Klaim tentang mandi menggunakan soda kue, garam, tanah liat, dan boraks dapat menghilangkan racun pada orang yang sudah divaksin COVID-19 beredar di media sosial. Klaim tersebut disebarkan oleh salah satu akun Facebook pada 21 November 2021 lalu.
Akun Facebook tersebut mengunggah gambar berisi narasi cara membuat ramuan saat mandi untuk menghilangkan racun pada orang yang sudah divaksin COVID-19.
"If you know anyone who regrets getting the shot, here is a detox bath to help get the poison out of their body.
Detox bath:
Baking Soda 1-2 cups
Epsom salt 1-2 cups
Betonite Clay 1 cup
Borax detergent 1 cup
Soak in a warm bath fot a minimum of 20 minutes. The longer, the better," demikian postingan dari salah satu akun Facebook.
Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 5 kali dibagikan dan mendapat 4 komentar warganet.
(GFD-2021-7936) [SALAH] Mandi dengan Soda Kue hingga Boraks dapat Menghilangkan Racun pada Orang yang Divaksin COVID-19
Sumber: FacebookTanggal publish: 01/12/2021
Berita
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim mandi menggunakan soda kue, garam, tanah liat, dan boraks dapat menghilangkan racun pada orang yang sudah divaksin COVID-19. Penelusuran dilakukan dengan memasukkan kata kunci "baking soda, borax vaccine covid-19" di kolom pencarian Google Search.
Hasilnya terdapat beberapa artikel yang membantah klaim tersebut. Satu di antaranya artikel berjudul "Facebook Post Spreads Bogus Claim About ‘Detox’ After Vaccination" yang dimuat situs factcheck.org pada 23 November 2021 lalu.
Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa klaim mandi menggunakan soda kue, garam, tanah liat, dan boraks dapat menghilangkan racun pada orang yang sudah divaksin COVID-19 berasal akun TikTok Carrie Madej.
Dalam postingannya, Madej menyarankan memakai soda kue, garam Epsom, dan tanah liat bentonit saat mandi untuk menghilangkan radiasi dan racun yang dia klaim ada dalam vaksin.
Ahli virus dan profesor di Universitas Saskatchewan, Kanada, Angela Rasmussen mengatakan, bahan yang ada dalam vaksin COVID-19 tidak beracun. Justru, kata Rasmussen, vaksin dapat mencegah seseorang dari virus corona.
"Begitu Anda disuntik, proses vaksinasi yang menyelamatkan nyawa sudah dimulai," kata Angela Rasmussen.
Sementara, Ahli Farmakologi, Toksikologi Molekuler dari University of Adelaide, Australia, dr Ian Musgrave mengatakan bahwa tidak ada tindakan atau cara menghilangkan vaksin dari dalam tubuh. Termasuk mandi menggunakan soda kue, garam, tanah liat, dan boraks.
"Tidak ada metode yang diusulkan yang akan berhasil menghilangkan vaksin, dan mungkin berpotensi berbahaya. Semua didasarkan pada kesalahpahaman total tentang cara kerja vaksin." kata Musgrave.
Hasilnya terdapat beberapa artikel yang membantah klaim tersebut. Satu di antaranya artikel berjudul "Facebook Post Spreads Bogus Claim About ‘Detox’ After Vaccination" yang dimuat situs factcheck.org pada 23 November 2021 lalu.
Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa klaim mandi menggunakan soda kue, garam, tanah liat, dan boraks dapat menghilangkan racun pada orang yang sudah divaksin COVID-19 berasal akun TikTok Carrie Madej.
Dalam postingannya, Madej menyarankan memakai soda kue, garam Epsom, dan tanah liat bentonit saat mandi untuk menghilangkan radiasi dan racun yang dia klaim ada dalam vaksin.
Ahli virus dan profesor di Universitas Saskatchewan, Kanada, Angela Rasmussen mengatakan, bahan yang ada dalam vaksin COVID-19 tidak beracun. Justru, kata Rasmussen, vaksin dapat mencegah seseorang dari virus corona.
"Begitu Anda disuntik, proses vaksinasi yang menyelamatkan nyawa sudah dimulai," kata Angela Rasmussen.
Sementara, Ahli Farmakologi, Toksikologi Molekuler dari University of Adelaide, Australia, dr Ian Musgrave mengatakan bahwa tidak ada tindakan atau cara menghilangkan vaksin dari dalam tubuh. Termasuk mandi menggunakan soda kue, garam, tanah liat, dan boraks.
"Tidak ada metode yang diusulkan yang akan berhasil menghilangkan vaksin, dan mungkin berpotensi berbahaya. Semua didasarkan pada kesalahpahaman total tentang cara kerja vaksin." kata Musgrave.
Kesimpulan
Klaim mandi menggunakan soda kue, garam, tanah liat, dan boraks dapat menghilangkan racun pada orang yang sudah divaksin COVID-19 ternyata tidak benar.
Faktanya, tidak ada bahan beracun dalam vaksin COVID-19. Mandi dengan bahan-bahan tersebut juga tidak terbukti menghilangkan vaksin COVID-19 dari tubuh seseorang.
Faktanya, tidak ada bahan beracun dalam vaksin COVID-19. Mandi dengan bahan-bahan tersebut juga tidak terbukti menghilangkan vaksin COVID-19 dari tubuh seseorang.
Rujukan
(GFD-2021-7935) [SALAH] Foto Pelaku Penculikan Anak di Pekanbaru
Sumber: FacebookTanggal publish: 01/12/2021
Berita
Sebuah foto yang diklaim pelaku penculikan anak di Pekanbaru, Riau beredar di media sosial. Foto tersebut salah satunya disebarkan salah satu akun Facebook pada 10 September 2021.
Dalam foto tersebut, terdapat sembilan orang yang diklaim sebagai pelaku penculikan anak di Pekanbaru. Terdapat juga narasi dalam foto tersebut.
"WASPADA PENCULIKAN ANAK
share yaa khsus daerah pekanbaru"
"Daerah pku," tulis salah satu akun Facebook.
Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 8.200 kali dibagikan dan mendapat 721 respons dari warganet.
Dalam foto tersebut, terdapat sembilan orang yang diklaim sebagai pelaku penculikan anak di Pekanbaru. Terdapat juga narasi dalam foto tersebut.
"WASPADA PENCULIKAN ANAK
share yaa khsus daerah pekanbaru"
"Daerah pku," tulis salah satu akun Facebook.
Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 8.200 kali dibagikan dan mendapat 721 respons dari warganet.
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri foto yang diklaim pelaku penculikan anak di Pekanbaru, Riau. Penelusuran dilakukan dengan mengunggah foto tersebut ke situs Google Images.
Hasilnya terdapat beberapa artikel yang membantah foto tersebut merupakan pelaku penculikan anak di Pekanbaru. Satu di antaranya artikel berjudul "Beredar Wajah Pelaku Penculikan Anak di Pekanbaru, Ini Kata Kapolresta" yang dimuat situs riau.suara.com pada 10 September 2021.
SuaraRiau.id - Isu soal penculikan anak kembali merebak di Pekanbaru. Usai voice note WhatsApp yang berisi kabar seorang anak diculik, kini warga dihebohkan dengan wajah-wajah pelaku penculikan.
Beredarnya foto wajah para penculik di WhatsApp membuat warga Kota Bertuah tersebut geger.
Mendapati hal itu, Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol Pria Budi menjelaskan bahwa informasi tersebut menyesatkan alias hoaks.
"Itu hoaks, kita perlu waspada namun jangan termakan isu hoaks yang akan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat," kata Pria Budi saat dikonfirmasi SuaraRiau.id, Jumat (10/9/2021).
Kapolresta Pria Budi mengungkapkan bahwa kasus penculikan sampai dengan hari ini di Pekanbaru tidak ada. Kabar-kabar mengenai isu tersebut dipastikan tidak benar.
"Sampai saat ini belum ada kasus penculikan di wilayah hukum Polresta Pekanbaru," ungkapnya.
Juga mengenai kabar viral penculikan yang terjadi di kawasan perumahan wilayah hukum Polsek Tampan beberapa waktu lalu, Pria menjelaskan bahwa hal itu belum terbukti keberaniannya.
"Nyatanya tidak ada yg laporan anaknya diculik (sampai sekarang)," tuturnya.
Kombes Pol Pria Budi pun menunjukan beberapa bukti bahwa informasi berisikan foto-foto pelaku penculikan di Pekanbaru itu hoaks. Ia mengirimkan link dari kominfo.go.id yang menjabarkan kebohongan berita itu.
Dalam situs Kominfo itu, beredar postingan berupa tangkapan layar dari pesan berantai WhatsApp yang berisi foto-foto pelaku penculikan anak.
Faktanya, selebaran foto pelaku penculikan anak itu sudah tersebar pada tahun 2018 lalu dan bukan terkait kasis penculikan anak.
Liputan6.com juga menemukan artikel yang menjelaskan bahwa foto palsu tersebut pernah beredar pada 2018. Penyebar foto tersebut pun diamankan polisi.
Adalah artikel berjudul "Sebar Hoax Wajah Penculik Anak di Medsos, Emak-emak Dijemput Polisi" yang dimuat situs detik.com pada 3 November 2018 lalu.
Blitar - Polres Blitar menjemput seorang ibu yang menyebarkan hoax di akun facebooknya, bernama Zarika Oktavianti. Warga Desa Sawentar Kecamatan Kanigoro ini menggungah foto salah satu pria yang ditulis sebagai pelaku penculikan anak.
Pihak kepolisian yang menyatakan informasi itu hoax, langsung menjemput wanita berusia 30 tahun itu di rumahnya semalam, Jumat (2/11).
"Kami langsung jemput yang bersangkutan di rumahnya semalam untuk meminta keterangan terkait postingannya di facebook itu," kata Kapolres Blitar AKBP Anissullah M Ridha di depan wartawan di mapolres, Sabtu (3/11/2018).
"Waspada penculikan anak wes sampe Blitar lur Wong sing tak lingkari kui wes nglabeng nang daerah Sabong Kanigoro (orang yang wajahnya saya lingkari itu sudah berkeliaran di Sambong, Kanigoro) Ciri2 ne pke jaket n topi bwa ransel (Ciri-cirinya pakai jaket dan topi membawa ransel) Moduse anak ditawari minus n dikasih uang Ttp waspada n hati2".
Pihak kepolisian, lanjut kapolres, langsung menangani postingan yang sudah disebar ulang sebanyak 527 kali di medsos itu. Polisi memastikan jika yang bersangkutan adalah pemilik akun yang menyebarkan kabar hoax itu.
"Hasil pemeriksaan, saudara Okvianti ini mengupload informasi tanpa pengetahuan yang cukup. Jarang mengetahui pemberitaan, hanya mengikuti media sosial saja. Sehingga ketika ada informasi yang belum tentu kebenarannya langsung responsif," ungkap kapolres.
Polres Blitar secara persuasif menangani kasus yang juga marak terjadi di kota lain ini. Polisi menilai tindakan Okvianti ini adalah respon spontan seorang ibu yang mempunyai anak kecil. Okvianti yang masih mempunyai balita, diketahui juga sering tinggal sendirian di rumah. Suaminya yang bekerja, pulang ke rumah pada malam hari.
Kepada detikcom, Okvianti mengaku jarang sekali nonton televisi atau membaca berita. Di sela kesibukannya merawat bayi, Okvianti lebih banyak mendapatkan informasi dari media sosial.
"Saya dapat gambar-gambar yang dibilang penculik itu juga dari facebook. Salah satunya mirip orang yang pernah saya lihat. Jadi saya tidak tahu, kalau ternyata semua itu tidak bener," katanya dengan wajah sayu.
Hasilnya terdapat beberapa artikel yang membantah foto tersebut merupakan pelaku penculikan anak di Pekanbaru. Satu di antaranya artikel berjudul "Beredar Wajah Pelaku Penculikan Anak di Pekanbaru, Ini Kata Kapolresta" yang dimuat situs riau.suara.com pada 10 September 2021.
SuaraRiau.id - Isu soal penculikan anak kembali merebak di Pekanbaru. Usai voice note WhatsApp yang berisi kabar seorang anak diculik, kini warga dihebohkan dengan wajah-wajah pelaku penculikan.
Beredarnya foto wajah para penculik di WhatsApp membuat warga Kota Bertuah tersebut geger.
Mendapati hal itu, Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol Pria Budi menjelaskan bahwa informasi tersebut menyesatkan alias hoaks.
"Itu hoaks, kita perlu waspada namun jangan termakan isu hoaks yang akan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat," kata Pria Budi saat dikonfirmasi SuaraRiau.id, Jumat (10/9/2021).
Kapolresta Pria Budi mengungkapkan bahwa kasus penculikan sampai dengan hari ini di Pekanbaru tidak ada. Kabar-kabar mengenai isu tersebut dipastikan tidak benar.
"Sampai saat ini belum ada kasus penculikan di wilayah hukum Polresta Pekanbaru," ungkapnya.
Juga mengenai kabar viral penculikan yang terjadi di kawasan perumahan wilayah hukum Polsek Tampan beberapa waktu lalu, Pria menjelaskan bahwa hal itu belum terbukti keberaniannya.
"Nyatanya tidak ada yg laporan anaknya diculik (sampai sekarang)," tuturnya.
Kombes Pol Pria Budi pun menunjukan beberapa bukti bahwa informasi berisikan foto-foto pelaku penculikan di Pekanbaru itu hoaks. Ia mengirimkan link dari kominfo.go.id yang menjabarkan kebohongan berita itu.
Dalam situs Kominfo itu, beredar postingan berupa tangkapan layar dari pesan berantai WhatsApp yang berisi foto-foto pelaku penculikan anak.
Faktanya, selebaran foto pelaku penculikan anak itu sudah tersebar pada tahun 2018 lalu dan bukan terkait kasis penculikan anak.
Liputan6.com juga menemukan artikel yang menjelaskan bahwa foto palsu tersebut pernah beredar pada 2018. Penyebar foto tersebut pun diamankan polisi.
Adalah artikel berjudul "Sebar Hoax Wajah Penculik Anak di Medsos, Emak-emak Dijemput Polisi" yang dimuat situs detik.com pada 3 November 2018 lalu.
Blitar - Polres Blitar menjemput seorang ibu yang menyebarkan hoax di akun facebooknya, bernama Zarika Oktavianti. Warga Desa Sawentar Kecamatan Kanigoro ini menggungah foto salah satu pria yang ditulis sebagai pelaku penculikan anak.
Pihak kepolisian yang menyatakan informasi itu hoax, langsung menjemput wanita berusia 30 tahun itu di rumahnya semalam, Jumat (2/11).
"Kami langsung jemput yang bersangkutan di rumahnya semalam untuk meminta keterangan terkait postingannya di facebook itu," kata Kapolres Blitar AKBP Anissullah M Ridha di depan wartawan di mapolres, Sabtu (3/11/2018).
"Waspada penculikan anak wes sampe Blitar lur Wong sing tak lingkari kui wes nglabeng nang daerah Sabong Kanigoro (orang yang wajahnya saya lingkari itu sudah berkeliaran di Sambong, Kanigoro) Ciri2 ne pke jaket n topi bwa ransel (Ciri-cirinya pakai jaket dan topi membawa ransel) Moduse anak ditawari minus n dikasih uang Ttp waspada n hati2".
Pihak kepolisian, lanjut kapolres, langsung menangani postingan yang sudah disebar ulang sebanyak 527 kali di medsos itu. Polisi memastikan jika yang bersangkutan adalah pemilik akun yang menyebarkan kabar hoax itu.
"Hasil pemeriksaan, saudara Okvianti ini mengupload informasi tanpa pengetahuan yang cukup. Jarang mengetahui pemberitaan, hanya mengikuti media sosial saja. Sehingga ketika ada informasi yang belum tentu kebenarannya langsung responsif," ungkap kapolres.
Polres Blitar secara persuasif menangani kasus yang juga marak terjadi di kota lain ini. Polisi menilai tindakan Okvianti ini adalah respon spontan seorang ibu yang mempunyai anak kecil. Okvianti yang masih mempunyai balita, diketahui juga sering tinggal sendirian di rumah. Suaminya yang bekerja, pulang ke rumah pada malam hari.
Kepada detikcom, Okvianti mengaku jarang sekali nonton televisi atau membaca berita. Di sela kesibukannya merawat bayi, Okvianti lebih banyak mendapatkan informasi dari media sosial.
"Saya dapat gambar-gambar yang dibilang penculik itu juga dari facebook. Salah satunya mirip orang yang pernah saya lihat. Jadi saya tidak tahu, kalau ternyata semua itu tidak bener," katanya dengan wajah sayu.
Kesimpulan
Foto yang diklaim pelaku penculikan anak di Pekanbaru, Riau ternyata tidak benar. Faktanya, foto tersebut pernah viral pada 2018 lalu dan bukan pelaku penculikan. Narasi yang disebarkan salah satu akun Facebook tidak sesuai dengan fakta sebenarnya.
Rujukan
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4725521/cek-fakta-tidak-benar-foto-pelaku-penculikan-anak-di-pekanbaru
- https://riau.suara.com/read/2021/09/10/162327/beredar-wajah-pelaku-penculikan-anak-di-pekanbaru-ini-kata-kapolresta
- https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4286014/sebar-hoax-wajah-penculik-anak-di-medsos-emak-emak-dijemput-polisi
(GFD-2021-7934) [SALAH] Rapid Test Device Berlabel Positif dan Negatif Sudah Dimuat Virus
Sumber: Facebook.comTanggal publish: 30/11/2021
Berita
“Anything to promote the narrative of fear. Anything. Why are there positive and negative testing sticks? To keep the numbers pumped? To push the narrative?.. Can anyone explain this??? Why are there positive and negative test kits? And why does the positive test show that it’s a biohazard? Is the test preloaded with the virus?”
Terjemahan:
“Apa pun untuk mempromosikan narasi ketakutan. Apa saja. Mengapa ada tongkat pengujian positif dan negatif? Untuk menjaga nomor-nomornya tetap dipompa? Untuk mendorong narasi?.. Ada yang bisa menjelaskan ini??? Mengapa ada alat tes positif dan negatif? Dan mengapa tes positif menunjukkan bahwa itu adalah biohazard? Apakah tes sudah dimuat dengan virus?”
Terjemahan:
“Apa pun untuk mempromosikan narasi ketakutan. Apa saja. Mengapa ada tongkat pengujian positif dan negatif? Untuk menjaga nomor-nomornya tetap dipompa? Untuk mendorong narasi?.. Ada yang bisa menjelaskan ini??? Mengapa ada alat tes positif dan negatif? Dan mengapa tes positif menunjukkan bahwa itu adalah biohazard? Apakah tes sudah dimuat dengan virus?”
Hasil Cek Fakta
Beredar sebuah informasi di Facebook yang menunjukkan foto kemasan alat rapid test Abott berlabel positif-negatif. Alat pada gambar tersebut juga diklaim telah dimuat virus sehingga pada label sudah dipastikan hasil test-nya. Video tersebut diunggah oleh Gretchen Caudell.
Setelah ditelusuri, klaim tersebut salah. Faktanya, label pada kemasan alat test tersebut untuk memastikan reagen dalam sampel pengujian dilakukan dengan benar, bukan berarti hasil positif atau negatif tes Covid-19. Kemudian, dilansir dari Reuters.com, alat test pada unggahan tersebut merupakan jenis Panbio Covid-19 Ag.
Mengutip dari Medcom.id, yang dimaksud dengan kontrol positif dan negatif secara khusus diformulasikan dan dibuat untuk memastikan kinerja Panbio Covid-19 Ag Rapid Test Device dan digunakan untuk memverifikasi kemampuan pengguna dalam melakukan pengujian dan menginterpretasikan hasilnya dengan benar.
Dengan demikian klaim Rapid Test Device Sudah Berlabel Positif dan Negatif Sudah Dimuat Virus, dengan kategori Konten yang Menyesatkan.
Setelah ditelusuri, klaim tersebut salah. Faktanya, label pada kemasan alat test tersebut untuk memastikan reagen dalam sampel pengujian dilakukan dengan benar, bukan berarti hasil positif atau negatif tes Covid-19. Kemudian, dilansir dari Reuters.com, alat test pada unggahan tersebut merupakan jenis Panbio Covid-19 Ag.
Mengutip dari Medcom.id, yang dimaksud dengan kontrol positif dan negatif secara khusus diformulasikan dan dibuat untuk memastikan kinerja Panbio Covid-19 Ag Rapid Test Device dan digunakan untuk memverifikasi kemampuan pengguna dalam melakukan pengujian dan menginterpretasikan hasilnya dengan benar.
Dengan demikian klaim Rapid Test Device Sudah Berlabel Positif dan Negatif Sudah Dimuat Virus, dengan kategori Konten yang Menyesatkan.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Fathia IS.
Klaim tersebut salah. Faktanya, makna label positif dan negatif pada kemasan Rapid Test Device tersebut untuk memastikan reagen dalam sampel pengujian dilakukan dengan benar, bukan bermakna sebagai hasil dari tes Covid-19.
Klaim tersebut salah. Faktanya, makna label positif dan negatif pada kemasan Rapid Test Device tersebut untuk memastikan reagen dalam sampel pengujian dilakukan dengan benar, bukan bermakna sebagai hasil dari tes Covid-19.
Rujukan
(GFD-2021-7933) [SALAH] FDA: Suntikan Booster Vaksinasi Pfizer Berpotensi Infeksi Berat pada Hati
Sumber: Whatsapp.comTanggal publish: 30/11/2021
Berita
“Pemerintah Indonesia juga akan memaksakan suntikan vaksin booster dosis ke #3 kepada publik….??? Sedangkan Food and Drug Administration (FDA) USA sudah menolak suntikan Pfizer booster dosis ke #3 di AMERIKA karena “terbukti” meningkatkan potensi dan mengakibatkan infeksi berat pada hati (severe heart infections), heart failure and deaths (kematian)…!!!”
Hasil Cek Fakta
Beredar sebuah informasi melalui WhatsApp Group berupa narasi yang mengklaim bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menolak untuk menerima suntikan booster vaksinasi Pfizer karena terbukti berpotensi untuk meningkatkan infeksi berat pada hati hingga menyebabkan kematian.
Setelah ditelusuri, klaim tersebut salah. Faktanya, dilansir dari Medcom.id, FDA sudah memberikan izin booster atau suntikan ketiga dari vaksin Pfizer. Melalui laman resminya, FDA menyatakan bahwa vaksin booster Pfizer tersebut sudah terbukti memberikan perlindungan lebih untuk jangka waktu yang panjang bagi penerimanya. Tidak ditemukan pernyataan yang dikeluarkan FDA yang berkaitan dengan infeksi berat pada hati karena suntikan booster Pfizer, klaim tersebut tidak mendasar.
Dengan demikian klaim Suntikan Booster Vaksinasi Pfizer Berpotensi Infeksi Berat pada Hati merupakan hoaks dengan kategori Konten yang Menyesatkan.
Setelah ditelusuri, klaim tersebut salah. Faktanya, dilansir dari Medcom.id, FDA sudah memberikan izin booster atau suntikan ketiga dari vaksin Pfizer. Melalui laman resminya, FDA menyatakan bahwa vaksin booster Pfizer tersebut sudah terbukti memberikan perlindungan lebih untuk jangka waktu yang panjang bagi penerimanya. Tidak ditemukan pernyataan yang dikeluarkan FDA yang berkaitan dengan infeksi berat pada hati karena suntikan booster Pfizer, klaim tersebut tidak mendasar.
Dengan demikian klaim Suntikan Booster Vaksinasi Pfizer Berpotensi Infeksi Berat pada Hati merupakan hoaks dengan kategori Konten yang Menyesatkan.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Fathia IS.
Klaim tersebut salah. Faktanya Food and Drug Administration (Badan Pengawas Obat dan Makanan) Amerika Serikat sudah memberikan izin booster vaksin Pfizer. Melalui laman resminya, FDA memaparkan bahwa vaksin booster dapat memberikan perlindungan berkelanjutan bagi penerimanya.
Klaim tersebut salah. Faktanya Food and Drug Administration (Badan Pengawas Obat dan Makanan) Amerika Serikat sudah memberikan izin booster vaksin Pfizer. Melalui laman resminya, FDA memaparkan bahwa vaksin booster dapat memberikan perlindungan berkelanjutan bagi penerimanya.
Rujukan
Halaman: 4485/5886