, GQI yang memproduksi koin emas itu adalah anak perusahaan Gold Quest International. Perusahaan ini berkantor pusat di Hongkong dan membuka cabang di Indonesia. Semula, Gold Quest merencanakan peluncuran koin emas tersebut pada 21 Oktober 2003 di Hotel JW Marriott, Surabaya.
    Tapi rencana itu digagalkan oleh demonstrasi besar para santri dan alumni Pondok Pesantren Tebuireng, pondok pesantren yang didirikan oleh KH Hasyim Asyari. Pasalnya, Gold Quest menerbitkan koin emas bergambar KH Hasyim Asyari tersebut untuk diperjualbelikan kepada publik. Namun, penerbitan koin ini tanpa seizin keluarga KH Hasyim Asyari.
    Unjuk rasa para santri dan alumni Ponpes Tebuireng tersebut juga diberitakan oleh Liputan6.com pada 21 Oktober 2003. Menurut laporan Liputan6.com, jumlah pendemo mencapai sekitar 800 orang. Mereka menolak peluncuran koin emas bergambar KH Hasyim Asyari.
    Mereka mengikuti fatwa Pengurus Wilayah NU Jawa Timur yang menyatakan bahwa koin tersebut haram, sebab diproduksi oleh perusahaan MLM Gold Quest yang dianggap berbau riba. Dalam unjuk rasa, para santri juga menilai penerbitan koin tersebut ilegal karena tanpa seizin keluarga dan ahli waris KH Hasyim Asyari.
    Dikutip dari arsip berita Tempo pada 21 Oktober 2003, pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng, KH Yusuf Hasyim alias Pak Ud, mengatakan, "Sebagai satu-satunya anak KH Hasyim Asyari, saya menolak bila beliau dijadikan gambar di koin emas. Saya siap maju secara hukum untuk menyelesaikan kasus ini."
    Namun, pembatalan peluncuran koin emas bergambar KH Hasyim Asyari itu membuat KH Abdurrahman Wahid alias  Gus Dur, cucu KH Hasyim Asyari, berang. Ia menyatakan akan membawa kasus itu ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Menurut dia, tidak ada alasan bagi polisi menggagalkan peluncuran itu. Gus Dur pun menegaskan akan selalu memperjuangkan demokrasi, kebebasan berpendapat, dan kemerdekaan berpikir, termasuk pembuatan keping emas itu.
    Gus Dur mengaku melakukan kerja sama dengan Gold Quest, di mana sebagian hasilnya akan diserahkan ke Yayasan Darussalam, yayasan pendidikan anak-anak terlantar yang dikelola oleh Gus Dur di Jakarta. Sehingga, tidak alasan bagi Pimpinan Wilayah NU (PWNU) Jawa Timur mengharamkan perdagangan koin emas.
    "Syuriah tidak melarang. PWNU lupa pada jiwa NU," katanya. "Pemasangan gambar KH Hasyim Asyari pada koin emas bukan melecehkan keluarga besar pendiri NU. Justru, mencantumkan gambar kakek itu mengagungkan namanya," ujar Gus Dur. Perbedaan pendapat internal NU soal koin emas itu, menurut dia, akan diputuskan dalam musyawarah nasional alim ulama.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa Somalia pernah mencetak uang koin bergambar wajah pendiri NU, KH Hasyim Asyari, keliru. Koin emas bergambar KH Hasyim Asyari dalam foto yang digunakan untuk melengkapi klaim itu dicetak oleh perusahaan MLM PT Gold Quest Indonesia (GQI) pada 2003. Namun, pencetakan koin ini ditentang para santri dan alumni Pondok Pesantren Tebuireng.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8598) Sebagian Benar, Artikel yang Sebut SBY Janji Bikin Indonesia Maju Jika Demokrat Dipercaya Lagi Jalankan Pemerintahan

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 23/04/2021

    Berita


    Gambar tangkapan layar artikel dengan judul "SBY: Jika Demokrat dipercaya lagi menjalankan pemerintahan, Saya janji Indonesia akan kami jadikan Negara Maju" beredar di Facebook. Artikel tersebut dilengkapi dengan foto Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY yang sedang berpidato di atas sebuah podium".
    Gambar tangkapan layar artikel itu dibagikan salah satunya oleh akun ini pada 18 April 2021. Akun tersebut menulis, "Bikin maju belum ada buktinya, kalau mangkrak mah iya. Korupsinya nambah." Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah mendapatkan 204 reaksi dan 344 komentar serta dibagikan 8 kali.
    Gambar tangkapan layar artikel dengan judul "SBY: Jika Demokrat dipercaya lagi menjalankan pemerintahan, Saya janji Indonesia akan kami jadikan Negara Maju" yang beredar di Facebook.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo mula-mula memasukkan judul tersebut ke mesin pencari Google. Hasilnya, ditemukan sebuah artikel dengan judul yang sama, "SBY : Jika Demokrat dipercaya lagi menjalankan pemerintahan, Saya janji Indonesia akan kami jadikan Negara Maju", dan foto SBY yang sama yang dimuat oleh blog Parbengkel Do Au pada 9 September 2017.
    Menurut isi artikel tersebut, pernyataan SBY itu disampaikan dalam perayaan hari ulang tahunnya yang ke-68 sekaligus syukuran HUT ke-16 Partai Demokrat. Dalam pidatonya, SBY mengajak para kader Partai Demokrat untuk mengukir prestasi jika partai mereka diberi amanah lagi untuk menjalankan roda pemerintahan suatu saat nanti.
    "Jika kita suatu saat diberikan amanah untuk menjalankan pemerintahan lagi, mari ukir prestasi yang baru seperti pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kehidupan demokrasi yang mekar, penegakan hukum yang adil, pemberantasan korupsi yang agresif, stabilitas keamanan dan politik yang terjaga, serta peran internasional indonesia yang aktif sesuai konstitusi," katanya.
    Tempo kemudian menelusuri petunjuk dalam blog tersebut dan mencocokkannya dengan pemberitaan di media. Hasilnya, ditemukan bahwa foto SBY itu pernah dipublikasikan oleh situs media Tribunnews dalam artikelnya pada 9 September 2017 yang berjudul "Ini Janji SBY Bila Suatu Saat Demokrat Kembali di Pemerintahan".
    Isi artikel Tribunnews ini pun serupa dengan isi artikel di blog Parbengkel Do Au. Dalam artikel tersebut, Tribunnews juga memuat kutipan SBY dalam pidatonya saat syukuran HUT ke-16 Partai Demokrat yang menjadi dasar pemilihan judul, yakni:
    "(Jika) kita suatu saat diberikan amanah untuk ikut menjalankan pemerintahan lagi, mari ukir prestasi yang baru seperti pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kehidupan demokrasi yang mekar, penegakan hukum yang adil, pemberantasan korupsi yang agresif, stabilitas keamanan dan politik yang terjaga, serta peran internasional indonesia yang aktif sesuai konstitusi."
    Sejumlah media lain juga memuat pernyataan SBY dalam perayaan hari ulang tahunnya yang ke-68 sekaligus syukuran HUT ke-16 Partai Demokrat tersebut. CNN Indonesia misalnya, memberitakan pernyataan SBY itu dengan judul "Janji SBY Jika Partai Demokrat 'Menang' Lagi". Meski begitu, dalam artikel tersebut, tidak ditemukan pernyataan seperti yang terdapat dalam judul di gambar tangkapan layar, yakni "saya janji Indonesia akan kami jadikan negara maju".

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, artikel berjudul "SBY: Jika Demokrat dipercaya lagi menjalankan pemerintahan, Saya janji Indonesia akan kami jadikan Negara Maju" dalam gambar tangkapan layar tersebut sebagian benar. Pernyataan "jika Demokrat dipercaya lagi menjalankan pemerintahan" memang pernah diucapkan SBY dalam perayaan HUT ke-16 Partai Demokrat. Meski begitu, pernyataan berikutnya, "saya janji Indonesia akan kami jadikan negara maju", tidak ditemukan dalam pernyataan SBY yang asli. Pernyataan itu pun pernyataan lama, pada 2017, bukan pernyataan baru-baru ini.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8597) Keliru, Klaim Megawati Minta Nadiem Masukkan Tokoh PKI dan Hilangkan KH Hasyim Asyari di Kamus Sejarah

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 23/04/2021

    Berita


    Gambar tangkapan layar artikel CNN Indonesia yang dimuat pada 24 November 2020 dengan judul "Megawati Minta Nadiem Luruskan Sejarah 1965" beredar di Facebook. Gambar itu disebarkan bersama klaim bahwa Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri adalah penyebab masuknya nama tokoh-tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) sekaligus hilangnya profil Kiai Haji Hasyim Asyari dalam Kamus Sejarah Indonesia.
    Akun ini mengunggah gambar tangkapan layar beserta klaim itu pada 20 April 2021. Berikut narasi yang ditulis oleh akun tersebut:
    "MEGAWATI DIBALIK PEMBAHARUAN NAMA BAIK TOKOH2 PKI
    Ternyata Megawati lah penyebab masuknya nama berbagai tokoh PKI dalam kamus sejarah kemendikbud sekaligus hilangnya tokoh pendiri NU KH Hasyim Asy'ari Sebelumnya mata pendidikan Bahasa Indonesia dan pancasila juga secara mengejutkan hilang dari kurikulum perguruan tinggi
    Hal ini sekaligus mempertegas bahwa ideologi komunisme (marhaenisme) nyata/ada dan merasuk serta menyusup ke dalam sendi sendi Ideologi bangsa Indonesia"
    Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah mendapatkan lebih dari 250 reaksi dan 69 komentar serta dibagikan sebanyak 69 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru terkait Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan polemik Kamus Sejarah Indonesia.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, artikel CNN Indonesia tersebut menyinggung permintaan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri  kepada Mendikbud Nadiem Makarim untuk meluruskan sejarah 1965 terkait politik desukarnoisasi, bukan memasukkan tokoh PKI dan menghilangkan profil KH Hasyim Asyari dalam Kamus Sejarah Indonesia. Tidak ditemukan pula informasi resmi maupun berita di media kredibel bahwa Megawati penyebab masuknya tokoh PKI dan hilangnya profil KH Hasyim Asyari dalam Kamus Sejarah Indonesia.
    Menurut artikel CNN Indonesia yang dimuat pada 24 November 2020 tersebut, Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri meminta Mendikbud Nadiem Makarim meluruskan catatan sejarah soal peristiwa 1965. Megawati menilai ada hal yang hilang dalam catatan sejarah Indonesia, khususnya di periode 1965. Ia menyebut ada politik desukarnoisasi yang dimulai sejak kepemimpinan Presiden Soeharto.
    "Saya bicara pada Pak Nadiem karena beliau Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ya harus bagaimana ya? Apakah hal ini tidak boleh diajarkan?" kata Megawati dalam diskusi virtual di akun YouTube Museum Kepresidenan Balai Kirti pada 24 November 2020. Kisah Presiden ke-1 RI Sukarno, menurut Megawati, dihapus di era Orde Baru. Ia menyinggung elite politik patah lidah, semua orang takut menyebut Sukarno sebagai proklamator.
    Ketua Umum PDIP itu meminta Nadiem untuk mengkaji ulang sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah. Mega berharap ada pelurusan sejarah soal Sukarno dan peristiwa 1965. "Saya hanya permintaan saya itu, bahwa tidakkah bisa diluruskan kembali (sejarah tentang) seorang yang bisa memerdekakan bangsa ini?" tuturnya.
    Megawati juga mengusulkan kepada Nadiem untuk memasukkan buku-buku Sukarno ke kurikulum pendidikan Indonesia. Megawati menyebut pemikiran-pemikiran Bung Karno sempat dilupakan di era Orde Baru. Saat itu, ada sistem yang ia sebut sebagai politik desukarnoisasi. Orang-orang dibuat takut untuk membicarakan Sukarno, kata Megawati. Bahkan, buku-buku karya Bung Karno dilarang untuk beredar.
    Permintaan Megawati tersebut juga diberitakan oleh Tempo pada tanggal yang sama. Menurut laporan, Megawati mengatakan bahwa Sukarno, ayahnya, adalah sosok yang pemikirannya layak dipelajari generasi muda saat ini. "Saya lihat ini mau diapain sih sejarah bangsa ini. Hanya permintaan saya itu, tidakkah bisa diluruskan kembali?" kata Megawati dalam webinar Pembukaan Pameran Daring & Dialog Sejarah pada 24 November 2020.
    Megawati menilai sejarah di masa 1965-1967 seperti dipotong dan dihapus oleh pemerintah Orde Baru. Dia juga berpendapat banyak kalangan elite yang seakan-akan kelu untuk menyebut Sukarno sebagai proklamator. Megawati menceritakan bagaimana pemerintah Orde Baru melarang buku-buku Sukarno, misalnya "Di Bawah Bendera Revolusi". Ia pun heran mengapa buku yang merupakan jendela dunia dan ekstraksi pemikiran Sukarno itu dulu dilarang.
    Polemik Kamus Sejarah Indonesia
    Menurut arsip berita Tempo pada 21 April 2021, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengatakan bahwa narasi yang menyebut pihaknya sengaja menghilangkan profil KH Hasyim Asyari dari Kamus Sejarah Indonesia Jilid I tidak benar.
    Hilmar mengakui adanya kealpaan tim teknis yang menyebabkan hilangnya jejak KH Hasyim Asyari dalam Kamus Sejarah Indonesia Jilid I. "Saya mengakui ada kesalahan. Tapi ya karena kealpaan, bukan kesengajaan. Itu poin yang mau saya tekankan," kata Hilmar dalam konferensi pers daring pada 20 April 2021.
    Menurut Hilmar, kamus tersebut sebenarnya tidak pernah diterbitkan secara resmi. "Dokumen tidak resmi yang sengaja diedarkan di masyarakat oleh kalangan tertentu merupakan softcopy naskah yang masih perlu penyempurnaan. Naskah tersebut tidak pernah kami cetak dan edarkan kepada masyarakat."
    Kamus Sejarah Indonesia Jilid I pun, kata Hilmar, disusun pada 2017, sebelum posisi Mendikbud dijabat oleh Nadiem Makarim. "Selama periode kepemimpinan Mendikbud Nadiem Anwar Makarim, kegiatan penyempurnaan belum dilakukan dan belum ada rencana penerbitan naskah tersebut," tuturnya.
    Secara teknis, menurut Hilmar, penyusunan Kamus Sejarah Indonesia Jilid I pada 2017 belum rampung, karena begitu panjangnya perjalanan sejarah Indonesia sejak 1900. "Karena, pada saat itu, tahun anggaran sudah berakhir. Sebagai pertanggungjawaban, kami tetap melaporkan draf naskah yang belum selesai tersebut dalam format PDF," katanya.
    Dilansir dari CNN Indonesia, Hilmar Farid menyebut bahwa naskah kamus yang belum rampung itu memang telah masuk ke proses tata letak atau desain, hingga terbit dalam bentuk PDF dan cetak. Namun, Kamus Sejarah Indonesia Jilid I ini hanya dicetak terbatas sebanyak 20 eksemplar.
    Pada 2019, kata Hilmar, kamus tersebut kemudian diminta oleh Direktorat Sejarah untuk diunggah di situs Rumah Belajar Kemendikbud. Dia pun menyatakan telah menyelidiki kekeliruan dalam kamus itu ke staf yang terlibat langsung dalam penyusunan. "Naskah yang sebenarnya belum siap ikut masuk dalam proses penyertaan pemuatan buku tersebut di website," ujarnya.
    Terkait masuknya nama tokoh-tokoh PKI dalam Kamus Sejarah Indonesia, dilansir dari Suara.com, sejarawan yang merupakan editor Kamus Sejarah Indonesia, Susanto Zuhdi, mengatakan bahwa itu adalah hal yang wajar. Menurut dia, setiap tokoh yang berperan besar dalam pembentukan negara ini harus masuk dalam catatan sejarah.
    "Ya namanya kamus, semua yang memenuhi syarat dan tokoh yang berperan di dalam perjalanan sejarah tentu kita cover. Ini kan dari 1900, NU belum berdiri, PKI belum berdiri, ya kita semua masukkan. Tidak dengan bermaksud apa pun. Sesuai porsi peran mereka masing-masing yang di dalam sejarah, memang harus masuk," ujar Susanto.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa Ketua PDIP Megawati Soekarnoputri meminta Mendikbud Nadiem Makarim untuk memasukkan nama tokoh-tokoh PKI dan menghilangkan profil KH Hasyim Asyari dalam Kamus Sejarah Indonesia, keliru. Artikel CNN Indonesia yang digunakan untuk menyebarkan klaim tersebut berisi permintaan Megawati kepada Nadiem Makarim untuk meluruskan sejarah 1965 terkait politik desukarnoisasi. Tidak ditemukan pula informasi resmi maupun berita di media kredibel bahwa Megawati penyebab masuknya tokoh PKI dan hilangnya profil KH Hasyim Asyari dalam Kamus Sejarah Indonesia.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan