(GFD-2021-8729) Sesat, klaim Jokowi Resmi
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 18/08/2021
Berita
Video berdurasi 10:05 menit dengan klaim Jokowi resmi 'ganti baju' ke Partai Golkar diunggah ke Facebook, 13 Agustus 2021. Hingga artikel ini ditulis, video ini mendapatkan 1,1 ribu komentar dan telah ditonton 575 ribu kali.
Video tersebut memuat gabungan beberapa video Presiden Jokowi, di antaranya saat berada di acara Partai Golkar dan saat bersama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Unggahan tersebut pun diikuti dengan narasi, "Jokowi Resmi Ganti Baju ! PDIP Dipastikan Menyesal !…"
Hasil Cek Fakta
Hasil penelusuran Tempo menunjukkan bahwa Jokowi masih menjadi anggota/kader PDI Perjuangan. Belum ada bukti-bukti bahwa Jokowi resmi pindah ke Partai Golkar. Sejauh ini Partai Golkar menjadi partai pendukung pemerintah dan mendapatkan jatah di kabinet.
Untuk menelusuri klaim tersebut, Tempo memverifikasi potongan video saat Jokowi berada di acara Partai Golkar. Tempo menggunakan nama acara yang tertulis dalam backdrop sebagai petunjuk yakni: “Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar”. Dengan pencarian kata kunci tersebut di Youtube, Tempo mendapatkan video tersebut identik dengan video dari CNN Indonesia. Jokowi memang hadir saat pembukaan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar yang mengukuhkan Airlangga Hartarto sebagai ketua umum baru pengganti Setya Novanto pada 17 Desember 2017 itu.
Potongan video kedua adalah saat Jokowi duduk bersama Megawati. Tempo menemukan video ini sama dengan foto yang dimuat situs suara.com. Video tersebut merupakan jumpa pers yang dilakukan bersama antara Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDIP Megawati di beranda belakang Istana Merdeka pada 21 November 2016.
Dalam jumpa pers tersebut, keduanya membahas situasi dan permasalahan menjelang pilkada serentak yang akan diselenggarakan pada 2017.
Sementara penjelasan narator yang menyebut Jokowi lebih nyaman dengan Partai Golkar, sama dengan berita Republika berjudul Pengamat: Jokowi Periode Kedua Lebih Nyaman Dengan Golkar Ketimbang PDIP edisi 7 Agustus 2021. Berita itu memuat wawancara Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie.
Kesimpulan
Dari pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan narasi yang mengklaim Jokowi resmi ganti baju adalah menyesatkan. Video saat Jokowi hadir di acara Golkar terjadi saat pembukaan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar pada 17 Desember 2017. Belum ada bukti-bukti yang menunjukkan Jokowi resmi pindah dari PDI Perjuangan ke Partai Golkar. Tim CekFakta Tempo
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/jokowi
- https://www.tempo.co/tag/partai-golkar
- https://www.tempo.co/tag/pdi-perjuangan
- https://www.youtube.com/watch?v=zhHaePbj78s
- https://amp.suara.com/news/2016/11/21/164304/mega-jangan-panasi-pilkada-dki-kasihan-yang-tak-tahu-apa-apa
- https://www.rmolbanten.com/read/2021/08/07/24687/Pengamat:-Jokowi-Periode-Kedua-Lebih-Nyaman-Dengan-Golkar-Ketimbang-PDIP-
(GFD-2021-8728) Tidak Terbukti, Jejak Awan Putih yang Ditinggalkan Pesawat Merupakan Chemtrails
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 16/08/2021
Berita
Sebuah video berdurasi 59 detik yang memperlihatkan cuplikan video pesawat yang meninggalkan jejak berupa awan putih yang membentuk garis lurus beredar di media sosial. Video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa asap putih yang keluar dari pesawat itu merupakan chemtrails atau senjata biologis.
Di Facebook, video tersebut dibagikan akun ini pada 11 Agustus 2021. Akun inipun menuliskan narasi, “Terungkap sekitar 2 minggu yg lalu terlihat jelas pesawat mengeluarkan asap putih yang memang kerap sering kali melintas di langit Lombok.”
Dalam video tersebut juga terdapat seseorang yang mengaku sebagai teknisi pesawat memberikan pendapatnya atas kejadian dalam video tersebut. berikut penjelasannya:
“Pernah nggak liat asap putih keluar? Saya asli teknisi pesawat. Pesawat lewat di bawah 10.000 km tidak ada asap putih keluar dari mesin pesawat. Liat asap putih keluar pesawat itu senjata biologis. Biasanya pakai bom. Yang soft, itu bikin symptom-symptom seperti influenza, pas hujan mata perih, kuping ada bunyi, batuk pilek, gangguan paru-paru, anak demam berapa hari nggak tahu kenapa. 100 negara lebih korban dari senjata itu. Saya ada dokumentasi di Jakarta rekaman dari saya sendiri dua tahun” ujarnya dalam video itu.
Selanjutnya, muncul tulisan berisi narasi bahwa Chemtrails bagian dari agenda depopulasi.
“Apa itu Chemtrails? (Chemical Trails atau jejak kimiawi) adalah bahan kimia biologis yang sengaja disebar menggunakan pesawat pada ketinggian tertentu. Disinyalir sejumlah pesawat asing kerap menyebarkan Ethylene dibromide dan Abu micro fiber. Untuk operasi Geoengineering dan Project Cloverleaf (control populasi). Jika asap pesawat Chemtrails berubah menjadi awan, gangguan kesehatan akan terus berlanjut sampai awan tersebut hilang. Kandungan material dari Chemtrails tidak hanya membuat gangguan kesehatan manusia, tapi juga membuat tanaman dan binatang terganggu kesehatannya. Penyemprotan Chemtrails atau jejak kimiawi juga terjadi di Jakarta sejak tahun 2009, mengarah pada sejumlah bukti awal beberapa hari setelah penyemprotan. Dampaknya pada Agustus sampai September 2010 jumlah pasien dengan keluhan infeksi pernafasan di Jakarta melonjak naik hingga 400 persen,” tulis keterangan dalam video.
Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah disaksikan sebanyak 113 kali dan mendapat 10 komentar. Apa benar jejak awan putih yang ditinggalkan pesawat merupakan chemtrails?
sebar racun chemrail dari pesawat terbang
racun chemrail
chemrail
Cheimtrail
pesawat sebar chemtrail
chemtriiils
Hoax chemtrail
Chemtrail disebar diudara
Di Facebook, video tersebut dibagikan akun ini pada 11 Agustus 2021. Akun inipun menuliskan narasi, “Terungkap sekitar 2 minggu yg lalu terlihat jelas pesawat mengeluarkan asap putih yang memang kerap sering kali melintas di langit Lombok.”
Dalam video tersebut juga terdapat seseorang yang mengaku sebagai teknisi pesawat memberikan pendapatnya atas kejadian dalam video tersebut. berikut penjelasannya:
“Pernah nggak liat asap putih keluar? Saya asli teknisi pesawat. Pesawat lewat di bawah 10.000 km tidak ada asap putih keluar dari mesin pesawat. Liat asap putih keluar pesawat itu senjata biologis. Biasanya pakai bom. Yang soft, itu bikin symptom-symptom seperti influenza, pas hujan mata perih, kuping ada bunyi, batuk pilek, gangguan paru-paru, anak demam berapa hari nggak tahu kenapa. 100 negara lebih korban dari senjata itu. Saya ada dokumentasi di Jakarta rekaman dari saya sendiri dua tahun” ujarnya dalam video itu.
Selanjutnya, muncul tulisan berisi narasi bahwa Chemtrails bagian dari agenda depopulasi.
“Apa itu Chemtrails? (Chemical Trails atau jejak kimiawi) adalah bahan kimia biologis yang sengaja disebar menggunakan pesawat pada ketinggian tertentu. Disinyalir sejumlah pesawat asing kerap menyebarkan Ethylene dibromide dan Abu micro fiber. Untuk operasi Geoengineering dan Project Cloverleaf (control populasi). Jika asap pesawat Chemtrails berubah menjadi awan, gangguan kesehatan akan terus berlanjut sampai awan tersebut hilang. Kandungan material dari Chemtrails tidak hanya membuat gangguan kesehatan manusia, tapi juga membuat tanaman dan binatang terganggu kesehatannya. Penyemprotan Chemtrails atau jejak kimiawi juga terjadi di Jakarta sejak tahun 2009, mengarah pada sejumlah bukti awal beberapa hari setelah penyemprotan. Dampaknya pada Agustus sampai September 2010 jumlah pasien dengan keluhan infeksi pernafasan di Jakarta melonjak naik hingga 400 persen,” tulis keterangan dalam video.
Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah disaksikan sebanyak 113 kali dan mendapat 10 komentar. Apa benar jejak awan putih yang ditinggalkan pesawat merupakan chemtrails?
sebar racun chemrail dari pesawat terbang
racun chemrail
chemrail
Cheimtrail
pesawat sebar chemtrail
chemtriiils
Hoax chemtrail
Chemtrail disebar diudara
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo melakukan penelusuran berita terkait melalui sejumlah media kredibel. TNI Angkatan Udara menegaskan kalau narasi itu merupakan hoaks.
"Mereka menyebar hoax, apalagi dikaitkan dengan pandemi dan PPKM Darurat, seolah-olah ini adalah bahan kimia yang disebar agar penduduk suatu wilayah terjangkit penyakit semua," tulis akun @_TNIAU pada Senin 19 Juli 2021.
Berdasarkan arsip berita Tempo pada 21 Juli 2021, TNI Angkatan Udara menjelaskan bahwa jejak asap yang dimaksud adalah 'jalan' yang digunakan sebagai rute penerbangan.
Tentang chemical trail alias jejak kimia yang dinarasikan disebarkan melalui pesawat udara, TNI AU tak menampik pernah ada motif seperti itu saat peperangan tapi saat ini sudah dinyatakan terlarang. Alasannya, korban bisa sangat luas dan menyasar warga sipil.
Sedang yang tersisa digunakan saat ini beragam di antara fungsi pemadaman kebakaran, modifikasi cuaca atau hujan buatan, penyemprotan hama tanaman, dan pertunjukkan aerobatik. "Dan hal ini dilakukan pada altitude yang rendah, bukan pada altitude yang tinggi karena efeknya akan hilang tersapu angin."
Di akhir penjelasannya, TNI Angkatan Udara berharap masyarakat tidak mudah terbawa arus disinformasi yang kadangkala sengaja disebarkan untuk membuat kekacauan.
Dilansir dari Kompas.com, Kepala Dinas Penerbangan TNI Angkatan Udara (Kadispen AU) Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah menyebutkan, yang terjadi dalam video itu adalah condensation trail atau contrail. Indan menjelaskan, asap putih seperti awan yang terlihat di langit setelah pesawat lewat adalah hal yang biasa.
Menurut dia, itu adalah jejak yang biasa ditinggalkan pesawat. “Kalau saya lihat video sampai dengan menit 2.30 video tersebut adalah hal biasa, pesawat meninggalkan jejak seperti terlihat di video,” ujar Indan saat dihubungi Kompas.com, Selasa (13/7/2021).
Lebih jauh, ia menyebutkan, fenomena jejak putih itu dikenal dengan jejak kondensasi pesawat terbang atau disebut dengan condensation trail yang disingkat Contrail.
“Ini merupakan hasil dari pengembunan udara dengan kadar air tinggi yang bergesekan dengan mesin pesawat. Ada juga yang menyebutnya dengan vapor trails tapi jika bentuknya mulai berpendar atau melebar seperti awan biasa juga disebut dengan aviaticus cloud,” ujar Indan.
Ia menjelaskan, misi penerbangan dengan membawa bahan kimia, hanya untuk keperluan seperti: Misi TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) pesawat membawa NaCl yang disebar di area berawan untuk membuat terjadinya hujan Misi pemadaman kebakaran suatu area Penyebaran pupuk atau anti hama untuk area perkebunan.
Dikutip dari The Guardian, para ilmuwan dengan tegas menolak teori chemtrails yang mulai mendapatkan pengikut pada pertengahan 1990-an. Mereka menjelaskan, jejak pesawat yang terlihat adalah jejak kondensasi yang tidak berbahaya atau contrails yang terbentuk ketika knalpot mesin yang lembab mencapai suhu beku di ketinggian tinggi.
Untuk melawan teori konspirasi, pada awalnya Angkatan Udara AS menampilkan penafian di situs webnya, yang menyatakan bahwa "hoax 'chemtrail' telah diselidiki dan dibantah oleh banyak universitas, organisasi ilmiah, dan publikasi media besar yang mapan dan terakreditasi".
EPA menerbitkan pemberitahuan serupa di samping lembar fakta tentang contrails. Tapi ini belum cukup untuk mempengaruhi orang percaya, yang cenderung menganggap skeptis sebagai "sheeple" atau shills.
Dilansir dari smithsonianmag, dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Research Letters, para ilmuwan ditanya apakah mereka pernah menemukan bukti yang mungkin dari program chemtrail pemerintah dalam penelitian mereka. Dari 77 ilmuwan, 76 mengatakan tidak.
Mereka juga diperlihatkan foto-foto yang diduga mengandung chemtrails, tulis Sara Emerson di Motherboard. Setelah diperiksa, tidak ada peneliti yang melihat bukti bahwa jejak di foto berbeda dari jejak biasa.
Akhirnya, mereka disajikan dengan analisis sampel dari sedimen kolam, salju dan udara yang menurut para kolektor terkontaminasi dengan jejak barium, aluminium, tembaga dan strontium dari chemtrails. Para peneliti mengatakan bahwa 80 hingga 89 persen sampel dapat dijelaskan oleh fenomena yang jauh lebih sederhana daripada chemtrails.
Kegilaan cerita chemtrails kemungkinan berasal dari laporan tahun 1996 dari Angkatan Udara yang disebut "Cuaca sebagai Pengganda Kekuatan. Laporan itu membuat spekulasi bagaimana militer dapat mengembangkan teknologi modifikasi cuaca pada tahun 2025, lapor Annalee Newitz dan Adam Steiner di i09.
Sebuah paten yang diajukan pada tahun 1991 untuk teknik penyemaian atmosfer bagian atas dengan partikel yang dapat memantulkan sinar matahari dan memperlambat pemanasan global juga menarik minat para ahli teori. Dikombinasikan dengan kisah-kisah anekdot tentang tanaman yang mati dan orang-orang yang sakit setelah pesawat meninggalkan jejak di atas rumah mereka, teori konspirasi bergabung dan berkembang di internet pada akhir 1990-an.
Jadi, jika bukan program pemerintah, mengapa banyak orang mengaku melihat contrails semakin banyak? Emerson mengatakan contrails pesawat kemungkinan bertahan lebih lama dari biasanya karena perubahan teknologi mesin jet.
Selain itu, peningkatan perjalanan udara selama beberapa dekade terakhir juga dapat memicu kepercayaan pada chemtrails, kata Caldeira, dan perubahan atmosfer akibat pemanasan global dapat menyebabkan awan buatan bertahan lebih lama dari biasanya.
"Mereka menyebar hoax, apalagi dikaitkan dengan pandemi dan PPKM Darurat, seolah-olah ini adalah bahan kimia yang disebar agar penduduk suatu wilayah terjangkit penyakit semua," tulis akun @_TNIAU pada Senin 19 Juli 2021.
Berdasarkan arsip berita Tempo pada 21 Juli 2021, TNI Angkatan Udara menjelaskan bahwa jejak asap yang dimaksud adalah 'jalan' yang digunakan sebagai rute penerbangan.
Tentang chemical trail alias jejak kimia yang dinarasikan disebarkan melalui pesawat udara, TNI AU tak menampik pernah ada motif seperti itu saat peperangan tapi saat ini sudah dinyatakan terlarang. Alasannya, korban bisa sangat luas dan menyasar warga sipil.
Sedang yang tersisa digunakan saat ini beragam di antara fungsi pemadaman kebakaran, modifikasi cuaca atau hujan buatan, penyemprotan hama tanaman, dan pertunjukkan aerobatik. "Dan hal ini dilakukan pada altitude yang rendah, bukan pada altitude yang tinggi karena efeknya akan hilang tersapu angin."
Di akhir penjelasannya, TNI Angkatan Udara berharap masyarakat tidak mudah terbawa arus disinformasi yang kadangkala sengaja disebarkan untuk membuat kekacauan.
Dilansir dari Kompas.com, Kepala Dinas Penerbangan TNI Angkatan Udara (Kadispen AU) Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah menyebutkan, yang terjadi dalam video itu adalah condensation trail atau contrail. Indan menjelaskan, asap putih seperti awan yang terlihat di langit setelah pesawat lewat adalah hal yang biasa.
Menurut dia, itu adalah jejak yang biasa ditinggalkan pesawat. “Kalau saya lihat video sampai dengan menit 2.30 video tersebut adalah hal biasa, pesawat meninggalkan jejak seperti terlihat di video,” ujar Indan saat dihubungi Kompas.com, Selasa (13/7/2021).
Lebih jauh, ia menyebutkan, fenomena jejak putih itu dikenal dengan jejak kondensasi pesawat terbang atau disebut dengan condensation trail yang disingkat Contrail.
“Ini merupakan hasil dari pengembunan udara dengan kadar air tinggi yang bergesekan dengan mesin pesawat. Ada juga yang menyebutnya dengan vapor trails tapi jika bentuknya mulai berpendar atau melebar seperti awan biasa juga disebut dengan aviaticus cloud,” ujar Indan.
Ia menjelaskan, misi penerbangan dengan membawa bahan kimia, hanya untuk keperluan seperti: Misi TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) pesawat membawa NaCl yang disebar di area berawan untuk membuat terjadinya hujan Misi pemadaman kebakaran suatu area Penyebaran pupuk atau anti hama untuk area perkebunan.
Dikutip dari The Guardian, para ilmuwan dengan tegas menolak teori chemtrails yang mulai mendapatkan pengikut pada pertengahan 1990-an. Mereka menjelaskan, jejak pesawat yang terlihat adalah jejak kondensasi yang tidak berbahaya atau contrails yang terbentuk ketika knalpot mesin yang lembab mencapai suhu beku di ketinggian tinggi.
Untuk melawan teori konspirasi, pada awalnya Angkatan Udara AS menampilkan penafian di situs webnya, yang menyatakan bahwa "hoax 'chemtrail' telah diselidiki dan dibantah oleh banyak universitas, organisasi ilmiah, dan publikasi media besar yang mapan dan terakreditasi".
EPA menerbitkan pemberitahuan serupa di samping lembar fakta tentang contrails. Tapi ini belum cukup untuk mempengaruhi orang percaya, yang cenderung menganggap skeptis sebagai "sheeple" atau shills.
Dilansir dari smithsonianmag, dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Research Letters, para ilmuwan ditanya apakah mereka pernah menemukan bukti yang mungkin dari program chemtrail pemerintah dalam penelitian mereka. Dari 77 ilmuwan, 76 mengatakan tidak.
Mereka juga diperlihatkan foto-foto yang diduga mengandung chemtrails, tulis Sara Emerson di Motherboard. Setelah diperiksa, tidak ada peneliti yang melihat bukti bahwa jejak di foto berbeda dari jejak biasa.
Akhirnya, mereka disajikan dengan analisis sampel dari sedimen kolam, salju dan udara yang menurut para kolektor terkontaminasi dengan jejak barium, aluminium, tembaga dan strontium dari chemtrails. Para peneliti mengatakan bahwa 80 hingga 89 persen sampel dapat dijelaskan oleh fenomena yang jauh lebih sederhana daripada chemtrails.
Kegilaan cerita chemtrails kemungkinan berasal dari laporan tahun 1996 dari Angkatan Udara yang disebut "Cuaca sebagai Pengganda Kekuatan. Laporan itu membuat spekulasi bagaimana militer dapat mengembangkan teknologi modifikasi cuaca pada tahun 2025, lapor Annalee Newitz dan Adam Steiner di i09.
Sebuah paten yang diajukan pada tahun 1991 untuk teknik penyemaian atmosfer bagian atas dengan partikel yang dapat memantulkan sinar matahari dan memperlambat pemanasan global juga menarik minat para ahli teori. Dikombinasikan dengan kisah-kisah anekdot tentang tanaman yang mati dan orang-orang yang sakit setelah pesawat meninggalkan jejak di atas rumah mereka, teori konspirasi bergabung dan berkembang di internet pada akhir 1990-an.
Jadi, jika bukan program pemerintah, mengapa banyak orang mengaku melihat contrails semakin banyak? Emerson mengatakan contrails pesawat kemungkinan bertahan lebih lama dari biasanya karena perubahan teknologi mesin jet.
Selain itu, peningkatan perjalanan udara selama beberapa dekade terakhir juga dapat memicu kepercayaan pada chemtrails, kata Caldeira, dan perubahan atmosfer akibat pemanasan global dapat menyebabkan awan buatan bertahan lebih lama dari biasanya.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video dengan klaim bahwa Jejak Awan Putih yang Ditinggalkan Pesawat Chemtrails tidak terbukti. TNI Angkatan Udara menegaskan klaim itu merupakan hoaks. Fenomena jejak putih itu dikenal dengan jejak kondensasi pesawat terbang atau disebut dengan condensation trail yang disingkat Contrail yakni pengembunan udara dengan kadar air tinggi yang bergesekan dengan mesin pesawat. Teori Konspirasi tentang Chemtrails telah beredar sejak 1990an. Sejumlah ilmuwan dengan tegas telah menolak teori Chemtrails.
TIM CEK FAKTA TEMPO
TIM CEK FAKTA TEMPO
Rujukan
- https://www.facebook.com/ziekry.fikyabror/videos/1309963726104311/
- https://twitter.com/_TNIAU/status/1417035442013184002
- https://tekno.tempo.co/read/1485787/video-sebut-chemical-trail-dari-pesawat-tni-au-proses-kondensasi-di-udara
- https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/14/120300365/ramai-video-sebut-chemtrail-sebar-bahan-kimia-dari-pesawat-ini-faktanya?page=all
- https://www.theguardian.com/environment/2017/may/22/california-conspiracy-theorist-farmers-chemtrails
- https://www.smithsonianmag.com/smart-news/science-officially-debunks-chemtrails-conspiracy-live-180960139/
(GFD-2021-8727) Sebagian Benar, Harga Vaksin AstraZeneca Paling Murah karena Sarah Gilbert Menyerahkan Seluruh Hak Paten
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 16/08/2021
Berita
Pesan berantai yang mengklaim harga vaksin Astrazeneca paling murah karena Sarah Gilbert menyerahkan seluruh hak paten, beredar di Whatsapp dalam beberapa pekan terakhir. Sarah Gilbert adalah perempuan yang mendesain vaksin Covid-19 Oxford-Astrazeneca.
“Mengapa vaksin Astrazeneca adalah yang termurah? Karena Sarah Gilbert menyerahkan seluruh hak patennya supaya kita tidak membayar upeti kepadanya,” demikian bunyi bagian awal pesan berantai tersebut.
Selain itu, pesan tersebut juga memuat beberapa klaim berikut ini:
Hasil Cek Fakta
Klaim 1: Harga vaksin AZ paling murah, 2-3 USD, karena Sarah Gilbert menyerahkan seluruh hak paten
Fakta: Harga vaksin AZ memang lebih murah dibanding vaksin mRNA seperti Pfizer dan Moderna. Akan tetapi harga vaksin AZ di sejumlah negara berbeda, antara US 2 dollar hingga US 13 dollar. Dikutip dari Dasbor Pasar Vaksin Unicef, harga vaksin AZ paling rendah sekitar US 2 dollar antara lain di Eropa dan India, sedangkan yang tertinggi sebesar US 13,27 dollar di Bangladesh, khusus untuk penjualan pribadi.
Perbandingan harga satu dosis vaksin Astrazeneca di beberapa negara. Sumber: Unicef Perbandingan harga satu dosis vaksin Astrazeneca di beberapa negara. Sumber: Unicef
Harga vaksin AZ paling murah, bukan karena Sarah Gilbert menyerahkan seluruh hak paten. Menurut Health Desk, platform inisiatif dari organisasi nirlaba Meedan yang dikelola oleh sejumlah ahli di seluruh dunia, ada beberapa faktor mengapa harga vaksin AZ lebih murah dibandingkan vaksin mRNA:
Vaksin ini sekarang banyak digunakan di seluruh dunia. Meskipun tetap menjadi salah satu vaksin yang paling murah, para kritikus mengklaim bahwa harga akan lebih murah dan lebih dapat diakses secara luas jika hak atas vaksin tersedia secara bebas untuk produsen mana pun seperti yang semula dimaksudkan oleh tim Oxford.
Berbeda dengan AZ, vaksin mRNA seperti Pfizer dan Moderna menuntut persyaratan penyimpanan dingin dengan bahan kimia kompleks, es kering dan biaya transportasi lainnya sehingga menambah biaya vaksin mRNA.
Selain itu, Direktur Global Media Relations Astrazeneca, Fiona Cookson, menjelaskan, vaksin tersebut dimiliki oleh Universitas Oxford. Sementara AstraZeneca memiliki lisensi eksklusif untuk mengembangkan dan memproduksi vaksin secara global.
Untuk memenuhi komitmen terhadap akses yang luas dan adil serta mempercepat produksi vaksin, Astrazeneca menjalin transfer teknologi dengan 25 mitra di 15 negara. “Kami telah memungkinkan transfer teknologi ke lebih dari 25 mitra pemasok yang berbeda dari 15 negara di seluruh dunia,” tulis Fiona dalam email ke Tempo, 9 Agustus 2021.
Klaim 2: Penonton pertandingan tenis Wimbledon memberikan tepuk tangan meriah kepada Sarah Gilbert
Fakta: Klaim ini benar. Akun Twitter Wimbledon, pada 28 Juni 2021 memuat video pembukaan pertandingan tenis Wimbledon di London yang berbeda dari biasanya. Pembukaan itu disertai dengan memberikan ucapan terima kasih pada pihak-pihak yang telah berperan penting dalam penanggulangan Covid-19. “Ada beberapa tamu istimewa yang hadir. Orang-orang yang memainkan peran penting dalam respons Inggris terhadap pandemi virus corona - mulai dari pekerja transportasi hingga staf medis di Layanan Kesehatan Nasional Inggris - telah diundang untuk duduk di royal box.
Tepuk tangan meriah dari penonton berkumandang dan kamera menyorot sejumlah penonton yang duduk di kursi VVIP, salah satunya adalah Sarah Gilbert yang berbaju merah.
Klaim 3: Semua publisitas buruk untuk vaksin AZ karena harganya sangat murah
Laporan tentang beberapa negara yang menghentikan vaksinasi dengan Astrazeneca pada Maret lalu, tidak terkait dengan harganya yang murah. Media Prancis, France24, melaporkan, beberapa negara mengambil keputusan untuk menghentikan vaksin AZ karena munculnya sejumlah kecil kasus pembekuan darah pada penerima vaksin, beberapa di antaranya berakibat fatal, meskipun saat itu belum jelas apakah pembekuan darah terkait dengan vaksin atau tidak.
Akan tetapi, beberapa negara Eropa melanjutkan kembali penggunaan vaksin AZ setelah European Medicines Agency (EMA) memberikan lampu hijau. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 19 Maret 2021, juga memberikan dukungan kuat pada vaksin AstraZeneca dan mendesak negara-negara untuk mempertahankan pemakaian vaksin tersebut setelah meninjau laporan kasus pembekuan darah.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menjelaskan tentang manfaat vaksin Astrazeneca setelah para ahli keamanan vaksin WHO tidak menemukan peningkatan kondisi pembekuan yang terkait dengan suntikan AstraZeneca.
"Data yang tersedia tidak menunjukkan peningkatan keseluruhan dalam kondisi pembekuan setelah pemberian vaksin Covid-19 Oxford-AstraZeneca. Kami mendesak negara-negara untuk terus menggunakan vaksin penting ini,” kata Tedros dalam konferensi pers.
Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan, pesan berantai dengan klaim harga vaksin Astrazeneca paling murah karena Sarah Gilbert menyerahkan seluruh hak paten, sebagian benar. Harga vaksin AZ lebih murah dibandingkan beberapa jenis vaksin lain. Akan tetapi, mengapa harga vaksin AZ lebih murah bukan karena Sarah Gilbert menyerahkan seluruh hak paten. Melainkan karena pertama, Astrazeneca menjalin transfer teknologi dengan 25 mitra di 15 negara. Hak atas vaksin tersebut belum tersedia secara bebas untuk produsen mana pun.
Kedua, distribusi vaksin melalui skema COVAX untuk membantu negara-negara miskin dan berkembang. Serta ketiga, Vaksin AZ dibuat dengan Adenovirus yang rantai pasokannya lebih dulu ada dan sudah mapan.
Tim Cek Fakta Tempo
(GFD-2021-8726) Keliru, Terapi Uap Minyak Kayu Putih dan Serai Bisa Menghilangkan Sesak Napas Karena Virus
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 16/08/2021
Berita
Narasi yang mengklaim terapi pertolongan pertama sesak nafas karena virus beredar di Facebook. Klaim tersebut diunggah akun ini pada 23 Juli 2021 dengan menuliskan narasi :
“Terapi pertolongan pertama sesak nafas karena virus nganu....Siapkan panci kecil, air, serai dapur dan minyak kayu putih....Rebus serai dan tuangkan sedikit minyak kayu putih, hirup dalam dalam uap airnya yang beraroma serai dan minyak kayu putih.... lakukan berkali-kali, sampai sesak nafasnya terasa mulai plong....
Lakukan terapi ini beberapa kali sehari....Terapi ini akan menghilangkan serangan sesak nafas karena nganu....
Molekul air akan menambah kadar oksigenMolekul atsiri serai dan minyak kayu putih akan membunuh virus2 di permukaan dalam paru2 secara langsung... dan membantu atasi peradangan paru...Teknik ini untuk menambah oksigen dari molekul H2O dan memasukkan obat (atsiri serai dan minyak kayu putih)...
Teknik memasukkan obat melalui uap air ke paru2 ini bisa juga dilakukan pada penderita asma yang sedang kumat....
Insyaallah, tidak akan memerlukan ventilator asal rutin dan rajin terapi uapnya.... Sesak nafas akan cepat mereda.... Virus di paru2 akan mati....
Demikian, boleh saudara sekalian share sebanyak-banyaknya dan lakukan sebagai pertolongan pertama bila mengalami kedaruratan sesak nafas karena nganu.... Semoga banyak yang tertolong.....Rakyat Indonesia kuat dan mampu mengatasi masalahnya sendiri…”
Hingga artikel ini ditulis, telah mendapatkan 35 ribu kali respon, 963 komentar dan 4,2 ribu dibagikan.Lantas benarkan merebus sereh dan minyak kayu putih dan menghirupnya bisa menghilangkan sesak nafas karena virus?
Hasil Cek Fakta
Untuk memeriksa klaim diatas, Cek fakta Tempo mula-mula menelusuri informasi terkait sistem kerja virus pada tubuh manusia dan kandungan minyak kayu putih dan serai. Dikutip dari alodokter, Virus agen infeksi berukuran kecil yang hidup dan berkembang biak dengan cara menempel pada sel inang. Ketika virus masuk ke dalam tubuh manusia, mereka akan menyerang sel-sel di tubuh dan berusaha menguasai sel-sel tersebut serta berkembang biak di dalam sel. Virus bisa merusak, membunuh, dan mengubah sel dalam tubuh. Virus juga dapat memicu terjadinya suatu penyakit.
Untuk virus corona, dikutip dari Halodoc, ketika masuk ke dalam tubuh manusia akan menempel pada dinding sel-sel saluran pernapasan dan paru-paru, lalu masuk ke dalamnya untuk berkembang biak di sana. Proses tersebut akan terdeteksi oleh sistem kekebalan tubuh. Setelah itu, sistem kekebalan tubuh atau sistem imun akan bereaksi dengan cara mengirim sel darah putih dan membentuk antibodi untuk melawan dan membunuh virus tersebut. Ketika terjadi reaksi perlawanan tubuh terhadap virus Corona, akan muncul beberapa gejala, misalnya demam. Gejala ini biasanya akan muncul dalam waktu 2–14 hari setelah terpapar virus Corona. Pada sebagian orang yang terinfeksi virus Corona, reaksi sistem imun tubuh akan berhasil melawan virus tersebut, sehingga gejalanya mereda dan orang tersebut sembuh dengan sendirinya.
Sementara minyak kayu putih merupakan tanaman yang berasal dari Australia. Dalam bahasa latin tanaman ini dikenal dengan nama eucalyptus atau kayu putih. Berdasarkan arsip pemberitaan Tempo pada 14 Mei 2020, tanaman ini memiliki senyawa eucalyptol atau 1,8-cineole yang menjadi komponen kunci dari potensi antivirus Corona yang dimiliki ekaliptus (Eucalyptus sp.).
Senyawa tersebut telah diuji di laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian dan menunjukkan kemampuan membunuh sekitar 80 persen virus, termasuk virus Corona. Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry, menerangkan bahwa proses uji diawali dengan mencari kecocokan antara bahan aktif dan potensi membunuh virus dari sekian banyak minyak atsiri yang ada.
Proses uji ini dilakukan dengan cara penambatan molekul atau molecular docking melalui metode komputasi. "Dari sekian banyak minyak atsiri, salah satunya adalah minyak atsiri Eucalyptus yang di dunia ada 700 spesies," katanya seperti dikutip dari Tempo pada 11 Mei 2020.
Proses uji mencari kecocokan melalui molecular docking itu dilanjutkan dengan uji in vitro di laboratorium Biosafety Level 3 (BSL-3). Senyawa aktif Eucalyptus bisa membunuh sekitar 80 persen virus seperti yang sudah diumumkannya beberapa hari sebelumnya.
Pada 5 Mei 2020, Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) Kementerian Pertanian, Evi Safitri, memang menyatakan, "Hasil uji in vitro, 60-80 persen virusnya mati. Tapi memang virusnya bukan (penyebab) Covid-19, kami coba ke virus Corona lain." Evi menerangkan, molecular docking adalah metode komputasi yang bertujuan meniru peristiwa interaksi suatu molekul ligan dengan protein yang menjadi targetnya pada uji in vitro.
Dikutip dari Kompas, meski memiliki zat aktif yang bersifat anti bakteri, anti virus, dan anti jamur, namun minyak kayu putih belum sepenuhnya terbukti untuk membunuh virus corona. Inggrid Tania, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), mengatakan eucalyptus memang memiliki sejumlah zat aktif yang bersifat anti bakteri, anti virus, dan anti jamur. "Memang pernah ada penelitian eucalyptus efektif untuk membunuh virus betacorona, tetapi bukan virusnya Covid-19, SARS-CoV-2," kata dr Inggrid.
Ada penelitian bioinformatika tentang zat aktif eucalyptus terhadap virus SARS-CoV-2. Kendati demikian, penelitian ini hanya berupa molekular docking atau simulasi di komputer. Simulasi tersebut dilakukan dengan menyamakan molekul zat aktif pada eucalyptus dengan molekul protein virus SARS-CoV-2. "Memang kalau dari penelitian bioinformatika itu ada kecocokan dan bisa dijadikan kandidat (obat antivirus). Tetapi kalau disebut sebagai obat antivirus Covid-19, belum bisa," ujar Inggrid.
Dalam laman resmi Universitas Gadjah Mada, Dosen Fakultas Kehutanan UGM, Rini Pujiarti., mengungkapkan klaim bahwa eucalyptus dapat membunuh virus Corona tidak bisa sepenuhnya dipercaya.Dikutip dari Jurnal-elektronik Universitas Atmajaya Jogjakarta, tanaman serai atau Cymbopogon citratus DC sendiri merupakan tumbuhan yang masuk ke dalam famili rumput-rumputan atau Poaceae. Tanaman ini dikenal dengan istilah Lemongrass karena memiliki bau yang kuat seperti lemon, sering ditemukan tumbuh alami di negara-negara tropis.
Tanaman serai mampu tumbuh sampai 1-1,5 m panjang daunnya mencapai 70-80 cm dan lebarnya 2-5 cm, berwarna hijau muda, kasar, dan mempunyai aroma yang kuat. Tanaman serai dengan genus Cymbopogon meliputi hampir 80 spesies, tetapi hanya beberapa jenis yang menghasilkan minyak atsiri.
Kandungan kimia yang terdapat di dalam tanaman serai antara lain pada daun serai dapur mengandung 0,4 persen minyak atsiri. Senyawa utama penyusun minyak serai adalah sitronelal, sitronelol, dan geraniol. Gabungan ketiga komponen utama minyak serai dikenal sebagai total senyawa yang dapat deasetilasi. Ketiga komponen ini menentukan intensitas bau harum, nilai, dan harga minyak serai.
Dilansir Kompas, Meski kandungan vitamin dalam serai relatif kecil namun serai mengandung berbagai mineral yang membantu dalam pengobatan medis. Serai umumnya dimanfaatkan dengan cara diolah menjadi minyak untuk mengobati sakit kepala dan nyeri muskuloskeletal. Ekstrak minyak sereh dimanfaatkan sebagai aromaterapi untuk mengobati nyeri otot, infeksi, pilek, atau gejala flu. Selain itu, daun serai juga bisa digunakan untuk mengobati penyakit berikut: hipertensi epilepsi sakit perut rematik kelelahan antiseptik batuk rematik demam diabetes
Sementara berdasarkan arsip berita Tempo pada 29 Maret 2020, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Eka Ginanjar, membantah bahwa menghirup uap air panas bisa mematikan virus Corona Covid-19.Eka pun menilai tindakan tersebut tidak bermanfaat. "Karena virus ini ada di dalam sel tubuh walau masuknya memang secara droplet lewat sistem pernafasan," ujar Eka saat dihubungi Tempo pada Minggu, 29 Maret 2020.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam atau internis ini, belum ada penelitian kesehatan yang resmi yang bisa membuktikan apakah menghirup uap air panas dapat membunuh virus Corona. Sampai saat ini pun, belum ada metode yang resmi untuk melakukan penelitian tersebut.
Eka justru khawatir masyarakat salah paham, mengira tips yang beredar di media sosial tersebut efektif. Hal itu menyebabkan masyarakat tidak lagi melakukan hal yang penting untuk mencegah penularan virus Corona, yaitu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau dengan hand sanitizer.
Artikel cek fakta AFP yang berisi verifikasi atas klaim bahwa uap air panas bisa membunuh virus Corona Covid-19 pun memaparkan hal serupa. Para ahli yang diwawancarai AFP mengatakan bahwa hal
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim terapi uap minyak kayu putih dan serai bisa menghilangkan sesak nafas karena virus, keliru. Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Eka Ginanjar, membantah bahwa menghirup uap air panas bisa mematikan virus.
Organisasi Kesehatan Dunia bahkan menegaskan cara yang paling efektif untuk melindungi diri dari Covid-19 adalah rajin membersihkan tangan dengan sabun dan air atau pembersih berbasis alkohol, menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang yang batuk atau bersin, tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut, menutup mulut saat batuk dengan siku yang terlipat atau tisu, serta mengisolasi diri jika merasa tidak sehat.
Bagi mereka yang terinfeksi hanya perlu mendapatkan perawatan untuk meredakan gejala. Sementara mereka yang memiliki gejala lebih serius harus dibawa ke rumah sakit.
TIM CEKFAKTA TEMPO
Rujukan
- https://www.alodoker.com/ketahui-perbedaan-infeksi-virus-dan-bakteri-di-sini
- https://www.halodoc.com/artikel/cara-virus-corona-menyerang-tubuh
- https://tekno.tempo.co/read/1342196/ini-bahan-aktif-tanaman-eukaliptus-yang-bunuh-virus-corona
- https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/02/110704965/klarifikasi-minyak-kayu-putih-dapat-membunuh-covid-19?page=2.
- http://e-journal.uajy.ac.id/9686/3/2BL01204.pdf
- https://health.kompas.com/read/2020/06/23/100300468/mengenal-manfaat-dan-efek-samping-serai-untuk-kesehatan?page=all.
- https://nasional.tempo.co/read/1325201/dokter-internis-hirup-uap-air-panas-mustahil-bunuh-virus-corona
- https://factcheck.afp.com/inhaling-steam-will-not-treat-or-cure-novel-coronavirus-infection
- https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/question-and-answers-hub/q-a-detail/coronavirus-disease-covid-19
Halaman: 4518/6117